Anda di halaman 1dari 25

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

diarahkan untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana


diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut
menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Arah pembangunan kesehatan jangka panjang juga sudah


tercantum secara ringkas dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Untuk dapat
memberikan kejelasan yang lebih spesifik dari arah
pembangunan kesehatan tersebut, maka dipandang perlu
ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025.

A. PENGERTIAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kese-


hatan (RPJPK) adalah dokumen perencanaan pemba-
ngunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan
penjabaran dari RPJPN tahun 2005-2025, dalam bentuk
visi, misi dan arah pembangunan nasional di bidang
kesehatan untuk masa 20 tahun ke depan, yang
mencakup kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun
2025.

RPJPK 2005-2025 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN

RPJPK sebagai dokumen perencanaan pembangunan


kesehatan nasional di bidang kesehatan untuk jangka
waktu 20 tahun ke depan, ditetapkan dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta dalam
mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan sesuai
dengan visi, misi dan arah pembangunan kesehatan yang
telah disepakati, sehingga seluruh upaya dilakukan oleh
masing-masing pelaku pembangunan kesehatan bersifat
sinergis dan saling melengkapi antara satu pelaku dengan
pelaku pembangunan kesehatan lainnya.

RPJPK 2005-2025 2
A. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara ber-


kesinambungan dalam tiga dekade telah cukup berhasil
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Secara umum derajat kesehatan masyarakat telah
menunjukan perbaikan seperti dilihat dari angka kematian
bayi dan angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian
bayi menurun dari 46 pada tahun 1997 (SDKI) menjadi 32
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 (Proyeksi
BPS). Demikian juga angka kematian ibu melahirkan
menurun dari 334 pada tahun 1997 menjadi 262 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Umur harapan
hidup meningkat dari 41 tahun pada tahun 1960 menjadi
69 tahun pada tahun 2005. Prevalensi gizi kurang
(underweight) pada balita, menurun dari 37,5 % pada
tahun 1989 menjadi 26,5 % pada tahun 2005.

Peningkatan derajat kesehatan tersebut merupakan salah


satu unsur dari peningkatan pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini merupakan
subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Kualitas SDM
menjadi semakin baik yang antara lain ditandai dengan
meningkatnya Index Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia dari 0,586 pada tahun 2000 pada peringkat ke-
112 dari 175 negara menjadi 0,692 pada tahun 2002 pada
peringkat ke-111 dari 177 negara. Meskipun derajat
kesehatan masyarakat telah dapat ditingkatkan, derajat
kesehatan di Indonesia masih jauh tertinggal dari
beberapa negara tetangga.

RPJPK 2005-2025 3
Prospek kedepan pembangunan SDM diarahkan pada
peningkatan kualitas SDM, yang ditandai dengan mening-
katnya IPM dan Index Pembangunan Gender (IPG), serta
tercapainya penduduk tumbuh seimbang di Indonesia.

A. TANTANGAN MASA DEPAN PEMBANGUNAN KE-


SEHATAN

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan


penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terdapat be-
berapa tantangan yang dihadapi antara lain: rendahnya
kualitas kesehatan penduduk yang terlihat dari masih
tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian
anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu melahirkan
(AKI) serta tingginya proporsi anak balita yang mengalami
gizi kurang; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses
terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar
wilayah, gender dan kelompok pendapatan; belum
memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu
tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan
dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.

Penduduk Indonesia akan bertambah banyak dengan


piramida yang terus berubah. Penduduk usia lanjut dan
usia produktif akan bertambah besar proporsinya.
Sementara itu penduduk usia muda (bayi dan anak),
meskipun proporsinya menurun, jumlahnya tetap
meningkat. Begitu pula kemiskinan dengan segala
akibatnya terhadap kesehatan tetap ada terus sampai
tahun 2025, walaupun jumlahnya sudah menurun.

Menjelang tahun 2025 derajat kesehatan masyarakat akan


bertambah baik karena menurunnya AKB dan AKABA,
meningkatnya status gizi masyarakat, serta UHH.

Namun demikian upaya penurunan AKI masih merupakan


tantangan yang berat. Masalah kesehatan masyarakat
lainnya yang dihadapi adalah beban ganda penyakit yaitu
disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus
RPJPK 2005-2025 4
ditangani namun dilain pihak mulai meningkatnya penyakit
tidak menular.

Tantangan lain adalah beberapa penyakit infeksi


cenderung meningkat kembali (re-emerging diseases)
seperti penyakit TB, DBD, malaria dan Anthrax. Penyakit
infeksi baru juga telah muncul utamanya yang disebabkan
karena virus (new emerging diseases) seperti: HIV/AIDS,
SARS, flu burung (avian influenza), ebola, West Nile
Encephalitis.

Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi sangat maju


menjelang tahun 2025. Hampir seluruh penduduk
Indonesia diperkirakan telah tergabung dalam sistem
jaminan kesehatan sosial. Semua penduduk miskin telah
memperoleh jaminan kesehatan sesuai kebutuhan dasar
kesehatannya.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan pada


umumnya masih menempatkan masyarakat sebagai
obyek, bukan sebagai subyek pembangunan kesehatan.
Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup
sehat perlu terus ditingkatkan.

Sumber daya obat dan perbekalan kesehatan yang aman,


bermanfaat dan bermutu penting untuk sepenuhnya ter-
sedia secara merata dan terjangkau serta dapat diakses
oleh masyarakat.

Selain itu, dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan yang berkualitas, beberapa masalah dan
tantangan baru muncul sebagai akibat dari perubahan
sosial ekonomi serta perubahan lingkungan strategis, baik
global, regional, maupun nasional. Tantangan global
antara lain adalah upaya dalam pencapaian sasaran
Millennium Development Goals (MDGs) . Adanya
perdagangan bebas, sumber daya kesehatan yang ikut
menglobal, terorisme, dan sebagainya perlu diantisipasi.
Pengaruh globalisasi dan liberalisasi perdagangan serta
RPJPK 2005-2025 5
pelayanan melalui kesepakatan General Agreement on
Trade in Service (GATTS) dan Trade-Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPS), dimulainya pasar
bebas ASEAN pada tahun 2003 dan pasar bebas Asia
Pasific pada tahun 2020 akan mempengaruhi berbagai
aspek penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sedangkan dalam lingkup nasional antara lain adalah
upaya penerapan kebijakan pemerataan pembangunan
kesehatan secara lebih luas, yang didukung dengan
sumber daya yang cukup.

Guna mendukung pembangunan kesehatan diperlukan


manajemen kesehatan yang mantap, meliputi administrasi
kesehatan, sistem informasi kesehatan, pengembangan
IPTEK dan hukum kesehatan yang handal.

A. DASAR-DASAR PEMBANGUNAN KESEHATAN


RPJPK 2005-2025 6
Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan

landasan konstitusionalnya adalah Undang-undang Dasar 1945.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Oleh karenanya pembangunan kesehatan

diselenggarakan pula dengan berlandaskan pada Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945.

Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di


amanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945, di mana
dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Di dunia internasional,
konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun
1948 juga menyatakan bahwa “ Health is a fundamental
right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk
menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta
meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran
bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat
sebagai investasi.

Dasar-dasar pembangunan kesehatan adalah norma, nilai

kebenaran, dan aturan pokok yang bersumber dari fal-safah dan

budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai landasan

untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

RPJPK 2005-2025 7
Dasar-dasar pembangunan kesehatan meliputi :

1. Perikemanusian

Pembangunan kesehatan harus berlandaskan peri-


kemanusian yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan
oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan
kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kema-
nusiaan. Untuk itu tenaga kesehatan dituntut agar tidak
diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip
perikemanusian dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan.

2. Pemberdayaan dan Kemandirian

Setiap orang dan masyarakat harus bersinergi dengan


pemerintah serta berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga, masyarakat, beserta lingkungan-
nya. Pembangunan kesehatan harus mampu mem-
bangkitkan dan mendorong peran aktif masyarakat.
Pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada
kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri,
kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, dan
gotong royong.

3. Adil dan Merata

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup


yang baik dan sehat serta berhak pula memperoleh
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam pemba-
ngunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, dan akses terhadap kebutuhan
kesehatan, tanpa memandang perbedaan suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonomi.
RPJPK 2005-2025 8
4. Pengutamaan dan Manfaat

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan


lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada
kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya
kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
harus lebih mengutamakan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Pengutamaan tersebut perlu dilandaskan pada adanya
kemitraan atau sinergisme diantara para pelaku
pembangunan kesehatan. Selain itu, upaya kesehatan
harus dilaksanakan pula secara profesional, berhasil
guna dan berdaya guna dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kondisi daerah. Pembangunan kese-
hatan diarahkan agar memberikan manfaat yang
sebesar-sebesarnya bagi peningkatan derajat kesehat-
an masyarakat, serta dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab sesuai dengan ketentuan dan peratur-
an perundang-undangan yang berlaku.

B. VISI

Kesehatan adalah salah satu unsur dari masyarakat


Indonesia yang sejahtera, yaitu tercapainya hak atas hidup
sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem
kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya
masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mem-
pengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata.
Kesehatan sebagai investasi akan menghasilkan
penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM
pembangunan yang berkelanjutan serta memiliki daya
saing global.

RPJPK 2005-2025 9
Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial,
dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dan
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan diru-
muskan sebagai:

Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis


pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya
bangsa.

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia


Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk
meme-lihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat
sehat dan aman (safe community).

Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat


memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan,
yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam
RPJPK 2005-2025 10
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan
kesehatan bermutu yang dimaksud disini adalah
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
dalam keadaan darurat dan bencana yang memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan serta
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku


hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,
maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya.

C. MISI

Dengan berlandaskan pada Dasar-dasar Pembangunan


Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat
2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan,
yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Nasional


Berwawa-san Kesehatan

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-


mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kese-
hatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras
serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan
lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif
tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan
kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan
nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari
kesejahteraan rakyat juga mengandung arti terlindung,
dan terlepasnya masyarakat dari segala macam
gangguan yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.

Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional


yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti
dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem
RPJPK 2005-2025 11
dari Sistem Kesehatan Nasional berperan sebagai
penggerak utama pembangunan nasional berwawasan
kesehatan.
2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup
Sehat

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap


individu, masyarakat termasuk swasta, dan pemerin-
tah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
setiap individu, keluarga, masyarakat, dan lingkungan-
nya dilakukan tanpa meninggalkan upaya penyembu-
han penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesadaran,
kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga
dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih,
dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kese-
hatan. Masyarakat harus mampu melakukan program
pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan
masyarakat dibidang kesehatan (to advocate), dan
melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan
kesehatan (to watch). Oleh karena itu, salah satu
upaya pokok atau misi pembangunan kesehatan
adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya


Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau

Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna men-


jamin tersedianya upaya kesehatan, baik upaya
kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan per-
orangan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pengutamaan pada upaya pencegahan
(preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi
segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan
upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya
peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan

RPJPK 2005-2025 12
tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara
pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan


kesehatan sosial telah berkembang, pemerintah tidak
lagi menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan
upaya kesehatan perorangan strata pertama akan
diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan
menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah
yang sangat terpencil masih diperlukan dengan
pelayanan Puskesmas.

4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber


Daya Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,


sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan
didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia
kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan obat serta
perbekalan kesehatan.
Sumber daya kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran,
data dan informasi yang makin penting peranannya.

Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara


mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaat-
kan secara berhasil guna dan berdaya guna.

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masya-


rakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia dalam
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna serta berdaya
guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan
secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.

RPJPK 2005-2025 13
Obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu,
dan bermanfaat harus tersedia secara merata serta
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya
dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan
dengan upaya peningkatan manajemen, pengem-
bangan serta penggunaan teknologi obat dan
perbekalan kesehatan.

TUJUAN

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat

2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup

dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat

RPJPK 2005-2025 14
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada


tahun 2025 pada tahap ini diusulkan dalam dua skenario.
Dua skenario tersebut adalah skenario 2 dan skenario 4
dari empat skenario yang dikemukakan dalam telaahan
staf pada lampiran-1.

Indikator Satuan Keadaan Sasaran 2025 Sasaran 2025


Tahun (skenario 2) (skenario 4)
2005
Umur Harapan Tahun 69,0 73,7 73,7
Hidup (UHH)
Angka Kematian Per 1000 32,3 15,5 15,5
Bayi (AKB) kelahiran hidup
Angka Kematian Per 100.000 262 102 40
Ibu (AKI) * kelahiran hidup
Prevalensi Gizi Persen 26 9,5 9,5
Kurang pada Balita

UPAYA POKOK PEMBANGUNAN KESEHATAN

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan


bagi penduduk rentan, yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut
dan keluarga miskin yang dilaksanakan melalui pening-
katan: Upaya Kesehatan; Pembiayaan Kesehatan; Sumber
Daya Manusia Kesehatan; Obat dan Perbekalan
Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Manajemen
Kesehatan.

Upaya pokok tersebut dilakukan dengan memperhatikan


dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubah-
an ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, globalisasi
dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, dan
kerjasama lintas sektor.

RPJPK 2005-2025 15
Pembangunan kesehatan diprioritaskan pada pemberda-
yaan dan kemandirian masyarakat, serta upaya kesehatan,
khususnya upaya promotif dan preventif, yang ditunjang
oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut
diberikan perhatian khusus kepada pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin, daerah tertinggal, daerah bencana,
daerah perbatasan, daerah terpencil termasuk pulau-pulau
kecil, dengan memperhatikan kesetaraan gender.

Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada


tahun 2025, utamanya dalam upaya penurunan AKI dan
AKB, daya dorong (driving forces) strategis berikut ini
harus diupayakan secara konsisten (terutama bila skenario
4 yang ditetapkan):
1. Adanya dukungan politis secara nasional dalam upaya
penurunan AKI dan AKB.
2. Semua desa memiliki tenaga bidan yang berkualitas
(competence), yang ditunjang dengan dukungan
operasional yang memadai.
3. Semua Puskesmas telah memiliki tenaga dokter,
tenaga paramedis dan non medis sesuai standar,
dengan dukungan sarana dan biaya operasional yang
memadai (institutional competence).
4. Terselenggaranya sistem pembiayaan kesehatan yang
berdasarkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
5. Pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan ibu
dan anak dapat lebih ditingkatkan.
6. Semua desa telah memiliki Pondok Bersalin Desa atau
Poliklinik Desa yang dilengkapi dengan sarana dan
biaya operasional yang memadai.
7. Semua Posyandu telah direvitalisasi dan aktif melak-
sanakan kegiatan minimun sebulan sekali.
8. Semua Puskesmas mampu melaksanakan Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Dasar (PONED).
9. Semua rumah sakit di kabupaten/kota mampu melak-
sanakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Kompre-
hensif (PONEK).

RPJPK 2005-2025 16
STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN

Untuk mencapai tujuan dan upaya pokok pembangunan


kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan yang
akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah:

1. Pembangunan Nasional
Berwawasan Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk


memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang sangat
fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus
sebagai investasi pembangunan nasional. Dengan
demikian pembangunan kesehatan merupakan bagian
dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini pemba-
ngunan nasional perlu berwawasan kesehatan.
Diharapkan setiap program pembangunan nasional
yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap terca-
painya nilai-nilai dasar pembangunan kesehatan.

Untuk terselenggaranya pembangunan berwawasan


kesehatan, perlu dilaksanakan kegiatan advokasi, sosi-
alisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga
semua penyelenggara pembangunan nasional (stake-
holders) memahami dan mampu melaksanakan pemba-
ngunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu
perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari
pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur
tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan.

2. Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah

Masyarakat makin penting untuk berperan dalam pem-


bangunan kesehatan. Masalah kesehatan perlu diatasi
RPJPK 2005-2025 17
oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu,
banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan
tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan.
Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai
stakeholders pembangunan kesehatan terkait.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah
melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengabdian
masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan
advokasi kesehatan (to advocate), dan aktif dalam
mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch).

Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penye-


lenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat
dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh
karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan
adanya pendelegasian wewenang yang lebih besar
kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan
menjalankan kewenangannya dalam pembangunan
kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas
daerah yang meliputi perangkat organisasi serta
sumber daya manusianya. Untuk itu harus dilakukan
penetapan yang jelas tentang peran pemerintah pusat
dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya
kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan
pengembangan serta pemberdayaan SDM daerah.

3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Keseha-


tan

Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya


kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
(client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang,
profesional, dan bermutu. Penyelenggaraan upaya ke-
sehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya
pengobatan dan pemulihan kesehatan. Penyelenggaraan
RPJPK 2005-2025 18
upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Menghadapi lingkungan strategis pembangunan keseha-


tan, perlu dilakukan re-orientasi upaya kesehatan, yaitu
yang berorientasi terutama pada desentralisasi,
globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi
keadaan bencana.

Pengembangan upaya kesehatan perlu menggunakan


teknologi kesehatan/kedokteran dan informatika yang
semakin maju, antara lain: pembuatan berbagai vaksin,
pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan
dengan intervensi bedah yang minimal, transplantasi
jaringan, otomatisasi administrasi kesehatan/kedok-
teran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan
komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh (tele-
health).

Dalam 20 tahun mendatang, pelayanan RS terus di-


kembangkan dan kegiatan-kegiatannya harus bertumpu
kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan sistem
jaminan kesehatan sosial nasional.
Puskesmas harus mampu melaksanakan fungsinya
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertama.

Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai


sumber, baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta
harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya
kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan
berdaya-guna. Jaminan kesehatan untuk menjamin
terpelihara dan terlindunginya masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, diselenggarakan
secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas.

RPJPK 2005-2025 19
Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus
dikembangkan secara strategis dalam konteks
pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Interaksi
upaya publik dan sektor swasta penting untuk
ditingkatkan secara bertahap.

4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya


Manusia Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-


jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tidak akan
terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan
profesional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang
mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai
moral dan etika profesi yang tinggi. Semua tenaga
kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi
sumpah dan kode etik profesi.

Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan


kebutuhan tenaga kesehatan, penentuan standar kom-
petensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan atau upaya
peningkatan kualitas tenaga lainnya yang berdasarkan
kompetensi, registrasi, akreditasi, dan legislasi tenaga
kesehatan. Di samping itu, perlu pula dilakukan upaya
untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan termasuk
pengembangan karirnya. Upaya pengadaan tenaga ke-
sehatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pemba-
ngunan kesehatan serta dinamika pasar di era
globalisasi.

5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan

Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena ben-


cana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah
manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat
kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak
RPJPK 2005-2025 20
saja pada kehidupan masyarakat di daerah bencana,
namun juga pada kehidupan bangsa dan negara. Oleh
karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan
yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan, dilakukan secara komprehensif,
mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan
peran aktif masyarakat.

RPJPK 2005-2025 21
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJPK) Tahun 2005-2025 yang berisi visi, misi dan arah pem-
bangunan kesehatan merupakan pedoman bagi pemerintah
dan masyarakat termasuk swasta dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di Indonesia 20 tahun ke depan.

RPJPK ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyu-


sunan rencana pembangunan kesehatan jangka menengah
(5 tahunan), Rencana Strategis Departemen Kesehatan, dan
Rencana Kerja Departemen Kesehatan. RPJPK bersama-sama
dengan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah
juga diharapkan menjadi acuan dan pedoman dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) di bidang kesehatan dan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Lampiran-4

Grafik: Kecenderungan Penurunan AKB

RPJPK 2005-2025 22
80

70

68
60
PERSERIBU KELAHIRAN HIDUP

50 57
Sasaran RPJM: 26
Sasaran MDG: 23

40 46
40.8
30 35 Sasaran RPJP: 15,5
33.9
29.4
20 25.7

10

0
1985

1995

2000

2005
1990

2010
Kecenderungan AKB Proyeksi AKB (BPS)

Lampiran-5
Grafik: Kecenderungan Penurunan Gizi
Kurang pada Balita

RPJPK 2005-2025 23
40.00 37.5
35.6

35.00
31.6
29.5
30.00 27.3 27.5
26.4 26.1 26.0
24.7
Target MDG
25.00 22.5
PERSENTASE

20.00
20

15.00
Sasaran RPJM
10.00

5.00 Sasaran RPJP

0.00
89

00

05

10
19

20

20

20

Kecenderungan Proyeksi

RPJPK 2005-2025 24
Lampiran-3

Grafik: Kecenderungan Umur Harapan Hidup


(UHH)

80

69
67.1
70

60 63.5 64.3
61.5
59.8
Sasaran
Sasaran RPJP:
RPJM:73,7
70,6
50
52.2
Tahun

40

30

20

10

0
76

86

90

95

98

00

05
19

19

19

19

19

20

20

Kecenderungan UHH Proyeksi UHH (

RPJPK 2005-2025 25

Anda mungkin juga menyukai