Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

Disusun Oleh:
Rahiq Nabil
NISN: 0028382986

MATA PELAJARAN FIQIH SIYASAH


MA PERSIS PAMANUKAN
2020 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt karena atas karunia-Nya lah,kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Secara historis, pengertian ideologi mengalami
perubahan dari masa ke masa. Untuk itu, di sini diuraikan pengertian awal ideologi dan
perubahan-perubahan makna yang terjadi berikutnya dan bahasan-bahasan tentang ideologi
lainnya. Di kesempatan kali ini pula kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami, kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan
ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang
membangun.

                                                                                   
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………… ..........i


Daftar Isi ……………………………………………………………………...........ii
BAB. I Pendahuluan
A. Latar Belakang   ………………………………………………………….....
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..
C. Tujuan ……………………………………………………………………….

BAB.II ..Pembahasan.......................................................................................................
A. Pengertian Ideologi ………………………………………………………….
B. Pengertian Macam-macam Idologi .....………………………………………

BAB III Komunisme ..............................................................................................


A. Sejarah Komunisme .......................................................................................

BAB IV Nazisme .......................................................................................................


A. Sejarah Nazisme ..............................................................................................
B. Tokoh Dibalik Tragedi Holocaust ...........................................................................
C. Perkembangan Nazi Setelah Tragedi Holocaust ............................................

BAB V Sekularisme ...................................................................................................


A. Pengertian Sekularisme ...................................................................................
B. Sejarah Sekularisme ......................................................................................
C. Hubungan Antara Agama, Negara, Dan Sekularisme .....................................
D. Pandangan Islam Terhadap Sekularisme ..........................................................

BAB VI Zionisme ............................................................................................................


A. Sejarah Zionisme ..................................................................................................
B. Sejarah Zionisme Dan Proses Berdirinya Negara Israel .....................................
C. Ideologi Zionisme .................................................................................................
BAB VII Atheisme .........................................................................................................
A. Ideologi Atheisme .................................................................................................
B. Latar Belakang Atheisme ........................................................................................
C. Jenis-jenis Atheisme .................................................................................................
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Individu Menjadi Atheis ................................

BAB VIII Sosialisme ...................................................................................................


A. Sosialisme Dan Komunisme ............................................................................
B. Sosialisme Sebagai Ideologi ..............................................................................
C. Sosialisme Sebagai Sistem Ekonomi ....................................................................
D. Sosialisme Borjuis Kecil Dan Sosialisme Proletar
BAB IX Penutup ...........................................................................................................
Kesimpulan ………………………………………………………………..
Daftar Pustaka .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945, di
Undangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun 11 No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh
UUD 1945.

Dalam perjalanannya, sejarah eksisitensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan menipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi
ideologi Negara pancasila dengan kata lain pancasila hanya sebagai symbol formalitasnya saja
namun tidak difungsikan sebagaimana fungsi yang harus dijalankan dan tidak lagi diletakkan
sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup. Pada hal secara historisnya pancasila sudah melalui
proses yang panjang dan rumit terkait keberadaanya sebagai ideology nasional dasar dalam
kehidupan berpolitik bangsa kita..

Untuk lebih jelas mengenai hal yang dimaksud marilah sama-sama kita simak pada bab
selanjutnya mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme, Sosialisme, Atheisme,dan
Zionisme.

B. RUMUSAN MASALAH

            Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sbb :

1. Pengertian mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme, Sosialisme,


Atheisme,dan Zionisme Makna ideologi bagi suatu negara
2. Pengertian macam macam mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme,
Sosialisme, Atheisme,dan Zionisme
3. Peranan mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme, Sosialisme,
Atheisme,dan Zionisme bagi suatu Negara.
4. Perbandingan mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme, Sosialisme,
Atheisme,dan Zionisme.
C. TUJUAN
            Tujuan Penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengertian mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme,


Sosialisme, Atheisme,dan Zionisme Untuk mengetahui makna ideology bagi suatu negara
2. Untuk mengetahui Pengertian macam macam mengenai Ideologi, Komunisme,
Sekularisme, Nazisme, Sosialisme, Atheisme,dan Zionisme
3. Untuk mengetahui Peranan mengenai Ideologi, Komunisme, Sekularisme, Nazisme,
Sosialisme, Atheisme,dan Zionisme bagi suatu Negara.
4. Untuk mengetahui Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme dan
Ideologi Komunisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IDEOLOGI
Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti Ilmu dan kata idea berasal dari bahasa yunani
eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang artinya melihat. Maka secara
harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat
tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Memang pada hakikatnya, antara
dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas
dasar landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup
pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan oleh
seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1976. Seperti halnya Leibniz, de Tracy
mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz
menyebutkan impiannya sebagai one great system of trunth dimana tergabung segala cabang
ilmu dan segala kebenaran ilmiah, mak De Tracy menyebutkan ideologie yaitu scieence of ideas,
suatu program yang diharapkan dapat membawa perobahan Internasional dalam masyarakat
perancis. Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai khayalan belaka, yang tidak mempunyai
arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan kenyataan.

Sedangkan secara terminologi, menurut Soerjanto Poespowardjojo, ideologi adalah suatu


pilihan yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujudkannya. Sejalan dengan itu,
Sastrapratedja mengemukakan bahwa ideologi memuat orientasi pada tindakan. Ia merupakan
pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting sekali dalam
mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan atau perbuaan dalam
rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi tersebut.
Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada mereka yang meyakini kebenarannya untuk
memiliki persepsi, sikap dan tingkah laku yang sesuai, wajar dan sehat tentang dirinya.
Karena, melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan berkembang sikap dan tingkah laku
yang pas dan tepat dalam proses perwujudannya dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sastrapratedja di atas, maka ideologi


memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama karena ia berorientasi pada tindakan atau
perbuatan untuk merealiasikan nilai-nilainya.

Meskipun kecenderungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan


doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan ke arah itu selalu terbuka. Obsesi atau
komitmen yang berlebihan terhadap ideologi, biasanya merangsang orang untuk berpersepsi,
bersikap dan bertingkah laku sangat doktriner, dan ini jelas sangat keliru.

Ada beberapa istilah ideology menurut beberapa para ahli yaitu:


1. Destut De Traacy :
Istilah ideology pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang berarti
suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam
masyarakat Perancis.

2. Surbakti membagi dalam dua pengertian yakni :


a. Ideologi secara fungsional : seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan Negara yag dianggap paling baik.
b. Ideologi secara structural : suatu system pembenaran seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa

3. Al-Marsudi:
Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science desideas
4. Puspowardoyo:
Bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya
dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
5. Karl Marx:
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam
masyarakat.
6. Napoleon:
Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.

B. PENGERTIAN MACAM MACAM IDEOLOGI


1. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
 Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi,
bukan keyakinan ideologissekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat.
 Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia
adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan
mereka.
 Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi ke-
kini-an mereka.
 Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan
falsadah itu.
2. Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup adalah suatu sistem psemikiran tertutup dan sifatnya mutlak yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :

 Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-
cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
 Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan
dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi
kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
 Bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan. Ideologi
tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
 Menuntut nasyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk
berkorban bagi ideologi tersebut.
 Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret
dan operasional yang keras, mutlak, dan total.
3. Ideologi Komperenhensif
Ideologi Komprehensif Didefinisikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh mengenai
semua aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan untuk
melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
4. Ideologi Partikular
Ideologi Partikular Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn secara
sistematis dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat
BAB III

KOMUNISME
A. Sejarah Komunisme

Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal
abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah
bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut
komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara
perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang
disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional. Komunisme atau


Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia.
sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin
sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".

Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi
melalui peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh
[1]
atau yang lebih dikenal dengan proletar (lihat: The Holy Family ), namun pengorganisasian
Buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai. Partai membutuhkan peran
Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika
dicetuskan oleh Politbiro.

Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat


pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu.
pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh
alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata.
Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme
Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan
demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap
candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi
lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).

Kaitannya dengan negara, bahwa negara adalah sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan
kemenangan pada pihak kelas protelar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang yang
meletakkan kepentingan pada kelas proletar. Hak individual dianggap tidak ada dan hak asasi
dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif. Sehingga komunisme adalah anti demokrasi dan
hak asasi manusia.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme :

1. Atheis. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir
Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
2. Kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah
tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan mesin, terbukti dari
ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
3. Salah satu doktrin komunis adalah revholusi terus-menerus. Revolusi itu menjalar ke
seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international. Komunisme memang
memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas,
semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang
bertentangan dengan demokrasi.
4. Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai
komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai
Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di
negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak
menghormati HAM.
BAB IV

NAZISME
A. Sejarah Nazi

Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan timbulnya
konsep hukum alam serta hak-hak alam. Hak-hak alam tersebut paling tegas dirumuskan oleh
John Locke, yaitu hak atas hidup,kebebasan,dan kepemilikan (life,liberty and property) serta
pemikiran bahwa penguasa harus memerintah dengan ersetujuan rakyat (Goverment by Consent).
Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad sebelumnya, yaitu pada zaman pertengahan, masalah hak
manusia sudah mulai mencuat di Inggris. Dalam perkembangan berikutnya sekitar abad 20,
terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak asasi, antara lain karena terjadinya depresi
besar (The Great of Depression) sekitar tahun 1929-1934, yang melanda sebagian besar dunia.
Di Jerman, depresi turut berakibat timbulnya nazisme yang dipimpin oleh Adolf Hitler.
Perkembangan ini menyebabkan banyak orang bermigrasi ke Amerika dan negara-negara
demokrasi lainnya.

Teori dari Haushofer yang mengapdosi dari teori Sir Alford McKinder (1861-1947),
seorang pakar Geopolitik asal Inggris terkemuka pada abad ke-19, yaitu The Heartland Theory,
yang intinya berbunyi “Siapapun yang bisa menguasai Heartland, maka akan mampu menguasai
Worldland”.

Nazi, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk


pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman, Jerman:
Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf
Hitler. Kata ini juga merujuk pada kebijakan yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun
1933—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai Jerman Nazi atau Reich Ketiga.
Kata Nazi jadi merupakan singkatan Nasional Sosialisme atau Nationalsozialismusdi bahasa
Jerman. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrem kanan dan rasismesering disebut
sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).
Partai yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) ini didirikan pada tanggal 5
Januari 1919 oleh Anton Drexler. Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan
September 1919 dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah nama partai itu
(April 1920), dan menjadi pemimpin partai pada tanggal 29 Juli 1921.

Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai
ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian
Versailes dan kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di balik perjanjian
tersebut.

B. Tokoh Dibalik Tragedi Holocaust

Karl Haushofer dikenal dekat dengan perwira-perwira Jerman, bahkan dikabarkan


berkawan akrab dengan dua tokoh Nazi, Adolf Hitler dan Sekretarisnya, Rudolf Hess. Kepada
Hitler, Haushofer menyodorkan teori geopolitik dan juga teori ras unggul bangsa Arya.

Buku karangan Hitler yang diasisteni Hess berjudul “Mein Kampf” (Perjuanganku, 1926)
—buku ini menjadi buku suci Partai Nazi—dilatarbelakangi teori yang dikemukakan Haushofer.
Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, maka ras Arya
harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras
ini. Teori Charles Darwin yang juga seorang Yahudi pun dikemukakan oleh Haushofer sehingga
Adolf Hitler menjadi semakin jatuh dalam pengaruhnya.

Berkat pengaruh dari Haushofer inilah, ketika Nazi berkuasa, maka dilakukan pemurnian
ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar
dan dihancurkan, secara khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman
menjadi target utama.

Masa lalu Hitler yang memiliki hubungan yang buruk dengan orang Yahudi menambah
kebenciannya terhadap bangsa yang satu ini. Secara diam-diam Haushofer memprovokasi Hitler
agar terus mengejar dan mengusir orang-orang Yahudi dari Jerman dan kawasan sekitarnya.

C. Perkembangan Nazi Setelah Tragedi Holocaust


Sejarawan Yehuda Bauer, Raul Hilberg dan Lucy Dawidowicz menyatakan bahwa sejak
Abad Pertengahan dan seterusnya, masyarakat dan budaya di Jerman diliputi oleh antisemitisme,
dan bahwa ada pengaruh langsung dari pogrom pada abad pertengahan ke kamp-kamp kematian
Nazi.

Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi
dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras,
mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan
anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan pemusnahan
terhadap kaum Yahudi Eropa.

Pogrom adalah serangan penuh kekerasan besar-besaran yang terorganisasi atas sebuah
kelompok tertentu, etnis, keagamaan, atau lainnya, yang dibarengi oleh penghancuran terhadap
lingkungannya (rumah, tempat usaha, pusat-pusat keagamaan, dll.). Istilah ini secara historis
digunakan untuk mengacu kepada tindakan kekerasan besar-besaran, baik secara spontan
maupun terencana, terhadap orang Yahudi, namun kini juga diberlakukan terhadap kejadian-
kejadian serupa terhadap kelompok-kelompok lain, yang umumnya adalah kelompok minoritas.
BAB V
SEKULARISME

A. Pengertian Sekularisme.
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besarnya adalah
sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi, lembaga, pemerintahan dan yang
lainnya haruslah terbebas dari agama atau kepercayaan.
Sekularisme juga bisa disebut dengan kebebasan dalam beragama atau kebebasan daari
pemaksaan pada kepercayaan, bisa disebut juga netral dalam hal beragama dengan tidak
menganak emaskan agama tertentu.
Istilah sekularisme itu sendiri pertama kali digunakan oleh penulis inggris George Holyoake
pada tahun 1846. Secara bahasa sekularime berasal dari kata saeculum yang artinya sekaligus
ruang dan waktu, ruang mengartikan tentang duniawai sedangkan waktu menunjukan pengertian
sekarang/zaman sekarang, maka dari itu seculum bisa diartikan dunia sekarang, masa kini, zaman
sekarang ini.
Meskipun ini adalah istilah yang baru digunakan, tapi konsep yang ada pada sekularisme,
kebebasan berfikir padanya, kebebasan beragama, sudah ada pada zaman sepanjang sejarah.
Secara konseptual sekularisme itu sendiri adalah paham tentang pemisahan antara agama dan
politik, yang berarti agama adalah urusan pribadi, jangan sampai terbawa pada urusan
masyarakat (umum).
Holyoake berpendapat sekularisme adalah suatu sistem etik yang didasarkan pada prinsip
moral alamiah, dan terlepas dari agama-wahyu atau supranaturalis. Barry kosmin membagi
sekularisme menjadi dua jenis, yaitu seklularisme aliran keras dan sekularisme aliran lunak.
Menurut dia, sekularisme keras yang menganggap bahwa pernyataan keagamaan tidak
mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tidak dijamin baik oleh akal kita maupun
pengalaman, akan tetapi dalam pandangan sekularisme lunak dinyatakan dan ditegaskan bahwa “
pencapaian kebenaran mutlak adalah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisme yang
sehat bahkan agnositisme harus menjadi prinsip dan nilai yang dijunjung dalam diskusi antara
ilmu pengetahuan dan agama”.
M. Dawam Rahardjo menyatakan bahwa sekularisme memiliki tiga inti pndangan hidup
yang berkaitan dengan keagamaan. Pertama, kebebasan beragama, mempunyai kepercayaan, dan
menjalankan ibadah bagi setiap warga. Kedua, keadilan bagi setiap agama dan aliran
kepercayaan, sepanjang tidak melanggar konstitusi, hukum dan kesepakatan sosial dalam norma-
norma moral dan kesusilaan. Ketiga, toleransi dalam interaksi antar kepercayaan dan praktek
praktek peribadatan. Akan tetapi dalam hal ini ada dua macam sekularisme, yang pertama adalah
yang empati terhadap agama dan aliran aliran agamanya, juga kehidupan beragamanya. Kedua
adalah sekularisme yang antipati dan selalu curiga terhadap agama dan aliran aliran agama.

B. Sejarah Sekularisme.
Sekularisme awalnya terjadi pada awal abad modern (khususnya abad ke-19) yang dialami
kaum kristen, di Barat (Eropa). Pada saat itu tejadi secara intensif pemisahan antara hal-hal yang
menyangkut agama dan non-agama yang kemudian disebut sekularisme. Sedikit demi sedikit
urusan keduniawian mendapat kemerdekaan dari pengaruh Gereja (terutama Gereja protestan),
dengan puncaknya diaman Gereja tidak berhak campur tangan dalam bidang politik, ekonomi
dan ilmu pngetahuan, semua ini semata-mata karena dilematis pemerintah terhadap agama,
dengan segala campur tangannya pada saat itu.

C. Hubungan Antara Agama, Negara dan Sekularisme.


Sekularisme selalu menjadi topik pembicaraan yang sangat hangat dikalangan umat Islam
tersendiri, banyak sekali hujatan terhadap sekularisme banyak pula yang mendukung akan
adanya sekularisme. Kita membahas Indonesia, di negara ini sangatlah unik dengan jumlah
penduduk yang sekitar 200 juta jiwa, kita berpenduduk mayoritas Islam, akan tetapi Islam tidak
dijadikan sebagai landasan negara, pada akhirnya hal ini mengandung suatu pengertian bahwa
proses sekularisasi atau sekularisme dinegara ini tidak bisa dielakan dan dihindari.
Adanya fatwa MUI yang menyatkan “Haram” atas sekularisme, pluralisme, dan
liberalisme, sangatlah banyak menuai respon dari banyak intelek muslim, pro kontra dimana
mana dipenjuru negri ini memperdebatkan masalah ini. Secara langsung fatwa MUI tersebut
telah menjadi penyebab munculnya stigma negatif kepada ketiga paham tersebut. Padahal
sebelumnya diskursus tentang ketiga hal ini bisa berjalan dengann sangat produktif, lepas setuju
atau tidak setuju dengan persepsi ini.
Sebenarnya bisa saja sekularisme ditolak keras oleh banyak pemuka agama di Indonesia,
tapi dizaman yang modern ini dengan terjadinya perubahan-perubahan sosial, maka tidak bisa
dielakan bahwa proses sekularisme akan tetap terus berjalan, disadari atau tidak karena proses
sekularisme memang merupakan proses sosiologis yang sudah dan akan terus menjadi kenyataan
secara intensif dan mengarah pada cita-cita sekularisme. Dengan disetujuinya pancasila sebagai
dasar negara, Indonesia sebenarnya sudah menjadi negara yang sekular, dengan empati yang
sangat besar terhadap agama, dan empati ini bukan ditujukan hanya kepada Islam, akan tetapi
kepada semua agama yang berada di Indonesia. Maka dengan adanya prinsip ini, maka sangat
berlaku tentang kesetaraan agama di Indonesia, sehingga tidak ada minoritas dan mayoritas,
kesemuanya mempunyai hak hak yang sama.
Dawam berkomentar mengenai pengharaman MUI terhadap sekularisme:
MUI seenaknya sendiri mendefinisikan pluralisme, liberalisme dan sekularisme
untuk kemudian mengharamkannya. Tampaknya bukan ilmu dan bacaan yang menjadi
sandarannya, melainkan prasangka. Padaahal kalau MUI mau membaca, mereka akan
tahu bahwa penjumlahan dari pluralisme, liberalisme dan sekularisme adalah demokrasi,
mereka dengan serta merta menolak tatanan sekular dan menggantinya dengan syariat.

Kesimpulan pernyataan diatas mengenai hal ini adalah, bahwa negara demokrasi tidak
bisa lepas dari pluralisme, liberalisme dan sekularisme. Kita tidak bisa semena mena terhadap
apa yang kita tetapkan karna ini bukan hanya sekedar apa yang ada padakiya, apa yang kita anut,
tapi tentang kemaslahatan semua yang ada pada negara kita.
Mengenai hubungan antara sekularisme dan demokrasi ini, komarudin hidayat, rektor
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta secara analitis menyatakan:
Apabila sekularisme dipahami dalam konteks sosiologis, suatu paham yang
mendorong bahwa kehidupan bernegara dan ranah politik hendaknya didekati secara
rasional dengan teori-teori politik modern, dimana agama berada pada tatanan moral;
dalam proses teknis politis sudah melewati mekanisme demokrasi; kedaulatan ditangan
rakyat; lantas masalah-masalah dunia didekati dengan ilmu dan teknologi, maka dalam
pengertianseperti itu sesungguhnya sekularisme bisa diterima.

Sekularisme sebenarnya bukan anti agama, sekularisme digagas untuk memisahkan


antara agama dan negara. Jadi, sekularisme bukan konsep yang anti agama. Bahkan bisa saja
orang yang sekular adalah seorang yang sangat agamis dalam wilayah pribadinya.
D. Pandangan Islam Terhadap Sekularisme.

Sekularisme di Dunia Islam bukanlah menjadi sesuatu yang asing lagi, dapat dikatakan
bahwa sekularisme kini telah menjadi bagian dari tubuhnya atau bahkan menjadi tubuhnya itu
sendiri. Ibarat sebuah virus yang menyerang tubuh manusia, diasudah menyerang apa saja dari
bagian tubuhnya itu. Bahkan yang lebih hebat, virus itutelah menghabisi seluruh tubuh inangnya
dan menjelma menjadi wujud sosok baru, sehingga sudah sulit sekali dikenali wujud aslinya.
Islam selalu menolak penerapan apapun mengenai sekular, sekularisasi atau sekularisme,
karana hal ini bukan milik Islam dan kebanyakan bertentangan dengan apa yang ada pada Islam
itu sendiri, Dengan kata lain, Islam menolak secara total manifestasi dan arti sekularisasi dalam
segi apapun, sebab sekularisasi bagaikan racun yang bersifat mematikan terhadap keyakinan
yang benar (iman).
Apabila paham atau ideologi ini masuk kedalam ranah pemikiran di dunia Islam  maka
akan terjadi pemisahan otoritas Tuhan dan Makhluq yang akan mengakibatkan urusan-urusan
duniawi manusia hanya diurus oleh manusia saja dan tidak lagi mementingkan keberadaan
Tuhan atau kehidupan setelah dunia. Bahaya yang ditimbulkan dari sekularisme terhadap dunia
Islam sangat banyak seperti, bahwa Islam tidak sesuai peradaban dan hanya akan mengakibatkan
kemunduran, menghalangi campur tangan Tuhan (agama) dalam persoalan duniawi, aspek
kehidupan politik, ekonomi, budaya dan sebagainya tidak perlu didasarkan pada agama, ormas
parpol maupun negara tidak perlu berbasis agama, negara tidak usah mengurus agama karena
agama urusan pribadi dll.

Bagi umat Islam, melihat dampak yang seperti itu akan sangat miris, ketika pada
akhirnya Islam akan dianak tirikan oleh negara. Ketika Islam sudah dipandang tidak begitu
penting untuk mencampuru urusan negara.
BAB VI
ZIONISME
A. Sejarah Zionisme

Sejarah bangsa Yahudi yang dijadikan sebagai matarantai sejarah Yahudi secara formal
oleh pemerintah negara Israel didasarkan pada urutan sejarah yang dimulai dari masa Nabi
Ibrahim sampai tahun berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Bagi bangsa Yahudi, pendirian
negara Israel adalah sah secara teologis dan historis, meskipun telah mendapat kritik historis dan
teologis yang dipandang menyimpang seperti dilakukan oleh Paul Fundley, Roger Garoudy dan
Ishak Shahak.

Selama 4000 tahun lamanya, yaitu dari abad 20 SM hingga abad 20 M, pengembaraan
hidup Yahudi akhirnya eksis kembali menemukan peradabannya, jati dirinya, sebagai bangsa
yang pernah menetap, kemudian berpindah-pindah, dan kemudian menetap dengan mendirikan
negara Israel di Palestina. Sejarah bangsa Israel yang sudah berlangsung selama ribuan tahun itu
berbeda dengan sejarah berdirinya negara mereka. Jika dibandingkan dengan sejarah berdirinya
negara-negara lainnya, Israel dapat dikategorikan sebagai negara baru. Secara geografis, negara
Israel terletak dalam kawasan Timur Tengah yang berbatasan dengan Mesir, Yordania, Syiria,
dan Libanon, persis seperti posisi Palestina yang merupakan salah satu kota suci umat Islam
dengan keberadaan mesjid al-Aqsa yang diabadikan dalam Al-Qur’an terkait peristiwa isra dan
mi’raj Nabi Muhammad saw. Pendirian negara Israel memicu masalah berkepanjangan antara
Israel dan Palestina, karena menurut sejarahnya, tanah Israel tidak lain adalah tanah Kan’an.
Yang kemudian menjadi Palestina. Dengan kata lain, negara Israel didirikan dalam kawasan
negeri Palestina. Masalah kedua negara ini kemudian menjadi masalah besar dalam dunia Islam
karena menyangkut perebutan wilayah Baitul Maqdis. Keberhasilan bangsa Israel dalam
mendirikan negara pada kawasan yang sudah “bertuan” tidak lepas dari kekuatan gerakan
pemikiran dan ideologi yang memback up nya, yaitu Zionisme. Zionisme inilah yang diklaim
menyulut api konflik berkepanjangan dan mengobarkan permusuhan turun-temurun di bumi
Palestina dan sampai sekarang ini masih sering bergejolak. Konflik Palestina-Israel adalah
konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah selain Perang Salib, yang
menyebabkannya menjadi perhatian utama masyarakat internasional.
Konflik antara keduanya yang telah berlangsung lebih dari setengah abad ini melibatkan
banyak negara Arab dan Barat, serta menjadi agenda pertama dalam Sidang Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ketika PBB baru terbentuk, dan sampai saat ini belum
terselesaikan meski telah banyak resolusi yang dikeluarkan. Dalam perspektif sejarah dunia
Islam, konflik dua negara ini menarik perhatian, karena terbentuknya negara Israel berarti
berkurangnya daerah Islam dalam peta kawasan dunia Islam. Pada sisi lain, konflik tersebut
bukan hanya konflik antar dua negara atau beberapa negara yang terlibat, tetapi menjadi lebih
“sensitif” ketika dinilai sebagai perang antar peradaban atau ketegangan antar ideologi dunia,
yaitu Zionisme-Yahudi vis a vis Islam. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka tulisan ini akan
mengurai pokok masalahnya, yaitu bagaimana sejarah zionisme dan berdirinya negara Israel.
Pokok masalah ini akan dibahas dalam dua sub masalah, yaitu bagaimana sejarah Zionisme?, dan
bagaimana proses berdirinya negara Israel?

B. Sejarah Zionisme Dan Proses Berdirinya Negara Israel

Istilah “Zionisme” berasal dari akar kata zion atau sion yang pada masa awal sejarah Yahudi
merupakan sinonim dari perkataan Yerussalem. Zion adalah pengucapan dalam bahasa Inggris,
dalam bahasa Latin disebut sion, dan bahasa Ibraninya adalah tsyon. Arti dari istilah ini adalah
“bukit” yaitu bukit suci Jerussalem yang juga simbol dari konsep “teokrasi Yahudi.” Zion atau
sion juga diartikan “bukit yang tinggi”, tempat berdirinya bukit suci yang didirikan oleh Nabi
Sulaiman (Solomon). Zion juga sebagai julukan bagi kota Jerussalem sebagai “kota rahasia”,
kota Allah atau tempat tinggal Yahweh.Dikatakan pula bahwa zionisme berasal dari kata tsyon
dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu. Maksudnya ialah batu bangunan istana yang
didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota Al-Quds, Yerusalem, Israel. Bangunan tersebut didirikan di
atas sebuah bukit karang bernama “Zion”, terletak di sebelah barat-daya Al-Quds (Jerussalem).
Bukit Zion ini menempati kedudukan penting dalam agama Yahudi, karena menurut Taurat, “Al-
Masih yang dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki ‘Tanah yang Dijanjikan.’ Dan
Al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion”.
Kata zion sendiri menurut para sejarahwan merupakan nama sebuah bukit yang diceritakan
dalam kitab Perjanjian Lama. Yaitu salah satu bukit yang terletak di sebelah Timur dari dua buah
bukit dalam wilayah Yerussalem kuno, ibukota kerajaan Israel pada masa kekuasaan Raja Daud
(king David). Di bukit ini juga didirikan sebuah bangunan suci yaitu Haikal Sulaiman (Solomon
Temple).

Munculnya kata zion pertama kali di kitab Perjanjian Lama ketika Raja Daud mendirikan
kerajaannya tahun 1000-969 SM. Perkataan zion dalam kitab Perjanjian Lama disebutkan
sebanyak 152 kali. Semuanya menunjuk pada kota Yerussalem. Lebih dari separuhnya dalam 2
kitab, yaitu Isaiyah 46 kali dan dalam Mazmur 38 kali. Lainnya tersebar dalam berbagai kitab.

Zion di kemudian hari diidentikkan dengan kota suci Jerusalem itu sendiri. Sebelumnya,
istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas Yahudi penganut Yudaisme
yang mengharapkan datangnya seorang Mesias (juru selamat), yang akan membawa mereka pada
kerajaan Tuhan yang akan dipusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa. Cerita historis ini nampaknya menjadi landasan sejarah gerakan
zionisme yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan politik bangsa Yahudi untuk
kembali ke tanah yang diyakini sebagai asal muasal mereka atau yang dikenal dengan gerakan
restorasi. Latar belakang munculnya gerakan Zionisme disebabkan hak sosial, ekonomi, politik,
budaya, dan agama mereka ditindas ketika mereka terpaksa hidup diaspora dalam beberapa
negara. Dari sini kemudian muncul kesadaran orang-orang Yahudi yang hidup di berbagai
negara untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami dengan kembali ke negeri leluhur
mereka Palestina.

Segala hal buruk yang dialami oleh Yahudi berupa pembantaian, penganiayaan, dan
penindasan serta pengusiran di Barat Rusia adalah salah satu yang mendorong mereka untuk
mengeluarkan segenap upaya perubahan dari tataran pemikiran menuju pada pergerakan,
sehingga zionisme mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi yang dilaluinya.

Zionisme adalah perpanjangan dari apa yang telah dilakukan oleh Yahudi sejak dahulu.
Zionisme telah memiliki akar historis, baik secara ideologis maupun secara politis pada gerakan-
gerakan politik maupun keagamaan Yahudi yang pernah ada.
Sebelumnya seperti gerakan Makkabiy (586-538 SM) yang tujuan utamanya adalah kembali
kepada zion dan membangun Haikal Sulaiman, gerakan Bar Kokhba (Arab: barku khya) (118-
138 M), yang memberikan semangat pada diri orang-orang Yahudi dan memerintahkan mereka
untuk berkumpul di Palestina dan mendirikan negara Yahudi di sana, gerakan Moses Kretti yang
hampir sama dengan gerakan Bar Kokhba, gerakan David Robin (1501-1532 M) yaitu desakan
orang-orang Yahudi untuk kembali mendirikan kerajaan Israel di Palestina, dan berbagai gerakan
politik Yahudi lainnya semasa mereka hidup berdiaspora di berbagai negara dan belahan dunia.

Tujuan mendasar dari gerakan zionisme pada periode awal adalah menghasut orang-orang
Yahudi untuk pulang ke tanah Palestina, mengobarkan semangat untuk membangun Haikal
Sulaiman, dan memberikan impian untuk memiliki negara di tanah Palestina. Setidaknya ada dua
doktrin primer yang dikembangkan oleh Israel Yahudi terkait dengan gerakan zionisme dan
gerakan keagamaan mereka dalam sejarah modern, serta upaya kolonialisasi di Palestina yaitu:
Israel sebagai “bangsa pilihan Tuhan” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan” atau janji Tuhan atas
tanah yang dijanjikan. Dua doktrin ini berasal dari kitab suci mereka yaitu Taurat dan Talmud,
dan diformulasikan kembali dalam kitab “Protokolat”. Dua doktrin inilah yang dijadikan ideologi
Yahudi modern baik secara teologis, historis, politis maupun secara ekonomi.

C. Ideologi Zionisme

Zionisme dalam historis-ideologis telah beralih kepada makna politis, yaitu “suatu
gerakan pulangnya ‘diaspora’ (terbuangnya) kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia
untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah-air bangsa
Yahudi, dengan Yerusalem sebagai ibukota negaranya”.

Istilah Zionisme dalam makna politik itu dicetuskan oleh Nathan Bernbaum, dan
Zionisme Internasional yang pertama berdiri di New York pada tanggal 1 Mei 1776, dua
bulan sebelum kemerdekaan Amerika-Serikat dideklarasikan di Philadelphia.17 Pada masa
modern, telah dimulai inti pertama zionisme pada tahun 1806 M ketika Dewan Senat Yahudi
berkumpul atas undangan Kaisar Napoleon Bonaparte dalam rangka memanfaatkan para
Yahudi yang tamak dan menghasut mereka agar mau membantu Napoleon.
Untuk memperoleh bantuan keuangan dari kaum Yahudi, Napoleon pada tanggal 20
April 1799 mengambil hati dengan menyerukan:

“Wahai kaum Yahudi, mari membangun kembali kota Jerussalem lama.”

Sejak itu gerakan untuk kembali ke Jerussalem menjadi marak dan meluas. Banyak buku-
buku dan tulisan-tulisan yang bermunculan mendukung gagasan untuk mendirikan sebuah
negara Yahudi di Palestina.

Gerakan politik zionisme rupanya tidak berakhir pada cita-cita membangun negara
Yahudi, tetapi berlanjut untuk mewujudkan keinginan yang lebih hebat. Zionis modern yang
disematkan kepada Theodore Hertzl (1860-1904) seorang jurnalis Yahudi Austria memiliki
target utama yang jelas yaitu menuju kepemimpinan Yahudi untuk menguasai dunia. Istilah
baru zionisme yaitu Zionist Movement dipopulerkan pada tahun 1895 di Vienna oleh
Theodore Hertzl. Perkembangan gerakannya sebagai berikut:

 Perkembangan pertama
Dideklarasikan secara tidak formal di Rusia yang disebut dengan (Russian Jewish
Movement).
 Perkembangan kedua
Kegiatan mulai terorganisasi yang berpusat di Romania (Romanian Jewish Movement).
 Perkembangan ketiga
Mengalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan dari Ratu Inggris yang
berpusat di London dengan nama baru Zionist Movement.
 Perkembangan keempat
Masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di Amerika Serikat.

Perkembangan pertama dan kedua menginginkan berdirinya negara Yahudi di Argentina


atau Ethiopia atau Uganda. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, Zionisme bertujuan
mendirikan negara Yahudi di Palestina yang merupakan tanah leluhurnya yang dikenal dalam
Bahasa Yahudi dengan Erest Israel atau tanah Israel. Gerakan zionisme politis atau gerakan
politik untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina, dicetuskan oleh publikasi buku
Theodore Hertzl (Bapak pendiri Zionisme modern) yang berjudul “Der Judenstaat” atau “The
Jewish State” tahun 1896.

Terilhami oleh cita-cita revitalisasi kultur nasional bangsa Yahudi dan cita-cita
masyarakat sosialis egalitarian dalam bentuk sebuah pemerintahan yang demokratis, zionis
membawakan transformasi komunitas agama menjadi sebuah kesadaran bangsa berdasarkan
persamaan sejarah dan kultur dan menentukan sebuah tanah air teritorial. Perkembangan
nasionalisme Yahudi sejalan dengan berkembangnya gerakan nasionalis lainnya di Balkan dan di
Timur Tengah akhir abad Sembilan belas.

Strategi baru zionisme yaitu mendelegitimasikan kehadiran masyarakat Arab Palestina,


sambil berusaha melegitimasikan kehadiran orang Yahudi. Usaha pertama yang dilakukannya
pada tahun 1896 adalah memohon kepada Sultan Abdul Hamid II untuk memberikan tanah di
Palestina dengan imbalan bantuan keuangan kas kesultanan melalui jasa para financier Yahudi.
Bahkan ia menulis usulan sekembalinya dari kunjungan ke Istambul, memohon kepada sultan
hak kaum Yahudi mendeportasikan penduduk asli. Sultan sangat tersinggung dan menolak
permohonan itu, dan mengirimkan pesan untuk Theodore Hertzl:

“Jangan lagi membicarakan soal ini. Saya tidak dapat memberikan sejengkal tanah pun
kepada orang lain, karena tanah/negeri itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Rakyat
saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan menyuburkannya dengan darah
mereka…Biarkanlah orang Yahudi menyimpan berjuta-juta emas mereka di peti
mereka.”

24 Pada tahun 1897, melalui kongres Zionisme I di Bazel, Swiss, Hertzl mengatakan
kepada peserta kongres;

“Kita berkumpul di sini adalah untuk meletakkan pondasi untuk membangun prinsip-
prinsip yang dapat mengikatkan bangsa Yahudi.”

Ia juga berkata:

“ Zionis bukan merupakan aliran kecil yang ditunjang dengan kepulangan orangorang
Yahudi ke Palestina, tetapi sebagai gerakan massa, para petani, para pekerja, para
manajer, para interpreuner, para sarjana, dan para intelektual.”
Kongres I di Bazel ini melahirkan keputusan penting yang berbunyi:

“Sesungguhnya cita-cita zionisme ialah mendirikan tanah air untuk bangsa Yahudi, yang
diakui secara resmi dan secara hukum, sehingga dengan pendirian itu bangsa Yahudi
dapat hidup aman dari tekanan-tekanan. Dan tanah air itu tiada lain adalah Palestina.”

Pada kongres di Bazel, Hertzl berhasil mengumpulkan orang-orang Yahudi dari seluruh
dunia, sebagaimana ia juga sukses memendatangkan para cendekiawan Yahudi yang dari
merekalah bersumber keputusan-keputusan yang paling berbahaya dalam sejarah Yahudi, yaitu
Protokol para pemimpin Zionis (the protocols of the meetings of the elders of zion) yang berasal
dari kitab-kitab suci Yahudi yang telah mengalami perubahan. Sejak saat itu, para pemimpin
Yahudi mulai bergerak cepat, tepat, cerdas, dan misterius untuk merealisasikan tujuan-tujuan
mereka yang merusak yang hasilnya bisa dilihat jelas saat ini. Setelah kongres zionisme pertama
berlangsung, Hertzl memulai perjalanannya dalam aksinya membendung/menahan Sultan Abdul
Hamid II baik dengan cara yang menyenangkan maupun sebaliknya. Zionisme berupaya
menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dan menjatuhkan Khilafah Islamiyah agar apa yang
mereka inginkan dapat tercapai.
BAB VII
ATHEISME
A. Ideologi Atheisme

Atheisme Kata Atheis berasal dari bahasa Yunani yakni Atheos yang berarti tanpa Tuhan, a
artinya tidak dan theos berarti tuhan. Dan di dalam kamus filsafat disebutkan atheisme barasal
dari a “tidak” dan Teisme paham tentang Tuhan.1 Secara istilah Atheis adalah suatu aliran yang
tidak mengakui adanya Tuhan dan juga menolak agama sebagai jalan kehidupan.2 Atheisme
adalah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan atau sebuah penolakan akan adanya Tuhan,
dalam teori mau pun praktik.3 Berikut adalah beberapa pengertian dari atheisme:

1) Keyakinan bahwa Tuhan, atau dewa/dewi tidak ada.


2) Pandangan yang menolak adanya adikodrati, hidup sesudah mati.
3) Kesangsian akan eksistensi adikodrati yang diandaikan mempengaruhi alam semesta.
4) Tidak adanya keyakinan akan Tuhan yang khusus. Individu-individu Yunani pada jaman
dahulu menyebutkan individu-individu Kristen atheis karena tidak percaya pada dewa-
dewi mereka. dan individuindividu Kristen menyebut individu-individu Yunani atheis
karena tidak percaya pada Tuhan mereka.
5) Penolakan semua agama. Sehubungan dengan ini, pantheisme dalam berbagai bentuknya
menolak Tuhan yang transeden dan personal, tetapi mengenal dan mengakui sesuatu yang
mutlak (hukum moral, keindahan, dsb). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
atheisme adalah suatu aliran pemahaman, pandangan, atau keyakinan tentang penolakan
serta tidak mengakui eksistensi Tuhan dalam kehidupan manusia.

B. Latar Belakang Atheisme

Awal mula munculnya atheisme ialah pada abad ke 18 yang pada saat itu sekelompok orang
telah di pengaruhi oleh alam, keaktualan diri sendiri, percaya pada faktual nyata alam
pancaindra. Sehingga sesuatu yang di luar diri manusia itu tidaklah ada. Pengaruh
eksistensialisme pada abad ke-19 awal abad-20 telah mempengaruhi manusia. Dalam filsafat
eksistensialisme, mengajarkan bahwa manusia yang sesungguhnya bereksistensi. Maksudnya
manusia sama sekali bebas, ia dihukum untuk hidup dengan bebas.
Dapat kita pahami bahwa eksistensilisme inilah yang sangat mempengaruhi untuk tidak
percaya kepada Tuhan. Dari rujukan lain penulis mendapatkan bahwa, latar belakang munculnya
Atheis ini pertama kali di gunakan untuk merujuk pada ”kepercayaan tersendiri” pada akhir abad
ke-18 di eropa, utama nya merujuk kepada ketidak percayaan pada tuhan monoteis.

Pada abad ke-20, globalisasi memperluas definisi istilah ini untuk merujuk pada
“ketidakpercayaan pada semua Tuhan/Dewa” walaupun masih umum untuk merujuk atheis
sebagai “ketidakpercayaan pada tuhan (monoteis).” Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya Atheis ini yakni;

 Perkembangan teknologi dan sains


 Faham sosial progresif
 Faktor moraliti

Di Mesir pada masa tertentu ada golongan yang anti terhadap perkembangan agama yang
mencoba meruntuhkan pemerintah agama dengan mengacaukan ekonomi serta melakukan
upaya-upaya menghilangkan kepercayaan agama dalam masyarakat yang pada masa itu sangat
awam terhadap filsafat sehingga masyarakat mempercayai begitu saja apa yang disampaikan
oleh golongan tersebut mengenai paham atheis.

Golongan anti perkembangan agama ini disebut dengan kaum reaksioner. Kaum ini
menggunakan perdebatan secara filosofis yang amat halus dan dengan sistem yang dipergunakan
sebagian orang dalam kalangan intelektual pada saat ini. Mereka menyusun sebuah kitab yang
bernama “Perdebatan antara Tubuh dan Ruh”. Dalam buku filosofis tersebut, mereka
mengadakan perdebatan antara Tuhan yang menyatakan dirinya terlepas daripada kekuasaan
Ruh.

Melawan Ruh yang mengakukan ianya yang menguasai tubuh. Dalam tendensinya, tubuh
menyatakan kemerdekaannya terhadap pengaruh kekuasaan Ruh pada Tubuh. Menurut hemat
mereka dengan perdebatan antara Tubuh dan Ruh ini akan dapat mempengaruhi golongan rakyat
yang ragu-ragu. Namun, Kitab hasil karangan kaum raksioner tersebut dengan mudah dipatahkan
kembali oleh golongan yang memperkembangkan pikiran beragama. Alasan mereka
mematahkan tendensi kitab tersebut ialah bersifat logis sekali. Kata mereka kepada si Tubuh:
“Apabila engkau memang tidak percaya ada alam lain daripada hayat ini, dan bahwa yang
dikatakan hidup hanyalah dalam dunia ini, apakah sebabnya engkau demikian merasa berat
dan takut untuk meninggalkan dunia ini? Ketakutan dan keberatan langkah engkau
meninggalkan dunia ini tentu ada sebabnya. Mungkin engkau sendiri tidak tahu karena tidak
hendak memikirkannya, tetapi keadaan tabiatmu sendiri menyatakan pengetahuannya ada
lebih baik daripada pengetahuanmu sendiri.”

C. Jenis – jenis Atheisme

Menurut Bagus (2002) jenis-jenis atheisme diklasifikasikan menjadi:

1. Atheisme Naif
Dalam filsafat Yunani kuno (misalnya dalamkarya Thales, Anaximenes, Herakleitos,
Demokritos, Epikuros, Xenophanes, dan Lucretius) terdapat unsur-unsur ratheis. Mereka
berupaya menjelaskan fenomen-fenomen dengan sebab-sebab alamiah, walaupun
atheisme mereka masih bersifat naif, spekulatif, dan tidak konsisten.

2. Atheis Klasik
Atheis klasik adalah penyangkalan Tuhan nerdasarkan pengalamanpengalaman
pahit yang dilalui oleh manusia dalam hidupnya. Di dalam kelompok ini di yakini bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia menjadi atheis, yakni;
 Faktor yang meyakini bahwa bumi dan alam semesta ini tidak memperhatikan
kesempurnaan yang diharapkan oleh sang pencipta.
 Faktor yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak adil.

3. Atheisme Praktis dan Teoritis


Dalam atheis praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apetaisme,
individu hidup tanpa Tuhan dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan alasan
paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan Tuhan tidaklah disangkal, namun dapaat
dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna, tuhan tidaklah memberikan kita tujuan
hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita.
Salah satu bentuk atheisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah
adalah naturalisme metodologis, yaaitu pengambilan asumsi naturalisme filosofis dalam
metode ilmiah yang tidak di ucapkan dengan atau pun tanpa secara penuh menerima atau
menerimanya. Seorang individu penganut atheisme praktis mempunyai keyakinan akan
adanya Tuhan, tetapi menolak Tuhan dengan cara hidupnya. Dalam hidupnya ia
bertingkahlaku seolah-olah Tuhan tidak ada. Atheis praktis ini dapat berupa;
 Ketiadaaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak
memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentukbentuk lainnya.
 Mengesampingkan masalah tuhan daan religi secara aktif dan dan
penelusuran intelek dan tindakaan praktis.
 Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permaasalahan
tuhan dan agama.
 Ketidaktahuan akan konsep tuhan dan dewa.

Sedangkan Atheis teoritis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan


Tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan Tuhan, seperti
misalnya argumen dari rancangan dan taruhan dari pascal terhadap berbagai alasan-alasan teoriis
untuk menolak keberadaan Tuhan, utamanya secara ontologis, aksiologis, dan epistemologis.
Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis. Individu pemeluk atheisme teoritis
memutuskan bahwa Tuhan tidak ada. Atheisme teoritis terdiri dari dua macam:

 Atheis Teoritis Negatif, penganut paham ini mengakui bahwa tidak mengetahui
tuhan, maksudnya ia kacau dalam masalah tentang ketuhanan. Meragukan
keberadaan tuhan karena argumen mengenai ketuhanan itu mustahil.
 Atheis Teoritis Positif, paham ini meyakini bahwa secara sabjektif tuhan itu tidak
ada.

4. Atheisme Materialistis dan Positivistis

Bentuk atheisme secara gamblang dapat ditemukan dalam materialisme dan positivisme.
Aliran-aliran ini menolak keberadaan dari yang rohani dan transenden. Sedangkan menurut
Costello dan Linden (1956) atheisme teridentifikasi dalam lima golongan yaitu:

1) Perilaku Atheis, mereka yang menyangkal perintah Tuhan dan mungkin saja mengatakan
Tuhan dibibirnya, tetapi untuk menjalankan secara intens dan percaya pada Tuhan
merupakan hal yang tidak penting baginya.
2) Individu yang mengumumkan bahwa Tuhan itu ada tetap imendeskripsikan Tuhan
sebagai sesuatu yang mustahil.
3) Penganut agnostik juga dikategorikan sebagai atheis yang mengklaim bahwa Tuhan itu
tidak dapat diketahui. Golstein (dalam Linden dan Costello) menggambarkan doktrin ini
sebagai “ketidaktahuan membual.” Beberapa agnostik mengumumkan bahwa Tuhan
tidak sepenuhnya dapat diketahui tetapi mereka sendiri tidak dapat menjelaskan dengan
pasti bahwa Tuhan ada.
4) Jenis yang keempat yaitu suatu bentuk atheisme dimana kita mendefinisikannya dalam
suatu uraian negatif yang singkat.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Individu Menjadi Atheis

Dalam bukunya Amazing Apostacy, Altemeyer dan Hunsberger (1997) mengemukakan


beberapa kesimpulan tentang hal-hal yang menyebabkan individu menjadi atheis :

a. Cara-cara pengkondisian seperti misalnya sikap kritis anak-anak yang sengaja


dibungkam terhadap pertanyaan kritis atas kebenaran agama mereka sendiri.
b. Penekanan bahwa pendidikan keagamaan mengenai pencegahan dosa dan berbuat
baik harus diperkenalkan secara luas, menyeluruh dan mutlak membawa konsekuensi
tersendiri. Jika ajaran tersebut sukses, maka akan melahirkan individu dengan
kepercayaan yang kuat dan integritas yang kuat demikian juga sebaliknya.
c. Ajaran agama tradisional yang kurang kuat membentengi diri dalam menghadapi
kebenaran yang lain yang lebih sering menggunakan logika.
d. Ajaran agama justru digugat oleh sesuatu yang sebenarnya sangat penting dalam
agama tersebut yaitu bukan kegagalan dari proses sosialisasi, melainkan justru
kesuksesan proses sosialisasi. Ada kecurigaan terhadap adanya hal yang dilebih-
lebihkan hingga individu banyak tertarik pada agama tersebut. Kecurigaan ini
mengarah pada proses penyelidikan selanjutnya. Pada titik ini, agama-agama
besarlah (Islam, Kristen, dan Yahudi) yang mendapatkan serangan paling gencar
mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan.
e. Pendidikan keagamaan menimbulkan kepercayaan yang kuat dan integritas yang
kuat, nilai keagamaan seorang anak tidak lekas mengorbankan agama keluarga bila
mereka gagal dalam pengujian akan imannya.
f. Terdapat suatu dorongan yang membangkitkan semangat kaum muda untuk
menemukan kekurangan agama mereka dan membuat mereka lebih percaya terhadap
keputusan mereka.
g. Ditolak oleh komunitas sosial keagamaan merupakan satu sebab seseorang menjadi
atheis.
h. Tidak adanya bimbingan dan dukungan moral agama yang kuat yang diberikan oleh
orang tua atau orang lain dan organisasi keagamaan ataupun lingkugan sosial bagi
seorang individu ketika menghadapi masa-masa krisisnya dalam kehidupan seorang
individu.
i. Kehidupan orang tua individu yang tidak religius atau memiliki pengetahuan yang
sedikit tentang agama.
j. Tekanan untuk harus menjadi individu yang sangat religius.

Menurut hemat penulis, tidak memungkiri akan kebenaran dari paham Atheisme yang
mengandalkan dan selalu mengutamakan kemuliaan akal pikiran dalam mengungkapkan ke-
Tuhan-an. Apabila kita memikirkan Tuhan dengan akal pikiran, takkan pernah kita ketahui
wujud eksistensi Tuhan secara riil. Terkecuali akal pikiran serta dorongan naluri kita
membenarkan keberadaan-Nya dan menerima-Nya atas dasar penciptaan-penciptaan-Nya yang
tidak dapat manusia tandingi.
BAB VIII
SOSIALISME
A. Sosialisme dan Komunisme

Orang Indonesia adalah orang yang berlagak lebih mengetahui segala sesuatunya lebih dari
ahlinya! makanya sampai sekarang saya selalu mendengar dan melihat orang berbicara
keunggulan kapitalisme tanpa mengetahui keunggulan komunis sosialisme. Mempelajari sesuatu
itu selalu lebih berguna dari tidak mempelajarinya…saya buat trid ini bukan mendorong anda
menjadi komunis atau sosialis…tapi memberikan anda bahan pembanding strategi politik yang
merukapakn antitesis dari kapitalisme…anda yang bijak akan memperoleh hasilnya/sintesis anda
yang kurang bijaka kan tenggelam dengan kebodohan anda sendiri.

Disini saya sajikan komunisme sebagai antitesis dari kapitalisme dan kapitalisme sebagai
bahan pembandingpun saya sajikan.Pengetahuan saya biasa saja jadi maklum kalo banyak yang
salah dalam trid ini thx.

B. Sosialisme sebagai ideologi

Menurut penganut Marxisme, terutama Friedrich Engels, model dan gagasan sosialis dapat
dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Pada
masa pencerahan abad ke-18, para pemikir dan penulis revolusioner seperti Marquis de
Condorcet, Voltaire, Rousseau, Diderot, Abbé de Mably, dan Morelly, mengekspresikan
ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat di Perancis.

C. Sosialisme sebagai sistem ekonomi

Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak pada konsep Karl Marx
tentang penghapusan kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan agar
status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan sebagainya.

D. Sosialisme Borjuis Kecil Dan Sosialisme Proletar

Dari bermacam doktrin sosialis, Marxisme-lah yang saat ini paling dominan di Eropa.
Perjuangan untuk mencapai masyarakat sosialis hampir sepenuhnya dipahami oleh Marxisme
sebagai perjuangan kelas buruh di bawah pimpinan partai-partai sosialis demokrat.
Mendominasinya sosialisme proletariat berdasar pada ajaran Marxisme tidak dicapai seketika,
tetapi semata setelah terjadi perjuangan panjang menentang bermacam doktrin usang, sosialisme
borjuis kecil, anarkisme dan lain-lain. Kurang lebih 30 tahun yang lalu Marxisme tidak dominan,
sekalipun di Jerman. Pandangan yang berlaku di negara tersebut bersifat transisi, bercampur baur
dengan ekletis, terletak diantara dua arus besar borjuis kecil dan sosialisme proletariat.
Apa yang menyebabkan cepat dan tuntasnya kemenangan Marxisme dalam dekade terakhir
ini? Ketepatan pandangan Marxis dalam banyak hal telah dibuktikan oleh semua perkembangan
masyarakat kontemporer baik ekonomi maupun politik, dan oleh seluruh pengadas. Kemunduran
borjuis kecil cepat atau lambat tak pelak mengakibatkan kepunahan segala macam prasangka
borjuis kecil. Sementara itu tumbuhnya kapitalisme dan kian dalamnya perjuangan kelas dalam
masyarakat kapitalis jadi agitasi terbaik bagi gagasan sosialisme proletar.

Keterbelakangan Rusia itulah pada dasarnya yang bisa menjelaskan tetap kokohnya
bermacam doktrin sosialis usang di sana. Seluruh sejarah aliran pemikiran revolusioner Rusia
sepanjang perempat terakhir abad 19 adalah sejarah perjuangan Marxisme melawan sosialisme
borjuis kecil Narodnik. Meskipun kemajuan pesat dan keberhasilan luar biasa gerakan kelas
pekerja Rusia pun sudah berhasil membuahkan kemenangan bagi Marxisme di Rusia tapi
berkembangnya sebuah gerakan petani yang jelas revolusioner-khususnya revolusi petani
terkenal di Ukraina tahun 1902- di satu sisi malah membangkitkan lagi Narodnisme kuno. Teori-
teori Narodnik yang kuno dengan diwarnai oleh oportunisme Eropa yang populer masa itu
(Revisionisme, Bernteinsime adn kritisisme atas Marx), menyusun seluruh persediaan ideologis
asli golongan yang umum disebut Sosialis-Revolusioner. Itulah sebabnya mengapa masalah
kaum petani menonjol dalam pertentangan Marxis melawan Narodnik sejati maupun golongan
sosialis-revolusioner.

Untuk satu hal tertentu, Narodnisme adalah paham yang melawan satu doktrin yang integral
dan konsisten. Narodnisme menolak anggapan adanya dominasi kapitalisme di Rusia; menentang
peran buruh pabrik sebagai pemimpin buruh pabrik sebagai pemimpin garis depan perjuangan
kaum proletar; menolak pentingnya sebuah revolusi politik dan kebebasan politik borjuis; ia
menyerukan perlu segera dilaksanakannya sebuah revolusi sosialis yang berangkat dari komune
petani berikut bentuk-bentuk pertanian kecil-nya. Memang semua yang masih bertahan dalam
teori integral ini sekarang hanyalah serpihan-serpihan saja.

Tapi untuk memahami kontroversi yang berlangsung saat ini secara pandai dan menjaga
supaya kontroversi itu tidak yang berlangsung saat ini secara pandai dan menjaga supaya
kontroversi itu tidak melorot menjadi sekedar perang mulut, orang semestinya ingat “akar”
Narodnik yang paling dasar dan umum yang sekaligus merupakan akar kesalahan Sosialis-
Revolusioner kita.

Kaum Narodnik beranggapan bahwa kaum Muzhik adalah manusia Rusia masa depan.
Pandangan ini tak pelak berkembang karena keyakinan mereka pada masa depan kapitalisme.
Sedangkan kaum Marxis beranggapan bahwa buruh adalah manusia masa depan, dan
perkembangan kapitalisme Rusia baik di bidang pertanian maupun industri makin menegaskan
pandangan mereka. Gerakan kelas pekerja di Rusia telah berhasil memperoleh pengakuan bagi
keberadaannya sendiri. Tetapi bagi gerakan petani, masih ada jurang pemisah antara Narodisme
dan Marxisme pada saat ini yang terungkap dalam penafsiran mereka yang berbeda atas gerakan
ini.
Bagi kaum Narodnik, gerakan petani tersebut dengan sendirinya membuktikan kekeliruan
Marxisme. Ini adalah gerakan yang bekerja untuk suatu revolusi sosialis yang langsung; gerakan
ini tidak mengakui kebebasan politik borjuis; gerakan yang berangkat dari produksi skala kecil
dan bukan produksi berskala besar. Singkatnya, bagi kaum Narodnik, gerakan petani lah yang
benar-benar sosialis sejati dan segera merupakan gerakan sosialis. Kesetiaan Narodnik pada
komune petani dan bentuk tertentu anarkisme Narodnik sepenuhnya bisa menjelaskan mengapa
kesimpulan demikian yang selalu terumuskan.

Bagi kaum Marxis, gerakan petani adalah gerakan demokratik dan bukan gerakan sosialis. Di
Rusia, seperti juga kasus di negara-negara lain, gerakan ini pasti sejalan dengan revolusi
demokratik, revolusi yang borjuis kandungan sosial ekonominya. Gerakan yang sampai titik
akhirnya memang tidak ditujukan untuk menggoyang pondasi tatanan borjuis, menentang
prodksi komoditi atau melawan kapital. Sebaliknya gerakan itu ditujukan untuk menentang
hubungan pra-kapitalis, hubungan perhambaan kuno di wilayah pedesaan dan melawan tuan-
tanahisme, yang menjadi kunci seluruh kelangsungan hidup pemilikan hamba-hamba.
Konsekuensinya kemenangan penuh gerakan petani ini tak akan menghapus kapitalisme;
malahan sebaliknya, gerakan ini akan menciptakan pondasi lebih luas lagi bagi perkembangan
kapitalisme, akan mempercepat serta memperdalam perkembangan kapitalis sejati. Kemenangan
penuh pemberontakan kaum petani hanya bisa menciptakan benteng bagi republik demokrasi
borjuis, yang didalamnya tumbuh untuk pertama kalinya suatu perjuangan proletariat melawan
kehendak borjuasi dalam bentuk yang paling murni.

Lantas, ada dua pandangan bertentangan yang harus dimengerti dengan jelas oleh siapapun
yang ingin mempelajari jurang perbedaan prinsipil antara Sosialis-Revolusioner dan Sosialis-
Demokrat. Merujuk ke salah satu pandangan, gerakan petani adalah gerakan sosialis, sedangkan
merujuk ke pandangan lain gerakan petani adalah gerakan borjuis-demokratik. Dengan ini orang
bisa lihat betapa gobloknya ungkapan orang-orang Sosialis-Revolusioner kita ketika mereka
mengulang beratus kali (misalnya, dalam Revolutsionnaya Rossiya, no. 75) bahwa Marxis
ortodoks telah mengabaikan masalah petani. Hanya ada satu cara untuk memberantas kebodohan
berbahaya macam ini dan itu bisa diakukan dengan mengulang ABC; menyusun pandangan-
pandangan Narodnik yang secara konsisten sudah kuno itu, dan beratus bahkan beribu kali
menekan bahwa perbedaan yang sesungguhnya di antara kita itu tidak terletak pada soal
berhasrat atau tidak berhasrat pada masalah petani, juga tidak terletak pada mengakui atau tidak
mengakui masalah petani, tapi terletak pada perbedaan penilaian kita atas gerakan petani dan
masalah petani saat ini di Rusia. Dia yang berkata bahwa Marxis mengabaikan masalah petani di
Rusia pertama, adalah seorang pengabai absolut. Sebab seluruh tulisan prinsipil Marcis Rusia
mulai dari tulisan Plekhanov Our Differences (muncul kurang lebih 20 tahun yang lalu), telah
mencurahkan tenaga untuk menjelaskan kesalahan pandangan-pandangan kaum Narodnik
mengenai masalah petani Rusia. Kedua, dia yang menyatakan bahwa Marcis mangabaikan
masalah petani jelas menunjukkan hasratnya untuk menghindari keharusan memberi penilaian
yang lengkap atas perbedaan prinsipil yang sesungguhnya.
Kaum Sosialis-Revolusioner tidak pernah memberikan, dan tidak selalu dapat memberikan
satu jawaban jelas dan tepat pada masalah itu karena mereka menggelepar tidak berdaya di
antara pandangan kuno Narodnik dan pandangan Marxis saat ini mengenai masalah petani di
Rusia. Kaum Marxis menyatakan bahwa kaum Sosialis-Revolusioner mewakili pendirian kaum
borjuis kecil (mereka adalah ideolog kaum borjuis kecil) dengan alasan yang kuat bahwa mereka
tidak dapat membersihkan diri dari ilusi-ilusi kaum borjuis kecil dan bayangan Narodnik dalam
menilai gerakan petani.

Bila kita selalu mengingat semua kebenaran Marxis yang paling mula ini, tindakan yang
selalu lebih suka dihindari oleh kaum Sosialis-Revolusioner, maka kita tak akan punya banyak
kesulitan dalam menilai keberatan kaum Sosialis-Revolusioner “yang terakhir” atas Marxisme,
seperti berikut ini:

“Mengapa itu perlu?” seruan dalam Revolutsionnaya Rossiya (no. 75), “Pertama mendukung
kaum petani secara umum dalam melawan para tuan tanah, dan kemudian (misalnya: pada saat
yang sama) mendukung kaum proletar menentang seluruh kaum petani, yang sekaligus sebagai
ganti dari tindakan mendukung kaum proletar menentang para tuan tanah; dan apa yang
Marxisme harus lakukan setelah itu, hanya surga yang tahu.”

Ini adalah titik pandang anarkisme paling primitif, kekanak-kanakan dan naif. Selama
berabad-abad dan bahkan ribuan tahun, manusia bermimpi melenyapkan “sekaligus” segala
bentuk dan jenis penghisapan. Mimpi ini tetap sekedar mimpi sampai jutaan orang di seluruh
dunia yang dihisap mulai bersatu untuk melakukan perjuangan konsisten, kokoh dan
komprehensif merubah masyarakat kapitalis dalam arahan evolusi masyarakat tersebut yang
terjadi secara alamiah. Mimpi-mimpi sosialis beralih menjadi perjuangan sosialis berjuta
manusia hanya ketika sosialisme ilmiah Marx berhasil mengkaitkan desakan untuk berubah
dengan perjuangan dari suatu kelas tertentu. Di luar perjuangan kelas, sosialisme hanyalah
ungkapan kosong dan mimpi naif. Bagaimanapun, di Rusia dua bentuk perjuangan yang berbeda
dari dua kekuatan sosial yang berbeda tengah berlangsung di belakang penglihatan kita. Kaum
proletar sedang berjuang melawan borjuasi, dimanapun hubungan-hubungan produksi kapitalis
itu ada (dan hubungan produksi kapitalis itu ada ini patut diketahui kaum revolusioner kita
bahkan dalam komune petani, misalnya: di tanah-tanah yang menurut titik pandang mereka
100% merupakan tanah yang “disosialkan”). Sedang sebagai bagian dari strata pemilik tanah
kecil, borjuis kecil, kaum petani berjuang melawan seluruh kelangsungan hidup perhambaan,
melawan birokrat dan para tuan tanah. Hanya mereka yang benar-benar mengabaikan ekonomi
politik dan sejarah revolusi-revolusi dunia yang bisa keliru melihat bahwa ini adalah dua perang.
Menutup mata terhadap perbedaan perang-perang tersebut dengan cara menuntut suatu gerakan
yang “sekaligus” sama saja menyembunyikan kepala di bawah ketiak orang dan menolak
membuat analisis realita.
Kaum sosial revolusioner yang telah berintegras lagi pada pandangan kuno narodnik, bahkan
ternyata telah merupakan ajaran-ajaran Narodnik itu sendiri. Seperti itu-itu juga ditulis dalam
Revolutsionnaya Rossiya dalam artikel yang sama: “Dengan menolong kaum petani untuk
mengenyahkan tuan tanah, tuan Lenin tanpa sadar sudah membantu berdirinya ekonomi borjuis
kecil di atas reruntuhan pertanian kepitalis yang kurang lebih sudah berkembang. Tidakkah ini
sebuah “langah mundur” dari titik pandang Marxisme ortodoks?”

Memalukan, saudara-saudara!! Mengapa anda lupa dengan tulisan orang-orang anda sendiri,
Mr. V.V.! Periksa tulisannya, Destiny of Capitalism, juga Sketches, tulisan tuan Nikolai [1], dan
sumber-sumber lain tentang bijaknya anda. Anda kemudian akan mengingat kembali bahwa
pertanian tuan tanah di Rusia itu memadukan dalam dirinya gambaran baik kapitalisme dan
pemilikan hamba-hamba. Kemudian anda akan menemukan bahwa, terdapat suatu sistem
ekonomi yang didasarkan pada sewa buruh, suatu sistem yang langsung mempertahankan sistem
kerja tanpa upah. Jika lebih jauh lagi anda mencari pemecahan kesulitan tersebut pada buku
macam Marxis ortodoks, seperti volume ke tiga Kapital-nya Marx[2], anda akan temui bahwa
dimanapun tak ada sistem kerja tanpa upah yang berkembang, dan dimanapun sistem itu tak bisa
berkembang serta kemudian berubah menjadi pertanian kapitalis kecuali melalui perantaraan
pertanian petani borjuis kecil. Dalam usaha anda menghalau Marxisme, anda malah mundur ke
metode yang terlalu primitif, metode yang sudah demikian lampau digunakan; pada Marxisme
secara langsung anda memberikan satu konsepsi pertanian kapitalis skala besar yang amat
dangkal dan aneh melebihi konsep pertanian skala besar dengan dasar sistem kerja tanpa upah.
Anda berpendapat bahwa karena hasil pertanian di tanah milik tuan tanah itu lebih tinggi
dibandingkan dengan pertanian petani maka perampasan tanah milik tuan tanah adalah suatu
langkah yang terbelakang. Argumentasi ini layak dinyatakan oleh seorang anak sekolah dasar
kelas 4. Sekedar pertimbangan, saudara-saudara: dengan memisahkan hasil-rendah tanah petani
dari hasil-tinggi perkebunan tuan-tuan tanah ketika perbudakan dihapuskan, tidakkah itu
merupakan “langkah mundur”?

Sistem ekonomi tuan tanah di Rusia saat ini merupakan perpaduan antara ciri-ciri kapitalisme
dan pemilikan-perhambaan. Secara obyektif, saat ini perjuangan kaum petani melawan para tuan
tanah adalah perjuangan melawan kelangsungan hidup perhambaan. Tapi mencoba menghitung
seluruh kasus individual, mempertimbangkan setiap kasusnya dan menentukan secara tepat
dengan ukuran skala seorang ahli obat, untuk menemukan kapan berakhirnya masa pemilikan-
perhambaan dan kapitalisme dimulai, itu berarti mencoba menganggap marxis sama dengan sifat
teliti dan cermat. Kita tidak bisa menghitung bagian apa dari harga bahan-bahan yang dibeli dari
sebuah toko kecil, yang mewakili nilai lebih dan bagian apa dari harga itu yang mewakili
penipuan atas kerja buruh, dan sebagainya. Apakah itu berarti kita harus membuang teori nilai
kerja, saudara-saudara?
Ekonomi tuan tanah kontemporer memadukan gambaran kapitalisme dan perhambaan. Tetapi
dari kenyataan tersebut hanya ilmuwan saja yang bisa berkesimpulan bahwa inilah tugas kita
untuk mempertimbangkan, menghitung dan memaparkan tiap menit gambaran dalam katagori
sosial ini dan itu. Oleh karenanya hanya kaum utopialah yang dapat berkesimpulan bahwa,
“tidak ada kebutuhan” bagi kita untuk melukiskan perbedaan di antara dua perang sosial yang
berbeda. Sehingga sebenarnya, satu-satunya kesimpulan sesungguhnya yang muncul adalah
bahwa baik dalam program maupun taktik, kita harus memadukan perjuangan proletariat yang
sejati melawan kapitalisme dengan perjuangan demokrasi secara umum (dan petani secara
umum) melawan penghambaan.

Makin jelas gambaran kapitalis pada ekonomi tuan tanah semifeodal saat ini, maka makin
mendesak keharusan untuk mengorganisir proletariat pedesaan secara terpisah, karena ini akan
lebih cepat menolong kapitalis sejati atau proletariat sejati, pihak yang berantagonisme ini
menegaskan posisi mereka dimanapun perampasan tanah terjadi. Makin jelas gambaran kapitalis
dalam ekonomi tuan tanah, makin cepat perebutan yang demokratik memberi dorongan pada
perjuangan yang sesungguhnya untuk sosialisme dan konsekuensinya, makin bahayanya
membangun cita-cita palsu revolusi demokratik melalui pemakaian slogan “sosialisasi”. Ini
adalah kesimpulan yang ditarik dari kenyataan bahwa ekonomi tuan tanah adalah percampuran
antara kapitalisme dan hubungan-hubungan pemilikan-perhambaan.
BAB IX
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap negara berhak dalam memilih sistem pemerintahannya sendiri, Indonesia juga pernah
menerapkan beberapa sistem pemerintahan. Namun, yang paling cocok dengan kepribadian
bangsa Indonesia adalah ideologi terbuka karena sinkron dengan sistem pemerintahan yang
demokratis yang menjamin kebebasan warga negaranya dalam mengeluarkan pendapat
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 28.
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara
pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan
dirumuskan untuk kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi
pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan
membangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya. Pancasila juga merupakan
wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara
moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia dengan berdasarkan
Pancasila.
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik dapat
diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.
Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun belakangan ini adalah kesempatan emas yang
harus dimanfaatkan secara optimal untuk merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri
negara kita untuk membangun negara Pancasila ini.
Setiap ideologi memerlukan hadirnya proses dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya
dan tetap adaptif dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini, setiap warga negara
Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini berhak ikut dalam proses merevitalisasi ideologi
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

17
Daftar Pustaka

Sumber Buku:
Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk. 2007. Sejarah SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira
UUD ’45 dan Amandemen. Jakarta: Srikandi, 2006

Sumber Internet:
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/02/pancasila-uud-1945.html
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/09/23/0038.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://ideologipancasila.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Islamisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_Islam
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalis
http://en.wikipedia.org/wiki/Secularism

Anda mungkin juga menyukai