Anda di halaman 1dari 44

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NAMA: Rahiq Nabil

0
KELAS: X - IPS

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..1

BAB I |PENDAHULUAN……………………………………………………. …2

Latar Belakang…………………………………………………………..2

BAB II | SISTEM POLITIK……………………………………………………….3

Pengertian Sistem Politik………………………………………..….3

Jenis-Jenis Sistem Politik Di Indonesa……………………..…6

BAB III | KONSTITUSI……………………………………………………………14

Pengertian Konstitusi………………………………………………..14

Istilah Konstitusi……………………………………………………….18

Macam Konstitusi…………………………………………………….19

Klasifikasi Konstitusi…………………………………………………20

BAB IV | KEWARGANEGARAAN DAN WARGA NEGARA……….23

Pengertian Kewarganegaraan………………………….23

Pengertia Warga Negara………………………………….24

Asas-Asas Kewarganegaraan……………………………25

2
Ketentuan Menjadi Warga Negara Indonesia….27

Daftar Pustaka…………………………………………………………..29

3
Bab I

pendahuluan

1.Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang

menggunakanPancasila sebagai dasar negara. Tentunya dengan

kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasiladan nilai-nilai yang

terkandung didalamnya harus diketahui, dipahami, dihayati,

dandiimplementasikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal ini juga sesuai

dengan posisi Pancasilasebagai pandangan hidup bangsa.Walaupun

demikian, masih banyak masyarakat yang belum memahami

danmelaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila secara

menyeluruh. Sebagai siswa, tentunya merupakan sebuah kewajiban untuk

memberikan pelayanan kepadamasyarakat. Pelayanan tersebut dapat

berupa dengan ilmu maupun pengetahuan yang berguna.Oleh karena itu,


4
diperlukan pemahaman pada kalangan mahasiswa untuk mengetahui

Pancasilasebagai filsafat dan Ideologi Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dalam makalah ini penulis akan membahas sistem negara, dasar

negara, dan konstitusi.

Bab II

SISTEM POLITIK

Setiap negara pasti mempunyai sebuah sistem untuk mengatur dan

menjalankan seluruh urusan pemerintahan yang disebut Sistem

pemerintahan. Sebuah sistem pemerintahan berisi sekumpulan aturan-

aturan dasar mengenai pola kepemimpinan, pola pengambilan kebijakan

dan berbagai macam hal yang lainnya. Sistem pemerintahan memiliki

fungsi untuk menjaga kestabilan pemerintah, baik dalam bidang pilitik,

pertahanan, dan masih banyak yang lainnya.

5
Sistem politik yang dianut setiap negara yang ada di dunia berbeda-

beda dan memiliki perbedaan, kelebihan, kekurangan, dan karakteristik

sendiri-sendiri.

A. Pengertian Sistem Politik

istilah sistem politik berasal dari beberapa kata sebagai berikut:

i. sistem: merupakan terjemahan dari kata system (bahasa inggris)

yang berarti tatanan, cara, jaringan, susunan atau perangkat unsur

yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu

totalitas. Adapun sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan

bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri

komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk

memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai

suatu tujuan.

ii. Politik : berasal dari bahasaYunani: Politikos Arab: ‫سياسة‬, siyasah

(dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang

6
berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan

pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud

proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Mengacu pada beberapa pengertian di atas, “sistem politik” dapat di

definisikan sebagai berikut:

 sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau

pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam

suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari

lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap di antara

elemen-elemen pembentuknya

 Sistem politik sebagai struktur, yaitu organisasi formal dalam

masyarakat di mana digunakan untuk menjalankan keputusan

keputusan yang berwenang seperti misalnya partai politik, badan

perwakilan rakyat, eksekutif dan birokrasi

7
 Sistem politik sebagai kebijakan bahwa pola pola kegiatan

pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk mempengaruhi

distribusi keuntungan dalam masyarakat.

 Menurut Drs. Sukarno Pengertian sistem politik adalah

sekumpulan pendapat, prinsip yang membentuk satu kesatuan yang

berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta

melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara

mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau

dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Sistem politik mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu

kestabilan negara itu. Dengan kata lain, sistem pemerintahan memiliki

tujuan untuk menjaga kestabilan rakyat, menjaga tingkah laku kaum

mayoritas maupun minoritas, mejaga fondasi pemerintahan, menjaga

8
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi

sistem yang terus menerus dan demokratis, dimana masyaerakat

seharusnya bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem politik

tersebut. Hingga saat kini, hanya sedikit negara yang bisa mempraktikan

sistem politik secara menyeluruh.

Namun, di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme

(gerakan untuk memisahkan diri / mendirikan negara sendiri) karena

sistem politik yang dianggap memberatkan atau merugikan rakyat. Untuk

itu, setiap negara harus memahami karakteristik negaranya sebelum

menerapkan sistem agar dalam penyelenggaraan pemerintah tidak

menemui hambatan-hambatan yang besar.

B. Jenis-Jenis Sistem Politik di Indonesia

1. Demokrasi Liberal

Di indonesia demokrasi liberal berlangsung sejak 3 november

9
1945, yaitu sejak sistem multi-partai berlaku melalui maklumat

pemerintah. Sistem multi-partai ini lebih menempakkan sifat instabilitas

politik setelah berlaku sistem parlementer dalam naungan UUD 1945

periode pertama.

Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi parlementer, oleh

karena berlangsung dalam sistem pemerintahan parlementer ketika

berlakunya UUD 1945 periode pertama, konstitusi RIS, dan UUDS 1950.

Dengan demikian demokrasi liberal secara formal berakhir pada tanggal 5

juli 1959, sedang secara material berakhir pada saat gagasan demokrasi

terpimpin dilaksanakan, dengan demikian sistem politik di indonesia

adalah sistem politikyang berlaku atau sebagaimana adanya di indonesia,

baik seluruh proses yang utuh maupun hanya sebagian saja. Melalui

pidato presiden didepan konstituante tanggal 10 november 1956 atau

pada saat konsepsi presiden tanggal 21 februari 1957 dengan dibentuknya

dewan nasional.

10
Dalam periode demokrasi liberal ini ada beberapa hal yang secara

pasti dapat dikatakan telah melekat dan mewarnai prosesnya,

diantaranya :

 Gaya politik

Bersifat ideologis, artinya lebih menitikberatkan faktor yang

membedakan. Sebabnya ialah karena ideologi cenderung bersifat kaku

dan tidak kompromistik atau reformistik. Adanya kelompok-kelompok

yang mengukuhi ideologi secara berlainan, bahkan bertentangan,

berkulminasi pada saat berhadapan dengan kebuntuan penetapan dasar

negara pada saat sidang konstituante. Gaya politik yang ideologik

dalam konstituante ini oleh elitnya masing-masing dibawa ketengah

rakyat, sehingga timbul ketegangan dan perpecahan dalam masyarakat.

 Kepemimpinan

11
Berasal dari angkatan sumpah pemuda yang lebih canderung belum

permisif untuk meninggalkan pikiran-pikiran paternal, primordial

terhadap aliran, suku, agama, atau kedaerahan

 Demokrasi Terpimpin

Dalam periode demokrasi terpimpin ini, pemikiran ala demokrasi

barat banyak ditinggalkan. Tokoh politik (Soekarno) yang memegang

pimpinan nasional ketika itu menyatakan bahwa demokrasi liberal

(demokrasi parlementer) tidak sesuai dengan kepribadian bangsa

indonesia. Prosedur pemungutan suara dalam lembaga perwakilan rakyat

dinyatakan pula sebagai tidak efektif dan ia kemudian memperkenalkan

apa yang disebut musyawarah untuk mufakat.

Sistem multipartai oleh tokoh politik tersebut dinyatakan sebagai

salah satu penyebab inefektivitas pengambilan keputusan, karena

masyarakat lebih didorong kearah bentuk yang fragmentaris. Untuk

12
merealisasikan demokrasi terpimpin ini, kemudian dibentik badan yang

disebut front nasional pada periode ini dan disebut pula periode

pelaksanaan UUD 1945 dalam keadaan ektra-or-diner, disebut demikian

karena terjadi penyimpangan UUD 1945.

 Gaya politik

Ideologi masih tetap mewarnai periode ini, walaupun sudah dibatasi

secara formal melalui Penpres tentang syarat-syarat dan

penyederhanaan kepartaian (penpres no.7-1959). Tokoh politik

memperkenalkan gagasan nasionalisme agama dan komunisme

(nasakom), kompetisi nasakomis masih dibenarkan karenadalam

kondisi tersebut tokoh politik dapat memelihara keseimbangan.”jor-

joran” masih berada dalam penguasaan dan didominasi tokoh politik

yang menurut beberapa pengamat, menjalankan cara yang memecah

dan kemudian menguasainya. Ketika kapercayaan terhadap tokoh

politikitu meluntur, yaitu pada saat dan sesusah G-30 S/PKI meletus

13
Jor-Joran tersebut berubah menjadi pertarungan terbuka.

Sementara tokoh politik itu berkuasa, pengaturan soal-soal

kemasyarakatan dan politik lebih cenderung dilakukan secara paksaan.

Hal-hal ini di buktikan oleh merajalelaanya teror mental dengan

memberikan predikat kontra revolusi kepada aliran-aliran yang tidak

setuju dengan nilai-nilai yang mutlak tersebut diatas.

 Kepemimpinan

Para pemimpin berasal dari angkatan 1928 dan angkatan 1945 dengan

tokoh politik Soekarno sebagai titik dan pusatnya. Kepemimpinan

tokoh politik ini berdasar pada politik mencari Kambing hitam. Karena

sifatnya kharismatik dan paternalistik, tokoh politik ini dapat

menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-pihak

bertikai, baik dengan sukarela maupun karena terpaksa. Dengan

14
dialektika, pihak yang kurang kemampuannya akan tersingkir dari

gelanggang politik dan yang kuat akan merajainya. Gimnastik politik

ini menguntungkan PKI.

2. Demokrasi Pancasila

Penelahan terhadap Demokrasi-Pancasila tentu tidak dapat bersifat

final, karena masih terus berjalan dan berproses. Herbert Feith pernah

menulis artikel yang berjudul Suharto’s Search For a Political Formal

pada tahun 1968, yaitu pada awal demokrasi-pancasila ini diperkenalkan

dan mulai dikembangkan, oleh karena itu yang dikemukakan disini

semata-mata hanya dalam usaha mencari format demokrasi pancasila

tersebut.

Praktek-praktek mekanisme demokrasi pancasila masih mungkin

berkembang dan berubah, atau mungkin belum merupakan bentuk hasil

proses yang optimal, sebagai prestasi sistem politik indonesia. Disana sini

pula akan terjadi penyesuaian sejalan dengan perubahan situasi dan

15
kondisi yang mengitarinya. Namun batu pertama telah dletakkan oleh

demokrasi pancasila ini dapat diukur dari uraian sementara seperti

dibawah ini.

 Gaya Politik

Gaya ideologik boleh dikatakan sudah hampir tidak manggung lagi,

yang menonjol ialah gaya Intelektual yang progmatik, melalui

penyaluran kepentingan yang berrorientasi kepada program dan

pemecahan masalah.

 Kepemimpinan

Bersifat legal artinya bersumber pada ketentuan-ketentuan Normatif

Konstitusional. ABRI sebagai titik pusat polititk di indonesia dewasa

didukung oleh Teknokrat.

Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai

system demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh

rakyat untuk rakyat. Indonesia menganut sistem pemerintahan

16
presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara

sekaligus kepala pemerintahan.

Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan Negara

Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku

bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil,

di bawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan federal di bawah

Republik Indonesia Serikat (RIS) selama tujuh bulan (27 Desember 1949

- 17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan republik.

Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon desakan

daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat

sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk

mewujudkan desentralisasi kekuasaan.

17
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan

berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan

kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya

mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan

skala prioritasnya.

Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD)

1945, yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara

negara; kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga

negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara. Lembaga

legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR).

Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden, yang dalam menjalankan

tugasnya dibantu oleh seorang wakil presiden dan kabinet. Di tingkat

18
regional, pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang gubernur,

sedangkan di pemerintahan kabupaten/kotamadya dipimpin oleh seorang

bupati/walikota. Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman

yang dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga

kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada di

bawahnya.

Fungsi MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan,

memberi nasehat, dan fungsi adminsitrasi. Saat ini UUD 1945 telah

mengalami beberapa kali amandemen, yang telah memasuki tahap

amandemen keempat. Amandemen konstitusi ini mengakibatkan

perubahan mendasar terhadap tugas dan hubungan lembaga-lembaga

negara.

Fungsi MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan,

memberi nasehat, dan fungsi adminsitrasi. Saat ini UUD 1945 telah

mengalami beberapa kali amandemen, yang telah memasuki tahap

19
amandemen keempat. Amandemen konstitusi ini mengakibatkan

perubahan mendasar terhadap tugas dan hubungan lembaga-lembaga

negara.

BAB III

KONSTITUSI

Difinisi konstitusi adalah aturan dasar mengenai ketatanegaraan suatu

negara. Kedudukannya merupakan hukum dasar dan hukum tertinggi.

Konstitusi memiliki dua sifat yaitu kaku dan luwes. Adapun fungsi

konstitusi adalah membatasi kekuasaan dan menjamin HAM. Isinya

berupa pernyataan luhur, struktur dan organisasi negara, jaminan HAM,

prosedur perubahan, dan larangan perubahan tertentu. Konstitusi yang

pernah berlaku di Indonesia terdiri dari 1. UUD 1945 (Konstitusi I), 2.

Konstitusi RIS 1949, 3. UUDS 1950, 4. UUD 1945 Amandemen.

Amandemen konstitusi terdiri dari pengertian, hasil-hasil dan sikap yang

seharusnya positif-kritis dan mendukung terhadap proses Amandemen

20
UUD 1945. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia pernah terjadi

penyimpangan, yang mana bertujuan untuk menjadi pelajaran bagi masa

depan. Ada beberapa pesan bijak tentang masalah konstitusi “Di dalam

negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional,

UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan”.

“pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaan kekuasaan tidak

bersifat sewenang-wenang”. (Miriam Budiharjo)“Kekuasaan cenderung

diselewengkan, semakin besar kekuasaan, semakin besar kecenderungan

untuk diselewengkan”. (Lord Acton).

A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie

(Bhs. Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk,

menyusun, menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi

diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut

21
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut

negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan

suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk,

mengatur, atau memerintah negara. Pengertian konstitusi menurut para

ahli

a)Koernimanto soetopawiro

Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati

bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri.

Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

b)Lasalle

Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam

masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam

masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik.

c)Herman heller

22
Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya

bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan

badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi.

Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti

membentuk.

 Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu

“Cume” berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat

sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu,

sehingga menjadi “constitution”.

 Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki

makna yang lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi

adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang tertulis

23
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara

bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu

masyarakat.

 Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal

dengan sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang

mengatur dasar dan kerja sama antar sesame anggota masyarakat

dalam sebuah Negara.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua

pengertian, yaitu:

1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke),

konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum

dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu

merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran

24
dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-

undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara

dalam praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;

 Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek

penyelenggaaraan Negara.

 Tidak bear tentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang

Dasar dan bearjalan sejajar.

 Diterima oleh rakyat Negara Bersifat melengkapi sehingga

memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam

Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat

aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,

yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu

dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

25
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi

berarti piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai

peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang

Dasar, hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman

Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD.

Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan

konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup

hukum dasar yang tidak tertulis. Adapun menurut Herman Heller,

konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:

 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu

konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik di dalam

masyarakat sebagai suatu kewajiban.

26
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur

hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk

dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.

 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam

suatu naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi

derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.

Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-

poko penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Istilah Konstitusi

Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem

ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang

membentuk mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan

tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.Sehubungan dengan

konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi

perbedaan pendapat:

27
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;

2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.

Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang

lebih luas dari undang-undang.Dia membagi konstitusi dalam tiga

pengertian antara lain:

a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat

sebagai suatu

kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)

b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat

dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-

unsur hukum ” Abstraksi ”.

c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi

dan berlaku dalam suatu negara.

Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :

28
 Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-

haknya yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-

tindakan penguasa;

 Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang

memerintah dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan

menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;

 Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk

menjamin tata cara penyelenggaraan ketatanegaraan;

 Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar

negara bagian.

C. Macam Konstitusi

Menurut C.F. Strong konstitusi memiliki bentuk tertulis dan tidak

tertulis. Konstitusi tertulis adalah aturan – aturan pokok dasar negara ,

bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya

yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum

29
negara. Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan

ketatanegaraan yang sering timbul. Adapun syarat – syarat konvensi

adalah: Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik

penyelenggaraan negara, tidak bertentangan dengan UUD 1945,

memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi konstitusi politik dan

konstitusi sosial. Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma

dalam penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan pemerintah,

hubuyngan antar lembaga negara.Sedangkan konstitusi sosial adalah

konstitusi yang mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofis

negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin

dikembangkan bangsa itu.

D. Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

30
 Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang

dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau

dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk

memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-

undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam

aturan-aturang yang sudah disiapkan.

 Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan

proses yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum,

Amandemen, Referendum dan konvensi.

b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu

a. Elastic

b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2) Ciri-ciri konstitusi yang kaku

31
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan

peraturan undang-undang yang lain.

b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan

persyaratan yang berat.

c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi

 Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat

kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas

peraturan perundang-undang yang lain.

 Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak

mempunyai kedudukan serta derajat.

d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

 Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system

pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan

pemerintah Negara bagian.

32
 Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai

karena seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat

sebagaimana diatur dalam konstitusi.

e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system

pemerintahan parlementer.Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-

ciri system pemerintrahan presidensial dapat diklasifikasikan kedalam

konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya.

Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan

politik yang disebut Negara.Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel

(luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes

apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu

sesuai perkembangan jaman dinamika masyarakatnya.

Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu

sulit untuk diubah kapanpun.

33
Adapun fungsi konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah

sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat

sewenang-wenang dan juga menjamin hak-hak asasi warga Negara

kedudukan konstitusiyaitu sebagai hukum dasar, Konstitusi

berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan

tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.Konstitusi

sebagai hukum tertinggi, lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai

hukum tertinggi dala tata hukum yang bersangkutan.

Bab IV

Kewarganegaraan dan Warga Negara

A. Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah suatu keanggotan seseorang didalam suatu

negara. Kewarganegaraan juga bisa diartikan sebagai hubungan antara

negara dengan warga negara. Adapun menurut Undang-Undang,

34
kewarganegaraan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai

berikut:

a) Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis

 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya

ikatan hukum antara orang-orang dengan negara.

 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan

ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan,

ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah

air

b) Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.

 Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat

kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah

kewarganegaraan berada pada hukum publik.

35
 Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat

hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan

kewajiban warga Negara

B. Pengertian Warga Negara

Warga negara adalah seseorang yang mendiami atau bertempat tinggal

didalam suatu negara. Warga negara juga memiliki hak dan kewajiban

yang sama terhadap negara. Warga Negara Indonesia menurut Pasal 26

UUD 1945 adalah : Orang-orang bangsa Indonesia asli dan bangsa lain

yang disahkan Undang-undang sebagai warga Negara.

Berdasarkan pada pasal berdasar UUD pasal 26 dinyatakan sebagai warga

negara adalah sebagai berikut:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan

orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang

sebagai warga negara.

36
2. Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia

karena faktor-faktor sebagai berikut :

 Karena kelahiran.

 Karena pengangkatan.

 Karena dikabulkannya permohonan.

 Karena pewarganegaraan.

 Karena perkawinan.

 Karena turut ayah dan atau ibu

3. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang undangan

dan atau berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain

sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.

Adapun bukti menjadi warga negara adalah sebagai berikut :

a) Akta kelahiran.

b) Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan

pengangkatan anak asing).

37
c) Surat bukti kewarganegaraan (petikan keputusan Presiden) karena

permohonan atau pewarganegaraan.

d) Surat bukti kewarganegaraan (surat edaran menteri kehakiman)

karena pernyataan atau pewarganegaraan.

C. Asas-Asas Kewarganegaraan

1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Keturunan dan Kelahiran

 Asas keturunan asas keturunan ( lus sanguinnis ) adalah

penentuan status kewarganegaraan berdasarkan daerah atau

keturunan. Asas ini menetapkan seseorang memperoleh

kewarganegaraan suatu negara apabila orang tuanya berstatus

warga negara dari negara tersebut; apabila seseorang lahir di

Indonesia tetapi orang tuanya berkewarganegaraan asing, ia

memperoleh status kewarganegaraan berdasarkan dari orang

tuanya.

38
 Asas kelahiran ( lus soli ) adalah penentuan status

kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran

seseorang; artinya, apabila seseorang lahir disuatu wilayah

negara, maka ia berhak mendapatkan status waraga negara

tersebut.

2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan

 Asas kesatuan hukum

Asas kewarganegaraan yang diperoleh atas adanya pemahaman dan

komitmen yang sama dari suami dan istri untuk menjalankan

hukum yang sama.

 Asas persamaan derajat

Asas yang menentukan bahwa suatu perkawinan tidak

menyebabkan perubahan status kewarganegaraan pihak masing –

39
masing. Oleh karena itu, suami ataupun istri dapat memiliki

kewarganegaraan asal.

3. Unsur Dan Persoalan Kewarganegaraan

Merujuk kepada asas – asas kewarganegaraan di atas, dapatlah

dikemukakan unsur – unsur yang menentukan status kewarganegaraan

seseorang, meliputi :

 Unsur darah atau keturunan ( ius sanguinis )

Kewarganegaraan yang diperoleh atas kewarganegaraan dari orang

tua yang melahirkan. Bila orang tua berkewarganegaraan Indonesia

maka anaknya adalah warga negara Indonesia. Unsur ini telah

berlaku dalam system kesukuan sejak dahulu, dan sekarang berlaku

diantaranya di Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan

Indonesia.

 Unsur daerah tempat lahir ( ius soli )

40
Kewarganegaraan yang diperoleh atas dasar daerah kelahiran dari

orang tua yang melahirkan. Bila orang dilahirkan di wilayah

hukum Indonesia, maka ia berhak menjadi warga negara Indonesia,

kecuali korps diplomatik, dan tentara asing yang sedang menjalani

ikatan dinas. Unsur ini berlaku di antaranya di Inggris, Amerika

Serikat, Perancis dan Indonesia. Unsur ini tidak berlaku di Jepang

karena harus membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan

Jepang.

D. Ketentuan Menjadi WNI sesuai UU NO 12 Tahun 2006

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini,

orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi

WNI.

41
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI

dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI

dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara

asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut.

5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu

seorang WNI.

6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

42
Daftar Pustaka

Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, Mandar Maju, 1993

Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003

Bagas Hendradi ,”Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Istana

Media, 2017

http://puspitasenja.blogspot.com/

https://www.zonareferensi.com/

http://rahayuanggaraini.blogspot.com/

https://www.academia.edu/

43

Anda mungkin juga menyukai