Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
”WAKTU PENCAMPURAN”
Kelas : DIII B
Kelompok : IV (EMPAT)
Nama Kelompok : 1. Fajar Ikhsan Pradana (1907036386)
2. Alkin Yudayana Pasaji (1907036390)
3. Vivi Angelia (1907035840)
4. Feni Afriana (1907036127)
BAB I
PENDAHULUAN
3. Turbine
Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade, pitchet
fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade dan shrouded. Pola
sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi batang
pengaduk). Prinsip kerjanya adalah pengaduk turbine adalah pengaduk dayung yang
memiliki banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada
kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter
dari sebuah turbine biasanya antara 30 - 50% dari diameter tangki. Turbine biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk Turbine dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik,
gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk dan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas (Purwanto, 2008).
Pada turbine dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 o, beberapa aliran
aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan
terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah
dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbine dengan hanya empat
daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya
dan sangat berguna dalam suspensi padatan. Kegunaanya untuk fluida dengan
viskositas rendah dan aliran radial dan tangensial (Purwanto, 2008).
4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti pita)
dibentuk dalam sebuah bagian hellical (bentuknya seperti baling-balling helikopter
dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam sebuah bagian
aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas pengaduk (Purwanto,
2008).
Jadi bisa dikatakan bahwa jenis tangki yang mempunyai baffle akan lebih
efektif dibanding dengan tangki yang tidak mempunyai baffle, karena pada tangki
yang menggunakan baffle memerlukan waktu yang lebih sedikit dibandingkan tangki
yang tidak menggunakan baffle untuk mendapatkan nilai konduktivitas dan juga pada
tangki yang menggunakan baffle komponen akan saling bertumbukan sehingga
komponen atau bahan yang digunakan lebih cepat tercampur daripada yang tidak
menggunakan baffle (Purwanto, 2008).
1.1.9 Posisi Sumbu Pengaduk
Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (center). Posisi ini memiliki pola
aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluida
pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola ini bias
disebut dengan pusaran (vortex) dengan pust pada sumbu pengaduk. Pusaran ini akan
smakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga meningkatkan
tubulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah prose disperse gas-cair, terbentuknya
pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut biasa menghasilkan
disperse udara yang menghambat disperse gas kecairan dan sebaliknya (Kurniawan,
2011).
Gambar 1.5 Posisi center dari sebuah pengaduk yang menghasilkan vortex
[Kurniawan, 2011]
Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah
posisi sumbu pengaduk. Pposisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak
lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu
berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi
penelitian yang dilakukan (Kurniawan, 2011).
1.1.10 Dimensi dan Geometri Tangki
Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah
satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas
tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama
dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan
kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang
melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salh satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam
pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan persamaan (2).
Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki
kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang digunakan.
2.1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ada beberapa macam yaitu :
1. tangki yang dilengkapi motor dan batang pengaduk
2. beberapa tipe pengaduk (propeller dan turbin)
3. stopwatch, konduktivitimeter
4. Neraca analitik
5. Gelas beaker.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Air (H2O)
2. Natrium Klorida (KCl) 25 gram.
800
750
700 propeller turbin
600
500520 520
400 400
330
300
200 211
100
0
150 rpm 225 rpm 300 rpm
Gambar 3.3 Kurva hubungan antara kecepatan putaran pengaduk dengan waktu
pencampuran pada tangki yang dilengkapi paddle
Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa pada tangki yang dilengkapi paddle
dengan menggunakan tipe pengaduk propeller semakin cepat kecepatan putaran
pengaduk, maka waktu pencampuran yang didapatkan akan semakin cepat pula.
Begitu pun dengan tipe pengaduk turbine, semakin pelan kecepatan putaran
pengaduknya maka waktu pencampuran yang didapatkan akan semakin lama. Hal ini
disebabkan karena pada proses pengadukan, kecepatan pengadukan akan
mempercepat homogenitas campuran. Jadi semakin cepat pengadukan maka waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai homogenitas campuran semakin cepat. Faktor lain
yang mempengaruhi homogenitas suatu larutan adalah jenis impeller dan kecepatan
putar optimal, dimana masing-masing jenis impeller memiliki kecepatan optimum
dalam pengadukan.
0 propeller turbin
0
0 0
0 0 0
00
0
0
0
0
150 rpm 225 rpm 300 rpm
1000
950
900 propeller turbin
800801
700 692
600
500
418 450
400
350
300
200
100
0
150 rpm 225 rpm 300 rpm
Gambar 3.5 Kurva hubungan antara kecepatan putaran pengaduk dengan waktu
pencampuran pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
Pada saat proses pengadukan yang tangkinya tidak dilengkapi dengan
impeller paddle, waktu pencampuran tipe pengaduk propeller ataupun turbine akan
lebih lama apabila kecepatan pengaduknya diperlambat. Hal ini disebabkan karena
adanya pusaran atau vorteks selama proses pengadukan. Vortex sendiri menyebabkan
pencampuran lebih lama merata dikarenakan pencampuran berfokus pada titik tengah
pusaran pada dasar tangki pengaduk.
3.2.4 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan konduktivitas pada
tangki yang tidak dilengkapi paddle
Nilai konduktivitas yang diperoleh pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
tidak jauh berbeda dengan tangka yang dilengkapi dengan paddle , hanya saja waktu
yang diperlukan untuk mencapai kestabilan konduktivitas sedikit lebih lama
dibandingkan tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan paddle . Dapat dilihat pada
Gambar 3.6 berikut.
propeller turbin
0
0 0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
150 rpm 225 rpm 300 rpm
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini yaitu :
1. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin cepat laju pencampuran
terlihat dari nilai konduktivitas yang meningkat seiring meningkatnya
kecepatan perputaran impeller.
2. Impeller yang paling efektif ialah turbine karena memiliki nilai
konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan propeller.
4.2 Saran
Saran kami dalam melakukan percobaan ini yaitu :
1. Pembacaan alat konduktivitimeter tidak stabil makalakukan pencatatan
angka yang paling lama dan sering muncul.
2. Lakukan pembagian tugas dalam menimbang bahan, mengukur
konduktivitas dan memperhatikan stopwatch.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, Warren L., Smith, Julian C., dan Harriot, Peter. 1999. Operasi Teknik
Tabel 1 Tangki yang dilengkapi baffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller Turbin
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)
150 rpm 420 1774
300 rpm 360 2720
450 rpm 480 2749
600 rpm 360 2995
Tabel 2 Tangki yang dilengkapi baffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller Propeler
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)
150 rpm 420 1553
300 rpm 360 1990
450 rpm 240 2688
600 rpm 360 2796