Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia I Dr. Desi Heltina

”WAKTU PENCAMPURAN”

Kelas : DIII B
Kelompok : IV (EMPAT)
Nama Kelompok : 1. Fajar Ikhsan Pradana (1907036386)
2. Alkin Yudayana Pasaji (1907036390)
3. Vivi Angelia (1907035840)
4. Feni Afriana (1907036127)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
Abstrak
Pencampuran (mixing) merupakan peristiwa menyebarnya bahan – bahan secara acak.
Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu dan
homogen, menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses selanjutnya
atau menghasilkan produk akhir yang baik. Baffle digunakan untuk mencegah terjadinya
pembentukan ruang udara (vortex) pada saat cairan dengan viskositas yang rendah di aduk
dalam tangki dengan impeller yang berada pada pusatnya. Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai konduktivitas yang konstan dengan
beberapa impeller yang memakai baffle. Dengan kecepatan putaran pengaduk yang
digunakan yaitu sebesar 150 rpm, 300 rpm, 450 rpm dan 600 rpm. Proses pencampuran
yang dilakukan dengan menggunakan bahan KCl sebanyak 25 gram yang ditambahkan pada
tangki yang berisi air setinggi 30 cm dari dasar tangki. Jenis impeller yang digunakan yaitu,
propeller dan turbin. Pada percobaan ini digunakan tangki berpengaduk yang dilengkapi
baffle. Diantara kedua jenis impeller, penggunaan impeller jenis turbine pada tangki lebih
optimal dibandingkan dengan impeller jenis propellerl.

Kata kunci: impeller, pencampuran, konduktifitas, dan baffle.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa mampu menghitung laju pencampuran suatu elektrolit dalam air,
2. Mahasiswa mampu membandingkan efektifitas beberapa impeller dan
konfigurasi tangki berpengaduk terhadap laju pencampuran

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Pencampuran
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan
bahan-bahan. Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan
komposisi tertentu dan homogen, menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah
diolah pada proses selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu
proses pencampuran sangat diharapkan terjadinya pencampuran yang baik, dimana
bahan-bahan telah tercampur dengan merata (Mc Cabe, 1985).
Menurut Mc Cabe, (1985) proses pencampuran dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Aliran
Aliran yang turbulen menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya aliran
yang laminer dapat mengakibatkan proses pencampuran yang berlangsung tidak
baik.
b. Luas permukaan
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus dicampur, semakin
kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam campuran, maka proses
pencampuran akan semakin baik. Perbedaan ukuran yang besar dalam proses
pencampuran akan menyulitkan dalam terciptanya derajat pencampuran yang tinggi.
c. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada pencampuran,
maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat pelarutan terjadi, terjadi pula
peristiwa difusi, laju difusi dipercepat oleh adanya aliran. Kelarutan sebanding
dengan kenaikan suhu, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan naiknya suhu derajat
pencampuran akan semakin baik pula.
d. Viskositas campuran
Pencampuran adalah operasi unit yang melibatkan memanipulasi sistem fisik
heterogen, dengan maksud untuk membuatnya lebih homogen. Dalam kimia, suatu
pencampuran adalah proses menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa
reaksi kimia yang terjadi (obyek tidak menempel satu sama lain). Pencampuran dapat
dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.

1.1.2 Proses Pencampuran


Jenis-jenis proses pencampuran berdasarkan aliran atau gerakan fluida pada
proses tersebut antara lain:
1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan  (bulk flow).
2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida yang
terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan
adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan
turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang
berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas. Secara khusus,
proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi tiga jenis
permasalahan utama, yaitu :
1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase
multikomponen.
2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari
sistem yang tidak seragam.
3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau
tanpa perubahan komposisi.

Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang


luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun
padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia (Mc Cabe, 1985).

1.1.3 Definisi Pengadukan


Agar bahan tersebut dapat bergerak diperlukan suatu pengadukan dimana
pengadukan tersebut akan memberikan suatu gerakan tertentu pada suatu bahan di
dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat ditentukan oleh jenis pencampuran yang
diinginkan serta keadaan bahan yang akan dicampur (Purwanto, 2008).

1.1.4 Tujuan Pengadukan


Menurut Mc Cabe, (1994) pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai tujuan,
antara lain :
1. Membuat suspensi partikel zat padat
2. Untuk meramu zat cair yang mampu campur ( miscible ), sebagai contoh metil
alkohol dengan air.
3. Untuk mendispersikan (menyebarkan) gas dalam zat cair dalam bentuk
gelembung – gelembung kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat campur sehingga membentuk
emulsi atau suspensi partikel halus pada kedua zat cair inmiscible tersebut.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair baik sesama bahan dengan
menyuplai panas yang ada dalam tangki pencampuran tersebut.

1.1.5 Alat Pengaduk


Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana, biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Didalam tangki itu dipasang
impeller pada ujung poros yang ditumpu dari atas dan digerakkan oleh motor. Tangki
itu biasanya dilengkapi dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel dan sumur untuk menempatkan termometer atau piranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran didalam sistem, yang
menyebabkan zat cair tersirkulasi didalam bejana dan akhirnya kembali ke impeller.
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan yaitu pengaduk
baling-baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk dayung (paddle) dan
pengaduk helical ribbon (Purwanto, 2008).

1. Pengaduk Jenis Baling – Baling (Propeller)


Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk adalah pola
aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Propeller digunakan untuk fluida yang
mempunyai viskositas rendah dan berkecepatan tinggi (400-1750 rpm). Prinsip
kerjanya adalah baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400
hingga 1750 rpm (revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan
viskositas rendah. Kegunaannya untuk kecepatan pengadukan tinggi, fluida dengan
viskositas rendah dan arah aliran aksial (Purwanto, 2008).
.

Gambar 1.1 Pengaduk jenis Baling-baling


(Sumber : Arsip Pribadi)
2. Pengaduk Gayung (Paddle)
Bentuknya seperti dayung. Pola sirkulasi yang dominan adalah pola aliran radial
(aliran tegak lurus sumbu pengaduk), biasanya digunakan pada kecepatan rendah
yaitu 20-200 rpm. Penggunaan pengaduk jenis ini pada kecepatan putaran tinggi
dapat menimbulkan pusaran (vortek), sehingga penggunaanya dilengkapi dengan
pemasangan baffel. Prinsip kerjanya adalah berbagai jenis pengaduk dayung biasanya
digunakan pada kecepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar
berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang
total dari pengadukan dayung biasanya 60-80% dari diameter tangki dan lebar dari
daunnya 1/6-1/10 dari panjangnya (Purwanto, 2008).
Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena aliran
radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung
jangkar atau pagar, biasa digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan
mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini
digunakan pada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga
digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki.
Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering
digunakan untuk proses pembuatan pas kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
Paddle paling banyak digunakan pada dunia industri. Arah aliran radial dan
tangensial. Sudu/lembaran agitator bisa dipasang vertikal atau horizontal (sedikitnya
2 blade di sisi kanan dan kiri) (Purwanto, 2008).
Gambar 1.2 Pengaduk jenis dayung (paddle)
(Sumber : Arsip Pribadi)

3. Turbine
Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade, pitchet
fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade dan shrouded. Pola
sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi batang
pengaduk). Prinsip kerjanya adalah pengaduk turbine adalah pengaduk dayung yang
memiliki banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada
kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter
dari sebuah turbine biasanya antara 30 - 50% dari diameter tangki. Turbine biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk Turbine dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik,
gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk dan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas (Purwanto, 2008).
Pada turbine dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 o, beberapa aliran
aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan
terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah
dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbine dengan hanya empat
daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya
dan sangat berguna dalam suspensi padatan. Kegunaanya untuk fluida dengan
viskositas rendah dan aliran radial dan tangensial (Purwanto, 2008).

Gambar 1.3 Pengaduk turbine


(Sumber : Arsip Pribadi)

Pada masing-masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang


berbeda. Perbedaan itu terjadi karena efektivitas aliran yang dihasilkan oleh pengaduk
untuk menjangkau seluruh tangki berbeda. Semakin efektif aliran yang dihasilkan
oleh pengaduk maka semakin sedikit waktu pencampuran yang dibutuhkan.
Propeller memiliki waktu untuk mencampurkan bahan elektrolit yang paling lama
dibanding impeller yang lain. Sedangkan paddle berada diantara turbine dan
propeller. Impeller jenis turbine merupakan jenis impeller yang mempunyai
kecepatan putaran paling tinggi. Ini disebabkan karena impeller jenis turbine mampu
bekerja secara maksimum pada fluida jenis air (Purwanto,2008).

4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti pita)
dibentuk dalam sebuah bagian hellical (bentuknya seperti baling-balling helikopter
dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam sebuah bagian
aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas pengaduk (Purwanto,
2008).

Gambar 1.4 Pengaduk jenis (a), (b) dan (c) Hellical-Ribbon,


(d) Semi-Spiral [Kurniawan, 2011]

1.1.6 Jumlah Pengaduk


Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang
lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar
dan diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan,
merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan
jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang
digunakan dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk
No
Satu Pengaduk Dua Pengaduk
.
Fluida dengan viskositas sedang
1. Fluida dengan viskositas rendah
dan tinggi
2. Pengaduk menyapu dasar tangki Pengaduk pada tangki yang dalam
Kecepatan balik aliran yang
3. Gaya gesek aliran besar
tinggi
Ketinggian permukaan cairan Ukuran mounting nozzle yang
4.
yang bervariasi minimal
[Kurniawan, 2011]

1.1.7 Kecepatan Pengaduk


Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah
kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk
bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik
yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum
klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran rendah,
sedang dan tinggi.
1. Kecepatan putaran rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengadukan
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur dimana
terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan
dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
2. Kecepatan putaran sedang
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak
pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada viskositas
yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan dengan
viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau mendinginkan.
3. Kecepatan putaran tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan viskositas rendah
misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan yang cekung pada
viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu pencampuran sangat lama atau
perbedaan viskositas sangat besar (Purwanto, 2008).

1.1.8 Jenis Tangki (baffle dan unbaffle)


Pemilihan tangki juga berpengaruh terhadap waktu pencampuran. Pada
percobaan terdapat dua jenis tangki yaitu tangki yang mempunyai sekat (baffle) dan
tangki yang tidak mempunyai sekat (unbaffle). Bila suatu jenis pengaduk memberikan
pola aliran selain pola aliran turbulen, kita bisa menciptakan aliran turbulen dengan
menambahkan sekat (baffle) di dalam tangki. Karena dengan menambahkan sekat
maka yang awalnya pola aliran yang tercipta tidak turbulen
menjadi turbulen (Purwanto, 2008).

Gambar 1.2 Contoh Baffle


(Sumber : Arsip Pribadi)

Jadi bisa dikatakan bahwa jenis tangki yang mempunyai baffle akan lebih
efektif dibanding dengan tangki yang tidak mempunyai baffle, karena pada tangki
yang menggunakan baffle memerlukan waktu yang lebih sedikit dibandingkan tangki
yang tidak menggunakan baffle untuk mendapatkan nilai konduktivitas dan juga pada
tangki yang menggunakan baffle komponen akan saling bertumbukan sehingga
komponen atau bahan yang digunakan lebih cepat tercampur daripada yang tidak
menggunakan baffle (Purwanto, 2008).
1.1.9 Posisi Sumbu Pengaduk
Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (center). Posisi ini memiliki pola
aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluida
pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola ini bias
disebut dengan pusaran (vortex) dengan pust pada sumbu pengaduk. Pusaran ini akan
smakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga meningkatkan
tubulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah prose disperse gas-cair, terbentuknya
pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut biasa menghasilkan
disperse udara yang menghambat disperse gas kecairan dan sebaliknya (Kurniawan,
2011).

Gambar 1.5 Posisi center dari sebuah pengaduk yang menghasilkan vortex
[Kurniawan, 2011]

Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah
posisi sumbu pengaduk. Pposisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak
lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu
berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi
penelitian yang dilakukan (Kurniawan, 2011).
1.1.10 Dimensi dan Geometri Tangki
Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah
satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas
tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama
dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan
kemampuan pengaduk untuk menggerakkan  dan membuat pola aliran fluida yang
melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salh satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam
pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan  dengan persamaan (2).
Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki
kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang digunakan.

Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan


terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan pada Gambar 1.6
Gambar 1.6 Dimensi sebuah tangki berpengaduk [Kurniawan, 2011]
Keterangan :
C  = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D  = diameter pengaduk
Dt = diameter tangki
H  = tinggi fluida dalam tangki
J  = lebar baffle
W = lebar pengaduk
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ada beberapa macam yaitu :
1. tangki yang dilengkapi motor dan batang pengaduk
2. beberapa tipe pengaduk (propeller dan turbin)
3. stopwatch, konduktivitimeter
4. Neraca analitik
5. Gelas beaker.

2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Air (H2O)
2. Natrium Klorida (KCl) 25 gram.

2.4. Rangkaian Alat

Gambar 2.1 Rangkaian peralatan waktu pencampuran


(Sumber : Arsip Pribadi)
2.3. Prosedur Percobaan
Langkah-langkah untuk melakukan percobaan waktu pencampuran adalah
sebagai berikut :

1. Disambungkan pengaduk dengan batang pengaduk, pastingan pengaduk


terpasang dengan erat
2. Selanjutnya diisi tangki dengan air hingga ketinggian air mencapai 30 cm
dari dasar
3. Ditekan tombol on
4. Kemudian diatur kecepatan pengaduk sebesar 125 rpm
5. Kemudian ditambahkan sebanyak 25 gram Kalium klorida (KCl) diatas
permukaan air ber iringan dengan mengukur konduktivitas larutan
menggunakan konduktivitimeter, Usahakan konduktivitimeter tidak
mengenai langsung KCl
6. Kemudian Hidupkan Stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan
7. Jika nilai konduktivitas sudah berubah maka dicatat waktu yang
diperlukan
8. Percobaan ini diulangi kembali dengan menggunakan kecepatan pengaduk
yang berbeda sesuai variasi yang diberikan oleh dosen pengampu
9. Percobaan diulangi langkah yang sama dengan menggunakan pengaduk
yang berbeda, tangki bersekat maupun tidak, Setelah selesai dengan bahan
KCl, Selanjutnya diulangi percobaan dengan menggunakan HCl
10. Terakhir matikan alat dan bersihkan alat yang digunakan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini dengan menggunakan
pengaduk yaitu propeller dan turbin, dimana kecepatan putar pengaduk yang
digunakan berbeda-beda, yang dilengkapi dengan baffle dengan tujuan untuk
menetukan waktu yang dibutuhkan oleh bahan KCl mencapai nilai konduktivitas
yang konstan selama pengadukan.
3.2 Pembahasan
Pengadukan merupakan operasi yang bertujuan menimbulkan suatu gerakan
dalam fluida yang diaduk. Fungsi utama pengadukan ini adalah sebagai sarana
pencampuran untuk menyeragamkan suatu campuran bahan. Kecepatan putar
pengaduk merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam percobaan ini,
dimana kecepatan yang digunakan berbeda-beda untuk melihat pengaruhnya pada
waktu pencampuran. Pada proses pengadukan, kecepatan pengadukan pada
umumnya akan mempercepat homogenitas campuran. Faktor lain yang
mempengaruhi homogenitas suatu larutan adalah jenis impeller dan kecepatan putar
optimal.
Pada percobaan ini, dilakukan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan
oleh bahan NaCl mencapai nilai konduktivitas yang konstan dalam beberapa
kecepatan pengaduk dengan menggunakan beberapa impeller dan paddle. Pada
percobaan ini paddle digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan ruang
udara (vortex) pada saat cairan dengan viskositas yang rendah diaduk dalam tangki
dengan pengaduk yang berada pada pusatnya, sehingga digunakan paddle yang di
pasang pada dinding tangki.
Untuk melihat hubungan kecepatan putar pengaduk dengan konduktivitas
pada waktu pencampuran larutan elektrolit NaCl dengan air dengan waktu yang
dibutuhkan dalam mencapai nilai konduktivitas yang konstan pada tangki yang
dilengkapi paddle maupun tidak dapat dilihat pada Gambar dan kurva berikut.

3.2.1 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran


pada tangki yang dilengkapi paddle

800
750
700 propeller turbin

600

500520 520

400 400
330
300

200 211

100

0
150 rpm 225 rpm 300 rpm

Gambar 3.3 Kurva hubungan antara kecepatan putaran pengaduk dengan waktu
pencampuran pada tangki yang dilengkapi paddle
Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa pada tangki yang dilengkapi paddle
dengan menggunakan tipe pengaduk propeller semakin cepat kecepatan putaran
pengaduk, maka waktu pencampuran yang didapatkan akan semakin cepat pula.
Begitu pun dengan tipe pengaduk turbine, semakin pelan kecepatan putaran
pengaduknya maka waktu pencampuran yang didapatkan akan semakin lama. Hal ini
disebabkan karena pada proses pengadukan, kecepatan pengadukan akan
mempercepat homogenitas campuran. Jadi semakin cepat pengadukan maka waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai homogenitas campuran semakin cepat. Faktor lain
yang mempengaruhi homogenitas suatu larutan adalah jenis impeller dan kecepatan
putar optimal, dimana masing-masing jenis impeller memiliki kecepatan optimum
dalam pengadukan.

3.2.2 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan konduktivitas


pencampuran pada tangki yang dilengkapi paddle

0 propeller turbin

0
0 0
0 0 0
00

0
0
0

0
150 rpm 225 rpm 300 rpm

Gambar 3.4 Kurva hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan konduktivitas


pencampuran pada tangki yang dilengkapi paddle
Pada Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas terbesar berada pada
nilai 7,63x10-4 yang menggunakan pengaduk turbine. Hal ini dapat dilihat pada saat
menggunakan tipe pengaduk turbine akan semakin meningkat saat kecepatan putaran
pengaduk semakin cepat. Pengadukan pada percobaan ini mempercepat
tercampurnya garam NaCl dengan cepat, sehingga proses ionisasinya berlangsung
cepat. Proses pencampuran ini mempengaruhi nilai konduktifitas larutannya. Nilai
konduktifitas suatu larutan akan stabil ketika larutan tersebut telah tercampur dengan
sempurna.
3.2.3 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran
pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
Percobaan menggunakan tangki yang tidak dilengkapi dengan paddle pada
beberapa variasi impeller dan kecepatannya didapatkan waktu pencampuran untuk
mencapai homogenitas dari larutan NaCl. Didapatkan hubungan antara variasi
kecepatan putaran dan dua jenis pengaduk terhadap waktu pencampuran yang dapat
dilihat pada Gambar 3.5

1000
950
900 propeller turbin
800801
700 692
600
500
418 450
400
350
300
200
100
0
150 rpm 225 rpm 300 rpm

Gambar 3.5 Kurva hubungan antara kecepatan putaran pengaduk dengan waktu
pencampuran pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
Pada saat proses pengadukan yang tangkinya tidak dilengkapi dengan
impeller paddle, waktu pencampuran tipe pengaduk propeller ataupun turbine akan
lebih lama apabila kecepatan pengaduknya diperlambat. Hal ini disebabkan karena
adanya pusaran atau vorteks selama proses pengadukan. Vortex sendiri menyebabkan
pencampuran lebih lama merata dikarenakan pencampuran berfokus pada titik tengah
pusaran pada dasar tangki pengaduk.
3.2.4 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan konduktivitas pada
tangki yang tidak dilengkapi paddle
Nilai konduktivitas yang diperoleh pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
tidak jauh berbeda dengan tangka yang dilengkapi dengan paddle , hanya saja waktu
yang diperlukan untuk mencapai kestabilan konduktivitas sedikit lebih lama
dibandingkan tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan paddle . Dapat dilihat pada
Gambar 3.6 berikut.

propeller turbin
0
0 0
0
0 0
0
0
0

0
0
0

0
150 rpm 225 rpm 300 rpm

Gambar 3.6 Kurva hubungan antara kecepatan putaran pengaduk dengan


konduktivitas pada tangki yang tidak dilengkapi paddle
Pada Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas tertinggi berada pada
7,5x10-4 yang menggunakan tipe pengaduk turbine saat kecepatan putaran pengaduk
sebesar 225 rpm. Turbine merupakan impeller yang paling efektif dibandingkan
propeller dan paddle karena memiliki kecepatan putar yang lebih tinggi. Pada
impeller turbine menghasilkan efek pengadukan yang paling besar dan bekerja
maksimum pada fluida air sehingga nilai konduktivitasnya tinggi.
Dari Gambar 3.3 sampai Gambar 3.6 dapat di simpulkan impeller turbine
memiliki nilai konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan impeller propeller dan
paddle. Hal ini disebabkan karena impeller turbine merupakan jenis impeller aliran
radial dimana impeller tersebut akan menyebabkan fluida mengalir ke samping dan
membentur dinding tangki, kemudian sebagian fliuda belok keatas dan sebagian nya
lagi belok kebawah lalu kembali ketengah dan seterusnya. Dengan model aliran
tersebut, efek pengadukan lebih besar dimana terjadi benturan pada dinding samping,
sehingga pencampuran NaCl dengan air lebih cepat karena memiliki pola aliran radial
dan tangensial yang hanya menghasilkan vortex yang sedikit.
Sedangkan impeller paddle memiliki nilai konduktivitas yang paling rendah
dari larutan NaCl, hal ini disebabkan karena impeller paddle digunakan pada aliran
fluida laminar, dimana aliran yang laminer dapat mengakibatkan proses
pencampuran yang berlangsung tidak baik, karena tinggi nya kecepatan putaran
impeller paddle pada fluida sehinga menghasilkan nilai vortex yang besar yang
menyebabkan NaCl hanya berputar – putar mengelilingi tangki atau tidak terjadi
pencampuran yang sempurna.
Pada masing-masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang
berbeda. Perbedaan itu terjadi karena efektivitas aliran yang dihasilkan oleh pengaduk
untuk menjangkau seluruh tangki berbeda. Semakin efektif aliran yang dihasilkan
oleh pengaduk maka semakin sedikit waktu pencampuran yang dibutuhkan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini yaitu :
1. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin cepat laju pencampuran
terlihat dari nilai konduktivitas yang meningkat seiring meningkatnya
kecepatan perputaran impeller.
2. Impeller yang paling efektif ialah turbine karena memiliki nilai
konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan propeller.

4.2 Saran
Saran kami dalam melakukan percobaan ini yaitu :
1. Pembacaan alat konduktivitimeter tidak stabil makalakukan pencatatan
angka yang paling lama dan sering muncul.
2. Lakukan pembagian tugas dalam menimbang bahan, mengukur
konduktivitas dan memperhatikan stopwatch.
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, Warren L., Smith, Julian C., dan Harriot, Peter. 1999. Operasi Teknik

Kimia Jilid I Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Purwanto. 2008. Operasi Teknik Kimia.Surabaya: Erlangga.

Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Pekanbaru:


Program Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Waktu Pencampuran


Kelas : Teknik Kimia DIII B
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 09 Desember 2020
Pembimbing : Dr. Desi Heltina
Kelompok : IV (empat)
Nama Kelompok IV : 1. Vivi Angelia (1907035840)
2. Fajar Ikhsan Pradana (1907036386)
2. Alkin Yudayana Pasaji (1907036390)
4. Feni Afriana (1907036127)

Tabel 1 Tangki yang dilengkapi baffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller Turbin
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)
150 rpm 420 1774
300 rpm 360 2720
450 rpm 480 2749
600 rpm 360 2995
Tabel 2 Tangki yang dilengkapi baffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller Propeler
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)
150 rpm 420 1553
300 rpm 360 1990
450 rpm 240 2688
600 rpm 360 2796

Mengetahui Pekanbaru, 09 Desember 2020


Asisten Mewakili Praktikan

Rizkah Aulia Fajar Ikhsan Pradana

Anda mungkin juga menyukai