Organik Fisik
Kelas 2019 C
2020
2
Plastik Biodegradable
Kimia organik fisik, suatu istilah yang diperkenalkan oleh Louis Plack Hammet
pada tahun 1940 merujuk pada disiplin Kimia Organik yang berfokus pada hubungan
antara Struktur dan reaktivitas kimia, khususnya, menerapkan alat
eksperimental kimia fisik untuk studi molekul organik
A. Plastik
Polimer alami merupakan sumber daya terbarukan yang memiliki peran yang
semakin penting, karena berperan sebagai bahan untuk kemanusiaan yaitu
penjaga bumi akibat adanya kegiatan eksploitasi manusia. Proses – proses
ekspoitasi teknologi yang semakin membaik, salah satunya yang terkait dengan
pembuatan bahan kemasan makanan.
Pengemasan bahan pangan sudah lama dikenal dan dipergunakan untuk
keperluan manusia. Pada zaman prasejarah orang masih mempergunakkan bahan
kemasan dari bahan – bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu,
pelepah, batu-bauan kerang dan kulit binatang. Bentuk dan fungsi kemasan masih
sangat sederhana, yakni hanya untuk keperluan membawa makanan yang tidak
habis terkonsumsi ke daerah lain.
Intensitas penggunaan plastik sebagai kemasan pangan makin meningkat. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya keunggulan plastik dibandingkan bahan kemasan
yang lain. Plastik jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam dan tidak
mudah pecah. Bahan ini bisa dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong
atau dibuat kaku sehingga bisa dibentuk sesuai desain dan ukuran yang
diinginkan. Plastic merupakan polimer yang banyak digunakan sebagai bahan
kemasan atau kantong pembungkus. Polimer merupakan suatu bahan yang terdiri
dari unit molekul yang disebut monomer melalui proses polimerisasi baik melalui
proses adisi maupun kondensasi yang terjadi pada temperature rendah.
[ CITATION Akb13 \l 1033 ]. Sifat – sifat plastic sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) ditunjukkan pada tabel 1.
3
yang tidak dapat terurai oleh lingkungan sehingga produksi plastic sintesis harus
dikurangi, dan harus ditemukan bahan lain sebagai penggantinya[ CITATION
Net13 \l 1033 ]. Oleh karena itu, sejak tahun 2004 mulai dikembangkan
bioplastik, yaitu plastik yang terbuat dari senyawa organik dan strukturnya
memungkinkan untuk terurai karena produk plastik sintetik membutuhkan waktu
lebih dari 100 tahun agar dapat terdegradasi sempurna[ CITATION Kum11 \l
1033 ].
Tabel 2. Kode plastic dan contoh penggunaanya
B. Plastik Biodegradable
Biodegradable berasal dari kata bio dan degradable. Bio berarti hidup,
sedangkan degradable berarti dapat diuraikan. Plastic biodegradable merupakan
polimer plastic yang tersusun atas monomer organic dapat digunakan seperti
layaknya plastic konvensioal, namun akan hancur terurai oleh aktivitas
mikroorganisme menjadi air dan karbondioksida setelah habis terpakai dan akan
dibuang ke lingkungan [ CITATION Ani13 \l 1033 ]. Karena memiliki sifat yang
dapat kembali ke alam, maka dikategorikan sebagai plastic yang ramah
9
Factor yang mempengaruhi uji mekanik adalah jumlah pati, gliserol dan asam
asetat. Banyaknya jumlah pati akan membuat plastic menjadi kuat, penambahan
gliserol akan mempengaruhi nilai pemanjangan sedangkan penambahan asam
asetat akan mempengaruhi viskositas larutan dan ketebalan plastic. Pembuatan
plastik biodegradable diawali dengan variasi suhu pengadukan. Variasi ini
dilakukan untuk mengetahui temperatur yang tepat dalam pembuatan plastik
biodegradable sehingga didapatkan kekuatan tarik terbaik[ CITATION Sar19 \l
1033 ]. Proses pengeringan akan mengakibatkan penyusunan sebagai akibat
lepasnya air sehingga gel akan membentuk plastic yang stabil. Gliserol
merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk
mengurangi ikatan hydrogen pada ikatan intromolekul[ CITATION Kum11 \l
1033 ].
C. Singkong
Singkong (Manihot esculenta) menempati urutan ke lima sebagai sumber pati
yang paling banyak digunakan didunia, dan ketiga diantara sumber makanan yang
dikonsumsi di daerah tropis. Singkong merupakan tanaman kuat yang tumbuh
dengan baik di tanah yang buruk dan di daerah dengan curah hujan rendah atau
tidak terduga[ CITATION Flo20 \l 1033 ]. Singkong merupakan produk yang
melimpah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Menurut Statistik Indonesia
Pasalnya, tahun 2013 produksi singkong di Indonesia sebanyak 23.824.000 ton
dan di Provinsi Jawa Timur sebesar itu 3.600.000 ton. Sekitar 16% dari berat ubi
kayu merupakan limbah berupa kulit dan serat. Produk limbah ini mengandung
hampir 70% air dan 30% berat kering. Pada fraksi berat kering terdapat protein
3,5%, serat kasar 10%, 11% lignin, 14%, selulosa, dan 27% hemiselulosa.
13
Didalam kulit singkong mengandung HCN beracun, yang harus dikurangi hingga
di bawah 10 ppm agar tidak terlalu beracun[ CITATION Rat16 \l 1033 ].
Limbah singkong dimanfaatkan untuk bioethanol, produksi kompos, pakan
ternak dan makanan. Hemiselulosa adalah komponen tertinggi kedua dalam
limbah singkong. Biokonversi hemiselulosa mendapat perhatian tinggi karena
manfaatnya dalam berbagai bidang seperti generasi bahan bakar dan bahan kimia,
delignifikasi bubur kertas, klarifikasi jus, peningkatan kecernaan bahan pakan
ternak selain produksi prebiotic[ CITATION Rat16 \l 1033 ].
Kulit singkong dapat menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi, antara
lain diolah menjadi tepung mocaf. Persentase kulit singkong kurang lebih 20%
dari umbinya sehingga per kg umbi singkong menghasilkan 0,2 kg kulit singkong.
Kandungan pati yang berasal dari kulit singkong yang cukup tinggi
memungkinkan digunakan sebagai film plastik biodegradasi. Potensi tersebut
dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit
singkong sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah
lingkungan[ CITATION Akb13 \l 1033 ]. Kandungan pati di dalam kulit
singkong berkisar 44 – 59 %. Komposisi kimia kulit singkong ditunjukkan pada
tabel 2[ CITATION Ric04 \l 1033 ].
Tabel 2. Persentase kandungan kimia kulit singkong
terdiri dari monosakarida yang berikatan melalui ikatan oksigen. Polimer dari pati
adalah glukosa. Polimer glukosa tersebut tersusun dari unit satuan α-D – Glukosa
yang dihubungkan oleh ikatan α-(1,4)-glikosidik dan ikatan α-(1,6) – glukosidik.
Kedua polimer tersebut adalah amiloas dan amipektin[ CITATION Akb13 \l 1033
].
mL dan diamkan pada suhu kamar. Diambil potongan plastik setiap menit
kemudian dihilangkan air pada permukaan plastik dengan cara di angina -
anginkan dan timbang sampai berat konstan.
3. Uji biodegrability
Potongan plastik dipotong dengan ukuran 5 x 1 cm, kemudian dikeringkan
dalam desikator dan ditimbang hingga beratnya konstan. Setelah itu
dipendam dalam tanah selama 10 hari. Kemudian sampel dibersihkan dan
dikeringkan dalam desikator. Hasil pemendaman selanjutnya ditimbang
hingga diperoleh berat yang konstan.
17
Daftar Pustaka
Akbar, F., Zulisma , A., & Harahap, H. (2013 ). PENGARUH WAKTU SIMPAN
FILM PLASTIK BIODEGRADASI DARI PATI KULIT SINGKONG
TERHADAP SIFAT MEKANIKALNYA. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2,
No. 2.
Catalá, R., & Gavara, R. (2010). FOOD PACKAGING . FOOD ENGINEERING Vol.
III .
Darni, Y., & Utami , H. ( 2010). Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat
Mekanikdan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 4, 88-93.
Huda, Thorikul, & Feris, F. (2007). Karakteristik Fisikokimiawi Film Plastik. Jurnal
Penelitian dan Sains 4 (2), 3 - 10 .
Lawson, G., Barkby, C. T., & Lawson, C. (1996). Contaminant migration from food
packaging laminates used for heat and eat meals. Fresenius J. Anal. Chem,
483 - 563.
18
Mujianto, I. (2005). Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Jurnal
Traksi vol 3 no 2.
Neto, W. P., Silvério, H. A., Dantas, N. O., & Pasquini, D. (2013). Extraction and
characterization of cellulose nanocrystals from agro-industrial residue – Soy
hulls. Industrial Crops and Products vol 42, 480 - 488.
Putra, H. P., & Yuriandala, Y. (2010). Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan vol 2, no 1,
21- 31.
Sari, L., Fitrass, U., Sedyadi, E., Nugraha, I., & Krisdiyanto, D. (2019). The Effect of
Stocking Temperature on Biodegradable Plastic Characteristics of Suweg
Tuber (Amorphophallus campanulatus) with Addition of Glycerol and CMC
(Carboxy Methyl Cellulose). PROC.INTERNAT.CONF.SCI.ENGIN VOL 2,
207 - 212.