Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME KELOMPOK 1 - KELOMPOK 15 MATA KULIAH INFAQ, ZAKAT

DAN SEDEKAH

Di SusunOleh:

Citra Mulyadi (1820504026)

FAKULTAS DAKWAH DAN DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG 2021
Kelompok 1.

Setelah mendengarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang berhak
menerima zakat yaitu ada delapan ashnaf (golongan) sebagaimana disebutkan diatas, yaitu:

1. Faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan sama sekali.

2. Miskin adalah orang yang mempunyai sedikit harta untuk dapat menutupi kebutuhannya, akan
tetapi tidak mencukupi.

3. Amil menurut kesepakatan semua Imam Madzhab, adalah orang yang bertugas mengurus dan
membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya. Dengan syarat:
-mengerti tentang zakat & – dapat dipercaya.

4. Muallaf adalah orang yang baru masuk islam dan masih lemah imannya.

5. Riqob adalah memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.

6. Ghorimin adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya.

7. Fisabilillah adalah orang yang berada dijalan Allah.

8. Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat, dan
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Berdasarkan penjelasan imam Syafi’i dan jumhur ulama (Hanafi, Maliki dan Hambali), zakat
harus dibagikan kepada delapan ashnaf, tapi jika pada saat pembagian zakat yang ada hanya
beberapa ashnaf saja, maka zakat boleh dibagikan hanya kepada beberapa ashanaf yang ada tanpa
harus menyisihkan pembagian zakat untuk ashnaf yang tidak ada. Dan jika seluruh hasil pengumpulan
zakat sudah dibagikan semua lalu muncul ashnaf lain yang belum menerimanya, maka mereka tidak
berhak menuntut pembagian zakat.

Kelompok 2.

Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 (selanjutnya Disebut undang-undang). Keputusan


Menteri Agama RI (selanjutnya disebut KMA) No. 581 Tahun 1999, pengertian, asas, tujuan dan
organisasi pengelolaan zakat, disebutkan sebagai berikut:
Pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1
undang-undang).

Sedangkan pengertian zakat menurut undang-undang diatas adalah harta harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan
ketentuan agama diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah saw., pengelolaan dan
pendistribusian zakat dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Dalam konteks ke-
Indonesiaan hal itu tercermin dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, di mana dalam Undang-undang tersebut mengatur dengan cukup terperinci
mengenaifungsi, peran dan tanggung jawab Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat adalah:

 Syariat Islam

 Amanah

 Kemanfaatan

 Keadilan

 Kepastian hukum

 Terintegrasi

 Akuntabilitas

Tujuan pengelolaan zakat adalah:

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan


kemiskinan

Kelompok 3.

A. Pengertian dan Konsep Dasar Zakat

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Alloh SWT yang terdapat dalam surah At-Taubah : 60

ِ ‫فى َسبِي ِل هَّللا‬


ِ ‫َر ِم ْينَ َو‬ ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َرآ ِء َو ْال َم َس ِكي ِْن َو ْال َع ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمؤَلَّفَ ِة قُلُو بُهُ ْم َو‬
ِ ‫فى ال ِّرقَا‬
ِ ‫ب َوالغ‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬
ُ َ‫ص َد ق‬ َ‫ضةً ِّمن‬
َ ‫َوا ْب ِن ال ّسبِي ِْل صلى فَ ِري‬
]٦.[ ‫ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬ ‫هَّللا‬
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang,
untuk jalan Alloh, dan orang-orang yang sdang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Alloh. Dan Alloh lagi Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Juga pada firman Alloh SWT dalam surah At-Taubah : 103

]١٣[ ‫ك َسك ٌَن لَّهُ ْم قلى َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬


َ َ‫صلَو‌‍ت‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َد قَةً تُطَهِّ ُر هُ ْم َوتُزَ ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم صلى إِ َّن‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Dalam surah At-Taubah : 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima
zakat termasuk (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat (‘amilina
‘alaiha).

Sedangkan dalam At-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil dari orang-orang yang berkewajiban
untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
(mustahik). Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil).

Zakat dari istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
orang-orang yang berhak. Legitimasi zakat sebagai kewajiban terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an.
Kata zakat dalam bentuk ma’rifah disebut 30 kali di dalam Al-Qur’an, 27 kali di antaranya disebutkan
dalam satu ayat bersama shalat, dan sisanya disebutkan dalam konteks yang sama dengan shalat
meskipun tidak di dalam satu ayat. Di antara ayat tentang zakat yang cukup populer adalah surat Al-
Baqarah ayat 110 yang berbunyi “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat”.

Zakat merupakan kewajiban agama dan termasuk rukun islam yang ke tiga dan wajib dikeluarkan oleh
setiap muslim yang memiliki harta lebih. Zakat juga terdapat dalam surat at-Taubah ayat 60 dan ayat
103. Dalam mengurus zakat diperlukan lembaga pengelola zakat supaya zakat dapat disalurkan kepada
orang yang berhak menerimanya. Lembaga pengelola zakat terbagi menjadi dua yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Tujuan dari pembentukan lembaga tersebut yaitu untuk
memudahkan pendistribusian zakat.

Akan tetapi dalam lembaga pengelola zakat di Indonesia masih terdapat beberapa kendala di antaranya
yaitu banyaknya organisasi amil zakat yang berjalan sendiri-sendiri sehingga potensi zakat yang sangat
besar kurang dapat dimanfaatkan secara terarah dan merata. Di sisi lain, hal itu juga disumbang oleh
faktor angka kemiskinan dan tingkat pengangguran yang dari hari ke hari semakin naik. Selain itu,
pemahaman fiqih seorang amil yang belum memadai, rendahnya kesadaran masyarakat akan
pembayaran zakat, sistem informasi zakat yang belum maksimal. Kendala inilah yang membuaat dana
zakat kurang terkumpul secara maksimal dan penyalurannya pun juga belum sesuai dengan yang
diharapkan.
Dari kendala tersebut dibutuhkan strategi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
lembaga pengelola zakat. Di antaranya adalah, meningkatkan pengawasan terhadap badan pengelola
zakat, membentuk gerakan membayar zakat yang di prakarsai oleh tokoh-tokoh agama setempat supaya
masyarakat sadar betapa pentingnya dalam membayar sistem informasi zakat, meperbaiki pola-pola
penyaluran zakat, dan lain-lain.

Kelompok 4.

A. Pengertian Zakat

Menurut bahasa, kata "zakat" adalah tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Dalam Al-Quran
dan hadis disebutkan, "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS. al-Baqarah[2]: 276);
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka" (QS. at-Taubah[9]: 103); "Sedekah tidak akan mengurangi harta" (HR. Tirmizi).

Menurut istilah, dalam kitab al-Hw, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan
tertentu.

Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak adalah segala macam
bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya.
Sementara kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah.

Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki batasan-batasan
tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau
pemikiran, dan bahkan sekadar senyuman.

Penyebutan Zakat dalam Al-Quran

a. Zakat (QS. al-Baqarah [2]: 43).

b. Sedekah (QS. at-Taubah [9]: 104).

c. Hak (QS. al-An'm [6]: 141).

d. Nafkah (QS. at-Taubah [9]: 34).

e. Al-'Afwu (maaf) (QS. al-A'rf [7]: 199).


Hukum Zakat: Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
penegakan syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap muslim dan
muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Penyebab zakat ialah harta milik yang mencapai nishab dan produktivitasnya itu baru berupa perkiraan.
sebab dan syarat merupakan tempat bergantungnya wujud sesuatu.

Adapun syarat-syarat zakat yaitu;

 Islam

 Merdeka

 Mencapai batas nishab

 Harta telah dimiliki selama satu haul

 Menetapnya kepemilikan

 Berkembang

 Melebihi kebutuhan pokok

 Bersih dari hutang

 Mencari makan sendiri

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan
terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya kapadanya atau harta
tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni iman atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.

Kelompok 5.

A. Kedudukan Zakat dalam Islam

Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun Islam, sehingga keberadaannya dianggap
sebagai ma’lum min ad diin bi adl dlaurah, yaitu diketahui secara otomatis adanya dan merupakan
bagian mutlak dari keislaman seseorang.

Zakat merupakan salah satu rukun islam dan merupakan salah satu bangunannya yang sangat penting.
Hal ini sebagaimana tampak jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, Allah menyebutkan perintah untuk
menunaikan zakat beriringan dengan perintah untuk shalat sebanyak delapan puluh dua kali. Ini
menunjukn pentingnya zakat dan eratnya kaitan shalat dengannya.

Sehingga, wajar Khalifah Abu Bakar r.a mengatakan. “Saya akan memerangi orang yang akan
memisahkan anatara shalat dengan zakat”.

Allah berfirman, dalam surat al-Baqarah ayat 43:

‫وأقيموا الصالة وآتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”. (Q.s
Al- Baqarah:2:43)

Kaum muslimin sepakat bahwa hukum zakat adalah wajib. Mereka juga sepakat bahwa zakat adalah
rukun Islam yang ketiga. Orang yang tidak mengakui kewajibannya adalah kafir serta di bolehkan
memerangi orang yang tidak mau menunaikannya.

Zakat di wajibkan pada tahun dua hijriyah. Kala itu Rasullah mengutus orang-orang untuk memungut
dan mengumpulkan zakat, kemudian membaginya. Hal ini terus di lakukan sehingga masa Khulafaur
Rasydin dan di lanjutkan oleh kaum muslimin.

Di wajibkannya zakat adalah untuk kebaikan manusia. Ia merupakan sarana untuk menyucikan dan
menjaga harta, serta sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.

Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 103:

‫خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم إن صالتك سكن لهم وهللا سميع عليم‬

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dengan demikian, zakat merupakan sarana untuk menyucikan diri dari sifat bakhil dan kikir. Juga
merupakan ujian bagi orangkaya agar mendekatkan kepada Allah dengan sedikit harta yang dicintanya.

B.Tujuan Zakat

Yang di maksudkan dengan tujuan zakat, dalam hubugan ini, adalah sasaran praktisnya. Tujuan tersebut,
selain yag telah di singgung di atas, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup serta
penderitaan;
2. Membantu pemecahan permasalahan yang di hadapi oleh para gharimin, ibnussabil, dan
mustahiq lainnya;

3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada
umumnya;

4. Menghilangkan sifat kikir dan atau lomba pemilik harta;

5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin;

6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat;

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang
mempunyai harta;

8. Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain
yang ada padanya;

9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Kelompok 6.

Secara umum zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mall.

A. Zakat Fitrah

Zakat Fitrah (Zakat Jiwa) Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang wajib dikeluarkan oleh umat islam
yang mampu bagi dirinya sendiri dan juga orang-orang yang berada dalam tanggungannya.Zakat fitrah
bertujuan untuk mensucikan atau membersihkan jiwa. Jumlahnya sebanyak satu Sha (2,5 Kg) per orang,
yang didistribusikan pada tanggal 1 Syawal atau sebelum sholat idul fitri.

Hukum zakat fitrah adalah wajib, Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas yang artinya:

Rosululloh SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk menyucikan orang yang shaum dari segala perkataan
yang keji dan buruk yang mereka lakukan selama mereka shaum, dan untuk menjadi makanan bagi
orang-orang yang miskin. (H.R. Abu Daud).

Pengertian fitrah ialah, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan dan perangai, sedangkan zakat
fitrah adalah zakat yang berfungsi yang mengembalikan manusia muslim keada fitrahnya, dengan
menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan
dan sebagainya.

B.Zakat Maal (Zakat Harta)


Zakat Maal adalah zakat yang harus dikeluarkan dari harta seseorang (muslim) ketika sudah
mencapai jumlah tertentu (nishob) dengan tujuan untuk mensucikan atau membersihkan harta yang
dimilikinya, yang dimaksud harta yang dimilikinya mencakup: Hasil pertanian, Hewan ternak, Emas
perak, Barang dagangan, Barang tambang, Profesi/penghasilan, dan Harta karun.

Zakat Hasil Pertanian

Pada masa Nabi Muhammad SAW, Zakat dari hasil pertanian berlaku untuk gandum, kurma, dan
juga anggur. Adapun nisab dari ke-3 hasil pertanian tersebut adalah sebesar 5 wasaq atau setara dengan
653 kilogram.

Ketentan jumlah pembayaran zakatnya adalah :

5 % dari hasil, jika dalam masa tanam membeli air untuk pengairannya, 10 % dari hasil, jika dalam masa
tanam tidak membeli air untuk pengairannya, dan apabila dalam masa tanam menggunakan air yang
membeli dan tidak membeli dalam kurun waktu yang sama, sebagian ulama berpendapat besarnya
zakat adalah sebesar 7,5%.

Adapun zakat makanan telah diterangkan dalam Al-Quran yang menyuruh kaum Muslimin untuk
mengeluarkan zakat terhadap segala hasil yang dikeluarkan dari bumi seperti biji-bijian dan buah-
buahan. Keduanya wajib dizakati apabila memenuhi kriteria berikut:

1)      Menjadi makanan pokok manusia

2)      Memungkinkan untuk disimpan dan tidak mudah rusak / membusuk

3)      Dapat ditanam oleh manusia.

Diantara tujuan zakat dalam Islam adalah (1) mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar
dari kesulitan hidup serta penderitaan, (2) membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
para gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya, (3) membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-
orang miskin, (4) membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia
pada umumnya, (5) sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah merupakan zakat yang dikeluarkan
umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan Syawal untuk mensucikan jiwa.
Sedangkan zakat maal adalah zakat harta yang dimiliki seseorang karena sudah mencapai nisabnya.

Yang dibayarkan zakat fitrah yaitu berupa makanan pokok sebesar 3,1 liter atau 2,5 kg atau bisa juga
dibayarkan dengan uang senilai makanan pokok yang harus dibayarkan. Sedangkan yang dibayarkan
zakat maal berupa binatang ternak, emas dan perak, biji-bijian dan buah-buahan, rikaz, harta
perniagaan, hasil pertanian, dan hasil tambang.

Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, amil, muallaf, hamba sahaya,
orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan yang tidak berhak menerima zakat yaitu
orang kafir, orang atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib, dan ayah, anak, kakek, nenek, ibu,
cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan orang yang berzakat.

Kelompok 7.

UU PENGELOLAAN ZIS 38/1999 DAN UU 23/2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NO.38 TAHUN 1999

TENTANG

PENGELOAAN ZAKAT

Menimbang :

bahwa Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat


menurut agamanya masing-masing

bahwa penunalan zakat mcrupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil,
pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya
mewujudkan,kesejahteraan masyarakat

bahwa zakat merupakan pranata keagamaaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu

bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar
pelaksanaan , zakat lebih, berhasil guna dan berdaya guna serta pelaksanaan zakat dapat
dipertanggungjawabkan

bahwa berdasarkan hal-hal.tersebut pada butir a, b, c, dan d, perlu dibentuk Undang-undang


tentang Pengelolaan Zakat

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOAAN ZAKAT

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

 Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan


pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunuan zakat

 Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya

 Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat

 Mustahiq adalah orang atau badan yang, berhak menerima zakat

 Agama adalah Agama Islam

 Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang agama
Pasal 2

Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh
orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pasal 3

Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada


muzakki, mustahiq, dan amil zakat.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pasal 5

Pengelolaan zakat bertujuan :

 meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan


tuntutan agama;
 meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;
 meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Kelompok 8.

A. PENGERTIAN INFAQ

Infaq berasal dari bahasa Arab yaitu anfaqa-yunfiqu yang berarti membelanjakan harta atau
membiayai suatu hal yang berhubungan dengan syariat-syariat Allah. Sedangkan menurut istilah
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Yaitu harta sumbangan yang diberikan selain zakat
wajib dan digunakan untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah infak berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk sesuatu yang dianjurkan dalam ajaran agama
islam.

Infaq sendiri berbeda dengan zakat yang wajib kita keluarkan, dan juga orang yang berhak
menerima yaitu orang orang tertentu saja. Sedangkan infak tidak memiliki nisab dan dan batas
waktu, ia bisa dikeluarkan kapan saja dan dimana saja.

Infaq terbagi menjadi 4 macam:

1. Infaq wajib

2. Infaq sunnah

3. Infaq mubah

4. Infaq haram

Kelompok 9.
A. Pengertian Sedekah

Sabda Nabi:

Artinya: Setiap muslim hendaklah bersedekah. (HR. muttafaq ‘alaih)

Setiap orang muslim dianjurkan untuk melaksanakan sedekah bahkan nabi


memerintahkan pelaksanaan sedekah tersebut setiap hari kepada seluruh umat islam tanpa
terkecuali laki-laki tau perempuan.

Artinya: Setiap anggota badan manusia hendaklah bersedekah setiap hari mulai dari terbitnya
matahari. (HR. Muslim)

Dalam hadis-hadis ini sangat jelas bahwa Nabi mengeluarkan perintah terhadap setiap
muslim agar setiap hari bersedekah, itu sebagai penegasan atas pentingnya sedekah dalam
tasyri’(perundang-undangan)ndan menjelaskan kedudukan sedekah, serta menetapkan hukumnya
terhadap setiap umat.

Sedekah dalam pengertian secara umum adalah memberi sesuatu kepada orang lain.
Sedekah bisa berupa materi maupun non materi, bahkan dengan memberi senyuman kepada
orang lain sudah bisa dikategorikan memberikan sedekah. Agama lain pun mengajarkan sedekah
yang perwujudannya sama, namun sedekah hanya dipakai dalam Islam, agama Kristiani dalam
memberi sedekah mengunakan kata Kasih, Hindu memberikan sedekah mengunakan kata
Dharma, bahkan dalam kepercayaan-kepercayaan kuno para Dewa diberi sedekah yang
dinamakan dengan Sesajen.

Landasan sekuler memberi sedekah adalah Humanisme. Ajaran sedekah itu bukan murni
atau bukan semata-mata menjadi ajaran Islam saja, namun sudah menjadi ajaran yang bersifat
unifersal. Perbedaan antara infaq, zakat dan sedekah yaitu, infaq berarti mengeluarkan sebagian
dari harta atau pendapatan untuk kepentingan yang diperintahkan ajatan Islam, infaq tidak ada
nisabnya, sedangkan zakat ada nisabnya. Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu maka
infaq boleh diberikan kepada siapapun juga. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman,
baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit.

Pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja infaq berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti lebih
luas menyangkut hal yang bersifat non materiil. Sedekah dalam tulisan ini mempunyai
pengertian memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain yang memerlukan bantuan
(fakirmiskin) dengan tujuan untuk mendapatkan pahala.

Kelompok 10.

A. Orang yang Berhak Menerina Zakat (Mustahiq Zakat)

1. Dalil yang Menjelaskan Batasan-Batasan Mustahik

Seperti sudah kita ketahui, kalau soal zakat itu dalam Qur’an disebutkan secara ringkas, maka
secara khusus pula Qur’an telah memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa zakat itu
harus diberikan. Tidak diperkenankan para

penguasa membagikan zakat menurut kehendak mereka sendiri, karena dikuasai nafsu atau karena
adanya fanatik buta.

Pada masa Rasulullah SAW, mereka yang serakah tak dapat menahan air liur melihat sedekah
itu. Mereka mengharapkan mendapat percikan harta itu dari Rasulullah SAW, tetapi ternyata
setelah mereka tidak diperhatikan oleh Rasulullah SAW, mulai mereka menggunjing dan menyerang
kedudukan beliau sebagai Nabi.

Kemudian turun ayat Qur’an menyingkap sifat-sifat mereka yang munafik dan serakah itu dengan
menunjukkan kepalsuan mereka itu yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi, dan sekaligus
ayat itu menerangkan kemana sasaran (masarif) zakat itu harus dikeluarkan, sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S At-Taubah ayat : 60.

۞ ‫َار ِم ْينَ َوفِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل‬ ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمؤَ لَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى الرِّ قَا‬
ِ ‫ب َو ْالغ‬ ُ ‫صد َٰق‬
َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ضةً ِّمنَ ِ ۗ َو ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ َ ‫فَ ِر ْي‬
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan
hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari
Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.(QS.At-Taubah:60).

2.orang yang berhak menerima zakat yaitu ada delapan ashnaf (golongan) sebagaimana disebutkan
diatas, yaitu:

 Faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan sama sekali.

 Miskin adalah orang yang mempunyai sedikit harta untuk dapat menutupi kebutuhannya, akan
tetapi tidak mencukupi.

 Amil menurut kesepakatan semua Imam Madzhab, adalah orang yang bertugas mengurus dan
membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya. Dengan syarat:
– mengerti tentang zakat & dapat dipercaya.
 Muallaf adalah orang yang baru masuk islam dan masih lemah imannya.

 Riqob adalah memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.

 Ghorimin adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya.

 Fisabilillah adalah orang yang berada dijalan Allah.

 Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat, dan
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Berdasarkan penjelasan imam Syafi’i dan jumhur ulama (Hanafi, Maliki dan Hambali), zakat
harus dibagikan kepada delapan ashnaf, tapi jika pada saat pembagian zakat yang ada hanya
beberapa ashnaf saja, maka zakat boleh dibagikan hanya kepada beberapa ashanaf yang ada tanpa
harus menyisihkan pembagian zakat untuk ashnaf yang tidak ada. Dan jika seluruh hasil pengumpulan
zakat sudah dibagikan semua lalu muncul ashnaf lain yang belum menerimanya, maka mereka tidak
berhak menuntut pembagian zakat.

Kelompok 11.
A. Pengertian Penghimpunan (Fundraising) Zakat Infaq dan
Shodaqah
Dalam kamus Inggris-Indonesia fundraising diartikan sebagai pengumpulan dana atau
penghimpunan dana, sedangkan dalam kamus besar Indonesia, yang dimaksud dengan
pengumpulan dana atau penghimpunan dana adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan,
penghimpun, penyerahan.
Penghimpunan dana (fundraising) dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan
sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun
pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga yang
ada pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. Fundraising
(penghimpunan dana) dapat pula diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik
perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan
dananya kepada sebuah organisasi.1
Sedangkan Hasanudin dalam jurnal Manajemen Dakwah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan “fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan
digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya untuk
mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut”.2
Kata zakat merupakan kata dasar dari zaka mengandung beberapa arti berkah, tumbuh,
dan baik. Menurut lisan al Arab kata zakat mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.
Zakat menurut istilah fikih adalah sejumlah harta tertentu yang harus diserahkan kepada yang
berhak menurut syariat Allah SWT. Menurut istilah zakat berarti kewajiban seorang muslim untuk
mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada
mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan.
Infaq berasal dari kata anafaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk
kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam.
Shodaqoh berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Makna shodaqoh secara bahasa
adalah membenarkan sesuatu. Shodaqoh asal kata bahasa arab yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada rang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh sesorang
sebagai kebjakan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penghimpunan dana
(fundraising) adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat atau calon donator agar
mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang
bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Proses mempengaruhi disini
yaitu meliputi kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu. Dalam
kerangka fundraising, lembaga harus terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi, dan transfer
informasi sehingga menciptakan kesadaran dan kebutuhan kepada calon donator, untuk melakukan
kegiatan program atau yang berhubungan dengan pengelolaan kerja sebuah lembaga.
Tujuan fundraising menurut Juwaini adalah sebagai berikut: Tujuan menghimpun dana
adalah sebagai tujuan yang paling mendasar, Tujuan kedua adalah menambah calon donator atau
menambah populasi donator, Meningkatkan atau membangun citra lembaga, bahwa aktifitas
fundraising yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baim secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga, Meningkatkan
kepuasan donatur, tujuan ini merupakan tujuan yang tertinggi dan bernilai jangka panjang,
meskipun dalam pelaksanaan kegiatan secara teknis dilakukan sehari-hari.
Pada dasarnya fundraising tidak identik hanya dengan uang semata, ruang lingkupnya
begitu luas dan mendalam, untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang
substansi dari pada fundraising tersebut.Adapun substansi fundraising menurut Miftahul Huda
dapat diringkas dalam tiga hal, yaitu: Motivasi, Program, dan Metode.

Kelompok 12.

A. Pendistribusian Zakat

1.Pengertian Pendistribusian Zakat

Pendistribusian adalah penyaluran/ pembagian/ pengiriman barang- barang dan


sebagainya kepada orang banyak atau beberapa tempat.Jadi pendistribusian zakat
adalah penyaluran zakat kepada orang yang berhak menerima (mustahiq zakat) baik
secara konsumtif ataupun produktif. Di dalam surat At-taubah ayat 60 disebutkan
delapan kategori kelompok yang berhak menerima zakat (mustahiq).
Žُ ‫ص َد ٰق‬
‫ت‬ َّ ‫اِنَّ َماال‬

Žِ ‫ء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِي َْن َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُ ْوبُهُ ْم َوفِى ال ِّرقَا‬Žِ ‫لِ ْلفُقَ َر ۤا‬
ِ ‫ب َو ْال َغ‬
‫ار ِمي َْن‬

٦٠ - ‫ْضةً ِّم َن هّٰللا ِ َۗوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫َوفِ ْي َسبِي ِْل ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل فَ ِري‬

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat ini cukup jelas bahwa pendistribusian zakat harus sampai kepada
delapan kelompok yang telah disebutkan, walaupun dalam perkembangannya
mengalami perluasan makna karena menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan
kondisi modern.

2.Kaidah Pendistribusian Zakat

Hal pertama dalam langkah pendistribusian zakat adalah dengan melakukan


distribusi lokal atau lebih mengutamakan mustahiq dalam lingkungan terdekat
dengan lembaga zakat dibandingkan pendistribusian untuk wilayah lainnya, hal itu
dikenal dengan sebutan ‛centralistic‛.Kelebihan sistem centralistic dalam
pengalokasian zakat adalah memudahkan penditribusiannya ke setiap provinsi.
Hampir di setiap negara Islam memulai pendistribusian zakat dari pusat lalu
meluas hingga mencakup banyak daerah.
Apabila zakat didistribusikan di luar wilayah zakat itu dikumpulkan
sedangkan dalam wilayah tersebut masih banyak mustahiq yang
membutuhkannya, maka hal itu bertentangan dengan hikmah yang ingin
direalisasikan dari adanya kewajiban zakat. Dalam kitab Al-Mugni, dijelaskan
bahwa maksud dari adanya zakat adalah menutupi kebutuhan fakir miskin. Oleh
karena itu, diutamakan pendistribusian zakat kepada fakir miskin di wilayah zakat
dikumpulkan.

B. Pendayagunaan Zakat

1.Pengertian Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat secara maksimum


tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga berdayaguna untuk
mencapai kemaslahatan umat.

Investasi Dana Zakat

Pola pendayagunaan zakat adalah dengan menginvestasikan dana zakat.


Yusuf Qardhawi dalam Fiqhuz Zaka>t mengemukakan bahwa pemerintah Islam
diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari dana
zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir
miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa.
Pengganti pemerintah untuk saat ini dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat
atau Lembaga Amil Zakat yang amanah, dan professional.

Kelompok 13.

A. Fungsi Dan Tugas Pengelola Dana ZIS

 Pelaksanaan pendataan Muzakki dan Mustahiq.

 Pelaksanaan pengumpulan Zakat.

 Pendataan dan pengelola harta Wakaf.

 Pelaksanaan penyaluran dan pendistribusian zakat.

 Pelaksanaan pembinaan, pendayagunaan dan pemberdayaan zakat, harta wakaf, dan harta
agama produktif.

 Pelaksanaan sosialisasi dan pengembangan zakat, harta wakaf, dan harta agama produktif.

 Pelaksanaan penelitian, inventarisasi, klasifikasi, terhadap pengelolaan zakat, harta wakaf dan
harta agama.

 Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan urusan perwalian sesuai dengan ketentuan syariat
islam.

 Pelaksanaan penerimaan zakat, harta wakaf dan harta agama.

 Pelaksanaan pengelolaan terhadap harta yang tidak diketahui pemilik atau ahli warisnya
berdasarkan putusan Mahkamah Syari’ah.

B.Penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah

Salah satu tugas utama dari Badan Amil Zakat Nasional atau Lembaga Amil Zakat dalam
mendistribusikan zakat, adalah menyusun skala prioritas dalam penyaluran zakatberdasar data yang
akurat. Sinergi dan kerjasama yang saling memperkuat antar lembaga zakatsemakin dibutuhkan saat
ini, karena terbatasnya dana zakat, infak, dan sedekah yang terkumpul, sementara jumlah penerima
zakat (mustahik) semakin banyak. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahik
sebagaimana tercantum dalam surat at-Taubah:60, yang uraiannya antara lain sebagai berikut :
1. Fakir dan miskin. Fakir merupakan orang yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki
pekerjaan atau usaha tetap , guna mencukupi kebutuhan hidup, sedang orang yang
menanggung tidak ada. Miskin merupakan orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap tetapihasil usaha itu belum dapat
untuk memenuhi kebutuhanya, dan orang yang menaggung juga tidak ada.

Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawaan dalam konteks masyarakat
muslim. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun
Islam , sedangkan Infaq dan shodaqoh merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah
SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela menisihkan sebagaimana hartanya
untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah
Islamiyah.
Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat. UU ini mengatur tentang Organisasi pengelolaan zakat(OPZ) yang boleh
beroperasi di Indonesia. OPZ yang disebutkan dalam UU tersebut merupakan Badan Amil Zakat
(BAZ)dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana
zakat yang dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah sedangkan LAZ
merupakan OPZ yang dibentuk atas swadaya masyarakat.

Kelompok 14.

A.Pengertian Wakaf
Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata kerja
bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau menahan sesuatu.
Wakaf dalam pengertian Ilmu tajwid mengandung makna menghentikan bacaan, baik
seterusnya maupun untuk mengembil nafas sementara. Pengertian wakaf dalam makna
berdiam di tempat, dikaitkan dengan wuquf. Yakni berdiam di Arafah pada tanggal 9
Zulhijjah ketika menunaikan Ibadah Haji. Sedangkan pengertian menahan (sesuatu)
dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah yang dimaksud dengan wakaf dalam makalah
ini (Ali, 1988, p. 80). Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan
Allah, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah yang ganjarannya tidak terbatas
sepanjang pewakaf itu hidup, tetapi terbawa sampai ia meninggal dunia (Suryana, Alba,
Syamsudin, & Asiyah, 1996, p. 131). Wakaf adalah salah satu lembaga yang dianjurkan
oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki
yang diberika oleh Allah kepadanya (Ali, 1988, p. 77).

Dari beberapa definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian wakaf adalah
menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu lembaga dan hal tersebut
sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran mendekatkan diri kepada Allah
yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf meninggal dunia.

B.Rukun wakaf

Pewakaf (wakif) adalah Orang yang mewakafkan hartanya, Harta yang Diwakafkan
(Mauquf), Tujuan Wakaf (Mauquf ‘alaih) dan yang terakhir adalah Lafal atau pernyataan
(sighat) wakif contoh sighat : “saya wakafkan tanah milik saya seluas 200 meter persegi
ini, agar dibangun Masjid di atasnya”.

C.Syarat-syarat sahnya perwakafan sesorang

adalah sebagai berikut :

 Perwakafan benda itu tidak dibatasi oleh waktu tertentu melainkan selamanya.
 Tujuannya harus jelas dan disebutkan ketika mengucapkan ijab.

 Wakaf harus segera dilaksanakan segera setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif.

 Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf oleh wakif berlaku seketika
dan selama-lamanya.

 Perlu dikemukakan syarat yang dikeluarkan oleh wakif atas harta yang
diwakafkannya.

D.macam macam wakaf

Wakaf di bagi dua macam yaitu

(a) Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli atau Wakaf Khusus : Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli
atau Wakaf Khusus adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang
atau lebih, baik keluarga maupun orang lain.

(b) Wakaf Umum atau Wakaf Khairi : Wakaf Umum atau Wakaf Khairi adalah wakaf yang
diperuntukkan bagi kepentingan atau kemaslahatan umum.

5.Status kepemilikan harta wakaf Sebelum harta diwakafkan, pemiliknya adalah orang yang
mewakafkannya. Dan setelah harta tersebut diwakafkan kepemilikanya harta kembali
kepada Allah SWT. Dan manfaatnya menjadi hak Mauquf ‘alaih.

6.Pengurus Wakaf disebut dengan Nadzir atau Mutawalli. Nadzir adalah seseorang atau
badan yang memegang amanat untuk memelihra dan mengurus harta wakaf sebaik-
baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya.

Syarat untuk menjadi seorang Nadzir adalah : (a) telah dewasa, (b) berakal sehat, (c)
dapat dipercaya, (d) mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan
harta wakaf.

Kelompok 15.
A.Pengertian Waqaf Tunai

Wakaf secara bahasa bermakna al-habsu (menahan). Dalam bahasa Arab kata waqafa-
yaqifu-waqfan maknanya adalah habisa-yahbasu-habsan. Sedangkan menurut istilah wakaf
adalah menahan harta asal (pokok) dan menyedekahkan hasilnya di jalan Allah SWT. Atau bisa
dengan kata lain menahan sebuah harta, dan membelanjakan manfaatnya di jalan Allah SWT.
Ada perbedaan ulama dalam mendefenisikan wakaf :

 Menurut Abu Hanafi Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap
milik si waqif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.

 Imam Syafii berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan yang diwakafkan dari
kepemilikan waqif setelah sempurna prosedur perwakafan. Waqif tidak boleh melakukan
apa saja terhadap harta yang diwakafkan. Seperti: perlakuan pemilik dengan cara
memindahkan kepemilikannya kepada yang lain baik dengan tukaran (tukar-menukar)
atau tidak. Mazhab Syafii mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan
atas suatu benda yang berstatus sebagai milik Allah Swt, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial).
Wakaf tunai (cash waqf atau waqf al nuqud) merupakan salah satu wakaf benda bergerak yang
dispesifikasi berupa uang. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang,
lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian uang atau surat
berharga.

B.Pengertian Waqaf Produktif

Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan
dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf
tanah untuk digunakan bercocok tanam, mata air untuk diambil airnya dan lain-lain (Mundzir
Qahar, 2005:5). Atau wakaf produksi juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan jasa yang
menfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih dari hasil
pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dangan tujuan
wakaf (http:/Agustianto. Niriah. Com). Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan
donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu
menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti
uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.

Anda mungkin juga menyukai