Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
SITI ARYANI
NIM P1337424820256
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah telah diperiksa dan disahkan pada tanggal
2021.
Blora, 2021
Mengetahui
Pembimbing Institusi,
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah
masa sebelum kehamilan terjadi. Sehingga Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum hamil. Perempuan prakonsepsi diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau
perempuan usia subur yang siap menjadi seorang ibu (Nisa, 2018).
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang sehat,
terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi terdiri atas
dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi adalah
periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu pertemuan sel sperma dengan ovum.
Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS) yang
sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS
tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak maupun lansia. Prasyarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Simotupang, 2018).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based
practice pemberian asuhan kebidanan Pra Konsepsi
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)
a. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Asuhan Kebidanan Pra konsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki laki dan
perempuan yang di berikan oleh tenaga medis professional yang fokusnya pada
upaya untuk memiliki anak yang sehat (Anggraeny & Ariestiningsih, 2017).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan
melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan (Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum)
dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi. Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara
sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi
adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung (Nisa, 2018).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan proses
terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit
sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan
ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil
konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kementerian kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Menurut WHO (2013), pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah
penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi promotif , preventif,
kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4) Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR
5) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6) Mencegah infeksi neonatal
7) Mencegah stunting dan dan KEK
8) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9) Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10) Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di kemudian
hari.
b. Tanda dan Gejala
Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diketahui dala masa prakonsepsi sebagi
persiapan sebelum konsepsi. Tanda dan gejala tersebut di antaranya adalah :
a. Tanda dan Gejala Masa Subur
Masa Subur merupakan masa dalam siklus menstrulasi wanita dimana
terdapat sel telur yang matang yang siap di buahi, sehingga bila wanita
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan
(Simotupang, 2018).
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap dibuahi. Masa
subur berkaitamn erat dengan menstrulasi dan siklus menstrulasi. Adanya
hasrat antara suami dan istri adalah suatu yang wajar, penyaluran hasrat
tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami istri
diatur waktu. Menurut Kemenkes (Kemenkes, 2017) tanda-tanda masa subur
pada WUS yaitu:
1) Perubahan lendir serviks
Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan kental. Perubahan yang
terjadi menjelang masa subur yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan tekstur lebih cair.
2) Dorongan seksual meningkat
Hormon kewanitaan akan meningkat dalam masa subur sehingga berpengaruh
terhadap hasrat seksual.
3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak.
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan memicu kenaikan
suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tersebut hanya sedikit (± 0,5°C), maka
cukup sulit mengamati kenaikan suhu tubuh pada wanita.
b. Cara-cara mengetahui masa subur
Menurut (Puspita, 2016) dalam (Atika et al., 2017) disebutkan bahwa ada beberapa
cara untuk mengetahui masa subur, diantaranya adalah:
1) Sistem kalender
Sebagai pedoman, hari pertama menstruasi dihitung sebagai siklus menstruasi hari
ke-1. Lamanya siklus menstruasi dimulai dari hari ke-1 hingga menstruasi
berikutnya (Puspita, 2016). Ada beberapa siklus menstruasi, yaitu :
a) Siklus menstruasi 28 hari. Pada siklus ini, ovulasi akan terjadi pada hari ke
-14, dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum hingga sesudah ovulasi. Jadi
masa subur terjadi antara hari ke-11 hingga hari ke17 (Puspita, 2016).
b) Siklus 35 hari. Ovulasi terjadi pada hari ke-21. Jika siklus menstruasi pendek
maka ovulasi juga semakin cepat (Puspita, 2016).
c) Jika siklus menstruasi anda tidak teratur, anda harus mempunyai catatan siklus
selama minimal 6 bulan (6 siklus) berturut-turut untuk mendapatkan siklus
terpanjang dan siklus terpendeknya (Puspita, 2016). Untuk siklus menstruasi
tidak teratur, maka masa subur dihitung dengan rumus, yaitu : Siklus
terpanjang – 11 hari & Siklus terpendek – 18 hari
2) Perubahan Skresi Lendir Leher Rahim (Serviks).
Masa subur juga bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus)
mulut rahim (serviks). Ini pun dapat anda lakukan sendiri. Caranya, lendir dari
mulut rahim diperiksa setiap hari. Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada
saat ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari
telenjuk atau ibu jari, lalu rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang
dengan jarak 2-3 cm, jika lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan
apabila lendir tersebut tidak terputus maka anda dalam masa subur, tingkat
keberhasilan dengan cara ini hanya sekitar 60% - 70% (Sitompul Ewa Molika,
2015).
3) Menggunakan alat ovulasi (Ovulation Predictor Kit / OPK)
Ini adalah pilihan yang paling praktis untuk mengetahui masa subur. Alat ini
mirip dengan pendeteksi kehamilan dan kita bisa mendapatkannya di apotek-
apotek terdekat. Cara menggunakan alat ini pun sama dengan menggunakan alat
pendeteksi kehamilan, yaitu dengan meneteskan air seni lalu kita bisa melihat
indikatornya. Jika terlihat ada dua garis, itu artinya positif dan kita sedang dalam
kondisi subur (Puspita, 2016).
4) Metode ukur suhu (metode suhu basal)
Suhu tubuh normal biasanya 35,5 – 36 oC. Pada waktu ovulasi turun dulu
dan naik kembali mencapai 27 – 28 oC dan tidak akan kembali ke suhu normal 35
derajat. Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya Progesteron yang
bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah
dibuahi. Caranya lakukan pengukuran suhu tubuh pada pagi hari setelah bangun
tidur sebelum melakukan aktivitas apapun, kemudian masukan termometer ke
dalam dubur atau mulut vagina selama 5-6 menit. Tutup kembali mulut vagina
selama pengukuran berlangsung, lakukan hal ini setiap hari selama 3 bulan
(Sitompul Ewa Molika, 2015).
c. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi
hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu
menghamilkannya (Hadayani et al., 2019). Masa subur adalah suatu masa dalam siklus
menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali”. Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi
(Purwandari, 2011). Menurut (Prawirohardjo, 2010), untuk perhitungan masa subur
dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi
adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun
secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada
umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun
cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia
20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine,
2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-
lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena
perubahan bentuk dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah
pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin.
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada
saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus
dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal
ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan,
maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil
dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam
bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara
teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
4) Obesitas
Obesitas juga diketahui sebagai salah satu faktor yang berhubungan
dengan infertilitas. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
infertilitas karena obesitas dapat memacu terjadinya resistensi insulin dimana
tubuh tidak mampu mengelola glukosa secara cepat. Resistensi insulin
menyebabkan peningkatan kadar insulin darah (hiperinsulinemia) sehingga
semakin tinggi insulin semakin besar hambatan perkembangan foliker (sel telur)
dalam ovarium.
c. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan
kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada PUS laki-laki
maupun perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang sudah
memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
a) Anamneis
(1) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga kesehatan dan
klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit yang diderita,
riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS, status imunisasi tetanus, riwayat
KB, serta riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya.
(2) Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan efektif untuk
PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ). Dalam SRQ terdapat 20
pertanyaan terkait gejala masalah kesehatan jiwa yang harus dijawab klien
dengan jawaban ya atau tidak sepeti tabel dibawah ini.
Table 1.1 Self Reporting Questionnaire
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering menderita sakit
kepala?
2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, dan
khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir
jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk
menikmati aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari
Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang
waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status
kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, suhu
tubuh, dan pemeriksaan lengkap. Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi
yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
(1) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah, kelainan
denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan jantung. Pemeriksaan tanda vital
dilakukan melalui pengukuran suhu tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan
diastole), denyut nadi per menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi
jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (asma,
tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati beresiko
mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak nafas,
nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya, pemeriksaan lebih
difokuskan pada persiapan fisik untuk kehamilan yang diinginkan. Pada PUS
yang mempunyai masalah terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan
pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah sakit.
(2) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
(a) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek Massa
Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi
PUS/WUS dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika
perempuan dengan status gizi kurang menginginkan kehamilan,
sebaiknya kehamilan ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan intervensi
perbaikan gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada ibu dan janin,
resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit
infeksi, resiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan pada janin.
PUS laki-laki juga harus memiliki status gizi yang baik.
(b) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga dilakukan
dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk mengetahui adanya
resiko KEK pada WUS. Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah.
(3) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui status
kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap sesuai indikasi
medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga kesehatan mampu mendeteksi
adanya gangguan kesehatan pada PUS, misalnya gangguan jantung atau paru,
tanda anemia, hepatitis, IMS, dan lain-lain.
2) Darah Pemeriksaan
a) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam menegakkan
diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam sel darah
akan menetukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh. Disebut anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
kurang dari normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.
Tidak Anemia
Populasi Ringan Sedang Berat
anemia
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah
g) Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduksinya sehingga
dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung jawab.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a) Kehamilan
(1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
(2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai pemahaman
dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin
secara sehat dan aman.
(3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
(a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan istirahat yang cukup
(b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
(c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan kondisi
kesehatan ibu dan janin.
b) Perencanaan kehamilan
(1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat yang tepat
untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak
(2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
(a) Terlalu muda <20 tahun
(b) Terlalu Tua > 35 Tahun
(c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
(d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak tidak baik
untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap catin
diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan terhindar dari penyakit.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena
kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat
badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi
dan diabetes selama kehamilan.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan ketidaksuburan.
Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood,
jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun
bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga
menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari pakar
kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
j) Hindari konsumsi
(1) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab toksoplasma,
parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi
kehamilan dan janin.
(2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik, dapat
mengandung virus penyebab toksoplasma.
(3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
(4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna
beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3
dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui
penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
7) Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini
disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda
kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu
berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu
dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan
dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari hal –
hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat
merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan,
wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon
ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari
orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
8) Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting dilakukan
karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang
baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan
dalam hal financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri
karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga.
Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya
mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan),
biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
9) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan
pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang dikeluhkan.
Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu
mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka ibu
disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik dapat
menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).
2) Antropometri
a) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes RI, 2015)
b) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB
<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
Pada penelitian didapatkan hasil, wanita infertil dengan IMT berisiko
lebih tinggi daripada yang tidak berisiko yaitu sebesar 58,8%
(Hadayani et al., 2019).
c) Lingkar lengan atas (LiLA)
Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm.
Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko
untuk melahirkan BBLR. (Marmi ,2012 : 130).
3) Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. . (Marmi ,2012 :
130).
b) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi
pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya
kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
c) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris. (Marmi, 2012 :
130).
d) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri, tekan,
tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae. (Marmi ,2012 : 131).
e) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet,
kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat
tanda-tanda keputihan patologis. (Marmi ,2012 : 131).
f) Ekstremtas
Tidak ada odema, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
b) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus
e) HbsAg
f) HIV/AIDS
g) IMS (Sifilis)
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny, & Ariestiningsih. (2017). Gizi Konsepsi, Kehamilan dan Menyusui. UBpress.
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama: American
Society for Reproductive Medicine.
Atika, S. F., Yunus, M., & Primandari, L. A. (2017). Aplikasi Penghitung Masa Subur Wanita
Berbasis Android. Seminar Nasional Sistem Informasi, September, 699–708.
Hadayani, pasar ibu, Rahayu, M. A., & Marlina, R. (2019). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Infertilitas Pada Wanita Di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang. Health Science Growth
Journal, 4(2), 62–73.
Halimah, A. N., & Winarni, S. (2018). Paparan Rokok, Status Gizi, Beban Kerja Dan Infeksi
Organ Reproduksi Pada Wanita Dengan Masalah Fertilitas Rsi Sultan Agung Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 202–208.
Harni, A. J., & Anita, A. (2017). Perbedaan Lama Waktu Kembali Hamil pada KB Suntik 1
Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Daya Murni Kabupaten
Tulang Bawang Barat Lampung. Jurnal Kesehatan, 8(3), 429.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.538
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. (2017). Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. (2014). Permenkes RI.No. 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi
Calon Pengantin. Keementrian Kesehatan RI.
Nisa, K. (2018). Pengaruh Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi Terhadap Asupan Protein,
Kalsium, Zat Besi, Asam Folat Dan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur Di Desa Paluh
KemirI. Prakonsepsi.
Setiawan. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0 (B. P. dan P. Bahasa (ed.)).
Kemdikbud.
Sitompul Ewa Molika. (2015). Panduan Pintar Menghitung Masa Subur. Kunci Aksara.
Thaha, A. R. (2017). Peran Kader Posyandu Pada Pelayanan Terpadu Wanita Prakonsepsi Di
Wilayah Puskesmas Pattigalloang. Jurnal Mkmi, 102–109.
Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume 2. EGC.
Varney, H., & Jan M.K, C. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). EGC.