Anda di halaman 1dari 10

Tugas Management Patient Safety

Kelompok 6
“ Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan”

Oleh :

1. Akbar Syawaliadi Saputra ( 20.104 )


2. Andita Nurmayanti ( 20.105 )
3. Cantika Aulia Kusuma Wardhani ( 20.110 )
4. Dinar Pilgrim Prakosa ( 20.115 )
5. Dira Ayu Lestari ( 20.116 )
6. Resti Febriyanti ( 20.139 )
7. Siti Nurhaeni ( 20. 144 )
8. Siti Nurhayati ( 20.145 )
Kelas : Tk. 1C

AKADEMI KEPERAWATAN DUSTIRA


DIII Keperawatan 2020/2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas management patient
safety dalam materi mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan , Selain itu
juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai materi komunikasi antar
anggota tim kesehatan .

Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu mahasiswa


serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan
pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis, namun
penulis yakin bahwa manusia  itu tak ada yang sempurna. Seandainya dalam
penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan
penulis.Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran
kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan  terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.Untuk itu saya selalu
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.

Cimahi, 1 Maret 2021

Penulis
 
KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN

Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim


anggota kesehatan yang satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi
komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat dengan
perawat, komunikais antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik, kmunikais
antara perawat dengan farmasi dan komunikais antara perawat dengan ahli gizi,
sehingga akan menimbulkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan.
Berikut akan dibahas mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan
yang memfokuskan pada hubungan perawat dengan angggota tim kesehatan
lainnya.

A. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah


cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja
sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter. Ketika perawat menyiapkan
pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di
rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat
visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien
meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang
seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter
pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk
belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan
yang diinginkan.
Selain contoh di atas masih banyak interaksi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi antara perawat dan dokter. Contoh lainnya ketika visite dokter
spesialis anak terhadap salah seorang pasien anak, maka perawat wajib
mendampingi dan perawat akan melaporkan segala bentuk kondisi, tindakan dan
perkembangan keaadaan pasien kepada dokter tersebut. Bila dokter belum jelas
mengenai laporan tersebut seperti kondisi tanda vital pasien tersebut maka dokter
akan berkomunikasi dan bertanya dengan perawat mengenai kondisi pasien
tersebut.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas
secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang
tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan
data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter
untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan
lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari
komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

B. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar


tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada
saat koordinasi antara perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien
baru dari IGD untuk di berikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka
antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing - masing perawat dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan
ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Contohnya perawat di
suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka
saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini
memerlukan yang namanya proses komunikasi.
C. Komunikasi antara Perawat aengan Ahli Terapi
Respiratorik

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang


dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih
jauh.
Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik
misalnya : Perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan merujuk
klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk
menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas.

D. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan
secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat - obatan.
Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
Contoh, ketika perawat mengamprah obat di apotek maka antara perawat
dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta
penjelasan terkait obat tersebut. Perawat mendengarkan dengan baik lalu memilah
dan mengeceknya.

E. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung


berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan
ahli gizi.

F. Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan hubungan interpersonal
dalam tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki
dalam hubungan interprofesional yaitu:
1)      Stres Peranan (Role Stress)
2)      Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
3)      Otonomi yang keras (autonomy struggle)
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah. Pekerjaan
profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak dengan pasien yang
sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi
emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para professional
kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress
dibagi dua jenis yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah
satunya dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress dapat
disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan pendidikan dengan
pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat
baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama
ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti
akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan
kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan suatu
forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus
terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan pemahaman
interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha tidak
memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik internal tim
kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat
terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang
konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam
menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan
hubungan yang harmonis serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para
professional kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing
atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja.
Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference:

a)      Rapat tim kesehatan


Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin)
untuk membahas manajerial ruang untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan
manajerial.Tujuan rapat tim keehatan yaitu menyamakan persepsi terhadap informasi yang
didapat dari masalah yang ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan
kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan
meningkatkan koordinasi antara anggota tim kesehatan.
b)      Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara rutin (Regularly
Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau
bulanan untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan
perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi kelompok tim
kesehatan tentang kasus asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki
jadwal case conference masing-masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta
case conference melibatkan tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota
profesi lainnya jika diperlukan. Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan
dengan kondisi atau tingkat urgensi kasus, dan lamnya pertemuan tentatif. 
Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan permasalahannya,
mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan,
meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan untuk
mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara
mengutarakan inisiatif untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan mendengar
aktif, menyediakan dokumentasi data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi,
menciptakan iklim dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha
kolaborasi, membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam semua keputusan
dalam sebuah catatan. Kegiatan case conference ini harus melalui tahap persiapan sebelumnya.
Perawat Dewi dapat memilih salah satu topik yang akan disampaikan dalam case conference.
Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada perkembangan,
kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang
jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data
pasien yang selama ini dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti
dapat membuat suatu analisa permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.
Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara tim
kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi
dalam case conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan.
Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau
ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha
yang baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien.

c)      Menangani masalah-masalah staf perawat


Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas kesehatan: mengatur
pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan pertemuan untuk menyatukan perspektif
kelompok, mengidentifikasi masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan, saling
menghormati dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok dapat
bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif,  mendiskusikan solusi dengan
mengidentifikasi manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai alternatif solusi demi kepentingan
klien, menghincari situasi konflik, menghindari emosi, memutuskan untuk
mengimplementasikan solusi terbaik, menentukan orang yang bertanggung jawab untuk
implementasi, membangun garis waktu dan metode evaluasi (Armold & Boogs, 2007).
d)     Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural 
Meliputi verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal meliputi pengaturan ruang,
lingkungan, penampilan, kontak mata, postur tubuh, gerak, ekspresi, waktu dan isayarat suara.
Komunikasi verbal dengan prilaku asertif, sedangkat komunikasi diam dengan menjadi
pendengar yang baik dengan menyadari pengalaman, sikap yang mepengaruhi dalam
mempresepsikan pesan.
e)      Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain meliputi: 
Menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan orang lain, tertutup dan tidak
menghargai serta memahami perspektif orang lain. (Arnold & Boggs, 2007).

Simpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter,
ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab
terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai,
maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat
juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama


perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam
memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan
lainya yang tak bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.

Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan yang baik harus


ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus pada
peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.

Daftar Pustaka

Basuki. 2008. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. PDF File.


Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional Communication skills for
Nurses.(5 th ed.). St Louis: Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice  (7 th ed.). New
Jersey: Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock: why nurses leave nursing. St Louis: MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership: Theory and Practice.(5 th ed.). USA : SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan  (7 th ed.) (vols 2.). dr Adrina &marina,
penerjemah). Jakarta: Salemba Medika. Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and
Practice Of psychiatric nursing.(8 th ed.).St Louis: MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy Kumalasari,
Penerjemah).Jakarta: EGC

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai