Anda di halaman 1dari 10
‘LIBERALISASI KEUANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP. NILAI Q-TOBIN SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DAN PERBANKAN, ‘Trias Andati?, Hermanto Siregar™, Bonar M.Sinaga"*”, dan Noer Azam Achsani™ “PT Adhimix Precast Indonesi “Departemen Imu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Menajemen Jastitut Pertanian Bogor “")Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemien Institut Pertanian Bogor ABSTRACT This research attempts to analyze the effect of financial liberalization to Q-Tobin ratio of Basic and Chemical industry and Banking sectors. Using annual data of 52 listed company’ financial report from 2002 to 2009, the results show that the financial liberalization variables i.e. Foreign Direct Investment (FDI) and Investment Portfolio has negative effect on Q-Tobin of Basic and Chemical Industry and Banking sectors. The increase of the financial deepening variables has positive effect on Q-Tobin of Basic and Chemical Industry and Banking sectors. SBI (Serifikat Bank Indonesia) and Money Supply has negative impact on Q-Tobin, while loan interest rates has positive impact on both sectors. The average of net fed asset investment of two sectors has the same aitern of Q-Tobin values, and inereased from 2002 to 2008, while at the year of 2008, Q-Tobin of all sectors experienced decreasing due to financial crisis. Furthermore, there should be a corporate financial performance indicator such as leverage ratio, to prevent short term invesiment of FDI. Capital Market $ regulation, should be considerate a sectoral policy in porrfolio investment, to prevent jrom financial global erisis. Corporation of ‘v0 sectors could give more attention on capital structure while analyzing the company's investment decision. Keywords: Q-Tobin Ratio, Financial Liberalization, Investment, Panel Data ABSTRAK Ponelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari sektor Industri Dasar dan Kimia dan sekior Perbankan. Penelitian menggunakan data laporan kewangan tahunan sejak 2002 ~ 2009 dari 52 perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia dari ke-2 (Gektor tersebu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel liberalisasi keuangan seperti Investasi Asing Langsung dan Investasi Portofolio memberikan pengaruh negatifterhadap nilai Q-Tobin baik dl sekior Industri Dasar dan Kimia maupun Perbankan, Peningkatan variabel financial deepening memberikan pengaruh positif torhadap nilai Q-Tobin ke-2 seltor. Kebijakan moneter yang dipraxy dengan tingkat bunga acuan SBI dan M2 ‘memberikan pengaruh negatifterhadap nilai Q-Tobin, sementara itu suku bunga pinjaman (kredit) memberikan ‘pengaruh positf terhadap nilai Q-Tobin, Rata-rata investasi aktiva terap bersih ke-2 sektor memilki pola yang ‘sama dengan nilai Q-Tobin, dalam periode penelitian 2002 ~ 2009, namum pada tahun 2008 seluruh sektor ‘mengalami penurunan nilal Q-Tobin akibat krisisfinansial, Selanjutnya, diperlukan adanya indikaior keuangan erusahaan berupa rasio leverage untuk menghindari investasi asing langsung dalam bentuk investasi jangka endek. Regulator dalam Pasar Modal perlu mempertimbangkan kebijakan-kebijakan Investasi portfolio i sektor tertentu umtuke menghindari pengaruh dari kvisis keuangan global. Perusahaan sebaiknya tetap ‘memperhatikan struktur permodalan pada saat melakukan kajian atas keputusan tnvestast. Kata Kunci: Rasio Q~ Tobin, Liberalisasi Keuangan, Investasi, Data Panel ‘Alamat Korespondensi: ‘Trias Andati, HP : 0811-97027 E-mail: trias_andati@yahoo.com Jumal Hanajemen & Agribisns, Vol. 9 No. 1 Maret 2012 Ts PENDARULUAN Dalam perekonomian terbuka, liberalisasi keuangan dapat mendorong. aliran modal (Kapital), sebingga pada tingkat suku bunga tertentu, sumber dana ekstemnal dapat bersaing dengan sumber dana internal Liberalisasi keuangan di Indonesia diawali saat reformasi sektor keuangan tahun 1988, 1990 dan 1991 untuk meningkatkan mobilisasi ‘dana dari individu (penabung) demi mendorong laju investasi pada sektor produktif melalui peran perantara (intermediaries), ‘yang berlanjut saat terjadi krisis keuangan dan moneter di beberapa negara Asia. Realisasi investasi domestik (PMDN, Penanaman Modal Dalam Negeri) periode 1990-2008 meningkat sepuluh kali (dari Rp 2 398.6 miliar menjadi Rp 20 363.4 miliar) dan nilei Penanaman Modal Asing (FDI, Foreign Direct Investment) ‘meningkat duapuluh kali (dari US$ 706 juta menjadi USS 14 871.4). Namun, pertumbuhan investasi tahunan Indonesia cenderung mengalami penurunan, dari 14.7% (2004) menjadi 2% (2007), meskipun tabun 2009 menunjukan peningkatan. Selain itu, terdapat pola pertumbuhan yang tidak searah dari realisasi investasi PMDN berdasarkan sektor. Pada sektor primer, terjadi penurunan nilai realisasi investasi hampir % dari Rp 5 577.2 miliar (2005) ‘menjadi Rp 640 miliar (2008), sementara untuk industri sekunder misalnya makanan terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dari Rp 4 490.8 miliar (2005) menjadi Rp 8 192 miliar di tahun 2008 (BKPM, Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2008). Pada sektor keuangan, terdapat peningkatan nilai nominal transaksi saham dari Rp21.7 triliun (1995) menjadi Rp 300 triliun (2008), Peningkatan transaksi pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi swasta, seharusnya ‘memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan investasi stok kapital. Namun, perkembangan sektor Keuangan lambat laun meninggalkan sektor iil, dan telah menjadi bisnis tersendiri, Pasar keuangen tidak lagi sekedar mekanisme untuk menyediakan tabungan bagi investor sektor produksi, sehingge ada kecenderungan kurang terkait dengan investasi jangka panjang seltor produksi. Pengalaman Indonesia, ‘menunjukkan bahwa liberalisasi keuangan umumnya diikcuti dengan ‘boom’ kredit, sehingga mempengaruhi struktur modal perusahaan yang pada periode 1990an umumnya didominasi oleh pinjaman asing jangka pendek (Prasetyantoko dan Marta, 2008) Beberapa masalah pokok yang terjadi sejak liberalisasi Keuangan mencakup penurunan FDI dan peningkatan investasi portofolio, sejalan dengan penurunan investasi Jangsung dan peningkatan bursa saham Indonesia. Di sisi lain, kebijakan otoritas moneter berupa penurunan suku bunga patokan tidak selatu diikuti oleh perbankan, dengan suku bunga kredit yang tidak banyak berubah, yang selanjutaya menekan investasi di sektor ciil. Pengaruh liberalisasi Keuangan terhadap keputusan investasi dapat direpresentasikan dengan nilai Q-Tobin, yang menunjukkan perbandingan antara nilai pasar perusahaan terhadap biaya modal. Dengan demikian studi bertujuan untuk: 1, Menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan tethadap nilei Q-Tobin sektor industri dasar dan kkimia serta perbankan, 2, Menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan bersamaan dengan kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia serta, perbankan, TINJAUAN PUSTAKA Liberalisasi keuangan dicirikan oleh sernakin besamya ‘pengaruhdan kekuatan pasar dalam menentukan tingkat bunga den alokasi kredit, sehingga meningkatkan skala operesi lembaga-lembaga keuangan dan selanjutnya diharapkan meningkatkan efisiensi dan stabilitas sistem keuangan, Teor! liberalisasi keuangan dilandasi oleh tujuan menghapuskan efek merugikan dari represi Keuangan (financial repression) terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi, Ciri-ciri represi keuangen adalah adanya pembatasan suku bunga (interestrate ceiling), pembatasan kredit (credit ceiling), tingginya rasio likuiditas, keterbatasan modal (capital rationing) dan adanya batasan untuk masuk dalem pasar Kevangan, Menurut Romer (2001), perusahesn akan melalcukan investasi sampai pada titik dimana biaya perolehan kapital (harga kapital ditambah biaya penyesuaian) sama dengan nilai dati kapital tersebut, dengan persamaan: 1+C:UQ)=4a dimana, C'(KO) = biaya penyesuaian dipengaruhi oleh Tnvestasi pada waktu-t ila kapital q pada waktu-t a® Secara teoritis, rasio q mencerminkan bageimana tambahan satu rupiah kapital akan meningketian nilai sekarang dari keuntungan perusahaan. Perusahaan akan meningkatkan persediaan kepitalnya apabila nilai q > 1, dan akan mengurangi iavestasi bila q <1 “740 Jamal Manajemen & Agribisnis, Vol. 9 No. 1 Maret 2012 Interpretasi. ekonomi dari nilai_q adalah. setiap kenaiken satu unit persediaan Kapital perusahaan ‘ken meningkatkon nilai sekerang dari keuntungan perusahaan sebesar q. Dengan demikian q adalah nilai pasar dari suatu unit kapital. Rasio nilai pasar kapital terhadap biaya penyesuaian Kapital dikenal sebagai ‘Tobin Q (Tobin, 1969 dalam Romer, 2001). Dengan kata lain, q Tobin merupakan perbandingan antara nila pasar perusahaan terhadap investasi bersibnya. Apabila terjadi peningkatan harga saham dari perusahgan, maka nilai pasar perusahaan akan meningkat, dan selanjutnya rasio q akan meningkat, yang memungkinkan Perusahaan untuk melakukan investesi dalam aktiva tetep, sebagaimane dituliskan: nilat pasar perusahaan 4” Giaya penggantian modal Abiad, Oomes and Ueda (2004) dalam penelitiannya terhadap 5 (lima) negara berkembang (India, Jordania, Korea, Malaysia dan Thailand) menunjukkan bahwa liberalisasi keuangan meningkatkan efisiensi alokasi kapital, terutama dari segi kualitas investasi, Keseimbangen akses kredit bagi perusahaan dapat menurunkan variasi imbal hasil yang dibarapkan dari porusahaan yang dihitung dengan rasio Tobin Q. Hubungen positif antara liberalisasi keuangan dengan efisiensi tersebut meliputi perputaran pasar saham, keterbukaan perdagangan, Kredit swasta dan _kapitalisasi pasar saham. Aspek terpenting dari liberalisasi Keuangan dari sudut pandang transmisi kebijakan moneter adalah deregulasi sukubunga, Liberaiisasi Keuangen Penghapusan batas suku bunga memungkinkan sulu bunga kebijakan-ditransmisikan’ menjadi suku. bunga titel dengan lebih cepat dan meningkatkan peran dari jalur suku bunga (Gudmundsson, 2008)... Aktivitas pasar saham dapat diukur pula dengan melihat perbandingan antara nilai transaksi perdagangan saham dengan GDP (Fuss, 2006). KERANGKA PEMIKIRAN Liberalisasi Keuangan dan kebijakan moneter dapat mempengaruhi indikator makroekonomi, diantaranya. adalah nilai tukar rupiah techadap mata-uang asing, indeks harga ‘sham gebungan serta suku bunga kxedit. Liberalisasi keuangan memberikan peluang adanya mobilitas dana dari luar ke dalam negeri, sehingga meningkatkan volume valuta asing dan

Anda mungkin juga menyukai