Anda di halaman 1dari 12

LIABILITAS JANGKA PENDEK PROVINSI, DAN KONTINJENSI

A. Definisi
1. Definisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan
keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaian yang diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Sejak PSAK 1 (Revisi 2009) Penyajian
Laporan Keuangan, istilah kewajiban ini diganti dengan liabilitas, PSAK 1 (Revisi
2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek terpisah dari
liabilitas jangka panjang.

PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika


memenuhi kriteria :
a) Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya;
b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah pelaporan; atau
d) Entitas tidak memiki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
e) Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
liabilitas jangka panjang tersebut di atas.

PSAK 1 (Revisi 2009) hanya menjelaskan tentang bagaimana menyajikan


liabilitas dalam laporan keuangan. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang diatur lebih lanjut dalam
PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) Penyajian Instrumen
Keuangan; PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran Instrumen
Keuangan dan PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen Keuangan. Untuk
liabilitas di estimasi atau sekarang dikenal dengan istilah provisi diatur dalam PSAK
57 (Revisi 2009) Provisi, Liabilitas Kontingensi, dan Aset Kontingensi.
2. Jenis dan Klasifikasi
PSAK 1 (Revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis
liabilitas jangka pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi
liabilitas yang dimiliki sebuah entitas. PSAK 1 (Revisi 2009) hanya memberikan
aturan umum dalam penyajian item dalam laporan keuangan didasarkan pada
relevansi informasi tersebut bagi pengguna laporan keuangan.
Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabilitas yang
nilainya pasti dan liabilitas yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus di
estimasi. Liabilitas yang nilainya pasti, merupakan bentuk liabilitas yang telah jelas
berapa jumlah dibayarkan kepada pihak lain. Liabilitas yang nilainya tidak pasti,
jumlahnya di estimasi oleh entitas berdasarkan informasi yang tersedia. Menurut
PSAK 57 (Revisi 2009) disebut sebagai provisi.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas
yang terjadi sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang, utang pajak, beban
yang masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka. Liabilitas berdasarkan
kontrak formal misalnya wesel bayar, utang bank, atau liabilitas jangka panjang yang
akan jatuh tempo dalam 12 bulan.

Jenis Liabilitas Penjelasan


Utang dagang (account Utang yang timbul ketika entitas melakukan pembelian
receivable/ trade receivable) secara tunai.
Utang yang diperoleh dari bank dengan jangka waktu 1
Utang bank jangka pendek
tahun atau kurang.
Kontrak yang menyatakan bahwa satu pihak akan
Wesel bayar melakukan pembayaran sejumlah tertentu kepada
pihak lain di masa mendatang.
Utang pajak Pajak yang belum dibayarkan ke kas negara
Dividen yang telah diumumkan namun belum
Utang dividen
dibayarkan
Beban yang telah terjadi namun sampai tanggal
Beban yang masih harus dibayar
pelaporan belum dibayarkan.
Pendapatan yang telah diterima secara tunai namun
Pendapatan diterima di muka
pendapatannya belum diperoleh.
Utang gaji adalah beban gaji yang telah terjadi namun
belum dibayarkan.
Utang terkait gaji karyawan Iuran pensiun dan asuransi karyawan serta `pajak atas
gaji yang telah dipotong dari gaji namun belum
dibayarkan.
Uang muka pelanggan(deposit) Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai deposit dan
akan diberikan kembali kepada pelanggan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.

B. Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek


1) Utang Bank
Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan
wesel bayar (promissory note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan
keuangan entitas dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah
utang suatu entitas kepada bank dengan jangka waktu satu atau kurang. Utang bank
jangka pendek biasanya berbunga. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada
saat membutuhkan jangka waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan
perjanjian kredit.
Utang bank jangka pendek ada bunganya. Bunga dapat dibayar pada saat jatuh
tempo, selama periode tertentu, bunga dipotong di depan dari jumlah utang yang
ditarik atau kombinasi.
Utang bank ada juga mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit ditarik.
Untuk bunga yang dibayarkan di muka, jumlah uang yang diterima entitas akan
dikurangi dengan bunga. Pembayaran di muka atas bunga akan mengurangi jumlah
utang yang diterima. Pokok utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak
dikurangi dengan bunga yang dipotong / dibayarkan di depan mengurangi utang.
Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif atas utang ini. Tingkat bunga efektif
diukur dengan menghitung tingkat bunga (diskonto) yang akan menyamakan utang
dalam kontrak dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada tanggal jatuh
tempo.
Kapitalisasi provisi dan biaya administrasi yang ditanggung oleh bank juga
berlaku pada SAK ETAP. Penerapan kapitalisasi provisi dan biaya administrasi
dengan SAK ETAP dapat dilihat dalam praktik pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
yang diatur detail dalam Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). Perbedaannya, dalam
SAK ETAP, entitas tidak perlu melakukan perhitungan ulang tingkat suku bunga.
Provisi dan biaya transaksi tersebut akan diamortisasi dengan metode garis lurus
selama jangka waktu kredit dan akan diakui menambah beban bunga. Sehingga total
beban bunga adalah bunga berdasarkan perjanjian kredit ditambah amortisasi provisi
dan dikurangi amortisasi biaya transaksi yang ditanggung bank

2) Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes payable atau promissory notes.
Wesel bayar merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah
nilai tertentu di masa mendatang. Wesel bayar ditarik untuk pelunasan utang dagang,
pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk mendapatkan uang tunai. Wesel bayar
biasanya berbunga, jika tidak berbunga wesel akan dijual dengan diskon. Nilai diskon
mencerminkan bunga yang dibayar di muka.
Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang
bank, perbedaan yang mendasarinya hanyalah dokumen transaksinya. Dokumen
transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes, sedangkan bukti transaksi
utang bank adalah dokumen kredit bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung
berdasarkan nilai nominal yang tertera dalam wesel.

3) Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode Berikutnya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua
belas setelah periode pelaporan, diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun:
a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan
b. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran,
atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan
sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan
pembayaran sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek
karena (pada akhir periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda
penyelesaian liabilitas tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas
bulan setelah tanggal pelaporan.
Untuk mereklasifikasi liabilitas jangka panjang menjadi jangka pendek, entitas
dapat membuat jurnal penyesuaian untuk membuat reklasifikasi utang tersebut untuk
tujuan penyajian. Fokusnya bukan pada perlu tidaknya jurnal, namun yang penting
dalam penyajian bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua
belas bulan disajikan dalam liabilitas jangka pendek. Perlu tidaknya jurnal
dipengaruhi oleh sistem akuntansi dan kode akun (chart of account) entitas. Jika
entitas menyediakan chart of account khusus untuk penyajian ini maka entitas harus
dibuat jurnal penyesuaian.

C. Liabilitas Jangka Pendek Terkait Kegiatan Operasi


Liabilitas jangka pendek terkait dengan operasi timbul karena konsekuensi
kegiatan operasi entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena
entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak lain. Kesempatan penangguhan
pembayaran ini harus dimanfaatkan secara optimal dalam rangka menghemat arus kas
(cash flow) entitas.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas, karena entitas dapat
menggunakan dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan.
Semakin efisien entitas memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas, kebutuhan modal
kerja untuk kegiatan operasinya semakin kecil atau bahkan tidak memerlukan dana untuk
modal kerja karena modal kerja didanai oleh pemasok atau pihak lain.

a. Utang Usaha
Utang usaha adalah terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang
bergerak di bidang perdagangan , utang usaha disebut sebagai utang dagang. Utang
dagang timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit.
Entitas jika diberikan pilihan antara membeli tunai atau kredit, maka akan memilih
membeli kredit jika harga antara membeli kredit dan tunai harganya sama. Pembelian
kredit sering dituliskan dalam term: 2/10, n/60, FOB Shipping Point. Artinya
pembelian akan diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh
tempo dalam waktu 60 hari dan titik pengakuan di gudang penjual.
Utang dagang diakui saat entitas telah menerima barang atau jasa dari
pemasok. Syarat jual beli atau serah terima harus diperhatikan untuk menentukan titik
pengakuan. Untuk pembelian dengan syarat FOB Shipping Point (franko gudang
penjual) maka titik pengakuan pembelian digudang penjual, utang akan diakui saat
barang telah masuk kendaraan angkutan untuk diantar ke gudang pembeli.
FOB Destination Point (franko gudang pembeli) titik pengakuan di gudang pembeli,
di akui saat barang telah diterima oleh pembeli, selama dalam perjalanan barang ini
merupakan barang pembeli. Risiko dalam perjalanan akan menjadi pihak pembeli atau
penjual tergantung persyaratan jual belinya.

b. Beban yang Masih Harus Dibayar


Salah satu asumsi dalam laporan keuangan adalah akrual, artinya transaksi
diakui pada saat terjadinya tanpa menunggu pembayaran. Atas beban yang telah
terjadi namun belum dibayar sampai periode pelaporan, entitas harus mengakui beban
dalam laba rugi dan penghasilan komprehensif lain serta beban yang masih harus
dibayar pada laporan posisi keuangan. Beban yang masih harus dibayar yang sering
muncul di laporan posisi keuangan antara lain:
• Beban gaji. Karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak
belum dibayarkan oleh perusahaan.
• Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban
dengan berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam
perjanjian kredit.
• Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada
perusahaan atas kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

c. Pendapatan Diterima di Muka


Pelanggan sering kali melakukan pembayaran di depan atas jasa yang akan
diselesaikan atau barang yang baru akan dikirim. Pembayaran tersebut tidak boleh
diakui sebagai pendapatan tetap diakui sebagai pendapatan diterima di muka.
Pendapatan diterima di muka termasuk komponen liabilitas. Jika pendapatan tersebut
akan direalisasikan dalam satu tahun atau satu siklus operasi akan diklasifikasikan
sebagai liabilitas jangka pendek dan jika direalisasikan lebih dari satu siklus operasi
akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Sangat jarang terjadi
pendapatan diterima di muka dikategorikan sebagai liabilitas jangka panjang.

d. Utang Terkait Imbalan Kerja


Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pensiun, dan
lainnya. Gaji dibayarkan kepada karyawan dan manajemen dalam suatu entitas. Gaji
untuk karyawan tetap dibayarkan bulanan, namun sering kali karyawan mendapatkan
tambahan honor dan bonus yang dibayarkan berdasarkan aktivitas. Untuk mengelola
pembayaran gaji, entitas biasanya memiliki sistem gaji (payroll sistem) yang dapat
menghitung gaji untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap individu.

e. Utang Pajak Pihak Ketiga


Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima oleh pihak lain. Pajak yang dipotong di antaranyaadalah
PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja, PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib
pajak luar negeri, PPh 23 atas jasa, sewa, bunga royalti. Pada saat entitas
membayarkan beban kepada pihak yang menerima entitas memotong pajak, sehingga
kas yang dibayarkan akan berkurang karena pajaknya akan dibayarkan oleh entitas ke
kas negara. Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran
kepada pihak ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.

f. Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Atas penyerahan barang atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan. PPN sebenarnya
ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau jasa, namun pengusaha kena
pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.

g. Utang Pajak Penghasilan


Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan kotor dikurangi beban yang
boleh dikurangkan. Penghasilan kotor menurut pajak tidak sama dengan pendapatan
menurut akuntansi. Perbedaan antara akuntansi dan pajak itu tidak hanya di Indonesia
namun negara – negara lain juga berlaku hal yang sama. Perbedaan antara akuntansi
dan pajak diklasifikasikan menjadi dua, perbedaan temporer yang terjadi karena
perbedaan pengakuan dan perbedaan permanen.
Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan.
Pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang
diperoleh entitas dalam satu periode. Pajak kini merupakan pajak terutang dalam satu
tahun fiskal yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah
pajak final jika ada.
Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak
kurang bayar dalam satu tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau
PPh 29. Utang PPh Badan merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entitas.
Utang pajak yang lain merupakan utang pajak terkait dengan kewajiban entitas untuk
memotong pajak pihak lain sehingga tidak akan memengaruhi nilai beban pajak.

D. PROVISI dan KONTINJENSI


1. Definisi
Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian
dari sisi kejadian dan jumlah adalah kontinjensi. Istilah provisi dibedakan dari
kontinjensi untuk menjelaskan terminologi yang berbeda. Dalam PSAK 57
(Revisi 2004), provisi disebut sebagai kewajiban dietimasi. Provisi bentuk
kontinjensi yang disajikan dalam laporan keuangan (on balance sheet), sedangkan
liabilitas kontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah provisi
dapat juga diartikan sebagai pencadangan suatu penurunan yang merupakan akun
lawan aset seperti penurunan nilai, depresiasi. Provisi yang dibahas dalam subbab
ini tidak membahas provisi yang merupakan akun lawan aset tertentu namun
merupakan bentuk provisi yang terjadi karena adanya ketidakpastian. PSAK 57
(Revisi 2009) mendefinisikan provisi sebagai liabilitas kini yang waktu dan
jumlahnya belum pasti.
Namun liabilitas tersebut pasti akan terjadi Liabilitas kontinjensi menurut
PSAK 57 (Revisi 2009) adalah:
1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
2. Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena
• Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan
sumber daya untuk menyelesaikan liabilitasnya
• Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal

Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Pengakuan dan Pengukuran


Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
• Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu
• Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya
• Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan
andal dapat dibuat

3. Garansi
Pada saat entitas menjual produk, sering kali memberikan garansi /
jaminan bahwa produk yang dibeli tidak rusak dan apa berfungsi dengan
baik. Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan (Assurance
type warranty) dan garansi jasa (service type warranty). Kedua bentuk garansi ini
memiliki pendekatan berbeda.
Garansi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang diberikan
kepada pelanggan karena permintaan pelanggan. Tambahan pelayanan purna jual
ini, akan menambah harga jual. Sehingga penjual dapat membedakan produk
yang dijual dengan layanan purna jual tambahan dan tidak. Atas garansi jasa ini,
penjual akan mengakui pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan
mengakui sebagai pendapatan saat layanan purna jual diberikan kepada
pelanggan.
Garansi jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan
bahwa produk yang diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus
mengakui liabilitas karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk –
produk elektronik atau peralatan merupakan contoh produk yang dijual dengan
memberikan garansi. Sesuai dengan kontrak garansi, entitas penjual akan
memberikan layanan perbaikan atau penggantian produk dalam jangka waktu
tertentu.
Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontinjensi karena jumlah
dan waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual,
karena garansi diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam
dokumen jual beli.

4. Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap, termasuk komponen biaya
perolehan adalah estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi
lokasi aset tetap (dismantling cost). Pembongkaran dan restorasi lokal aset tetap
biasanya terkait dengan kewajiban lingkungan untuk mengembalikan lokasi
seperti kondisi awal, sehingga semua peralatan yang di atas dan tertanam harus
dipindahkan. Pembebanan biaya ini dilakukan bersamaan dengan pembebanan
depresiasi aset tersebut. Karena kewajiban diukur dengan nilai estimasi
pengeluaran yang didiskontokan, maka dengan berlalunya waktu akan diakui
beban bunga untuk menyesuaikan nilai liabilitas.

5. Litigasi Hukum
Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang
sedang berjalan proses hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat
timbulnya liabilitas yang harus diselesaikan oleh ssebuah entitas.
Kasus litigasi dapat terjadi karena kasus pencemaran lingkungan,
kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan, perselisihan masalah pajak,
kecelakaan dalam pengiriman barang sehingga ada pihak yang menuntut
perusahaan dan kasus lainnya. Kasus litigasi tidak semua dalam posisi
menimbulkan utang, karena kasus litigasi juga dapat terjadi karena entitas berada
dalam pihak yang dirugikan sehingga justru akan menerima ganti rugi. Litigasi
yang diakui dan diungkapkan adalah litigasi yang berkaitan dengan potensi
kerugian entitas sehingga menimbulkan potensi liabilitas baik provisi maupun
kontinjensi bagi entitas
6. Liabilitas Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Artinya
liabilitas kontinjensi tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan.
Keberadaannya hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
kecuali jikakemungkinan arus kelaur sumber daya kecil, maka liabilitas
kontinjensi tidak perlu diungkapkan.
Pengakuan aset kontinjensi tidak dipekenankan, adar tidak menimbulkan
pengakuan penghasilan yang tidak pernah direalisasi. Jika sudah dapat dipastikan
akan langsung diakui sebagai aset.

E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


• PENYAJIAN
Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 (Revisi 2009) dalam laporan
keuangan disajikan pada bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang. Penyajian
menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian menurut IAS 1 yang menempatkan
liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka panjang. Namun ada perusahaan di
Indonesia yang meletakkan liabilitas jangka pendek liabilitas ekuitas dan liabilitas
jangka panjang misalnya PT PLN (Persero).
PSAK tidak menjelaskan klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek yang
harus disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang harus menentukan
informasi apa yang material dan signifikan bagi pembaca sehingga perlu
diklasifikasikan secara terpisah. Umumnya liabilitas jangka pendek diklasifikasikan
atas utang usaha, utang pajak, utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, dan utang
jangka pendek lainnya.
PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan
entitas memisahkan utang yang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi. Untuk
itu utang harus diklasifikasikan atas dua kelompok tersebut. Pilihan antara apakah
pemisahan pihak berelasi dan tidak berelasi sebenarnya tidak diharuskan disajikan
dalam laporan keuangan pokok, namun dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan dalam rincian utang.
• PENGUNGKAPAN
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan
penjelasan. Misalnya untuk utang usaha, pengungkapan menjelaskan detail utang
usaha berdasarkan pemasok dengan nilai material, utang berdasarkan klasifikasi
umur, dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing. Untuk utang pajak
pengungkapan berisikan informasi jenis-jenis pajak. Kontinjensi yang sering muncul
dalam laporan keuangan adalah kasus ligitasi atau perkara hukum yang dihadapi
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai