Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ABORTUS IMMINEN

DISUSUN OLEH :

ERNETA ISMILANIA

P1337420617082

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS IMMINENS

I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya
kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh
pertama kehamilan.
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
- Kelainan kromosom
- Lingkungan sekitar kurang sempurna
- Pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta adalah perdarahan dari pembuluh darah disekitar plasenta
3. Penyakit ibu (pneumonia, typhus, abdominalis, anemia berat, malaria, keracunan)
4. Kelainan traktus genitalia (retroversi uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus)
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis
C. PATHWAY

Perdarahan

Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

D. Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar tidak


sempurna sempurna

Cemas

Perdarahan
Stress

Defisit volume cairan


Nyeri

Intoleransi aktifitas Gangguan rasa Gangguan istirahat dan tidur


E.
nyaman, nyeri
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a) Terdapat keterlambatan dating bulan
b) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim
d) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
e) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG) Transvaginal danObservasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau
non viabel1,5 dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau
missedabortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh
hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan
hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia janin,
perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan
antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu
minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.
Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian keguguran
3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan
identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer
memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar
97%.
2. Kadar Human Chorionic Gonadotropin(HCG) Kuantitatif Serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami
kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi
kemungkinan kehamilan ektopik.9 Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48
jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens,
dan missed abortion 2,6,8 Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami
keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih
rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang
kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens.
3. Pemeriksaan Kadar Progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel;
kadar kurang dari 5 mg/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan
sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel
dengan sensitivitas 100%.
4. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
5. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring total
2. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
3. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian
jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin
(uji kehamilan atau USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda atau mola
4. Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena
pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat
stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat

pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.

5. Relaksan Otot Uterus


Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sebagai
relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan
tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya
abortus imminens.1 Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup bukti yang
menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam mencegah abortus
imminens.
6. Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan
setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati
12 minggu.

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Syock

H. PENATALAKSANAAN
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi
perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu
diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG)
serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai
kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus
dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara
pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati,
pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan intra uteri
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan

B. INTERVENSI
No Masalah Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Kekurangan volume NOC : NIC
cairan b.d - Fluid balance - Pertahankan catatan intake dan output yang
perdarahan - Nutritional Status : Food and akurat
Fluid Intake - Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Kriteria Hasil : darah ortostatik, jika diperlukan
- Mempertahankan urine - Monitor status nutrisi
output - Dorong masukan oral
- Tekanan darah, nadi, suhu - Kolaborasikan pemberian cairan IV
tubuh dalam batas normal

2 Nyeri akut b.d NOC : NIC :


kerusakan jaringan - Pain Level - Lakukan pengkajian nyeri secara
intra uteri - Pain Control komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
Kriteria Hasil presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan - Ajarkan teknik non-farmakologi
menggunakan nyeri

3 Ansietas b.d Anxiety level Anxiety Reduction


kurangnya  Anxiety self-control 1. Mendengarkan penyebab kecemasan
pengetahuan  Anxiety level klien dengan penuh perhatian
 Coping 2. Observasi tanda verbal dan non verbal
Kriteria hasil : dari kecemasan klien
 Klien mampu mengidentifikasi Calming Technique
dan mengungkapkan 1. Menganjurkan keluarga untuk tetap
gejala
cemas mendampingi klien
 Mengidentifikasi, 2. Mengurangi atau menghilangkan
mengungkapkan dan rangsangan yang menyebabkan
menunjukkan tehnik untuk kecemasan pada klien
mengontrol cemas Coping Enhancement
 Vital sign dalam batas normal 1. Meningkatkan pengetahuan klien
 Postur tubuh, eksperesi wajah, mengenai glaucoma.
2. Menginstruksikan klien untuk
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya menggunakan tekhnik relaksasi
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.

Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.

Mansjoer, A. 2012. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Muchtar. 2014. Obstetri patologi, Cetakan 3. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

NANDA, Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2015 – 2017, NANDA


International, Philadephia.

Anda mungkin juga menyukai