Anda di halaman 1dari 18

Konsep Model Teori dan Aplikasi Dalam Asuhan Keperawatan

Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan serta dihubungkan
dengan kerusakan jaringan atau potensi akan terjadi kerusakan jaringan

SIFAT-SIFAT NYERI

a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy


b. Nyeri bersifat subyektif dan individual
c. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku
dan dari pernyataan klien
e. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
f. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
g. Nyeri mengawali ketidakmampuan
h. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Metode Pengurangan Rasa Nyeri

Terdapat beberapa metode dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan:

1. Metode farmakologik, meliputi pemberian obat-obatan tertentu pada ibu bersalin diantaranya:
o Obat-obatan Narkotika dan penenang

Obat-obatan ini dapat menembus sawar plasenta sehingga dapat menyebabkan depresi pernafasan neonatus.
Pethidin merupakan preparat analgetik narkotik yang paling sering digunakan dalam kebidanan, dan
prometazin serta diazepam merupakan obat penenang yang paling sering dipakai. Penggunaan obat ini harus
secara hati-hati.

o Analgestik Inhalasi

0
Gas dan udara (paling sering berupa campuran nitrous oksida dan oksigen) yang digunakan lewat masker,
umumnya dipakai setelah proses persalinan berlangsung dan kontraksi rahim menyiksa ibu hamil tersebut.

o Blok Epidural

Jika tidak digunakan dalam waktu yang lama, bentuk analgesik ini tidak menimbulkan efek pada janin.
Pemakaiannya merupakan indikasi kalau stress fisik itu dapat membawa bahaya (misalnya:keadaan pre-
eklamasia, hipertensi essensiil, penyakit jantung) ini umumnya dilakukan pada sectio secaria.

o Blok Pudendal dan Paraservikal

Blok pudendal meliputi penyuntikan larutan anastesi lokal ke dalam jaringan di dekat nevus pudendus. Blok
paraservikal disuntikkan ke dalam jaringan serviks eksterna.

2. Metode Non Farmakologik, diantaranya

o Stimulasi elektrik saraf transkutaneus (TENS/Transcutanecus Electrical Nerve Stimulation)

Biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri yang kronis. Alat ini cara kerjanya dengan aliran listrik pada
daerah lambat/sakral. Implus listrik ini akan memutuskan lintasan saraf sensorik ke otak sehingga stimulus
nyeri dapat dikurangi.

o Relaksasi

Menurut Steer (1993), relaksasi adalah metode pengendalian nyeri non farmakologik yang paling sering
digunakan di Inggris. Metode ini menggunakan pendidikan dan latihan pernafasan dengan prinsip wanita dapat
mengurangi nyeri dengan cara mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri
(Edgar & Smith-Hanrahan, 1992) dalam Smeltzer & Bare (2001) Relaksasi dapat dilakukan dengan cara
ciptakan lingkungan yang tenang, tentukan posisi yang nyaman, konsentrasi pada suatu obyek atau bayangan
visual, lepaskan ketegangan.

o Hipnoterapi

Hypnosis merupakan cara lain dalam mencapai relaksasi (Wide-man & Singer, 1984:Orner, dkk, 1986) dalam
Smeltzer & Bare (2001). Menurut teori gerbang kendali, hypnosis menutup ”gerbang” yang terdiri dari
penghambatan interneuron dalam substansia gelatinosa kamu dorsalis (Melzack & Wall, 1965) dalam Smeltzer

1
& Bare (2001). Selama persalinan, hypnosis dianggap memungkinkan wanita untuk menginterpretasikan ulang
nyeri kontaksi uterus sebagai sensasi lemah. Dengan cera ini ”gerbang” pada substansia gelatinosa dicegah
oleh implus yang turun untuk membuka dan menyebabkan persepsi nyeri. Seiring dengan relaksasi, respon
stress otonom berkurang dan hormon stress. Yang biasanya meningkat persepsi nyeri dalam persalinan, tidak
disekresi (Simkin, 1989) dalam Smeltzer & Bare (2001).

o Imajinasi

Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi kaparahan nyeri atau yang terdiri dari
pengganti yang lebih dapat diterima dan tidaknya (Mc Caffery & Beebe, 1989) dalam Smeltzer & Bare (2001).

o Umpan Balik Biologis

Teknik relaksasi dengan prinsip membantu individu untuk mengendalikan fungsi atonom khususnya tentang
nyeri.

o Psikoprofilaksis

Lamazo (1970) mengikuti karya awal Dick-Read (1993) dalam Smeltzer & Bare (2001) dengan menerapkan
konsep Pavlovian pada relaksasi dalam persalinan dan mengenalkan istilah ”psikoprofilaksis”, yang berarti
mencegah rasa nyeri dengan metode psikologis, (menghilangkan kesan negatif terhadap persalinan).

Karakteristik

 Nyeri kutanues ditransmisikan oleh serta delta A, terasa tajam dan terlokalisasi.  Nyeri somatic, muncul
dari otot, tendon, fascia dan organ dalam yang ditransmisikan oleh serat C, berupa nyeri tekan rata (dull),
menyebar.  Nyeri visceral, sama dihantarkan oleh serat C yang muncul dari dalam rongga dalam.  Nyeri
ischemia disebabkan oleh respon hypoksia dari jaringan lunak.

Teori Gate Control

 Nyeri dapat dikontrol dengan mem-blok sensasi nyeri dari sumbernya (trauma, cedera, dll) dengan stimulus
lain yang berlawanan misalnya dengan sentuhan lembut, distraksi, atau stimulasi lain.  Sehingga hantaran
sensasi nyeri dari sumber awal akan dirubah atau di blok oleh stimulus yang kita berikan. Sehingga sensasi
nyeri tidak sampai ke pusat nyeri. Prinsip diatas disebut teori gate control.

Respon Nyeri :

2
Infant (0-1 tahun)

Menangis, rewel, ekspresi wajah dengan mata tertutup, terbuka pada bayi yang cukup umur,
mulut terbuka ingin digendong. Gerakan tubuh biasanya kaku, tidak kooperatif, gelisah,
mekanisme koping mengisap, menangis.

Toddlers (1-3 tahun)

Menangis, diam bila distop stimulus nyerinya, matanya tertutup. Gelisah menangis sampai
tertidur.

Usia sekolah (6-12 tahun)

Menangis, bisa mengucapkan kualitas nyerinya, lokasi dan lama nyerinya. Ekspresi wajah
murung, gerakan tubuhnya kaku, koping mekanism berbicara terus tentang nyeri yang
dialaminya. Distraksi dengan tidur, nonton TV.

Remaja (13-20 tahun)

Menangis, matanya tertutup, gerakan tubuh tidak terkontrol. Koping mekanismnya tidur,
berespon bila terasa nyeri.

Dewasa & Tua

(21-45 tahun) : Berdo’a, merintih, ekspresi wajah menggigit, gerakan tubuhnya biasanya otot-
ototnya kaku, kopingnya membatasi aktifitas

(>46 tahun) : Berdo’a, menangis minta tolong, ekspresi wajah mengeluarkan air mata, mata
tertutup, gerakan tubuhnya otot-otot kaku

Skala linear (1-10)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cara penulisan: Klien mengatakan nyeri 5, ditulis 5/10. Artinya nyeri pada skala 5 dari skala
maksimal 10

0          :Tidak nyeri

1-3       : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

3
4-6       : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.

7-9       : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10        : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul

Derajat Nyeri

Ringan (skala:1-3), Sedang (skala: 4-7), Berat (skala: 8-10).

4
Asuhan keperawatan klien dengan nyeri
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri
sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan
nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan
individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada
klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien
yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh
Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia.

B. DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena
adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor
nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg
dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya

C. ISTILAH DALAM NYERI


Nosiseptor : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri§
Non-nosiseptor : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri§
System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri§
Ambang nyeri : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri§
Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan§

D. SIFAT-SIFAT NYERI
Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi§

5
Nyeri bersifat subyektif dan individual§
Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah§
Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku
dan dari pernyataan klien§
Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya§
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis§
Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan§
Nyeri mengawali ketidakmampuan§
Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal§
Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
Nyeri bersifat individu§
Nyeri tidak menyenangkan§
Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi§
Bersifat tidak berkesudahan§

E. FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu
teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk
memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis
berikut ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri§
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri§
Reaksi : respon fisiologis§ & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

1. RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium Nosiseptor Impuls
syaraf Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medula spinalis Neurotransmiter (substansi P) Pusat
syaraf di otak Respon reflek protektif

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan

6
substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan
dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada
dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut
syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan
kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi
sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf
ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak
mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.

Contoh: 
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan
reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. 
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi
normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
Trauma§
Obat-obatan§
Pertumbuhan tumor§
Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)§

Tipe serabut saraf perifer :


a. Serabut saraf A-delta :
Merupakan serabut bermyelin§
Mengirimkan pesan secara cepat§
Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya§
Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll§
Biasanya sering ada pada injury akut§
Diameternya besar§
b. Serabut saraf C

7
Tidak bermyelin§
Diameternya sangat kecil§
Lambat dalam menghantarkan impuls§
Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten§
Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus§
Reseptor terletak distruktur permukaan.§

NEUROREGULATOR
Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada
pengalaman nyeri§
Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula
spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik§
Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator§
Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut
saraf§
contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin
Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa
mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.§
Contoh: endorphin, bradikinin
Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau
menurunkan efek sebagian neurotransmitter§ 

Teori gate control


Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965§
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.§
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal
serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism),
mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum
mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.§

8
Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang
tertutup§
Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri§
Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien§ 
Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi
P.§ 
Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.§

2. PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar
akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.§ 
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat
bereaksi§
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:§
Stimulus nyeri Medula spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak Persepsi 

Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut


mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel
yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka
individu akan mempersepsikan nyeri.

REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.§
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi
”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum§
Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri
berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi§ 
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:§

9
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon fisiologis &
perilaku
Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf
otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon
fisiologis dan akan muncul perilaku.
F. RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI
A. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rateü
Peningkatan heart rateü
Vasokonstriksi perifer, peningkatan BPü
Peningkatan nilai gula darahü
Diaphoresisü
Peningkatan kekuatan ototü
Dilatasi pupilü
Penurunan motilitas GIü
B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
Muka pucatü
Otot mengerasü
Penurunan HR dan BPü
Nafas cepat dan irregulerü
Nausea dan vomitusü
Kelelahan dan keletihanü

RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI


Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)§
Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)§
Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari§ & tangan
Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)§

10
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap
nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan
keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur,
bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
Fase antisipasi-----terjadi sebelum nyeri diterima.n
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi
dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien. 
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya
akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan
nyeri yang nanti akan dihadapi.
Fase sensasi-----terjadi saat nyeri terasa.n 
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang
toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda
merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu
dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan
nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi
dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk
mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara
teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak
mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya

11
membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

Fase akibat (aftermath)------terjadi ketika nyeri berkurang atau berhentin


Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan
kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala
sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu
memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

G. KLASIFIKASI NYERI
A. Berdasarkan sumbernya
Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar)§
ex: terkena ujung pisau atau gunting
Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan
syaraf, nyeri menyebar§ & lbh lama daripada cutaneus 
ex: sprain sendi
Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak.
Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan§
B. Berdasarkan penyebab:
Fisikn 
Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
Psycogenicn
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

C. Berdasarkan lama/durasinya
Nyeri akut§
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan

12
yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa
hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera
menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu
harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang
dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.

Nyeri kronik§ 
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam
bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker
tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian.
Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri
kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi
(keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan
psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan
seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul
perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke
hari.
Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
Nyeri akut
Lamanya dalam hitungan menitn
Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasin
Respon pasien:Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerangn
Tingkah laku menggosok bagian yang nyern
Nyeri kronik
Lamanyna sampai hitungan bulan,ni > 6bln
Fungsi fisiologi bersifat normaln
Tidak ada keluhan nyerin

13
Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyerin

D. Berdasarkan lokasi/letak
Radiating pain§
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
Referred pain§
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari jaringan penyebab

Intractable pain§
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
Phantom pain§
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang diamputasi) atau
bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI


Usia§ 
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Jenis kelamin§
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon
nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri)
Kultur§
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka

14
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
Makna nyeri§
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
Perhatian§
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
Ansietas§
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Pengalaman masa lalu§
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

Pola koping§
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping
yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Support keluarga dan social§
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

I. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian§ 
Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
Menetapkan data dasarv 
Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepatv
Menyeleksi terapi yang cocokv

15
Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikanv
Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan pengkajian
nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata, dapat
diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1.Ekspresi klien terhadap nyeri
Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat
harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa
ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan
perhatian khusus ketika pengkajian.
2.Klasifikasi pengalaman nyeri
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka
dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik,
maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.
3.Karakteristik nyeri
Onset dan durasiv 
Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah
munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.
Lokasiv
Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap atau terasa pada
menyebar
Keparahanv
Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan. Untuk
memperoleh data ini perawt bias menggunakan alat Bantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala
ukur, kemudian disuruh memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana. Skala ukur
bis berupa skala numeric, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak skala yan digunakan adalah
skala oucher yang dikembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang diembangkan oleh Wong &
Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-
anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih
kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai
petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan

16
nyeri. Anak bisa diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar
yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah
dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat
sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).

17

Anda mungkin juga menyukai