Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba yang maksimum guna
memaksimalkan nilai para pemegang saham. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas bisnisnya secara efektif, efisien dan ekonomis. Pada industri barang konsumsi, aktivitas operasional perusahaan dimulai dari tahap pengelolaan bahan baku organik. Pada tahap ini, perusahaan mengadakan aktivitas pengelolaan makhluk hidup yang menjadi sumber bahan baku dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika pengelolaan dalam jumlah yang ekonomis, maka akan diteruskan dengan tahap pengembangan (development) lapangan. Pada aktivitas tersebut, ketersediaan peralatan dan material yang cukup merupakan hal yang krusial. Divisi yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan mendistribusikannya adalah departemen pengadaan dan logistik. Supply Chain Management (SCM) bertujuan untuk memaksimalkan hubungan rantai pasokan dari pemasok (supplier) hingga ke konsumen. Menurut Christoper (1998), ” Supply Chain Management is the management of upstream and downstream relationship with supplier and customer to deliver superior customer value at less cost to the supply chain as a whole”. Menurut Levi et al. (2000) supply chain management merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang lebih efisien dari supplier, manufacture, distributor, retailer, dan customer. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai cost dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan. Manajemen rantai pasokan (supply chain management) mampu mengatasi masalah persediaan agar produk dalam keadaan tersedia dan layak konsumsi. Ada dua manfaat penerapan supply chain management yang pertama untuk memenuhi kepentingan dalam pemenuhan persediaan barang dagangan yang mempunyai sifat cepat habis. Persediaan produk-produk kebutuhan konsumen harus dikendalikan. Pengendalian persediaan merupakan hal penting yang dilakukan untuk mengendalikan persediaan dari kekurangan dan kelebihan produksi, penawaran, ataupun permintaan. Kekurangan produk-produk tersebut akan menimbulkan komplain dari konsumen dan perusahaan akan kehilangan sejumlah kesempatan untuk menghasilkan laba. Semantara itu image dari merek barang tersebut dan citra ritel akan menjadi buruk. Akibatnya konsumen menjadi kurang loyal untuk mengkonsumsi barang tersebut, dan dampak negatif yang lebih lagi konsumen sacara tidak sengaja melakukan promosi dari mulut ke mulut (mouth to mouth) kepada konsumen lain untuk tidak melakukan pembelian pada ritel tersebut. Sementara kelebihan persediaan akan menimbulkan kerugian bagi produsen. Manfaat yang kedua yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap pilihan barang dagangan sesuai dengan apa yang pelanggan inginkan, serta dimana mereka menginginkannya. Pengendalian persediaan juga menjadi begitu penting dikarenakan pola konsumsi yang selalu berubah-ubah. Setiap konsumen berbeda dalam melakukan pembelian suatu produk. Ada yang intence setiap hari, minggu, bulan, dan ada juga konsumen yang melakukan pembelian tiba-tiba tanpawaktu yang direncanakan atau ada konsumen yang membeli dalam jumlah besar atau pun kecil bahkan hari-hari besar juga harus menjadi perhatian dalam menentukan persediaan. Proses bisnis inti manajemen rantai pasokan (supply chain management) antara lain meliputi customer relationship management, customer service management, order fulfillment, manufacturing flow management, procurement, product development, commercialization. Dalam artian kepuasan dan loyalitas konsumen akhir yang diutamakan (Stock dan Lambert dalam Cahyono;2010). Aktivitas SCM atas pengadaan material pada perusahaan dimulai dari adanya permintaan dari pengguna (end user) kepada departemen pengadaan dan logistik. Departemen pengadaan dan logistik akan memeriksa ketersediaan material tersebut pada daftar persediaan yang ada di gudang. Apabila material yang dibutuhkan tersedia, maka akan langsung dipersiapkan pendistribusiannya ke lapangan, dan sebaliknya jika material tersebut merupakan item baru yang tidak tersedia pada persediaan, maka akan dilakukan pemesanan kepada pemasok. Proses pengadaan ini dievaluasi untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimal dan waktu pengiriman. Proses pengevaluasian pembelian material untuk persediaan merupakan hal yang penting, karena kesalahan pemesanan akan menyebabkan terjadinya biaya tambahan. Misalnya apabila jumlah yang dipesan lebih sedikit dari yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya pemesanan kembali dimana akan membutuhkan waktu dalam proses pengirimannya dan kemungkinan akan mengganggu proses operasional perusahaan. Sebaliknya apabila jumlah yang dipesan lebih banyak dari yang dibutuhkan maka kemungkinan akan menyebabkan biaya penyimpanan yang lebih besar dan adanya kemungkinan material tersebut usang (obsolence). Persediaan menurut Chase, Jacobs dan Aqualino (2006) adalah setiap item atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi. Tujuan dibentuknya persediaan adalah untuk: 1.Menjaga operasional perusahaan berjalan lancar, 2.Memperoleh keuntungan dari jumlah pemesanan yang ekonomis, 3.Mengantisipasi keterlambatannya pengiriman material dari pemasok, 4.Untuk memenuhi perubahan permintaan produk. Pembelian persediaan harus diperhitungkan dengan cermat untuk menentukan jumlah yang optimum karena biaya untuk mengelola persediaan mencapai 15% hingga 35% dari nilai persediaan. Biaya yang timbul untuk menjaga persediaan yaitu: 1.Biaya Modal (Cost of Capital), 2.Biaya peyimpanan dan penanganan (Handling), 3.Pajak, 4.Asuransi serta, 5.Keuangan. Pada industri mie instant WINA (World Instant Noodle Association) mengestimasikan trend permintaan akan mie instant terus meningkat setiap tahunnya di setiap negara di seluruh dunia. Pada tahun 2013, China memiliki tingkat permintaan tertinggi yaitu berkisar 46.220 million pack, sedangkan Indonesia memiliki permintaan no.2 tertinggi yaitu berkisar 14.900 million pack setelah china dan lalu disusul oleh Jepang, Vietnam, India, dst. Seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut. 21
Tabel 1 Permintaan Global Untuk Mie Instant
NO. Country / Region 2009 2010 2011 2012 2013 92,220 95,820 98,170 101,470 105,590 Total 1 China / Hong Kong 40,860 42,300 42,470 44,030 46,220 2 Indonesia 13,930 14,400 14,530 14,750 14,900 3 Japan 5,340 5,290 5,510 5,410 5,520 4 Vietnam 4,300 4,820 4,900 5,060 5,200 5 India 2,280 2,940 3,530 4,360 4,980 6 USA 4,290 4,180 4,270 4,340 4,350 7 Republic of Korea 3,480 3,410 3,590 3,520 3,630 8 Thailand 2,350 2,710 2,880 2,960 3,020 9 Philippines 2,550 2,700 2,840 2,720 2,720 10 Brazil 1,870 2,000 2,140 2,320 2,480 11 Russia 2,140 1,900 2,060 2,090 2,120 12 Nigeria 1,130 1,180 1,260 1,340 1,440 13 Malaysia 1,200 1,220 1,320 1,300 1,350 14 Nepal 590 730 820 890 1,020 15 Taiwan 1,070 1,020 1,010 1,010 980 16 Mexico 860 830 850 890 920 17 Ukraine 520 540 540 560 580 18 Saudi Arabia N/A 430 460 490 460 19 UK 310 320 340 350 370 20 Australia 330 340 340 350 350 Others 2820 2570 2520 2730 2980 Unit: 1 Million Pack (Bags/ Cups), Sumber: WINA (World Instant Noodle Association) Namun ada perbedaan dari jumlah konsumsi mie instan untuk setiap orang pertahunnya, WINA juga mencatat consumtion percapita mie instant di berbagai Negara dimana pada tahun 2013 urutan berdasarkan consumtion percapita Negara pertama adalah South Korea sebesar 74,1/orang/tahun kedua adalah Indonesia sebesar 60,3/orang/tahun dan lalu diikuti oleh Negara-negara lainnya, seperti yang terlihat pada data dalam tabel 2 berikut; Tabel 2. Konsumsi Perkapita Mie Intant No Country/ Region 2013 Servings (In Mio) Konsumsi Perkapita Rank 1 China+Hongkong 46,220 33,4 9 2 Indonesia 14,900 60,3 2 3 Japan 5,520 43,4 6 4 Vietnam 5,200 57,3 3 5 India 4,980 4,0 6 USA 4,350 13,7 7 South Korea 3,630 74,1 1 8 Thailand 3,020 45,2 5 9 Philippines 2,720 28,1 10 10 Brazil 2,480 12,5 11 Russia 2,120 14,8 12 Nigeria 1,440 8,5 13 Malaysia 1,350 46,2 4 14 Nepal 1,020 37,1 8 15 Taiwan 980 41,9 7 Sumber: WINA (World Instant Noodle Association) PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada industri mie instant dimana perusahaan ini berhasil mempertahankan kepemimpinan pasarnya dengan meraih kinerja yang baik. Berdasarkan laporan keuangan 2014 Total nilai penjualan tumbuh 15,0% mencapai Rp19,92 triliun, meningkat dari sebesar Rp17,32 triliun. Marjin laba usaha meningkat menjadi 14,9% di tahun 2014 dari 13,3% di tahun 2013 walaupun divisi ini menghadapi tekanan biaya selama semester pertama tahun 2014 akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Namun peningkatan laba tersebut berbanding terbalik dengan total volume penjualan yang menurun menjadi 12,59 miliar bungkus dari 12,65 miliar bungkus di tahun 2013. Penurunan volume penjualan tersebut bisa dikatakan kurang maksimalnya perusahaan dalam memperoleh laba, dimana penjualan terbentuk dari rangkaian panjang dari proses supply chain yang terdiri dari beberapa aktifitas. Dan penurunan penjualan berdampak pada ketatnya persaingan di dalam pasar mie instan di Indonesia, menjadikan pasar PT. ICBP SM Tbk mulai berkurang. Hal ini terutama disebabkan munculnya pesaing terbesarnya yaitu PT. Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap yang berhasil merebut sebagian pasar Indofood dan masuknya berbagai macam merek mie instan dari luar negeri. Namun sejak beberapa tahun terakhir pasar mie instan menjadi arena pertarungan dua perusahaan raksasa antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Peta persaingan by company Industri Mie Instan di Indonesis dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Peta Persaingan berdasrkan perusahaan Industri Mie Instan di Indonesia (%) change Share 2014
2013
Manufactures
Indofood 57.0 57.2 -0.2
Wing'sfood 37.5 37.0 0.5 Olaga Food Industry 1.6 1.5 0.1 ABC President Interprices 1.1 1.4 -0.3 Jakarana Tama 0.6 0.8 -0.2 Surya Mandiri 0.6 0.6 0 Nissin Mas 0.6 0.5 0.1 Indosari Sarana Pangan Abadi 0.4 0.3 0.1 Megah Putra Sejahtera 0.1 0.1 0 Sentra Food Indonusa Corp. 0.1 0.0 -0.1 Others 0.4 0.6 -0.2 National 100 100 Sumber: AC Nielsen audit tahun 2014 PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Mie Instant menghasilkan produk dengan sumber bahan baku yang bersifat organik yaitu; Gandum yang diolah menjadi tepung terigu. Perusahaan ini menghasilkan produk yang dapat dikategorikan convenience product, khususnya pembuatan berbagai varian produk mie instan. Produk-produk yang dihasilkan P.T. ISM dipasarkan dengan brand Indomie, Supermi, Sarimi, Mie Telor Cap 3 Ayam, Pop Mie, Super Cup, Anak Mas, Vitami, Intermi, dan Sakura ; dengan jangkauan wilayah pemasaran mulai dari pasar Indonesia hingga pasar luar negeri. 23
Perumusan Masalah
PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Mie Instant memiliki 15
Cabang di Indonesia dimana setiap cabang memiliki tingkat persaingan yang bervariasi. Hal tersebut dapat tergambar pada market share by brach berikut ini; Tabel 4. Market share by branch PT. Indofood CBP Sukes Makmur Tbk dalam Industri Mie Instant di Indonesia (%)
= Indofood Share <55%
= Indofood Share 55-69% = Indofood Share >70% Sumber: AC Nielsen audit tahun 2014 Dari Tabel 4. dapat digambarkan bahwa; Pertama, Branch dengan market share merah (<55%) adalah Medan, Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya, Indotim,dan Menado. Kedua Branch dengan market share kuning (55-69%) adalah Jambi, dan Makasar. Ketiga Branch dengan market share hijau (>70%) adalah Pekanbaru, Palembang, DKI Jakarta, Botabek (Cibitung), Pontianak, dan Banjarmasin. Semakin ketatnya persaingan industri mi instant di Indonesia membuat PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kompetensinya dalam rangka mempertahankan eksistensi dan posisinya sebagai market leader dalam bisnis mie instan. Upaya perbaikan yang ditempuh bertolak dari paradigma yang berkembang luas dewasa ini, bahwa untuk dapat berkompetisi secara efektif suatu perusahaan harus mengembangkan kapabilitasnya dalam merespon perubahan pasar yang terjadi secara cepat dan akurat termasuk dalam memenuhi permintaan pasar. Konsep time based competition, fleksibilitas, dan upaya memaksimumkan laba menjadi landasan perluasan ruang lingkup konsep perbaikan ke arah value chain. Perbaikan dalam value chain dilakukan dengan cara mengupayakan agar semua pihak dan aspek yang berhubungan dengan aliran material, mulai dari raw material hingga finish good sampai kepada konsumen, dapat dikoordinasikan secara optimal dalam memenuhi market demand. Dengan berfokus pada hal ini, diharapkan perusahaan dapat mencapai penurunan level inventory secara signifikan dan meningkatkan profit finansialnya, dengan tetap menjaga responsivitas dan fleksibilitas terhadap demand. Berdasarkan paparan diatas penurunan penjualan mengakibatkan penurunan market share dan kurang maksimalnya perusahaan dalam memperoleh laba, dimana penjualan terbentuk dari rangkaian aktifitas supply chain. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis value chain untuk perbaikan dalam aktifitas supply chain. Merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti, bagaimana proses rantai nilai didalam perusahaan bisa membentuk keunggulan bersaing PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sehingga dapat menjadi perusahaan mi instant yang sangat sukses & terus berkembang di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas dapat diuraikan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang membentuk value chain pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.? 2. Apa saja faktor-faktor prioritas dalam value chain pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk?
Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk value chain pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2. Untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam value chain PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan :
1. Referensi pada manajemen perusahaan terkait dengan improvement dalam supply chain management dalam meningkatkan daya saing perusahaan. 2. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis faktor-faktor yang
membentuk value chain pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dalam melakukan usaha di Industri mi instant. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dimana menyaring seluruh aktifitas supply kemudian, dimasukan kedalam model faktor kuantitatif.