Anda di halaman 1dari 6

19

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba yang maksimum guna


memaksimalkan nilai para pemegang saham. Untuk mencapai hal tersebut,
perusahaan harus dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas
bisnisnya secara efektif, efisien dan ekonomis.
Pada industri barang konsumsi, aktivitas operasional perusahaan dimulai
dari tahap pengelolaan bahan baku organik. Pada tahap ini, perusahaan
mengadakan aktivitas pengelolaan makhluk hidup yang menjadi sumber bahan
baku dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika
pengelolaan dalam jumlah yang ekonomis, maka akan diteruskan dengan tahap
pengembangan (development) lapangan. Pada aktivitas tersebut, ketersediaan
peralatan dan material yang cukup merupakan hal yang krusial.
Divisi yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan
mendistribusikannya adalah departemen pengadaan dan logistik. Supply Chain
Management (SCM) bertujuan untuk memaksimalkan hubungan rantai pasokan
dari pemasok (supplier) hingga ke konsumen. Menurut Christoper (1998), ”
Supply Chain Management is the management of upstream and downstream
relationship with supplier and customer to deliver superior customer value at less
cost to the supply chain as a whole”.
Menurut Levi et al. (2000) supply chain management merupakan suatu
pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang lebih efisien
dari supplier, manufacture, distributor, retailer, dan customer. Artinya barang
diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dan pada tempat yang
tepat dengan tujuan mencapai cost dari sistem secara keseluruhan yang minimum
dan juga mencapai service level yang diinginkan. Manajemen rantai pasokan
(supply chain management) mampu mengatasi masalah persediaan agar produk
dalam keadaan tersedia dan layak konsumsi.
Ada dua manfaat penerapan supply chain management yang pertama untuk
memenuhi kepentingan dalam pemenuhan persediaan barang dagangan yang
mempunyai sifat cepat habis. Persediaan produk-produk kebutuhan konsumen
harus dikendalikan. Pengendalian persediaan merupakan hal penting yang
dilakukan untuk mengendalikan persediaan dari kekurangan dan kelebihan
produksi, penawaran, ataupun permintaan. Kekurangan produk-produk tersebut
akan menimbulkan komplain dari konsumen dan perusahaan akan kehilangan
sejumlah kesempatan untuk menghasilkan laba. Semantara itu image dari merek
barang tersebut dan citra ritel akan menjadi buruk. Akibatnya konsumen menjadi
kurang loyal untuk mengkonsumsi barang tersebut, dan dampak negatif yang lebih
lagi konsumen sacara tidak sengaja melakukan promosi dari mulut ke mulut
(mouth to mouth) kepada konsumen lain untuk tidak melakukan pembelian pada
ritel tersebut. Sementara kelebihan persediaan akan menimbulkan kerugian bagi
produsen.
Manfaat yang kedua yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap
pilihan barang dagangan sesuai dengan apa yang pelanggan inginkan, serta
dimana mereka menginginkannya. Pengendalian persediaan juga menjadi begitu
penting dikarenakan pola konsumsi yang selalu berubah-ubah. Setiap konsumen
berbeda dalam melakukan pembelian suatu produk. Ada yang intence setiap hari,
minggu, bulan, dan ada juga konsumen yang melakukan pembelian tiba-tiba
tanpawaktu yang direncanakan atau ada konsumen yang membeli dalam jumlah
besar atau pun kecil bahkan hari-hari besar juga harus menjadi perhatian dalam
menentukan persediaan.
Proses bisnis inti manajemen rantai pasokan (supply chain management)
antara lain meliputi customer relationship management, customer service
management, order fulfillment, manufacturing flow management, procurement,
product development, commercialization. Dalam artian kepuasan dan loyalitas
konsumen akhir yang diutamakan (Stock dan Lambert dalam Cahyono;2010).
Aktivitas SCM atas pengadaan material pada perusahaan dimulai dari
adanya permintaan dari pengguna (end user) kepada departemen pengadaan dan
logistik. Departemen pengadaan dan logistik akan memeriksa ketersediaan
material tersebut pada daftar persediaan yang ada di gudang. Apabila material
yang dibutuhkan tersedia, maka akan langsung dipersiapkan pendistribusiannya ke
lapangan, dan sebaliknya jika material tersebut merupakan item baru yang tidak
tersedia pada persediaan, maka akan dilakukan pemesanan kepada pemasok.
Proses pengadaan ini dievaluasi untuk menentukan jumlah pemesanan
yang optimal dan waktu pengiriman. Proses pengevaluasian pembelian material
untuk persediaan merupakan hal yang penting, karena kesalahan pemesanan akan
menyebabkan terjadinya biaya tambahan. Misalnya apabila jumlah yang dipesan
lebih sedikit dari yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya pemesanan kembali
dimana akan membutuhkan waktu dalam proses pengirimannya dan kemungkinan
akan mengganggu proses operasional perusahaan. Sebaliknya apabila jumlah yang
dipesan lebih banyak dari yang dibutuhkan maka kemungkinan akan
menyebabkan biaya penyimpanan yang lebih besar dan adanya kemungkinan
material tersebut usang (obsolence).
Persediaan menurut Chase, Jacobs dan Aqualino (2006) adalah setiap item
atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi. Tujuan dibentuknya
persediaan adalah untuk: 1.Menjaga operasional perusahaan berjalan lancar,
2.Memperoleh keuntungan dari jumlah pemesanan yang ekonomis,
3.Mengantisipasi keterlambatannya pengiriman material dari pemasok, 4.Untuk
memenuhi perubahan permintaan produk.
Pembelian persediaan harus diperhitungkan dengan cermat untuk
menentukan jumlah yang optimum karena biaya untuk mengelola persediaan
mencapai 15% hingga 35% dari nilai persediaan. Biaya yang timbul untuk
menjaga persediaan yaitu: 1.Biaya Modal (Cost of Capital), 2.Biaya peyimpanan
dan penanganan (Handling), 3.Pajak, 4.Asuransi serta, 5.Keuangan.
Pada industri mie instant WINA (World Instant Noodle Association)
mengestimasikan trend permintaan akan mie instant terus meningkat setiap
tahunnya di setiap negara di seluruh dunia. Pada tahun 2013, China memiliki
tingkat permintaan tertinggi yaitu berkisar 46.220 million pack, sedangkan
Indonesia memiliki permintaan no.2 tertinggi yaitu berkisar 14.900 million pack
setelah china dan lalu disusul oleh Jepang, Vietnam, India, dst. Seperti yang
terlihat pada Tabel 1 berikut.
21

Tabel 1 Permintaan Global Untuk Mie Instant


NO. Country / Region 2009 2010 2011 2012 2013
92,220 95,820 98,170 101,470 105,590
Total
1 China / Hong Kong 40,860 42,300 42,470 44,030 46,220
2 Indonesia 13,930 14,400 14,530 14,750 14,900
3 Japan 5,340 5,290 5,510 5,410 5,520
4 Vietnam 4,300 4,820 4,900 5,060 5,200
5 India 2,280 2,940 3,530 4,360 4,980
6 USA 4,290 4,180 4,270 4,340 4,350
7 Republic of Korea 3,480 3,410 3,590 3,520 3,630
8 Thailand 2,350 2,710 2,880 2,960 3,020
9 Philippines 2,550 2,700 2,840 2,720 2,720
10 Brazil 1,870 2,000 2,140 2,320 2,480
11 Russia 2,140 1,900 2,060 2,090 2,120
12 Nigeria 1,130 1,180 1,260 1,340 1,440
13 Malaysia 1,200 1,220 1,320 1,300 1,350
14 Nepal 590 730 820 890 1,020
15 Taiwan 1,070 1,020 1,010 1,010 980
16 Mexico 860 830 850 890 920
17 Ukraine 520 540 540 560 580
18 Saudi Arabia N/A 430 460 490 460
19 UK 310 320 340 350 370
20 Australia 330 340 340 350 350
Others 2820 2570 2520 2730 2980
Unit: 1 Million Pack (Bags/ Cups), Sumber: WINA (World Instant Noodle Association)
Namun ada perbedaan dari jumlah konsumsi mie instan untuk setiap orang
pertahunnya, WINA juga mencatat consumtion percapita mie instant di berbagai
Negara dimana pada tahun 2013 urutan berdasarkan consumtion percapita Negara
pertama adalah South Korea sebesar 74,1/orang/tahun kedua adalah Indonesia
sebesar 60,3/orang/tahun dan lalu diikuti oleh Negara-negara lainnya, seperti yang
terlihat pada data dalam tabel 2 berikut;
Tabel 2. Konsumsi Perkapita Mie Intant
No Country/ Region 2013 Servings (In Mio) Konsumsi Perkapita Rank
1 China+Hongkong 46,220 33,4 9
2 Indonesia 14,900 60,3 2
3 Japan 5,520 43,4 6
4 Vietnam 5,200 57,3 3
5 India 4,980 4,0
6 USA 4,350 13,7
7 South Korea 3,630 74,1 1
8 Thailand 3,020 45,2 5
9 Philippines 2,720 28,1 10
10 Brazil 2,480 12,5
11 Russia 2,120 14,8
12 Nigeria 1,440 8,5
13 Malaysia 1,350 46,2 4
14 Nepal 1,020 37,1 8
15 Taiwan 980 41,9 7
Sumber: WINA (World Instant Noodle Association)
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak pada industri mie instant dimana perusahaan ini berhasil
mempertahankan kepemimpinan pasarnya dengan meraih kinerja yang baik.
Berdasarkan laporan keuangan 2014 Total nilai penjualan tumbuh 15,0%
mencapai Rp19,92 triliun, meningkat dari sebesar Rp17,32 triliun. Marjin laba
usaha meningkat menjadi 14,9% di tahun 2014 dari 13,3% di tahun 2013
walaupun divisi ini menghadapi tekanan biaya selama semester pertama tahun
2014 akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Namun peningkatan laba tersebut
berbanding terbalik dengan total volume penjualan yang menurun menjadi 12,59
miliar bungkus dari 12,65 miliar bungkus di tahun 2013.
Penurunan volume penjualan tersebut bisa dikatakan kurang maksimalnya
perusahaan dalam memperoleh laba, dimana penjualan terbentuk dari rangkaian
panjang dari proses supply chain yang terdiri dari beberapa aktifitas.
Dan penurunan penjualan berdampak pada ketatnya persaingan di dalam
pasar mie instan di Indonesia, menjadikan pasar PT. ICBP SM Tbk mulai
berkurang. Hal ini terutama disebabkan munculnya pesaing terbesarnya yaitu PT.
Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap yang
berhasil merebut sebagian pasar Indofood dan masuknya berbagai macam merek
mie instan dari luar negeri. Namun sejak beberapa tahun terakhir pasar mie instan
menjadi arena pertarungan dua perusahaan raksasa antara Indomie (Grup
Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Peta persaingan by company
Industri Mie Instan di Indonesis dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Peta Persaingan berdasrkan perusahaan Industri Mie Instan di
Indonesia (%)
change
Share
2014

2013

Manufactures

Indofood 57.0 57.2 -0.2


Wing'sfood 37.5 37.0 0.5
Olaga Food Industry 1.6 1.5 0.1
ABC President Interprices 1.1 1.4 -0.3
Jakarana Tama 0.6 0.8 -0.2
Surya Mandiri 0.6 0.6 0
Nissin Mas 0.6 0.5 0.1
Indosari Sarana Pangan Abadi 0.4 0.3 0.1
Megah Putra Sejahtera 0.1 0.1 0
Sentra Food Indonusa Corp. 0.1 0.0 -0.1
Others 0.4 0.6 -0.2
National 100 100
Sumber: AC Nielsen audit tahun 2014
PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Mie Instant menghasilkan
produk dengan sumber bahan baku yang bersifat organik yaitu; Gandum yang
diolah menjadi tepung terigu. Perusahaan ini menghasilkan produk yang dapat
dikategorikan convenience product, khususnya pembuatan berbagai varian produk
mie instan. Produk-produk yang dihasilkan P.T. ISM dipasarkan dengan brand
Indomie, Supermi, Sarimi, Mie Telor Cap 3 Ayam, Pop Mie, Super Cup, Anak
Mas, Vitami, Intermi, dan Sakura ; dengan jangkauan wilayah pemasaran mulai
dari pasar Indonesia hingga pasar luar negeri.
23

Perumusan Masalah

PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Mie Instant memiliki 15


Cabang di Indonesia dimana setiap cabang memiliki tingkat persaingan yang
bervariasi. Hal tersebut dapat tergambar pada market share by brach berikut ini;
Tabel 4. Market share by branch PT. Indofood CBP Sukes Makmur Tbk dalam
Industri Mie Instant di Indonesia (%)

= Indofood Share <55%


= Indofood Share 55-69%
= Indofood Share >70%
Sumber: AC Nielsen audit tahun 2014
Dari Tabel 4. dapat digambarkan bahwa; Pertama, Branch dengan market
share merah (<55%) adalah Medan, Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya,
Indotim,dan Menado. Kedua Branch dengan market share kuning (55-69%)
adalah Jambi, dan Makasar. Ketiga Branch dengan market share hijau (>70%)
adalah Pekanbaru, Palembang, DKI Jakarta, Botabek (Cibitung), Pontianak, dan
Banjarmasin.
Semakin ketatnya persaingan industri mi instant di Indonesia membuat PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle perlu mengambil langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan kompetensinya dalam rangka mempertahankan
eksistensi dan posisinya sebagai market leader dalam bisnis mie instan. Upaya
perbaikan yang ditempuh bertolak dari paradigma yang berkembang luas dewasa
ini, bahwa untuk dapat berkompetisi secara efektif suatu perusahaan harus
mengembangkan kapabilitasnya dalam merespon perubahan pasar yang terjadi
secara cepat dan akurat termasuk dalam memenuhi permintaan pasar. Konsep time
based competition, fleksibilitas, dan upaya memaksimumkan laba menjadi
landasan perluasan ruang lingkup konsep perbaikan ke arah value chain.
Perbaikan dalam value chain dilakukan dengan cara mengupayakan agar
semua pihak dan aspek yang berhubungan dengan aliran material, mulai dari raw
material hingga finish good sampai kepada konsumen, dapat dikoordinasikan
secara optimal dalam memenuhi market demand. Dengan berfokus pada hal ini,
diharapkan perusahaan dapat mencapai penurunan level inventory secara
signifikan dan meningkatkan profit finansialnya, dengan tetap menjaga
responsivitas dan fleksibilitas terhadap demand.
Berdasarkan paparan diatas penurunan penjualan mengakibatkan
penurunan market share dan kurang maksimalnya perusahaan dalam memperoleh
laba, dimana penjualan terbentuk dari rangkaian aktifitas supply chain. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis value chain untuk perbaikan dalam aktifitas
supply chain.
Merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti, bagaimana proses rantai
nilai didalam perusahaan bisa membentuk keunggulan bersaing PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk sehingga dapat menjadi perusahaan mi instant yang
sangat sukses & terus berkembang di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas dapat
diuraikan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang membentuk value chain pada PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk.?
2. Apa saja faktor-faktor prioritas dalam value chain pada PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk?

Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk value chain pada PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
2. Untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam value chain PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk.

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan :


1. Referensi pada manajemen perusahaan terkait dengan improvement dalam
supply chain management dalam meningkatkan daya saing perusahaan.
2. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis faktor-faktor yang


membentuk value chain pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dalam
melakukan usaha di Industri mi instant. Penelitian ini menggunakan metode
analisis faktor dimana menyaring seluruh aktifitas supply kemudian, dimasukan
kedalam model faktor kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai