Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN NY”H”DENGAN RETENSIO PLASENTA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI MANDAR


Kab. POLEWALI MANDAR
TGL 15 s.d 16 JULI 2013

Oleh :

IRMAWATI
NIM. B.10.025

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES BINA BANGSA MAJENE
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam

waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak bergantung pada tempat atau

usia kehamilan, dimana penyebab kematian ibu secara langsung dan tidak

langsung.Langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau

masa nifas dan segala intervensi atau penanganan yang tidak tepat, secara tidak

langsung merupakan penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh

terhadap kehamilan (Prawirohardjo. 2010).

Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Kematian Ibu (AKI) di

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) masih sangat tinggi pada tahun

2010 yaitu Singapura sekitar 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei sekitar 33 per

100.000 kelahiran hidup, Malaysia sekitar 61 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina

112 per 100.000 kelahiran hidup dan Indonesia 124 per 100.000 kelahiran hidup

(Muchtar. 2012).

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

mengatakan tingkat kematian ibu saat melahirkan diindonesia masih tinggi yaitu

hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia.Dimana AKI tahun

2011 tercatat sebesar 228/100.000 kelahiran hidup(Cahaya tosi. 2012).


Perdarahan menempati persentasi tertinggi penyebab kematian ibu(27%),

Eklampsia(23%), Infeksi(11%), Komplikasi puerperium(8%), Trauma obstetrik(5%),

Emboli obstetrik(5%), Partus lama/macet(5%), Abortus(5%), dan lain-lain (11%).

Jadi dapat disimpulkan bahwa 50% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dan

eklampsia.Dengan adanya penderita kekurangan darah yang banyak maka akan

terjadi anemia berat yang akan menimbulkan syok serta jika tidak tertangani dengan

cepat dan tepat maka akan menimbulkan kematian (Dep.Kes. 2010).

Sejak dahulu sampai sekarang, perdarahan selalu menjadi penyebab kematian

dimana sekitar 28% kematian ibu, sering tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-

tiba, sebagian besar perdarahan terjadi pasca persalinan, baik karena Atonia uteri

maupun sisa plasenta.Hal ini menunjukkan penanganan kala III yang kurang optimal

dan kegagalan sistem pelayanan kesehatan menangani kedaruratan obstetri dan

neonatal secara cepat dan tepat (Prawirohardjo. 2010).

AKI yang terjadi di Sulawesi Barat juga cukup tinggi, Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Sulawesi Barat mengatakan bahwa sejak 2008-2011, AKI di

kab.Mamuju 56/100.000 kelahiran hidup, kab.Polewali Mandar 55/100.000 kelahiran

hidup, kab.Majene 31/100.000 kelahiran hidup, kab.Mamasa 27/100.000 kelahiran

hidup dan kabupaten Mamuju Utara dengan jumlah 25/100.000 kelahiran hidup.

Kebanyakan AKI tersebut disebabkan karena terlambatnya pengambilan keputusan

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan penanganan yang tidak profesional

(Harian fajar. 2012).

Dari data yang diambil dari medical record diRSUD Polewali Mandar yang

merupakan Rumah Sakit Tipe C. Jumlah persalinan pada tahun 2010 sebanyak 785
orang dan yang mengalami retensio plasenta sebanyak 47 (5,99%) orang,

sedangkan pada tahun 2011 jumlah persalinan 809 orang dan yang mengalami

retensio plasenta 69 (8,53%) kasus, pada tahun 2012 jumlah persalinan 612 orang

dan yang mengalami retensio plasenta 43 (7,03%) orang, dan jumlah persalinan

secara keseluruhan 2206 orang

Mengingat dan melihat tingginya AKI ASEAN, Indonesia, Sulawesi Barat

khususnya kab.Polewali Mandar dimana sebagian penyebab kematian tersebut

karena perdarahan Akibat Retensio Plasenta, sehingga memotivasi penulis untuk

mengangkat judul “Asuhan kebidanan Ny “H” dengan retensio plasenta di Rumah

Sakit Umum Daerah Polewali Mandar, tanggal 15 s.d 16 Juli 2013, Agar kasus

Retensio Plasenta terutama di Majene tidak sering terjadi dengan penanganan

persalinan kala III yang tepat dan benar serta setiap kasus retensio plasenta yang

ada dapat ditangani sesegera mungkin sehingga tidak menimbulkan syok bahkan

kematian.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Banyaknya angka kejadian kasus retensio plasenta yang terjadi di RSUD

Polewali Mandar, maka penulis membatasi masalah mengenai “ Asuhan Kebidanan

Ny “H” dengan Retensio Plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar

15 s.d 16 Juli 2013.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan Ny “H” dengan Retensio Plasenta di

Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013, berdasarkan

pendekatan manajemen kebidanan dan sesuai wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data dasar Ny “H” dengan retensio plasenta di RSUD

Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

b. Mengidentifikasi diagnosa / masalah aktual Ny “H” dengan retensio plasenta

di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

c. Mengantisipasi diagnosa masalah potensial Ny “H” dengan retensio plasenta

di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

d. Melakukan tindakan segera / kolaborasi dengan dokter,Ny “H” dengan

retensio plasenta di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

e. Merencanakan tindakan / intervensi kepada Ny “H” dengan retensio plasenta

di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

f. Melakukan implementasi dari rencana tindakan Ny “H” dengan retensio

plasenta di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

g. Mengevaluasi implementasi yang telah di berikan kepada Ny “H” dengan

retensio plasenta di RSUD Polewali Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.

h. Mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan

pada Ny “H” dengan retensio plasenta 15 s.d 16 Juli 2013.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir dan

penerapan ilmu yang telah didapatkan pada jenjang pendidikan program DIII

kebidanan sekolah Tinggi ilmu kesehatan bina bangsa majene.

2. Manfaat Ilmiah

Diharapkan karya tulis ilmiah dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahwa asuhan untuk karya

ilmiah tersebut.

3. Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan dalam

penerapan asuhan kebidanan dengan retensio plasenta.

4. Manfaat Institusi

a. Merupakan masukan dalam memperkaya perpustakaan sebagai bahan

bacaan dan aman bagi mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah dengan

kasus yang sama.

b. Sebagai masukan pada institusi kesehatan dalam membuat kebijaksanaan

upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

5. Manfaat Bagi Pelayanan

a. Sebagai sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan

asuhan kebidanan retensio plasenta

b. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada klien dengan penerapan

asuhan kebidanan Ny “H” dengan retensio plasenta di RSUD Polewali

Mandar 15 s.d 16 Juli 2013.


E. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini berdasarkan hasil ilmiah yang dipadukan dengan

praktek, pengalaman memerlukan data objek dengan teori dasar dalam pemecahan

masalah.

1. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang relevan

dengan kasus yang berhubungan dengan retensio plasenta.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus klien Ny “H” dengan pendekatan asuhan

kebidanan yang meliputi 7 langkah yaitu Identifikasi data dasar, Identifikasi

diagnosa / masalah aktual, Identifikasi / masalah potensial, Perlunya tindakan

segera dan kolaborasi tindakan segera, Implementasi dan Evaluasi serta

dituangkan dalam pendokumentasian berbentuk SOAP.Tehnik pengumpulan

data yang dilakukan :

a. Anamnese

Dimana penulis melakukan tanya jawab langsung dengan klien, di RSUD

Polewali Mandar.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki yang meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi


dan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan format pengkajian serta

dikembangkan dengan keadaan pasien.

c. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi atau keadaan

klien

3. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari literatur kesehatan yang berhubungan dengan

pasien baik bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain yang

menunjang yaitu laboratorium dan diagnostic tes.

4. Diskusi

Penulis diskusi dengan pembimbing, bidan dan dokter yang dapat

memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan keadaan

klien.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami karya tulis ilmiah ini, maka penulis

menyusun secara sistematika sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan

1. Pengertian

2. Macam-macam persalinan

3. Etiologi

4. Tanda-tanda persalinan

5. Tahap-tahap persalinan

B. Tinjauan Tentang Kala III

1. Pengertian

2. Tanda dan gejala kala III

3. Fisiologi kala III

4. Penanganan kala III

5. Komplikasi kala III

C. Tinjauan Tentang Perdarahan Postpartum

1. Pengertian

2. Klasifikasi perdarahan postpartum

3. Etiologi

4. Tanda dan gejala

5. Diagnosis perdarahan postpartum


6. Penatalaksanaan perdarahan postpartum

7. Komplikasi perdarahan postpartum

D. Tinjauan Tentang Retensio Plasenta

1. Pengertian

2. Patofisiologi retensio plasenta

3. Etiologi retensio plasenta

4. Tanda dan gejala retensio plasenta

5. Penatalaksanaan retensio plasenta + bagan dan gambar

6. Komplikasi tindakan manual plasenta

E. Tinjauan Tentang Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan

3. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan (SOAP)

BAB III : TINJAUAN KASUS

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah aktual

Langkah III : Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial

Langkah IV : Tindakan Segera / Kolaborasi

Langkah V : Rencana Tindakan

Langkah VI : Implementasi

Langkah VII : Evaluasi

Pendokumentasian hasil asuhan (SOAP)

BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan teori dan

praktek asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan sesuai fakta yang

ada secara sistematik mulai dari pengkajian sampai asuhan kebidanan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan

1. Pengertian

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun

kedalam jalan lahir (Prawirohardjo. 2010).

b. Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal pembukaan

dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi

dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang kecil, kemudian terus

meningkat sampai pada puncaknya serviks lengkap sehingga siap untuk

pengeluaran dari janin dari rahim ibu (Rohani dkk. 2011).

c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan

jalan lahir (Purwaningsih. 2010).

2. Macam-macam persalinan

a. Persalinan spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya forsep / vakum / SC

c. Persalinan anjuran
Persalinan dengan bantuan diberi obat-obatan baik disertai / tanpa

pemecahan ketuban (Baety. 2011).

3. Etiologi

a. Penurunan kadar progesteron

Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen

menigkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan

antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir

kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.

b. Teori oxcytosin

Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim.

c. Peregangan otot-otot

Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim

sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.

d. Teori prostaglandin

Kadar Prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm

terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium(Rukiyah.

2009).
4. Tanda-tanda persalinan

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda

sebagai berikut :

a. Terjadi lightening

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus

uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP.Pada multigravida tanda ini tidak

begitu kelihatan.

Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu

menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan

merasa tidak nyaman, selain nafas pendek pada trimester 3,

ketidaknyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada

struktur daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut :

1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk melakukan

ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih meningkat.

2) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang

melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering

terjadi kram kaki.

3) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan

terjadinya oedema karena bagian terbesar dari janin menghambat darah

yang kembali dari bagian bawah tubuh.

b. Terjadinya HIS permulaan

Sifat His permulaan (palsu) adalah sebagai berikut :


1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2) Datang tidak teratur

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

4) Durasi pendek

5) Tidak bertambah bila beraktivitas

c. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun

d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan

oleh bagian terbawah janin.

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, kadang

bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya persalinan, maka

serviks menjadi matang dan lembut serta terjadi obliterasi serviks dan

kemungkinan sedikit dilatasi (Rohani dkk. 2011).

5. Tahap-tahap persalinan

a. Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan mencapai

lengkap. Lama kala I pada primigravida 18 jam sedangkan pada multigravida

10 jam. Kala I dibagi 2 fase :

1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan 1-3 cm, lamanya 8 jam.

2) Fase aktif
Terjadi penurunan bagian terbawah janin, frekuensi dan lama kontraksi

uterus meningkat (kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3x / lebih

dalam 10 menit lama 40 detik / lebih). Dibagi menjadi 3 tahap :

a) Periode akselerasi (pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam)

b) Periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam)

c) Periode deselarasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam)

Fase aktif biasanya dimulai sejak ibu mengalami kontraksi teratur dan

maju dari sekitar pembukaan 4 cm sampai pembukaan serviks

sempurna. Kontraksi cenderung menjadi teratur, nyerinya sedang dan

biasanya terjadi sekitar 60 detik. Ketika persalinan menjadi semakin

kuat serviks akan terus membuka dan kontraksi menjadi lebih kuat dan

semakin nyeri (sekali tiap 2-3 menit berlangsung 60 detik atau lebih).

Serviks terletak ditengah sampai anterior, lunak, menipis (tidak selalu

menipis penuh pada wanita multipara) dan membuka 4 cm atau lebih

(Chapman. 2006).

b. Kala II

Dimulai sejak pembukaan lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Lamanya kala II pada primigravida 1 ½ jam, pada multigravida ½ jam.

1) Tanda dan gejala kala II

a) Dorongan meneran (Doran)

b) Tekanan pada anus (teknus)

c) Perineum menonjol (perjol)

d) Vulva, vagina dan spingter ani membuka


e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

2) Tanda pasti kala II

a) Pembukaan lengkap

b) Terlihat kepala di introitus vagina, kepala tampak di vulva dengan

diameter 5-6 disebut croning.

c. Kala III

Dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta. Setelah bayi lahir

biasanya his berhenti sebentar dan kemudian muncul lagi yang disebut his

pelepasan uri. Lama kala III pada primigravida dan multigravida 6-15 menit.

Perdarahan kala uri baik sebelum dan sesudah lahirnya plasenta tidak lebih

dari 400 ml, jika lebih berarti patologis.

d. Dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.Observasi

postpartum pada 1 jam pertama setiap 15 menit dan setiap 30 menit pada 1

jam kedua. Penentuan jam pemantauan dulu dimulai senyaman ibu.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum bidan meninggalkan

ibu bersalin :

1) Kontraksi uterus harus baik

2) Tidak ada perdarahan dari vagina

3) Plasenta dan selaput janin lahir lengkap

4) Luka perineum sudah dirawat dengan baik dan tidak ada hematoma

5) Kandung kemih harus kosong

6) Keadaan umum ibu baik (Tekanan Darah, Nadi, nafas normal) dan tidak

ada rasa mual muntah / sakit kepala.


7) Bayi lahir dalam keadaan sehat (Baety. 2011).

B. Tinjauan Tentang Kala III

1. Pengertian

a. Kala III adalah persalinan terjadi setelah kelahiran bayi dan melibatkan uterus

berkontraksi dan mengecil karena plasenta tidak ada yang menekan,

kemudian mengelupas dari dinding uterus dan kemudian dikeluarkan melalui

vagina (Chapman. 2006).

b. Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin. 2009).

c. Kala III adalah masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses

pelepasan plasenta (Rukiyah. 2009).

2. Tanda dan gejala kala III

Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat

memanjang atau terjulur keluar melalui vagina / vulva, adanya semburan darah

secara tiba-tiba berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir teraba

keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Rukiyah. 2009).

3. Fisiologi kala III

Pada kala III persalinan, bila bayi lahir uterus akan mengecil, plasenta

akan terlepas dari implantasinya. Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah atau

dipinggir plasenta atau serempak dari tengah dan dari pinggir plasenta yang

ditandai oleh panjangnya tali pusat dari introitus vagina. Apabila plasenta mulai
terlepas, umumnya perdarahan tidak melebihi 500 ml, bila lebih maka hal ini

dikatakan patologi (Winjosastro. 2006).

4. Penanganan kala III

a. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga

mempercepat pelepasan plasenta :

1) Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi

2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan

bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin

0,2 mg IM.

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :

1) Satu tangan dengan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas syimfisis

pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan

dorso kranial kearah belakang dan kearah kepala ibu.

2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan

vulva.

3) Jaga tahanan ringan pada tali dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3

menit).

4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus

menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.

c. Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT) dilakukan hanya selama uterus

berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga

memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang

tidak berkontraksi, tangan tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan
PTT, Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta

terlepas.

d. Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau

klem pada tali pusat mendekati plasenta. Keluarkan plasenta dengan gerakan

kebawah dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk

mengeluarkan selaput ketuban.

e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, massase fundus agar

menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan

mencegah perdarahan pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat

selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan

kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2

menit, protokol untuk perdarahan pasca persalinan.

f. Jika menggunakan manajemen Aktif dan plasenta belum juga lahir dalam

waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jarak waktu

15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.

g. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam

waktu 30 menit.

1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih

penuh

2) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta

3) Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari

pemberian oksitosin dosis pertama.

4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.


h. Periksa pasien tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada

serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi (Saifuddin. 2009).

5. Komplikasi kala III

Perdarahan pada kala III : atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan

lahir dan inversio uterus (Rahmawati. 2011).

C. Tinjauan Tentang Perdarahan Postpartum

1. Pengertian

a. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah

bayi lahir (Prawirohardjo. 2010).

b. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah

persalinan melebihi 500 cc (Manuaba dkk. 2007).

c. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24

jam setelah anak lahir (Rukiyah. 2010).

d. Haemorgic post partum (HPP) adalah perdarahan yang dapat terjadi sampai

24 jam setelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan darah banyak

melalui saluran genital (Chapman. 2009).

2. Klasifikasi perdarahan postpartum

a. Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan berlangsung dalam 24 jam

pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.

b. Pedarahan postpartum sekunder adalah perdarahan setelah 24 jam pertama

dengan jumlah 500 cc atau lebih (Manuaba dkk. 2007).

3. Etiologi

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah


a. Atonia uteri

b. Retensio plasenta

c. Sisa plasenta dan selaput ketuban

1) Pelekatan yang abnormal plasenta akreta dan perketa

2) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta secceturia)

d. Trauma jalan lahir

1) Episiotomi yang lebar

2) Laserasi perineum, vagina serviks, forniks dan rahim

3) Rupture uteri

e. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya Afibrinogenemia / hipofibrinogenemia.

Tanda yang sering dijumpai :

1) Perdarahan yang banyak

2) Solusio plasenta

3) Kematian janin yang lama dalam kandungan

4) Pre eklampsi dan eklampsia

5) Infeksi, hepatitis dan syok septik

f. Hematoma

g. Inversi uterus

h. Sub involusi uterus. Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan

pasca persalinan. Yaitu :

1) Riwayat persalinan yang kurang baik, yaitu :

a) Riwayat perdarahan pasca persalinan yang terdahulu


b) Grande multipara (lebih dari empat anak)

c) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun).

d) Bekas operasi caesar

e) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.

2) Hasil pemeriksaan waktu barsalin, yaitu :

a) Persalinan / kala III yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah

ekstraksi vacum, forsep.

b) Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar,

anak besar.

c) Uterus yang kelelahan, persalinan lama

d) Uterus yang lembek akibat narkosa

e) Inversi uteri primer dan sekunder (Rahmawati. 2011).

4. Tanda dan gejala

a. Perdarahan pervagina

b. Konsistensi rahim lunak

c. Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah

atau selaput janin).

d. Tanda-tanda syok

(Nadi cepat dan lemah, tekanan darah yang rendah, pucat khususnya

pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut,keringat

atau kulit terasa dingin dan lembab,pernapasan yang cepat,gelisah, bingung,

atau hilangnya kesadaran, urin yang sedikit )

(Sastrawinata. 2005).
5. Diagnosis perdarahan postpartum

a. Atonia uteri

1) Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi, gejala lembek dan

perdarahan segera setelah anak lahir.

2) Gejala yang kadang-kadang timbul : syok (tekanan darah rendah, denyut

nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

b. Robekan jalan lahir

1) Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.

2) Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat,lemah dan menggigil

c. Retensio plasenta

1) Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit,

perdarahan segera, kontraksi uterus baik.

2) Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

1) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (pembuluh

darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.

2) Gejala yang kadang-kadang timbul : uterus berkontraksi baik tetapi tinggi

fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus
1) Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,

tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera dan nyeri

sedikit atau berat.

2) Gejala yang kadang-kadang timbul : syok neurogenik dan pucat

(Rahmawati. 2011).

6. Penatalaksanaan perdarahan postpartum

a. Diketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)

b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman

(termasuk upaya pencegahan perdarahan persalinan)

c. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan dan

lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

d. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

e. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan

dengan masalah dan komplikasi.

f. Atasi syok

g. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,lakukan pijatan

uterus, beri uterotonika 10 unit IM dilanjutkan infus 20 UI dalam 500 cc NS /

RL dengan 40 tetes permenit).

h. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan

jalan lahir.

i. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah

j. Pasang kateter menetap dan pantau masuk-keluar cairan

k. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan antiseptik


(Saifuddin. 2009).

7. Komplikasi

a. Sindrom sheehan - perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan

sindrom shehaan, yaitu kegagalan lakstasi, amenorhoe, atrofi payudara,

rambut pubis rontok dan aksilla, superinvolusi uterus, hipotiroid dan

insufisiensi korteks adrenal.

b. Diabetes insipidus – perdarahan banyak pasca persalinan dapat

mengakibatkan diabetes insipidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior

(Sumarah dkk. 2008).

D. Tinjauan Tentang Retensio Plasenta

1. Pengertian

a. Retensio plasenta adalah plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah

jam setelah anak lahir (Prawirohardjo. 2010).

b. Retensio plasenta adalah plasenta belum sepenuhnya terlepas dan tidak

menimbulkan perdarahan nyata, jika waktu antara pelahiran plasenta lebih

dari 30 menit (Varney dkk. 2010).

c. Retensio plasenta adalah jika plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir

(Sastrawinata. 2010).

d. Retensio plasenta adalah plasenta yang belum dilahirkan dalam batas waktu

tertentu setelah bayi dilahirkan.

1) Dalam 30 menit setelah penatalaksanaan aktif

2) Dalam 1 jam setelah penatalaksanaan menunggu 
(Chapman. 2009)

e. Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu

setengah jam (Manuaba dkk. 2008).

2. Patofisiologi retensio plasenta

Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak akan terjadi  perdarahan

tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi kurang kuat

melepaskan plasenta (plasenta adhesive), plasenta melekat pada dinding uterus

oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium dan perimetrium

(plasenta akreta sampai perkreta). Palsenta yang sudah lepas dari dinding

uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk

melahirkan atau karena salah penanganan kala III, akibatnya terjadi lingkaran

kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta

(inkarserasio plasenta) (Sumarah dkk. 2008).

3. Etiologi retensio plasenta

a. Fungsional:

1) His kurang kuat (penyebab terpenting).

2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba).

Bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya

(plasenta yang sangat kecil).

Plasenta yang sukar dilepas karena penyebab diatas disebut plasenta

adhesive.
b. Patologi-anatomi

1) Plasenta akreta

Menembus lebih dalam ke miometrium tetapi belum menembus serosa.

2) Plasenta inkreta

Vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai ke

miometrium.

3) Plasenta perkreta

Menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim (Sastrawinata.

2005).

4. Tanda dan gejala retensio plasenta

Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit,

perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul :

Tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan

lanjutan (Rukiyah. 2010).


5. Penatalaksanaan

a. Bagan 1.1 Retensio plasenta

b. : Belum lahir
Definisi Sebabnya:
lebih dari 30 menit. Plasennta adhesive
Indikasi plasenta manual Plasenta akreta
Perdarahan Plasenta inkreta
Habitualis HPP Plasenta inkarserata
Narkosa

Persiapan umum plasenta manual:


Pasang infus dan transfusi
Pertimbangkan untuk rujuk

Berhasil baik: Terdapat sisa plasenta Plasenta melekat erat


Uterotonika IV-IM :
mempercepat Adhesiva
kontraksinya Akreta
Tindakannya:
Perhatikan apakah Inkreta
Kuretase tumpul
plasenta yang sudah Perkreta
Pemijatan
keluar lengkap
Uterotonika dengan bolu
IV-IM
KP tamponade

Perawatan post Perdarahan Histerektomi atau


partum normal berikan berlangsung: ligasi arteri
obat-obatan: Atonia uteri hipogastrika interna
Antibiotika Tampon basah perawatan post
Vit/ Fe operasi yang baik.
Uterotonika
(Manuaba dkk. 2007).

c. Gambar penanganan manual plasenta

Gambar 1.1 : Memasukkan tangan menyusuri tali pusat

Gambar 1.2 : Menahan fundus sewaktu melepas plasenta

Gambar 1.3 : Mengeluarkan tangan dari uterus


(Saifuddin. 2010).

6. Komplikasi tindakan manual plasenta

a. Perporasi, karena tipisnya tempat implantasi plasenta

b. Meningkatnya kejadian infeksi asenden

c. Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan perdarahan

yang sulit dihentikan(Manuaba dkk. 2007).

E. Tinjauan Tentang Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengkajian, analisa data, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan

a. Langkah I pengkajian data

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua

data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan

langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua yang berkaitan dengan kondisi pasien.

b. Langkah II Identifikasi diagnosa / masalah aktual

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam

langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa

kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah


tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan

yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering

berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan.

c. Langkah III Identifikasi diagnosa / masalah potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan

antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi, melakukan asuhan

yang aman penting sekali dalam hal ini.

d. Langkah IV tindakan emergency dan kolaborasi

Langkah ini memerlukan kesinambungan kebidanan. Identifikasi dan

menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk

konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim sesuai dengan

kondisi pasien.

e. Langkah V rencana tindakan / intervensi

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah dilihat dari kondisi pasien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi

juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut

yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

f. Langkah VI implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada

klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara

efisien dan aman.

g. Langkah VII evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah

dilakukan oleh bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,

ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek

asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan

kembali yang belum terlaksana.

3. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

Metode IV langkah pendokumentasian tersebut SOAP ini disajikan dari

proses pemikiran pelaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan

hasil asuhan klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan

kemajuan yaitu:

a. Subyektif (S)

Apa yang dikatakan, disampaikan dan dikeluhkan oleh klien.

b. Obyektif (O)

Apa yang dilihat dan diraba, dirasakan oleh bidan saat melakukan

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesment (A)

Kesimpulan dari apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif

sebagai hasil pengambilan keputusan klinik terhadap klien tersebut.


d. Planning (P)

Apa yang dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap

keputusan klinik yang diambil dalam rangka mengatasi masalah klien atau

memenuhi klien (Mandriwati. 2007).


Bagan 1.2 : Bagan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai pola pikir

dan pendokumentasian.

Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan

Proses manajemen kebidanan Dokumentasi kebidanan

7 Langkah (Varney) SOAP

1. Data Data Subjektif (S) dan Objektif (O)

2. Diagnosa/masala Assesment/
h actual
Diagnose

3. Antisipasi
masalah potensial
4. Menetapkan Assesment (A)
kebutuhan segera
untuk konsultasi
kolaborasi,
rujukan
5. Perencanaan Perencanaan Planning (P)
(intervensi
6. Pelaksanaan Pelaksanaan Konsul, tes
(implementasi) diagnostik/laboratorium,
7. Evaluasi Evaluasi
tujuan pendidikan, konseling,
follow up

(Estiwidani.2008)

Anda mungkin juga menyukai