Bab 2
Bab 2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bronkitis
1. Pengertian Bronkitis
peradangan tidak meluas sampai alveoli (Depkes RI, 2005). Definisi lebih lanjut
(saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit
menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut,
2. Klasifikasi Bronkitis
sebagai berikut :
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
5
6
ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan
2. Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara
3. Etiologi
meliputi :
c. Jamur
dan riwayat penyakit paru yang sudah ada. Penyebab bronkitis akut yang paling
sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya
4. Patofisiologi
lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih
dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak
yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru
5. Penatalaksanaan
yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari
8
antipiretik dapat digunakan untuk mengatasi pegal, demam, atau sakit kepala.
keperluan pasien (Widagdo, 2012). Obat penekan batuk tidak diberikan pada
batuk yang banyak lendir, karena batuk diperlukan untuk mengeluarkan sputum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal
telah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi
tidak stabil dan kemudian secara oral bila keadaan pasien sudah stabil untuk
tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari
pneumoniae, H. influenzae. Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya
disarankan. Lama terapi dengan antibiotik selama 5-14 hari sedangkan untuk
Di bawah ini adalah standar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
standar dari BPOM RI tahun 2008 tentang pedoman pemilihan antibiotik dan
dosis bronkitis.
Tabel I. Pedoman Pemilihan Antibiotik dan Dosis Bronkitis (BPOM RI, 2008)
1. Pengertian
Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine (RUM)
dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai
dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.
Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang
efektif.
a. Tepat diagnosis
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
d. Tepat dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila
salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi
tidak tercapai.
11
1) Tepat Jumlah
agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat
minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya
g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau
konsultasikan ke dokter.
menggunakan obat
C. Antibiotik
1. Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat–zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
2. Penggolongan Antibiotik
spektrum antibakteri yang sama. Obat ini diabsorbsi lebih baik bila
diberikan per oral dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma
makanan dalam lambung obat ini diekskresi melalui ginjal (BPOM RI,
golongan sefalosporin generasi pertama. Obat ini aktif dalam pemberian per
oral karena diabsorbsi melalui saluran cerna dan obat ini diekskresi melalui
ginjal. Obat ini memiliki masa kerja yang lama dan dapat diberikan dua kali
sehari. Selain itu obat ini memiliki aktivitas yang lemah terhadap
sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif dan gram negatif. Efek samping : alergi, nefrotoksik dalam
dan meliputi terutama banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif
melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.
Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan
15
monosiklin.
sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat
sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif pada pasien yang alergi
terhadap bakteri gram positif dan negatif terutama aktif terhadap kuman
h. Antibiotik Kotrimoksazol
dihindari diberikannya pada bayi usia kurang dari 6 minggu (kecuali untuk
sangat sesuai. Indikasi : infeksi saluran kemih, bronkitis akut dan kronis.
Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih dari
tersebut mulai merasa lebih baik, akan tetapi pada kenyataannya penghentian
antibiotik tersebut. Pada 47% responden, mereka akan mengganti dokternya jika
antibiotik dan akan mereka gunakan lagi untuk dirinya sendiri atau untuk
antibiotik ketika sakit. Sebanyak 16% dokter meresepkan antibiotik pada pasien
dengan demam yang tidak spesifik, 17% dokter merasa pasien dengan batuk
perlu antibiotik, 18% dokter merekomendasikan antibiotik untuk diare dan 49%
(WHO, 2011).
18
berkembang terdiri dari faktor pembuat resep, pembuat obat, dan pasien. Faktor
yang menentukan penggunaan obat oleh pembuat resep dapat dipengaruhi oleh
hal-hal berikut :
c) Permintaan pasien
d) Promosi obat
e) Ketersediaan obat
resep beralih pada jenis obat lain yang mungkin kurang tepat jika
atau tidak ketat dan frekuensi supervisi pada tiap kasus. Pengawasan oleh
secara tidak rasional. Menurut WHO (2004), kriteria pemakaian obat yang
yang akurat.
penyakit
Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.
20
tertentu.
Hindari pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis
keluhan penyakit.
kualitas yaitu ketepatan dalam memilih jenis antibiotik, dosis serta lama
a. Tepat indikasi
c. Tepat dosis
obat yang dengan rentang terapi yang sempit akan sangat beresiko
Tidak semua obat memiliki rute pemberian yang sama. Misalnya obat
efektivtasnya.
22
D. Kerangka Pemikiran
Bronkitis termasuk dalam infeksi pada saluran pernafasan akut (ISPA) yang
merupakan kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. ISPA merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi pada anak- anak dan dewasa. Salah satu penyebab penyakit
bronkitis adalah bakteri. Oleh sebab itu diperlukan pengobatan dengan antibiotik.
Antibiotik adalah zat–zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat petumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil.
Salah satu cara untuk mengendalikan kejadian resistensi bakteri adalah dengan
penggunaan antibiotik secara rasional. Penggunaan obat secara rasional adalah apabila
pasien menerima pengobatan sesuai kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh
kebanyakan masyarakat.
Maka dari itu dilakukan penelitian yang berjudul “Studi Rasionalitas Peresepan
Pasien Bronkitis Rawat Jalan Berdasarkan Ketepatan Dosis Di Puskesmas
Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2015” yang bertujuan untuk
mengetahui pola peresepan pasien bronkitis dan rasionalitas peresepannya pada penyakit
bronkitis berdasarkan ketepatan dosis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten
Karanganyar tahun 2015.
E. Keterangan Empirik
biasanya dalam bentuk polifarmasi serta penggunaan antibiotik untuk ISPA dapat
mencapai lebih dari 90%. Selain itu hasil penelitian di RSUD Wonogiri bulan Juli-
tidak rasional (Hariyanto, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Sanni dkk., (2015)
pasien yang menderita bronkitis kronik di Instalansi Rawat Jalan RSUP. Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Juni 2013 sampai Juni 2014, evaluasi penggunaan
antibiotik yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien sebesar 100%, tepat
indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 45,46 %, tepat dosis sebesar 100%, dan
tepat lama pemberian sebesar 90,9%. Jenis antibiotik yang paling banyak