Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat

membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.

Penyakit demam berderah dengue ditularkan melalui nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai warna dasar hitam dengan

bintik-bintik putih pada bagian kepalanya, tetapi pada thorax yaitu bagian

mesotonumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus dan tebal) yang

dibentuk oleh sisik – sisik putih berserakan.

Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang sering

menjadi KLB karena vektor yang menjadi perantara penularnya memiliki

sifat menggigit berulang-ulang (multiple-bites). Demam berdarah dengue

menjadi penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian

dalam waktu yang cepat (Cecep, 2011: 47).

2.2. Morfologi nyamuk Aedes aegypti


2.2.1. Nyamuk dewasa

Aedes sp dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-

rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian

badan dan kaki. Pada saat hinggap tubuh nyamuk ini sejajar dengan

permukaan benda yang di hinggapinya. Untuk membedakan jenis kelaminnya

9
dapat dilihat dari antena.  Aedes aegypti betina mempunyai bulu yang tidak

lebat yang disebut pilose sedangkan yang jantan mempunyai bulu yang lebat

yang disebut plumose. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2

hari. Protein dari darah diperlukan untuk pematangan telur yang di

dikandungnya. Setelah  menghisap darah nyamuk ini akan mencari tempat

untuk beristirahat.

2.2.2. Pupa (Kepompong)


Pupa berbentuk seperti “koma” lebih besar namun lebih ramping

dibanding jentiknya. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata

pupa nyamuk lain. Gerakannya lamban dan sering berada di permukaan

air. Masa stadium pupa Aedes aegypti normalnya berlangsung antara 2

hari. Setelah itu pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.

Biasanya  nyamuk jantan muncul atau keluar lebih dahulu.

2.2.3. Jentik (larva)

Ada 4 tingkat (instar) jentik  sesuai dengan pertumbuhan, yaitu: 

1. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2. Instar II : 2,5 – 3,8 mm

3. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4. Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

2.2.4. Telur

10
Nyamuk Aedes aegypti betina setiap kali bertelur dapat

mengeluarkan 100 butir telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm.

Berbentuk oval dan mengapung satu persatu pada permukaan air yang

jernih atau menempel pada dinding tempat penampung air. Pada

umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2

hari setelah telur terendam air. Telur  di tempat yang kering (tanpa air) dan

bertahan sampai 6 bulan pada suhu -2˚C sampai 42˚C, dan bila tempat-

tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka

telur dapat menetas lebih cepat.

2.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: 

telur,  jentik, larva  hidup di dalam air.  Pada umumnya  telur akan menetas

menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah telur terendam air. Stadium

jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium larva berlangsung

antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari  telur menjadi nyamuk dewasa

memerlukan waktu selama 9-10 hari.

2.4. Bionomik nyamuk Aedes aegypti.

2.4.1. Tempat perindukan (Breeding places)

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

11
1. TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti:  drum, tangki reservoir,

tempayan, bak mandi/WC, dan ember.

2.  TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum

burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas

(ban, kaleng, botol, plastik, dan lain-lain).

3.  Tempat penampungan air alamiah seperti:  lubang pohon,  lubang

batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan

potongan bambu.

2.4.2. Kebiasaan menggigit (feeding habit)

  Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau

sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap

darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang

(bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan

telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan dapat menetas.

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.

Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2

puncak aktivitas antara pikul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti

nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah

berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik yaitu waktu

luang yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai

12
dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan. Dengan demikian

nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

2.4.3. Kebiasaan beristirahat (Resting Habit)

Aedes aegypti hinggap beristirahat di dalam atau kadang-kadang di

luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di

tempat yang agak gelap dan lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah

ataupun bangunan, termasuk tempat tidur, kloset kamar mandi dan dapur.

Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina

akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit

di atas permukaan air.

2.4.4. Jarak Terbang (Fight Range)

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh

sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat bertelur dan darah sebagai

makanan, namun kelihatannya terbatas pada wilayah 100 meter dari

tempat jentik menjadi nyamuk dewasa. Walaupun demikian, penelitian

terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina

dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur.

Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi melalui

telur dan jentik dalam wadah.

13
2.5. Keberadaan jentik Aedes aegypti

2.5.1 Survei jentik

  Survei jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai

berikut: (DEPKES RI, 2007)

1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa ( dengan mata

telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

2. Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar, seperti: bak mandi,

tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. jika pada

pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu

kira-kira 1 menit memastikan bahwa benar jentik tidak ada.

3. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil,

seperti:  vas bunga atau pot tanaman air, botol yang airnya keruh, 

seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.

4.  Untuk memeriksa jentik-jentik gelap, atau airnya keruh biasanya

digunakan senter.

14
2.5.2 Metode Survei Jentik Nyamuk

Metode survei jentik nyamuk dapat dilakukan dengan cara: (Depkes RI,

2007)

1.  Single Larva:  cara ini dilakukan dengan mengambil 1 jentik di

setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk

diidentifikasi lebih lanjut.

2. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya

jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.

Biasanya dalam program pemberantasan penyakit DBD, survei

jentik yang biasa digunakan adalah cara visual.

Ukuran-ukuran dan parameter entomologi yang dipakai untuk

mengetahui kepadatan jentik dan tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti (Depkes RI, 2007)

1.  Angka Bebas Jentik(ABJ)

Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik

yang dilakukan di semua desa atau kelurahan setiap 3 bulan oleh petugas

Puskesmas pada rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


X 100 %
Jumlah rumah/bangunan yang di periksa

15
2. House Indeks (HI)

House Indeks (HI)  adalah presentasi jumlah rumah yang ditemukan

jentik yang dilakukan di semua desa atau kelurahan oleh petugas

puskesmas setiap 3 bulan pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah yang ditemukan jentik


X 100 %
Jumlah rumah yang di periksa

3. Container Indeks (CI)

Container Indeks adalah presentase pemeriksaan jumlah container

yang diperiksa ditemukan jentik nyamuk pada container dirumah penduduk

yang dipilih acak. Jumlah kontainer yang terdapat dalam 100 rumah.

Jumlah container yang ditemukan jentik

Jumlah container yang di periksa X 100 %

Kepadatan populasi nyamuk (Density Figure) diperoleh dari HI,

CI, dan BI  dengan kategori kepadatan jentik penentuannya adalah

sebagai berikut:

a. DF = 1 = kepadatan rendah

b. DF = 2-5 = kepadatan sedang

c. DF = 6-9 = kepadatan tinggi

4. Breteau Indeks (BI)

Breteau Indeks (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik

dalam 100 rumah. Angka bebas jentik dan house index minimal 1%

16
yang berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya harus

negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan

pengendalian penularan DBD.

2.6. Cara melakukan pemeriksaan jentik nyamuk

Pemeriksaan jentik nyamuk dilakukan dengan cara sebagai berikut

(DEPKES RI, 2007)

1.  Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat

penampungan air lainnya. 

2. Jika tidak tampak, tunggu ±0,5-1 menit, jika ada jentik ia akan

muncul ke permukaan air untuk bernafas.

3. Gunakan senter di tempat yang gelap. 

4. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng,

plastik dan bahan bekas, dan lain-lain. Tempat-tempat lain perlu

diperiksa oleh jumantik antara lain talang/saluran air yang rusak,

lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain

yang memungkinkan air tergenang. Jentik-jentik yang ditemukan di

tempat-tempat penampungan air yang tidak kontak langsung dengan

tanah dapat dipastikan bahwa nyamuk tersebut adalah nyamuk Aedes

aegypti.

17
2.7. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes

aegypti

Berbagai faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan PSN DBD .

Kegiatan PSN DBD adalah kegiatan pemberantasan vektor DBD yang

memerlukan peran aktif dari masyarakat. Beberapa faktor yang

mempengaruhi peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan PSN DBD adalah

menurut penelitian yang dilakukan oleh Laksmono Widagdo dkk (2008)

menyebutkan bahwa ada hubungan antara karakteristik sosial yakni

pendidikan, pekerjaan, jumlah penghuni rumah, dan pendapatan rata-rata

dengan PSN 3M plus, sedangkan umur, pengetahuan dan sikap, tidak

terdapat hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Arif (2009) menyebutkan

bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan kegiatan PSN

DBD, sedangkan sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk

demam berdarah dengue terdiri dari fasilitas untuk membersihkan bak mandi

(gayung, sabun, sikat, air), fasilitas untuk menutup tempat penampungan air,

fasilitas untuk mengubur atau menyimpan barang-barang bekas, pemberian

bubuk abate, pemberian ikan pemantau jentik, dan lain sebagainya.

18
Penyediaan fasilitas tersebut merupakan sarana pendukung dalam

pelaksanaan kegiatan PSN DBD (Soekidjo, 2005: 68-69).

Dukungan birokrasi setempat sangat diperlukan untuk keberlanjutan

pelaksanaan program pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah

dengue. Demikian pula dukungan birokrasi akan mempengaruhi penyediaan

fasilitas PSN 3M plus yang dilaksanakan oleh masyarakat. Menurut Rachman

dan Wiku (2009) bahwa dukungan dari birokrasi setempat sangat penting

untuk menggerakan masyarakat.

b. Tempat Perkembangbiakan (Breeding Place)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitti Badrah dan Nurul Hidayah

(2011) adalah dari 340 TPA yang diperiksa, jenis bahan TPA yang paling

banyak terdapat jentik adalah yang terbuat dari semen (CI 86.7%), kemudian

besi (CI 45.7%), tanah liat (CI 40.0%), porselen (CI 9.5%), dan plastik (CI

7,4%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardiyani dkk (2010)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan saluran hujan yang kurang lancar

dan keberadaan kontainer air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Agus

Setyobudi (2011) yang menyatakan bahwa keberadaan breeding place

memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberadaan jentik

nyamuk. Pada daerah penelitian menyatakan bahwa keberadaan breeding

19
place paling banyak terinfeksi jentik di daerah endemis dan non endemis

DBD adalah bak mandi. Bak mandi dimiliki oleh hampir seluruh masyarakat.

c. Faktor lingkungan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardiyani dkk (2010)

menyebutkan bahwa faktor lingkungan yang berhubungan dengan

keberadaan jentik adalah kelembaban udara, sedangkan suhu tidak terdapat

hubungan. Menurut penelitian Djoko Suprijanto (2004) bahwa ada hubungan

yang signifikan antara jumlah, volume, pencahayaan, bahan, pengaruh sinar

matahari, tutup, letak, kondisi air, pemakaian abate, dan pemeliharaan ikan

pada penampungan air dengan keberadaan jentik.

d. Pemantauan Jentik Berkala.

Kegiatan pemantauan jentik berkala sangat efektif untuk memotivasi

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD. Dimana kegiatan

tersebut mampu menekan keberadaan nyamuk penular DBD.

2.8. Sekolah Sehat

Sekolah sehat adalah sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang,

peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih

dan sehat. Sekolah sehat selalu membangun kesehatan siswa baik jasmani

maupun rohani, melalui pemahaman, kemampuan dan tingkah laku sehingga

siswa bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan mereka

secara mandiri. Sekolah sehat menyadari sangat pentingnya kesehatan

20
siswa dalam membantu mereka mencapai prestasi maksimal danaSe untuk

meningkatkan standard kehidupan mereka.

Pada dasarnya sekolah sehat adalah sekolah yang menyadari pentingnya

pembangunan Kesehatan di bidang promotif dan preventif, bukan hanya di

bidang kuratif. Sekolah sehat mengedepankan pencegahan dan promosi

Kesehatan sehingga lebih utama mencegah sakit daripada menunggu sakit.

(Kemenkes, 2009).

Sekarang ini banyak sekolah yang mengaku sekolah sehat, namun

belum tentu sekolah tersebut memenuhi kriteria sekolah sehat. Adapun

beberapa kriteria sekolah sehat berpedoman kepada Kepmenkes No 1429

Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan

Sekolah yaitu disebukan bahwa angka kepadatan jentik di lingkungan

sekolah harus nol sehingga untuk mewujudkan lingkungan sekola yang

bebas jentik nyamuk, sekolah harus melaksankan kegiatan Pemberantasan

Sarang Nyamuk yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur atau

memanfaatkan Kembali barang yang dapat menampung air.

2.8.1. Pelaksana Kegiatan 3M di Sekolah

21
Dalam pengertiannya 3M plus adalah menguras, menutup, mengubur/

menimbun plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan insektisida (admin, 2010). Menurut Hadinegoro, 2002 Cara ini yang

dilakukan masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular demam

berdarah yaitu 3 M: 1. Menguras secara teratur seminggu sekali atau

menaburkan abate ketempat penampungan air bersih (TPA) 2. Menutup

rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) 3. Mengubur atau menyingkirkan

kaleng-kaleng bekas, plastik, dan barang bekas lainnya yang dapat

menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.

Sedangkan 3 M plus merupakan kombinasi dari 3 M itu sendiri yang

dikemukakan oleh ahira yaitu : 1. Memelihara ikan pemakan jentik dikolam.

hal ini dimaksudkan agar kolam terbebas dari nyamuk sumber penyebab

demam berdarh dengue. 2. Menyebarkan bubuk abate pada tempat

penampungan air seperi vas bunga atau tempat penampungan air. 3.

Memasang kasa nyamuk dirumah, agar nyamuk tidak dapat leluasa masuk

kedalam rumah. 4. Menggunakan kelambu pada waktu tidur. 5.

Menggunakan obat oles pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk kimia.

Sebenarnya cara ini kurang dianjurkan karena efek bahan kimia yang bersifat

racun. 6. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala 7. Melakukan foging (

pengasapan ), jika dalam jarak tertentu ditemukan kasus demam berdarah.

Adapun pokok-pokok 3M menurut Hadinegoro, 2002 meliputi ; 1. Penyuluhan

22
intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat kabar, dan lain-lain,

penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap muka oleh kader didesa

termasuk kader dasawisma , tokoh masyarakat dan agama. 2. Kerja bakti

secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk tempat tempat

penampungan air untuk keperluan sehari-hari, setiap minggu,baik

dirumah,disekolah maupun ditempat umum lainnya. Kunjungan dari rumah

kerumah untuk memeriksa jentik ditempat yang dapat menjadi perindukan

nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan bubuk abate apabila masih

ditemukan jentik nyamuk.

23

Anda mungkin juga menyukai