Anda di halaman 1dari 5

Al-Insyirah Midwifery

Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences)


http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
p-ISSN: 2338-2139
e-ISSN: 2622-3457

GAMBARAN CARA MENYIKAT GIGI DENGAN


KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK TK IT INSAN
UTAMA ISLAMIC KIDS CENTER 2 PEKANBARU
TAHUN 2018

Silvia Nova (1), Khairun Nisa (2)


(1)
Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru 28194, Indonesia
silvia85nova.fuad@gmail.com
(2)
Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru 28194, Indonesia
KhairunN733@gmail.com

ABSTRAK
Gigi karies adalah infeksi yang berasal dari bakteri yang menyebabkan demineralisasi jaringan
keras (enamel, dentin, dan sementum). Gigi karies juga dikenal sebagai kerusakan atau rongga
pada gigi. Berdasarkan data WHO tahun, 2013 ditemukan 60-90% Taman Kanak-Kanak (TK)
di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies. Pemicu timbulnya karies adalah tingginya
konsumsi karbohidrat. Survei awal yang sudah dilakukan peneliti di TK IT Insan Utama 2
Pekanbaru pada tanggal 6 Maret 2018, dari 7 anak yang diwawancarai terdapat 5 anak yang
berkaries dikarenakan tidak menyikat gigi secara baik sesuai prosedur kesehatan. Jenis
penelitian deskriptif kuantitatif, sampel yang digunakan total sampling dengan populasi
penelitian berjumlah 32 anak. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada sebanyak 18 (56.2%)
anak mengalami karies pada gigi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kepedulian tentang cara
menyikat gigi yang benar masih kurang. Diharapkan kepada orang tua untuk membimbing atau
membiasakan anak-anak dengan menyikat gigi yang benar yaitu tepat cara, tepat alat, tepat
waktu dan tepat target.

Kata kunci: Cara menyikat gigi, Karies gigi

ABSTRACT
Caries teeth are infections originating from bacteria which cause demineralization of hard
tissues (enamel, dentine and cementum). Caries teeth are also known as damage or cavities in
the teeth. Based on WHO year data, 2013 found 60-90% of Kindergartens (TK) in Indonesia
have a high risk of caries. The trigger for caries is the high consumption of carbohydrates. The
initial survey was carried out by researchers at IT InsanUtama 2 TK Pekanbaru on March 6,
2018, out of 7 children interviewed there were 5 carious children due to not brushing their teeth
properly according to health procedures. Type of quantitative descriptive research, samples
used total sampling with a study population of 32 children. From the results of the study it can
be seen that there are as many as 18 (56.2%) children experiencing dental caries. The results of
the study concluded that concern about how to brush teeth properly is still lacking. It is
expected that parents can guide or familiarize children with the right way on brushing teeth,
which is the right way, right tools, on time and on target.

Keywords: How to brush teeth, dental caries


Al-Insyirah Midwifery / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

PENDAHULUAN Anak usia Taman Kanak-kanak


(TK) di Indonesia mempunyai resiko
Setiap anak sampai orang dewasa besar terkena karies. Kejadian karies
perlu menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat diketahui dengan melakukan
dimulai dari dengan cara menyikat gigi penghitungan jumlah karies pada
dengan benar untuk mencegah rongga mulut responden. Sedangkan
terjadinya karies pada gigi. Pertanyaan tingkat konsumsi karbohidrat dapat
tentang perilaku menyikat gigi dalam diukur dengan pengisian kuisioner
Riskesdas 2013 bertujuan untuk selama dua hari lalu hasilnya dianalisis
mengetahui kebiasaan dan waktu dengan aplikasi Nutri Survey (Astuti,
menyikat gigi. Jumlah sampel untuk Prasetya, & Sukrama, 2017).
kelompok ≥10 tahun berjumlah Kesehatan gigi menjadi hal yang
835.256 responden (Riset Kesehatan penting, khususnya bagi perkembangan
Dasar, 2013). anak. Karies gigi adalah salah satu
Kebiasaan benar menyikat gigi gangguan kesehatan gigi. Karies gigi
penduduk Indonesia hanya 2,3% yang terbentuk karena ada sisa makanan yang
menerima perawatan dan pengobatan menempel pada gigi, yang pada
dari tenaga medis gigi (perawat gigi, akhirnya menyebabkan pengapuran
dokter gigi atau dokter gigi spesialis), gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos,
sementara 68,9% lainnya tidak berlubang, bahkan patah. Karies gigi
dilakukan perawatan Medis gigi/EMD membuat anak mengalami kehilangan
hanya 8,1% (Riset Kesehatan Dasar, daya kunyah dan terganggunya
2013). pencernaan, yang mengakibatkan
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi pertumbuhan kurang maksimal
dan mulut sebaiknya dilakukan sejak (Sinaga, 2013 dalam Nur Widayati, ).
usia dini. Usia sekolah dasar merupakan Kejadian karies didapatkan melalui
saat yang ideal untuk melatih pemeriksaan rongga mulut, kemudian
kemampuan motorik seorang anak, hasinya dicatat pada formulir def-t yaitu
termasuk diantaranya menggosok gigi. karies atau tidak karies. Dari hasil
Kemampuan menggosok gigi secara analisis didapat responden yang
baik dan benar merupakan faktor cukup mengalami karies sebanyak 28 orang
penting untuk pemeliharaan gigi dan (34,6%) dan yang tidak karies sebanyak
mulut (Putri, 2017). 53 orang (65,4%). Berdasarkan data
Berdasarkan data (Profil Kesehatan tersebut dapat diketahui kejadian karies
Indonesia, 2015) jumlah murid SD/MI pada penelitian ini cenderung rendah.
diperiksa dan mendapatkan perawatan Kemungkinan rendahnya kejadian
tahun 2015 sebanyak 23.608 anak karies ini disebabkan oleh orang tua
menurun dibandingkan dengan tahun sampel yang sudah mulai peduli tentang
2014 sebanyak 34.362. cakupan kesehatan gigi dan mulut termasuk
perawatan gigi dan mulut murid SD/MI kebiasaan menggosok gigi yang sudah
di Provinsi Riau tahun 2015 sebesar teratur (Astuti et al., 2017).
38,1% mengalami peningkatan bila di Hasil penelitian menunjukkan
banding tahun 2014 (47,2%). Program bahwa pengetahuan buruk tentang gigi
kesehatan gigi terutama dalam berlubang sebesar 71%, sikap yang
perawatan gigi dan mulut terutama bagi buruk tentang menyikat gigi sebesar
murid SD/MI harus mendapat perhatian 65%, praktik/tindakan yang buruk
khusus dalam rangka menjaga tentang penyebab gigi berlubang
kesehatan gigi dan mulut anak. sebesar 76%, lingkungan yang buruk
tentang

122 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
kondisi lingkungan keluarga sebesar dengan jumlah sebanyak 32 Siswa.
62%, pelayanan kesehatan yang buruk Pengambilan sampel menggunakan
tentang pengalaman pengobatan sebesar teknik Total sampling yaitu teknik
68%, keturunan yang kurang baik penentuan sampel bila semua anggota
tentang gigi berlubang sebesar 65% populasi digunakan sebagai sampel.
(Astuti et al., 2017). Penelitian ini mengambil sampel
Dalam penelitian (Astuti et al., sebanyak 32 sampel (Ariani, 2014).
2017) dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan faktor yang HASIL
paling dominan dalam mempengaruhi Hasil penelitian berupa cara
terjadinya karies gigi pada anak pra menyikat gigi dengan kejadian karies
sekolah di PAUD Strowberry. Maka gigi disajikan dalam bentuk tabel
dari itu sebaiknya orang tua selalu distribusi frekuensi
menjaga kesehatan gigi anak dengan
menyikat gigi 2 kali sehari. Analisis Univariat
Hasil wawancara dari survei awal Tabel 1 Distribusi Frekuensi
yang sudah dilakukan peneliti di TK IT Gambaran Cara Menyikat Gigi di
INSAN UTAMA Islamic Kid’s Center TK IT Insan Utama Islamic Kid’s
2 Pekanbaru pada tanggal 6 Maret 2018, Center 2 Pekanbaru Tahun 2018
dari 7 anak yang diwawancarai terdapat No Cara Menyikat Gigi F %
5 mengalami karies pada gigi sisanya 2 1 Benar 15 46.9%
orang tidak mengalami karies pada gigi. 2 Tidak Benar 17 53.1%
Selanjutnya berdasarkan hasil Total 32 100%
wawancara dari 5 orang siswa yang
mengalami karies tersebut, ternyata Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
mayoritas menyikat gigi anak masih bahwa dari 32 anak dengan tidak benar
kurang tidak menyikat gigi secara baik menyikat gigi berjumlah 17 (53.1%)
sesuai prosedur kesehatan: 4 orang anak anak.
tidak menyikat pinggir gusi dan celah-
celah gigi, dan 3 orang tidak menyikat Tabel 2 Distribusi Frekuensi
lidah. Gambaran Karies Gigi di TK IT
Berdasarkan data dan kondisi yang Insan Utama Islamic Kid’s Center 2
telah di jelaskan diatas dapat mendorong Pekanbaru Tahun 2018
peneliti untuk melakukan penelitian
No Karies
tentang Gigi cara menggosok
hubungan F % gigi
dengan kejadian karies pada anak TK IT 1 Karies 18 56.2%
INSAN UTAMA Islamic Kid’s Center 2 2 Tidak Karies 14 46.8%
Total 32 100%
Pekanbaru tahun 2018.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
adalah Deskriptif Kuantitatif untuk bahwa dari 32 anak berkaries gigi
mengetahui gambaran cara menggosok dengan jumlah 18 (56,2%) anak.
gigi dengan kejadian karies gigi pada
anak TK IT INSAN UTAMA Islamic PEMBAHASAN
Kid’s Center 2 Pekanbaru Tahun 2018. Dapat dilihat dari 32 anak mayoritas
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tidak benar dalam menyikat gigi
bulan April - Mei 2018. Populasi dalam berjumlah 17 orang (53,1%) dan
penelitian ini mayoritas karies gigi berjumlah 18
orang (56,2%). Penelitian (Putri, 2017)
menyatakan bahwa terdapat hubungan perilaku menggosok gigi yang salah
cara menggosok gigi dengan kejadian dibandingkan yang benar.
karies gigi. Hal ini disebabkan karena Menurut asumsi peneliti cara
beberapa faktor, diantaranya tingkat menyikat gigi yang tidak benar dapat
kepedulian atau sensitifitas anak meninggalkan banyaknya sisa-sisa
terhadap cara menggosok gigi yang makanan, dari sisa-sisa makanan terjadi
benar masih kurang. Kebanyakan dari pengasaman yang disebabkan oleh
mereka mengetahui cara menggosok bakteri danterjadinya karies atau gigi
gigi dengan gerakan horizontal dan berlubang, Kebanyakan dari mereka
vertikal saja. Selain itu pengetahuan menyikat gigi pada bagian luar dengan
tentang cara atau praktek menggosok gerakan yang salah, dan tidak menyikat
gigi yang benar yang diajarkan oleh pada bagian lidah. Hal ini dapat
orang tua masih kurang. mengacu berkembangnya bakteri pada
Hasil penelitian Anggraeni, Suhadi, mulut. Sehingga dapat terjadilah karies
& Mamat Supriyono, 2013) sesuai pada gigi.
dengan pendapat (syaify 2007 dalam
maulidta 2010) yang mengatakan bahwa SIMPULAN
faktor yang dapat menyebabkan karies Gigi karies, juga dikenal sebagai
gigi juga diantaranya kebiasaan kerusakan gigi atau rongga, adalah
menggosok gigi yang tidak sesuai infeksi, biasanya berasal dari bakteri,
prosedur. yang menyebabkan demineralisasi
Waktu menggosok gigi adalah jaringan keras (enamel, dentin, dan
minimal 2 kali sehari, yaitu setelah sementum) dan perusakan materi
sarapan pagi dan sebelum tidur malam. organik gigi dengan produksi asam oleh
Sebagian besar anak sudah menggosok hidrolisis dari akumulasi sisa-sia
gigi dua kali sehari tetapi waktu dalam makanan pada permukaan gigi.
menggosok gigi masih kurang tepat, Karies gigi disebabkan karena
yaitu bersamaan dengan mandi pagi dan beberapa faktor, diantaranya tingkat
mandi sore. Jika anak menyikat gigi kepedulian atau sensitifitas anak
sebelum sarapan, ada rentang waktu terhadap cara menyikat gigi yang benar
lama membiarkan gigi kotor karena masih kurang. Kebanyakan dari mereka
sisa- sisa makanan. Begitu juga disore mengetahui cara menyikat gigi dengan
hari, menyikat gigi saat mandi sore gerakan horizontal dan vertikal saja.
berarti membiarkan gigi dalam kondisi Selain itu pengetahuan tentang cara atau
kotor dalam waktu yang sangat lama. praktek menyikat gigi benar yang
Keadaan seperti ini dapat menyebabkan diajarkan oleh orang tua masih kurang.
plak. Hasil Penelitian dari 32 anak dengan
Dari hasil penelitian Ningsih, D. M. benar menggosok gigi berjumlah 15
D. A., Hutomo, L. C., & Rahaswanti, L. (46,9%) orang dan anak berkaries gigi
W. A. (2013) ini dapat ditarik simpulan, dengan jumlah 18 (56,2%) orang. Hal
yaitu: prevalensi karies gigi pada siswa ini menunjukan bahwa kepedulian
SD Negeri 1 Telagatawang di wilayah tentang cara menyikat gigi yang benar
kerja Puskesmas Sidemen masih tinggi, masih kurang.
sebagian besar sampel pada penelitian
ini menerapkan perilaku menggosok DAFTAR PUSTAKA
gigi yang salah, dan secara umum, Ariani, A. putri. (2014). Aplikasi
terdapat kecenderungan peningkatan Metodologi Penelitian Kebidanan
presentase kejadian karies gigi pada dan Kesehatan Reproduksi
anak dengan
(Pertama). Yogyakarta. Universitas Tanjung Pontianak.
Astuti, P. A. E., Prasetya, M. A., & Windarti. (2016). Hubungan Perilaku
Sukrama, I. D. M. (2017). Menggosok Gigi dengan Kejadian
Hubungan Tingkat Konsumsi Karies Gigi Pada Anak Usia 6-12
Karbohidrat dengan Kejadian Tahun. Sekolah Tinggi Ilmu
Karies Pada Anak Taman Kanak- Kesehatan Muhammadiyah
Kanak, 1, 39–46. Gombong.
Beer, R., Baumann, M. A., & Kielbassa, Z, indah I., & Intan, S. A. (2013).
A. M. (2016). Atlas Saku Penyakit Gigi, Mulut dan THT
Endodontik. (V. Nursolihati & L. (Pertama). Yogyakarta: Nuha
Juwono, Eds.). Jakarta: EGC. Medika.
Dasar, R. K. (2013). Riset Kesehatan
Dasar. Ningsih, D. M. D. A., Hutomo, L. C., &
Rahaswanti, L. W. A. (2013).
Erwana, A. F. (2013). Seputar Gambaran perilaku menggosok
Kesehatan Gigi dan Mulut. (H. P, gigi terhadap kejadian karies gigi
Ed.) (Pertama). Yogyakarta: ANDI pada anak usia sekolah dasar di
OFFSET. wilayah kerja puskesmas sidemen,
kecamatan sidemen kabupaten
Mitchell, L., Mitchell, D. A., & McCaul, karangasem. Universitas Udayana.
L. (2016). Kedokteran Gigi Klinik.
(D. N. Mustaqimah & L. Juwono, Anggraeni, N. I., Ns. Suhadi, M. kep., S.
Eds.) (Kelima). Jakarta: EGC. K. K., & Mamat Supriyono, SKM,
M. K.-E. (2013). Hubungan
Mumpuni, Y., & Pratiwi, E. (2013). 45
Antara Kebiasaan Mengkonsumsi
Masalah dan Solusi Penyakit Gigi
Jajanan Kariogenik dan
dan Mulut (Pertama). yogyakarta:
Menggosok Gigi dengan Kejadian
ANDI OFFSET.
Karies Gigi Pada Anak Sekolah
Permatasari, I., & Andhini, D. (2014). Kelas 1-6 di SDN 01 Watuaji
Hubungan Perilaku Menggosok Keling Jepara.
Gigi dan Pola Jajan Anak dengan
Kejadian Karies Gigi Pada Murid
SD. Hubungan Perilaku
Menggosok Gigi Dan Pola Jajan
Anak Dengan Kejadian Karies
Gigi Pada Murid SD Negeri 157
Palembang, 1(2355), 39–46.
Profil Kesehatan Indonesia, 2015.
(2015). Profil Kesehatan Indonesia,
2015.
Putri, R. A. (2017). Hubungan Cara
Menggosok Gigi Terhadap
Kejadian Karies Gigi Pada Anak
Usia Sekolah Di SD Negri 06
Kecamatan Pontianak Utara.

Anda mungkin juga menyukai