Anda di halaman 1dari 7

NAMA : HENDRY JUNIARTO ADA’

NIM : 041361425
KELAS : HUKUM PIDANA 4B
KODE/MATA KULIAH : HKUM4203/HUKUM PIDANA
TUGAS :3

Soal:
Kerjakan soal esay pada modul 9 dan modul 10?
Jawab:

Modul 9
Halaman 9.16
Soal:
1. Jelaskan apakah memungkinkan orang yang melakukan perbuatan yang sebenarnya
telah memenuhi rumusan delik, tetapi tidak dipidana!
2. Apakah yang dimaksud dengan rechtvaardigingsgrond!

Jawab:

1. Orang yang melakuakan perbuatan pidana, walaupun sudah memenuhi unsure delik,

masih memungkinkan untuk tidak dipidana. Alasan-alasan penghapus pidana ini

diputuskan oleh hakim dengan menyatakan bahwa sifat melawan hukumnya

“perbuatan hapus atau kesalahan pembuat hapus”, karena adanya ketentuan undang-

undang dan hukum yang membenarkan perbuatan atau yang memaafkan pembuat. Jadi

dalam hal ini hak melakukan penuntutan dari Jaksa tetap ada, tidak hilang, namun

terdakwanya yang tidak dijatuhi pidana oleh hakim. Dengan kata lain undang-undang

tidak melarang Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan tersangka pelaku tindak

pidana ke sidang pengadilan dalam halnya adanya alasan penghapus pidana. Oleh

karena itu Hakimlah yang menentukan apakah alasan penghapus pidana itu dapat
diterapkan kepada tersangka pelaku tindak pidana melalui vonisnya. Sedangkan dalam

alasan penghapus penuntutan, undang-undang melarang sejak awal Jaksa Penuntut

Umum untuk mengajukan/menuntut tersangka pelaku tindak pidana ke sidang

pengadilan. Dalam hal ini tidak diperlukan adanya pembuktian tentang kesalahan

pelaku atau tentang terjadinya perbuatan pidana tersebut (Hakim tidak perlu

memeriksa tentang pokok perkaranya).

2. Rechtvaardigingsgrond dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “Alasan

Pembenar” yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan,

sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan

benar. Alasan pembenar dikenal juga fait justificatif atau rechtfertigungsgrund. Alasan

pembenar menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun perbuatan ini

telah memenuhi rumusan delik dalam Undang-Undang. Kalau perbuatannya tidak

melawan hukum maka tidak mungkin ada pemidanaan

Halaman 9.37
Soal:
1. Jelaskan apakah memungkinkan orang yang melakukan perbuatan yang sebenarnya
telah memenuhi rumusan delik, tetapi kesalahannya dihapuskan (dimaafkan)!
2. Jelaskan perbedaan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf!

Jawab:
1. Alasan Pemaaf yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan
pidana, tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan. Alasan pemaaf atau alasan
penghapus kesalahan dikenal juga dengan schulduitsluittingsgrond-fait d’excuse,
entschuldigungsdrund, schuldausschliesungsgrund. Alasan pemaaf menyakut pribadi si
pembuat, dalam arti bahwa orang ini tidak dapat dicela (menurut hukum) dengan
perkataan lain ia tidak bersalah atau tidak dapat dipertanggungjawabkan, meskipun
perbuatannya bersifat melawan hukum. Jadi disini ada alasan yang menghapuskan
kesalahan si pembuat, sehingga tidak mungkin pemidanaan.
Alasan pemaaf yang terdapat dalam KHUP ialah Pasal 44 (tidak mampu bertanggung
jawab), Pasal 49 ayat (2) (noodweer exces), Pasal 51 ayat (2) (dengan itikad baik
melaksanakan perintah jabatan yang tidak sah).
Dalam ketentuan Umum KHUPidana Alasan penghapus pidana ini di rumuskan dalam
buku kesatu, yaitu terdapat dalam Bab III Buku Kesatu KHUPidana yang terdiri dari
Pasal 44 (pelaku yang sakit/terganggu jiwanya/tidak mampu bertanggung jawab).
Pasal 48 perbuatan yang dilakukan dalam keadaan terpaksa sampai dengan Pasal 51
melakukan perintah jabatan yang sah.
2. Perbedaan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf
KHUPidana yang berlaku sekarang ini tidak membedakan dengan jelas antara alasan
pembenar maupun alasan pemaaf. KHUPidana hanya merumuskan tentang orang-orang
yang tidak boleh dihukum, di dalam Bab III Buu Kesatu di bawah judul “Pengecualian,
Pengurangan dan Pemberatan Hukuman”.
Alasan Pembenar
a. Alasan Pembenar yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya
perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang
patut dan benar.
b. Alasan pembenar dikenal juga: rechtvaardigingsgron, fait justificatif,
rechtfertigungsgrund.
c. Alasan pembenar menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun
perbuatan ini telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang. Kalau
perbuatannya tidak melawan hukum maka tidak mungkin ada pemidanaan
Alasan Pemaaf
a. Alasan pemaaf yaitu alasan yang meghapuskan kesalahan terdakwa
b. Perbutan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum jadi tetap
merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan.
c. Alasan pemaaf atau alasan penghapus kesalahan dikenal juga dengan
schulduitsluittingsgrond-faitd’excuse,entschuldigungsdrund,
schuldausschliesungsgrund.
d. Alasan pemaaf menyakut pribadi si pembuat, dalam arti bahwa orang ini tidak dapat
dicela (menurut hukum) dengan perkataan lain ia tidak bersalah atau tidak dapat
dipertanggungjawabkan, meskipun perbuatannya bersifat melawan hukum.

Modul 10
Halaman 10.17
Soal:
1. Jelaskan pengertian penghapusan kewenangan penuntutan!
2. Jelaskan pengertian delik aduan!

Jawab:
1. Hapusnya Hak Penuntutan
a. Tidak adanya pengaduan dalam hal delik adua (Pasal 72-75 KHUP)
b. Tidak dua kali penuntutan atas orang dan perbuatan yang sama/Ne bis in idem
(Pasal 76 KHUP)
c. Terdakwa meninggal dunia (Pasal 77 KHUP)
d. Daluwarsa/lewat waktu/verjaring (Pasal 78 KHUP)
e. Penyelesaian di luar pengadilan/ afdoening buiten process (Pasal 82 KHUP)
f. Terdakwa berumur di bawah 18 tahun (undang-undang peradilan anak)
g. Contoh tentang dasar peniadaan penuntutan, ialah apabila suatu perbuatan telah
lewat waktu, penuntut umum tidak dapat lagi melakukan penuntutan. Seandainya
penuntut umum tetap mengadakan penuntutan, maka anak ditolak oleh hakim atau
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima (niet-ontvankelijk verklaring van het
O.M). Hal ini diatur dalam Pasal 78 KHUP sedangkan hapusnya hak menuntut
karena ne bis in idem diatur dalam Pasal 76 KHUP.
2. Delik aduan
Kewenangan melakukan penuntutan pada prinsipnya tidak berhubungan dengan
kehendak perorangan kecuali dalam beberapa delik tertentu diantaranya perzinahan
(Pasal 284), persetubuhan terhadap anak dibawah umur (Pasal 287-288), untuk
melarikan wanita (Pasal 332), pencemaran nama baik (Pasal 319) dan lain-lain.
a. Bentuk Delik Aduan
Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, delik aduan dibagi dalam dua bentuk:
1) Delik Aduan Absolut
Dalam hal ini dianggap bahwa kepentingan orang yang terkena tindak pidana
itu melebihi kerugian yang diderita oleh umum, maka hukum memberikan
pilihan kepadanya untuk mencegah atau memulai suatu proses penuntutan.
Misal:
Seorang perempuan muda yang telah disetubuhi boleh memilih untuk menikahi
laki-laki yang menyetubuhinya daripada pelaku dijatuhi pidana.
Delik aduan absolut ini dapat dijumpai antara lain dalam ketentuan Pasal 293
(perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur) Pasal 322 (pelanggaran
kewajiban menyimpan rahasia), Pasal 335 (1) & (2) (perbuatan tidak
menyenangkan atau Pasal 369 (pengancaman).
2) Delik Aduan relative
Karakter delik aduan ini tidak terletak pada sifat kejahatan yang dilakukan
melainkan pada hubungan antara pelaku/pembantu dan korban. Baik hubungan
karena keturunan/darah atau dalam hal hubungan perkawinan. Dalam hal relasi
antara sifat keperdataan yang lahir dari hubungan tersebut dapat menjadi alasan
dalam mencegah terjadinya penuntutan. Kebanyakan delik-delik ini terkait
dengan delik di bidang harta benda (Pasal 367 KHUP).
b. Yang berhak mengadu (subyek).
Ketentuan umum dalam Pasal 72 KHUP menetukan
1) Jika yang bersangkutan belum berusia 18 tahun/belum cukup umur/di bawah
pengampunan (Pasal 72):
a) Oleh wakil yang sah dalam perkara perdata
b) Wali pengawas/pengampu
c) Istrinya
d) Keluarga sedarah garis lurus
e) Keluarga sedarah garis menyimpang sampai derajat ke-3
2) Jika yang bersangkutan meninggal (Pasal 73) oleh:
a) Orang tuanya
b) Anaknya, atau
c) Suami/istri (kecuali yang bersangkutan tidak menghendaki).

Halaman 10.29
Soal:
1. Jelaskan perihal hapusnya pelaksanaan pidana!
2. Jelaskan pengertian abolisi dan apa persamaan dan perbedaannya dengan amnesti!

Jawab:
1. Hapusnya pelaksanaan pidana ditinjau dari penuntut umum berarti hapusnya hak
penuntut umum untuk memerintahkan terpidana menjalani pidanyanya, hal ini berarti
hapusnya kewajiban untuk menjalani pidana tersebut. Hapusnya pelaksanaan pidana
ditentukan karena meninggalnya terpidana atau kewenangan menjalankan pidannya
daluarsa
2. Abolisi merupakan hak prerogative presiden yang ditetapkandalam UUD 1945
sebelum perubahan. Abolisi mengandung pengertian penghapusan yang diberikan
kepada perseorangan yang mencakup penghapusan seluruh akibat penghukuman
seluruh akibat penjatuhan putusan, termasuk putusan itu sendiri. Abolisi dengan
demikian berlaku ante sentiam yang berkaitan dengan dilepaskannya kewenangan
melakukan penuntutan atau pelanjutan dari penuntutan yang sudah dimulai. Persamaan
antara amnesti dan abolisi adalah pada keduanya mengakhiri suatu perkara pidana
tanpa menyelesaikannya melalui sidang pengadilan formal. Juga pada keduanya
diberikan pada orang atau orang-orang yang melakukan tindak pidana yang
berubungan erat dengan masalah-masalah politik. Sedangkan perbedaannya adalah
(Chazawi, 2007: 184-185):
a. Mengenai luasnya akibat hukumnya, pada amnesti: mengakhir/menghentikan
segala bentuk tindakan hukum dalam proses hukum perkara pidana. Sedangkan
abolisi hanya mengakhiri/menghentikan penuntutan pidana saja. Jadi akibat hukum
dari pemberian abolisi adalah lebih sempit dari pemberian amnesti.
b. Mengenai sifatnya, pada amnesti tidak bersifat pribadi, artinya tidak ditunjukan
pada pribadi tertentu, melainkan pada orang-orang dalam hal atau mengenai tindak
pidana tertentu atau suatu peristiwa tertentu. Sedangkan pada pemberian abolisis
ditunjukan pada pribadi tertentu karena tindak pidana yang dilakukannya.

Anda mungkin juga menyukai