Oleh:
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB
PARU DI RUANG SERUNI RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh:
ii
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan TB Paru di Ruang Seruni
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai pengantar dan
pedoman dalam pembuatan riset keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur.
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis tidak sedikit mengalami
kesulitan, namun berkat dorongan, dukungan dan semangat dari orang terdekat
sehingga penulis mampu menyelesaikannya dengan baik. Bersama ini
perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Hj.Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur
3. Ns. Andi Lis AG, S.Kep,. M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan
Timur.
4. Hesti Prawita Widiastuti, SST., M.Kes dan Rivan Firdaus, SST., M.Kes
selaku pembimbing yang telah dengan setia memberikan masukan dan arahan
yang tulus sehingga saya termotivasi untuk menjadi lebih baik dengan
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
5. Drs. H. Lamri., M.Kes selaku penguji utama yang banyak memberikan
masukan agar karya tulis yang belum sempurna ini menjadi layak untuk
dibaca dikemudian hari.
6. Ns. Rizky Setiadi, MKM selaku pembimbing akademik di Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
vi
7. Para dosen dan seluruh staf pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis
dalam masa pendidikan.
8. Kedua orang tua saya yaitu Ayahanda saya H. Alfian Noor, S.Pd dan Ibunda
saya Hj. Tri Nuryanti dan saudara saya Liyandi Caesar Novaldy, S. Kom di
rumah atas semua doa dan semangatnya yang tiada henti mendukung saya
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepala Ruangan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda beserta
CCM, Katim dan Perawat pelaksana ruangan Seruni yang selalu memberi
semangat dan masukan dalam menjalani studi kasus diruangan tersebut.
10. Teman-teman saya yang seperti saudara saya yang selalu memberi saya
semangat dan motivasi dalam menyusun penelitian ini serta teman – teman
angkatan 16 kelas 3B Samarinda.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kiranya
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan
untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhinya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
vii
ABSTRAK
Pendahuluan : Prevalensi angka kejadian TBC Paru cukup tinggi mulai dari luar
sampai dalam negeri, yang bersifat irreversible dan memerlukan pengobatan
dengan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan penyakit TB
Paru umumnya mengalami tanda dan gejala seperti sesak napas, napsu makan
menurun, gangguan pola tidur.
Tujuan : Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
TB Paru secara komperhensif.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan Asuhan Keperawatan, sampel yang
digunakan sebanyak 2 responden, dilakukan di Ruang Seruni RSUD Abdul
Wahab Sjahranie.
Hasil : Berdasarkan pada pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi,
implementasi dan hasil evaluasi, pada pasien pertama ditemukan tiga diagnosa
keperawatan yang muncul dan pada hari ketiga, dua diagnosa teratasi sebagian,
satu diagnosa teratasi. Pada pasien kedua ditemukan tiga diagnosa keperawatan
yang muncul dan pada hari ketiga, tiga diagnosa teratasi.
Kesimpulan : Pada pasien 1 terdapat 2 masalah yang teratasi sebagian yaitu
bersihan jalan napas tidak efektif dan gangguan pola tidur dan 1 masalah lainnya
teratasi yaitu defisit nutrisi. Sedangkan pada pasien 2 terdapat 3 masalah
keperawatan yang teratasi yaitu pola napas tidak efektif, defisit nutrisi, dan
gangguan pola tidur.
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................4
1.4.1 Bagi peneliti..................................................................................................4
1.4.2 Bagi tempat penelitian..................................................................................4
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan.............................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR SKEMA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
upaya pencarian kasus secara proaktif, tata laksana penderita secara tepat dan
2014).
yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti halnya TBC, harus ada
jaminan ketersediaan obat dan jaminan menelan obat. Keluarga terdekat atau
(Achmadi, 2014).
Prevalensi angka kejadian TBC paru cukup tinggi mulai dari luar sampai
dalam negeri. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
(CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima
1
2
negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan
Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di
Di Indonesia jumlah kasus baru TB Paru sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi
di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar
kasus TB BTA (+) di kota Samarinda sebanyak 457 kasus. Menurut jenis
kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 270
kasus pada laki-laki dan 187 kasus pada perempuan. Menurut kelompok umur,
kasus tuberculosis pada tahun 2016 paling banyak ditemukan pada kelompok
Samarinda bahwa hasil caukpan penemuan kasus penyakit TB Paru BTA positif
tahun 2017 pada usia 35-44 tahun sebanyak 289 yang berjenis kelamin laki-laki
dan 212 yang berjenis kelamin perempuan (RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda, 2017).
nafas pada pasien TB Paru yaitu dengan cara batuk efektif, Gangguan pertukaran
dengan memonitor suhu sesering mungkin, memonitor warna dan suhu kulit,
jumlah nutrisi dan kandungan kalori, dan resiko infeksi dengan memonitor tanda
1.4. Manfaat
2.1.1 Definisi
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung,
2013).
2.1.2 Etiologi
berbentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal dan terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat) dengan ukuran panjang 0,5-4 mikron, dan tebal 0,3-0,6
mikron. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan
2.1.3 Klasifikasi
(1) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
(2) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.
6
7
(1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB
paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik (demam dan
malaise) dan gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada)
2.1.5 Patofisiologi
Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat
dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri
juga dapat di pindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh
yang lainnya.
yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk
dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari
fibrosa ini disebut tuberkel. Bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk
taktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat
juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Turbekel memecah,
menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih
(Manurung, 2013).
Micobacteriu
Droplet Infection Masuk lewat jalan nafas
m
tuberkulosa
Menempel pada paru
Mempengaruhi hipotalamus
Sarang primer
Mempengaruhi sel point
/afek primer
Hipertermi
Sembuh
n, saluran pencernaan, tulang) Melalui media (bronchogen sendiri tanpa hematogen,
percontinuitum, pengobatan limfogen)
Sembuh dengan bekas fibrosis
Batuk produktif (batuk terus menerus) Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi
Mual, muntah
Resiko infeksi
Defisit nutrisi
Skema 2.1
Pathway TB Paru
(Sumber : Amin & Hardhi, 2016)
2.1.6 Komplikasi
2.1.7 Penatalaksanaan
BTA (+), Penderita baru TB Paru, BTA (-), RO (+), dengan kerusakan parenkim
paru yang luas, Penderita baru TB dengan kerusakan yang berat pada TB ekstra
pulmonal.
3) Kategori III : 2 RHZ/4R3H3 Diberikan untuk Penderita baru BTA (-) dan
RO(+) sakit ringan, Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis
Sisipan (HRZE) digunakan sehingga tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap
Kategori :
1) Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2HRZE): INH (H) 300mg-1
setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK II.
2) Tahap lanjutan diberikan 3 (tiga) kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3)
2.2.1 Pengkajian
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk terjadi
dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi
kerja, kesulitan tidur atau demam malam hari. Tandanya yaitu : takikardia,
penurunan berat badan. Tandanya yaitu : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik,
2.2.1.9 Nyeri dan keamanan : nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk
berulang. Tandanya yaitu : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan
gelisah.
peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
dan penurunan premitus (cairan pleural atau penebalan pleural), bunyi napas
bunyi napas : tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Karakteristik sputum :
hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah, airway ditandai dengan SpO2 .
memudahkan infeksi sekunder, contoh AIDS, kanker dan tes HIV positif.
umum / status kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuh TB, tidak
engan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Test tuberculin : Mantoux tes (PPD). Rontgen : Foto PA (Kunoli, 2012).
tan
an gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
bungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
atan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
No Keperawatan
NOC NIC
khususnya membrane
mukosa
3 Defisit nutrisi NOC : Nutritional status : NIC : Nutrition
berhubungan food and fluid Intake Management
dengan Nutritional status :
ketidakmampuan Nutrient Intake 3.1 Kaji adanya alergi
mencerna makanan
makanan Weight control 3.2 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
Dengan kriteria hasil : menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
1. Adanya peningkatan dibutuhkan pasien
berat badan sesuai 3.3 Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan menigkatkan Fe
2. Berat badan ideal sesuai 3.4 Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan protein
3. Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi 3.5 Monitor adanya
kebutuhan nutrisi penurunan BB dan
4. Tidak ada tanda-tanda gula darah
mal nutrisi 3.6 Berikan makanan
5. Menujukkan peningktan yang terpilih (sudah
fungsi pengecapan dari dikonsultasikan
menelan dan tidak dengan ahli gizi)
terjadi penurunan berat 3.7 Monitor intake nutrisi
badan yang berarti. 3.8 Monitor turgor kulit
3.9 Monitor mual dan
muntah
3.10 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3.11 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi dan kaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
masalah kesehatanya.
meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika
dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan,
ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah
perencanaan).
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
Subjek penelitian yang digunakan pada studi kasus asuhan keperawatan ini
menggunakan dua responden dengan inisial Tn. M dan Tn. R , berjenis kelamin
laki-laki, berumur sekitar 72 tahun dan 73 tahun, dan yang masih menjalani
pengobatan TB Paru kurang lebih 1 bulan yang berada di ruang rawat Seruni
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang telah dilakukan pengkajian dan
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung,
2013).
20
21
Penelitian studi kasus asuhan keperawatan ini akan dilakukan pada bulan
mei tahun 2019 di Ruang Rawat Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie selama 3
sampai 6 hari.
Setelah disetujui oleh tim penguji proposal maka penulisan dilanjutkan dengan
3.6.1.1 Wawancara
biodata orang tua/wali, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasakan
dan mental.
3.6.1.2 Pengamatan (observasi)
tidak ikut didalam kehidupan orang yang akan di observasi, dan secara terpisah
dikhususkan pada pemeriksaan fisik thorax atau dada yang terdiri Inspeksi,
3.6.1.4 Dokumentasi
keperawatan medical bedah pada pasien TB Paru yang ditulis dalam format
Asuhan Keperawatan.
Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data berupa data yang
valid dan aktual. Pada studi kasus ini data diperoleh dari :
3.7.1. Data primer
seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara mandala pada pasien
Teknik analisis yang digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dibandingkan dengan teori pada Tuberkulosis Paru yang ada sebagai bahan untuk
1974 dikenal dengan Rumah sakit umum segiri. Pada 12 November 1977
pelayanan rawat jalan. Pada 21 Juli 1984, seluruh pelayanan rawat inap
dan rawat jalan dipindahkan dari rumah sakit lama (Selili) ke lokasi rumah
sakit baru yang terletak di Jalan Palang Merah Indonesia. Pada tahun 1987
RSUD Abdul Wahab Sjahranie antara lain Instalasi Gawat Darurat 24 jam,
Instalasi Rawat Jalan (20 klinik), Instalasi Rawat Inap (733 tempat tidur),
rawat inap yang digunakan bagi klien dengan masalah pernafasan yang
24
25
A. Pengkajian
Tabel 4.1
Hasil Anamnesis Pasien dengan TB Paru di Ruang Seruni
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Tn. M Tn. R
Tanggal lahir 25 Agustus 1947 28 Desember 1946
Suku / Bangsa Bugis Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Pensiunan Swasta Pensiunan PNS
Alamat Jln. Hidayatullah Lempake
Keluhan Utama Sesak nafas Sesak nafas, mual
Riwayat Penyakit Sekarang Saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
pada hari Senin tanggal 9 pada hari Senin tanggal 9
Mei 2019 hari rawatan ke Mei 2019 hari rawatan ke
5, ditemukan keluhan 2, ditemukan keluhan
pasien seperti sesak nafas, pasien seperti sesak nafas,
batuk berdahak, sekret pasien tidak mau makan,
berwarna putih ketika makan pasien
kekuningan, nafsu makan merasa mual, dan terjadi
pasien menurun dan terjadi penurunan berat badan,
penurunan berat badan, pasien susah tidur. TD:
pasien susah tidur. 110/70 mmHg, N: 105
TD:120/60 mmHg, x/menit, RR:25x/menit,
N:100x/menit, suhu: 36,00C, pasien
RR:28x/menit, suhu: terpasang Oksigen Nasal
36,40C, pasien terpasang Kanul 3 liter/menit.
Oksigen Nasal Kanul 3
liter/menit.
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
6. Thorax
a. Keluhan Pasien sesak napas, Pasien sesak napas,
batuk tidak produktif, batuk produktif, tidak
terdapat sputum terdapat sputum.
berwarna putih
kekuningan
9. Abdomen
a. Inspeksi Pada saat melakukan Pada saat melakukan
inspeksi, bentuk inspeksi, bentuk
simetris, tidak ada simetris, tidak ada
bayangan vena, tidak bayangan vena, tidak
ada benjolan / massa, ada benjolan / massa,
tidak ada luka operasi tidak ada luka operasi
18. Obat yang diterima Nama obat : ranitidine Nama obat : ranitidine
Kandungan obat : Kandungan obat :
ranitidine HCI ranitidine HCI
Sediaan : ampul Sediaan : ampul
Kekuatan : ml Kekuatan : ml
Dosis : 2x1ml Dosis : 2x1ml
Rute pemberian : IV Rute pemberian : IV
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.3
Daftar Diagosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas pada Pasien dengan TB Paru
di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
No Pasien 1 Pasien 2
Urut Hari/ Diagnosa Hari/Tanggal Diagnosa
Tanggal Keperawatan ditemukan Keperwatan
ditemukan (kode SDKI) (kode SDKI)
1 Kamis, 9 mei Bersihan jalan napas Kamis, 9 mei Pola nafas tidak
2019 tidak efektif b/d 2019 efektif b/d Hambatan
hipersekresi jalan upaya nafas
napas (D.0001) (D.0005)
DS : DS :
- Pasien - Pasien
mengatakan mengatakan
sesak napas sesak napas
- Pasien DO :
mengatakan - RR : 25x/mnt
batuk berdahak - Terpasang nasal
DO : kanul 3lpm
- RR : 28x/mnt - Pola napas :
- Pola napas : takipneu
takipneu
- Terdengar ronchi
- Terdapat sputum
berwarna putih
kekuningan
- Terpasang nasal
kanul 3lpm
2 Kamis, 9 mei Defisit nutrisi b/d Kamis, 9 mei Defisit nutrisi b/d
2019 kurangnya asupan 2019 kurangnya asupan
makanan (D.0019) makanan (D.0019)
DS : DS :
- Pasien - Pasien
mengatakan tidak mengatakan tidak
nafsu makan nafsu makan
DO : DO :
Sebelum sakit Sebelum sakit
- BB : 68kg - BB : 48kg
- TB : 165cm - TB : 161cm
C. Intervensi
Tabel 4.4
Intervensi Keperawatan Pasien 1 dengan TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
D. Implementasi
Tabel 4.6
Implementasi Keperawatan Pasien 1 dengan TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Pasien 2 dengan TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
E. Evaluasi
Tabel 4.8
Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 1 dengan TB Paru Di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tabel 4.9
Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan TB Paru Di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
dengan teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor
dan minor yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdapat suara
keperawatan selama 3x24 jam, maka bersihan jalan napas tidak efektif
teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan
minor yaitu berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,
2016).
mual dan muntah, monitor tanda vital, jelaskan jenis obat dan alasan
teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan
minor yaitu mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh
pola tidur berubah, dan mengeluh istirahat tidak cukup (PPNI, 2016).
2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
pasien sulit tidur karena sesak napas, posisi pasien fowler tidak bisa
4.2.2. Pasien 2
teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan
2016).
teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan
minor yaitu berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,
2016).
mual dan muntah, monitor tanda vital, jelaskan jenis obat dan alasan
teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan
minor yaitu mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh
pola tidur berubah, dan mengeluh istirahat tidak cukup (PPNI, 2016).
2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
membaik (6-8jam).
panduan SDKI data objektif pada pasien 1 adalah batuk tidak efektif,
Sesuai dengan panduan SDKI data objektif pada pasien 2 adalah pola
saat bernapas.
dan pola napas tidak teratur yang menyebabkan pola napas tidak
efektif.
menjadi 42kg.
menurun karena efek samping dari OAT seperti nyeri pada ulu hati,
mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
dur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup. Pada pasien 1 dan 2 ditemukan perbedaan gangguan pol
h menjadi 27x/mnt sehingga pasien tidak bisa baring, pasien terlihat sangat gelisah. Sedangkan pada pasien 2 sudah tidak se
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari pasien 1 dan pasien 2 berbeda pada
diagnosa yang pertama, pada pasien 1 ditemukan keluhan sesak napas, batuk
menurun, terjadinya penurunan berat badan, dan pasien susah tidur, pasien
badan, dan pasien susah tidur, pasien terpasang nasal kanul 3lpm.
pertukaran gas, defisit nutrisi, dan gangguan pola tidur. Sedangkan diagnosa
yang didapat oleh pasien 2 adalah pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, dan
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, pada
diagnosa bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif yaitu monitor
semi- fowler atau fowler, berikan oksigen, ajarkan teknik batuk efektif,
untuk
56
57
intoleransi makanan, monitor berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien jika di butuhkan, jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap kesehatan, monitor mual dan muntah, monitor tanda
vital, jelaskan jenis obat, dan alasan pemberian. Pada diagnosa ketiga
gangguan pola tidur yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi
nyaman, demonstrasi kan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam).
rencana yang dibuat, dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan
sebagian, pada diagnosa kedua defisit nutrisi teratasi, pada diagnosa ketiga
sudah teratasi.
5.2 Saran
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan dapat menjadi acuan dan menjadi
Studi kasus ini yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan TB Paru di ruang Seruni RSUD AWS Samarinda dapat menjadi acuan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi kasus
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi (2016) Asuhan Keperawatan Praktis NANDA Jilid 2 Yogyakarta:
Hal. 318.
Badan Pusat Statistik (2017) Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2016) National Strategic Plan of Tuberculosis
Control 2016-2020, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.
Kunoli (2012) Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis Jakarta : Hal 19.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainability Development
Goals.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
S. Manurung (2013) Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi Jakarta : Hal
105.
WHO (2017) Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa.