Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Akbar, 2019).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai satu kesatuan utuh melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Akbar, 2019).
Praktik keperawatan komunitas merupakan sintesi teori
keperawatan dan teori kesehatan masyarakat untuk promosi , pemeliharaan
dan perawatan kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan
keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok yang mempunyai
pengaruh terhadap kesehatan komunitas (Akbar, 2019).
Salah satu sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah
pelayanan pada kelompok khusus. Kelompok khusus adalah kumpulan
individu yang mempunyai kesamaan umur, permasalahan baik fisik,
mental, sosial yang memerlukan bantuan karena ketidakmampuan dan
ketidaktauan kelompok dalam memelihara kesehatan terhadap dirinya.
Salah satu pelayanan pada kelompok khusus yaitu kelompok anak usia
sekolah dasar (Akbar, 2019).
Anak usia SD/MI adalah anak-anak usia sekitar 7-12 tahun yang
berada pada tahap perkembangan tertentu baik secara kognitif, fisik, moral

1
maupun sosio-emosional. Anak usia Sekolah Dasar (SD) di Indonesia
sebanyak 25, 49 juta jiwa. Di Indonesia jumlah anak dengan usia Sekolah
Dasar (SD) kelas 1 sebanyak 4.245.983 anak. Di Provinsi Jawa Tengah
jumlah anak dengan usia Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2.826.420 anak
atau 11,19%. Sementara jumlah anak dengan usia Sekolah Dasar (SD)
kelas 1 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 465.827 anak (Badan Pusat
Statistik, 2017).
A. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan khusus pada kelompok anak usia sekolah
dasar?”
B. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengetahui apa itu kelompok khusus
2. Mampu mengetahui apa itu lansia dan masalah yang timbul
3. Mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan khusus pada
kelompok anak usia Sekolah Dasar (SD)
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Agar mampu mamahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
kelompok anak Usia Sekolah Dasar (SD), sehingga dapat meningkatan
kesehatan kelompok anak Usia Sekolah Dasar (SD), yang ada di
masyarakat.
2. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan pada kelompok anak Usia Sekolah Dasar (SD), dan dapat
lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang keperawatan
anak.
3. Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada
kelompok anak Usia Sekolah Dasar (SD), dan untuk meningkatkan mutu
kesehatan anak Usia Sekolah Dasar (SD), yang ada di masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Anak usia SD/MI berdasarkan usianya berada di sekitar usia 7 samapi
12 tahun. Adanya aturan bahwa setiap anak yang masuk di SD/MI harus
memenuhi syarat usia minimal 7 tahun semakin mempertegas batas usia
anak untuk memulai belajar di SD/MI. Secara umum, anak usia SD/MI
adalah anak-anak usia sekitar 7 hingga 12 tahun. Secara khusus, anak usia
SD/MI adalah anak-anak yang berada pada tahap perkembangan tertentu
baik secara kognitif, fisik, moral maupun sosio-emosional. Masing-masing
tahap perkembangan tersebut membentuk karakteritik tertentu yang
dimiliki setiap anak dan bersifat unit. Keunikan yang dimiliki oleh setiap
anak pada setiap tahap perkembanganya menjadikan tidak dapat
disamakan satu sama lain (Trianingsih, 2018).
Masa anak sekolah dasar mengalami perkembangan yang pesat pada
aspek psikis. Pada masa ini anak telah menangkap hal-hal yang ada di luar
dirinya secara baik. Maka jelaslah pada masa sebelumnya anak bersifat
egosentris, tetapi setelah masa sekolah, sifat egosentris sedikit demi sedikit
akan berkurang dan sifat sosialnya berkembang. Adapun cirri khas anak
usia SD kelas 1, sebagai berikut:
1. Pada umumnya antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah
ada keseimbangan. Artinya, ada hubungan antara keadaan jasmani
dengan prestasi sekolah.
2. Anak mempunyai sifat tunduk pada peraturan yang tradisional,
tetapi lama kelamaan dengan semakin bertambahnya pengalaman
bergaul, maka anak mulai aktif membuat aturan-aturan dalam
permainanya.
3. Seringkali anak-anak suka memuji diri sendiri, penghargaan
terhadap orang lain belum begitu menonjol, tetapi solidaritas anak
sangat kuat.

3
4. Rasa senang dan tidak senang mudah berubah
5. Cara berfikir anak bersifat kongkrit, artinya belum begitu mampu
untuk berfikir secara abstrak (Trianingsih, 2018).
Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan genetik masing-
masing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak.
Anak pada usia 6-12 tahun melewati sebagian besar waktu hariannya
diluar rumah, seperti bermain dan olahraga. Waktu istrahat saat
bermain dan olahraga harusnya digunakan untuk mengosumsi
makanan untuk memenuhi asupan zat gizi mereka. Konsumsi asupan
zat gizi yang baik setiap hari sangat berperan besar dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia anak sekolah, tubuh
memerlukan zat gizi tidak hanya untuk proses kehidupan, tetapi juga
untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Oleh sebab itu anak
memerlukan asupan zat gizi makro dan mikro (Telaumbanua, 2018).
Dalam siklus kehidupan, tubuh seorang anak masih akan
mengalami pertumbuhan yaitu badan menjadi bertambah tinggi dan
membesar. Sesuai dengan grafik pertumbuhan yang sangat cepat
(growth spurt) kedua setelah masa kanak-kanak Pertumbuhan anak
diusia sekolah mulai memasuki fase pertumbuhan yang semakin
lambat. Di usia anak yang memasuki tiga tahun pertumbuhan anak
akan berlangsung sangat cepat dan akan menurun pada periode
prasekolah dan masa sekolah. Usia anak sekolah merupakan investasi
bangsa karena meraka adalah generasi penerus yang akan menentukan
kualitas bangsa dimasa yang akan datang. Tumbuh kembang anak usia
sekolah yang optimal antara lain dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas
asupan zat gizi yang diberikan dalam makanannya (Telaumbanua,
2018).

4
B. Masalah yang Sering Muncul pada Anak Sekolah Dasar
1. Carries Gigi
Masalah karies gigi termasuk masalah yang sering terjadi pada
anak usia sekolah. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan
gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas
metabolisme plak bakteri. Pada tahun 2011, diperkirakan bahwa 90%
dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia yang menderita karies.
Plak bakteri akan terus bertambah jika penderita terus mengkonsumsi
makanan yang mengandung glukosa. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi plak bakteri adalah dengan menggosok gigi meliputi
frekuensi menyikat gigi (waktu menyikat gigi) dan cara menyikat gigi
secara baik dan benar (Wende, 2019).
Faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi karies gigi
yaitu faktor dari dalam mulut (struktur gigi, saliva, mikroorganisme,
makanan yang mengandung substrat atau karbonhidrat ), faktor di luar
mulut yang berhubungan secara tidak langsung dalam proses karies
gigi seperti pola makan yaitu sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat yang bisa menyebabkan peningkatan
produksi asam oleh bakteri di dalam rongga mulut sehingga
menyebabkan demineralisasi pada gigi,frekuensi menyikat gigi kurang
dari 2 kali dalam sehari dapat menyebabkan plak pada gigi yang
merupakan tempat berkumpulnya bakteri, teknik menyikat gigi yang
kurang tepat dapat menyebabkan sebagian bakteri tertinggal didalam
gigi dan tidak melakukan pemeriksaan gigi secara rutin ke sarana
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk mengobati dan mencegah
terjadinya karies gigi (Wende, 2019).
2. Cacingan
Infeksi kecacingan rentan dialami anak usia sekolah dasar
khususnya infeksi cacing yang menular melalui tanah (soil transmitted
helmints/STH) seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing
cambuk (Trichuris tichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma

5
duodenale). Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,5
milyar orang atau sekitar 24% dari total populasi dunia menderita
infeksi cacingan, dan pada umumnya menyerang anak-anak usia
sekolah. Prevalensi cacing di Indonesia pada umumnya masih sangat
tinggi terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, dengan
sanitasi yang buruk yaitu antara 2,5-62% (Nuryani, 2017).
Efek yang dapat ditimbulkan apabila anak terinfeksi cacing yaitu
gangguan pada penyerapan gizi, pertumbuhan fisik, mental, kognitif,
dan kemunduran intelektual pada anak-anak. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan di masyarakat terutama mengenai masalah
kecacingan, maka pemerintah mengadakan program pemberantasan
kecacingan yang lebih ditujukan kepada anak-anak, terutama pada
anak usia sekolah dasar melalui puskesmas yang terdiri atas promosi
kesehatan, survailans kecacingan, pengendalian faktor risiko,
penanganan penderita dan pemberian obat pencegahan massal
(Kemenkes RI, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecacingan adalah kebersihan
lingkungan, kebersihan pribadi, penyediaan air bersih, kebersihan
lantai rumah, penggunaan jamban sehat dan kebersihan makanan.
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan, seperti kuku yang
selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan,
penggunaan alas kaki untuk melindungi kulit dari tanah yang
terkontaminasi (Nuryani, 2017).
Kecacingan menunjukan kurangnya penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) seperti kesadaran mencuci tangan sebelum
makan, sesudah buang air besar, tidak menggunakan alas kaki ketika
bermain di luar rumah, dan kebersihan kuku. Kecacingan dapat
menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktivitas, kecacingan pada anak menimbulkan kekurangan gizi
yang menetap, dikemudian hari akan menimbulkan dampak pendek
menurut umur (stunting), kurangnya penyerapan nutrisi, anemia,

6
hingga gangguan pertumbuhan pada anak, sehingga penting untuk
monitoring kecacingan pada anak (Souisa, 2019).
Sampel kuku dapat digunakan sebagai sampel untuk identifikasi
keberadaan telur cacing pada kuku, namun sampel yang lebih
disarankan dan merupakan gold standar adalah feses. Sampel kuku
dapat digunakan karena cara penularan kecacingan adalah fecal oral
dan lebih mudah dikumpulkan, sedangkan sampel feses lebih sulit
diberikan oleh responden karena lebih terkesan kotor. Anak usia
sekolah dasar cukup rentan dalam menjaga personal hygiene, sehingga
berpotensi kecacingan. Kecacingan dapat menginfeksi semua usia,
namun paling banyak terjadi pada anak kecil yang terkontaminasi
dengan tanah. Beberapa kebiasaan pada anak antara lain suka bermain
dengan tanah yang adalah media perkembangan infektif cacing
golongan nematode atau soil transmitted helminth (STH). Jenis cacing
golongan STH antara lain Ascaris Lumbricoide, Trichuris Trichiura
(Souisa, 2019).
3. Stunting
Masalah yang terdapat pada anak sekolah adalah stunting. Stunting
akan berdampak pada kehidupan selanjutnya dan hal ini merupakan
konsekuensi yang merugikan pada anak sekolah. Stunting merupakan
kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding
umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas
z- score kurang dari -2 SD (Kusuma, 2013). Anak stunting memiliki
tinggi badan yang pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Kondisi stunting menggambarkan status gizi yang kurang baik dimasa
lalu dan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan linear pada
seseorang (Kartini, 2016).
Faktor-faktor yang memperburuk keadaan gizi anak sekolah yaitu
anak-anak dalam usia ini umumnya sudah dapat memilih dan

7
menentukan makanan apa yang dia sukai dan mana yang tidak.
Seringkali anak-anak memilih makanan yang salah, kemudian anak-
anak dalam usia ini gemar sekali jajan, hal ini dipengaruhi karena
kebiasaan dirumah yang sering jajan dan akibat tidak sarapan pagi
dirumah, sehingga meminta uang untuk jajan dan jajanan yang dibeli
makanan-makanan yang kurang nilai gizinya, kemudian karena
kegiatan bermain anak terlalu banyak sehingga membuat anak menjadi
lelah dan tidak ingin makan lagi (Moehji, 2017).
Kegagalan pertumbuhan dapat disebabkan oleh tidak memadainya
asupan dari satu atau lebih zat gizi seperti asupan mikronutrien yaitu
kalsium dan Zn. Konsumsi zat gizi mikronutrien yang kurang terutama
pada masa pertumbuhan, akan mengganggu proses pertumbuhan
seorang anak yang berdampak pada stunting (Kartini, 2016).
4. Diare
Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun dapat
memberikan dampak buruk kesehatan yakni dapat terserang penyakit
diare. Salah satu infeksi penyakit disebabkan oleh cemaran
mikroorganisme koliform. Bakteri koliform tersebar luas di alam dan
mudah berpindah dengan perantara serangga, air yang tercemar, dan
manusia. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pencernaan (diare,
desentri, typhoid) pada anak-anak sekolah (Rosyidah, 2019).
Enam virus diketahui sebagai penyebab rhinitis, yaitu rhinovirus,
virus parainfluenza, coronavirus, respiratory syncytial virus, virus
influenza, dan adenovirus, yang kemudian menimbulkan manifestasi
klinis seperti hidung beringus, tersumbat, bersin, mata berair, sakit
tenggorokan, badan terasa lemas, bahkan sakit kepala dan nyeri otot
(Smeltzer & Bare, 2003).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari seseorang, dan bahkan menjadi penyebab paling sering
ketidakhadiran seseorang di sekolah maupun di tempat kerja (Mandell,
Bennerr, & Dolin, 2000 dalam Smeltzer & Bare, 2003). Penyebaran

8
virus dapat terjadi melalui kontak dengan individu yang terinfeksi,
yaitu saat pathogen keluar dari saluran pernapasan saat batuk atau
bersin (Rosyidah, 2019).

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Fasilitas Yankes No. Register
Nama Perawat yg Mengkaji Tgl. Pengkajian 5-8 Oktober 2020
Nama Kelompok Kelompok Khusus Anak Kelas 1 Sekolah Alamat 1. Desa Doplang Lor
Dasar 2. Desa Wangon
3. Desa Pancasan
4. Desa Karangsari
5. Desa Karangreja
6. Desa Karangreja
7. Desa Karangreja
Anggota Kelompok 1. Anis Sofia Khusna
2. Chindyana Elshinta Tiara P.
3. Galih Setya Utami
4. Mela Sugeng Mulyani
5. Rangga Saputra
6. Sandhika Inne Nursafitri
7. Sri Lesi Setianingrum

10
1. Data Dasar Anggota Kelompok 2. Status Kesehatan Anggota Kelompok
No Nama JK TTL/ Pendidi Pekerjaan Agama Suku KU TTV Status Gizi Ri Alat Pola Ket. Analisis
Umur kan w bant Lain Mas.Kesh
Pe u
ny
TD N P S TB BB Konjungti OR Tidur
va
1. Navia L Cilcap, SD Siswa Islam Jawa Com 90/ 71 18 36,5 130 24 An - - Olahra Tidur - Gigi
n 4 Kelas 1 Kelas 1 pos 70 x/ x/ °C cm kg Anemis ga jika pukul: tampak
Fadil Novemb SD Men mm m me di 21.00 gupis
er 2013 tis Hg en nit sekola WIB
(7Th) it h Bangu
semin n
ggu pukul:
sekali 05.30
WIB
2. Maura P Banyum SD Siswa Islam Jawa Com 95/ 80 22 36,5 122 23 An - - Olahra Tidur - -
Warle as, 15 Kelas 1 Kelas 1 pos 100 x/ x/ °C cm kg Anemis ga jika pukul:
n Septemb SD Men mm m me di 20.30
Ayund er 2013 tis Hg en nit sekola WIB
ha (7Th) it h Bangu
semin n
ggu pukul:
sekali 05.30
WIB
3. Khanz P Banyum SD Siswa Islam Jawa Com 90/ 65 20 36,5 120 20 An - - Olahra Tidur - -
a as, 1 Kelas 1 Kelas 1 pos 80 x/ x/ °C cm kg Anemis ga jika pukul:
Sabiha Juli SD Men mm m me di 22.00
2013 tis Hg en nit sekola WIB
(7Th) it h Bangu
semin n
ggu pukul:
sekali 06.00
WIB
Tidak
tidur
siang

11
4. Syeina P Cilacap, SD Siswa Islam Jawa Com 90/ 68 20 36,5 120 20 An - - Olahra Tidur - Gigi
Asri 9 April Kelas 1 Kelas 1 pos 80 x/ x/ °C cm kg Anemis ga pukul: tampak
Vegat 2014 SD Men mm m me semin 20.30 gupis
ari (6Th) tis Hg en nit ggu WIB
it sekali Bangu
di n
sekola pukul:
h 05.30
WIB
5. Vika P 11 SD Siswa Islam Jawa Com 90/ 80 18 36,5 105 20 An - - Olahra Tidur - -
Nur Januari Kelas 1 Kelas 1 pos 70 x/ x/ °C cm kg Anemis ga pukul:
Aziza 2014 SD Men mm m me semin 20.00
h (6Th) tis Hg en nit ggu WIB
it sekali Bangu
di n
sekola pukul:
h 05.30
WIB
6. Fikria P 5 SD Siswa Islam Jawa Com 90/ 64 20 36,5 110 20 An - - Olahra Tidur - Gigi
Aqila Desemb Kelas 1 Kelas 1 pos 80 x/ x/ °C cm kg Anemis ga pukul: tampak
Az- er 2013 SD Men mm m me semin 20.30 gupis
Zahra (7Th) tis Hg en nit ggu WIB
it sekali Bangu
di n
sekola pukul:
h 06.00
WIB
7. Nevin L 12 SD Siswa Islam Jawa Com 100 74 18 36,5 111 20 An - - Sering Tidur - -
Dendy Januari Kelas 1 Kelas 1 pos /70 x/ x/ °C cm kg Anemis olahra pukul:
Albya 2014 SD Men mm m me ga 20.00
nsyah (6Th) tis Hg en nit (main WIB
it sepak Bangu
bola) n
pukul:
05.15
WIB

12
2. Upaya Peningkatan Kesehatan
No Uraian Pengkajian Penialaian Gambaran Kondisi No Uraian Pengkajian Penialaian Gambaran Kondisi
Ada Tidak Ada Tidak
A. Fasilitas Pelayanan kesehatan E. Status Ekonomi
yang tersedia untuk kelompok
1. Posyandu √ Pada masing-masing anggota 1. Sumbangan √
kelompok terdapat posyandu di
daerah masing-masing. Untuk
kegiatan pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan meliputi,
pengukuran Tekanan Darah (TD),
Berat Badan (BB), dan penyuluhan
kesehatan tentang stunting dan
menu seimbang.
Untuk jadwal kegiatan posyandu di
masing-masing daerah berbeda
seperti di daerah Karangreja
dilaksanakan setiap tanggal 10
sebulan sekali.
2. Tenaga kesehatan yang √ 2. Jenis √ Orang tua para anggota kelompok punya
berpraktik pekerjaan pekerjaan sebagai wiraswasta dan
pedagang.
3. Puskesmas dan jaringanya √ 3. Rata-rata √ Pendapatan orangtua para anggota
pendapatan kelompok cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari
4. Klinik √ 4. Lainya √
5. RS √
6. Lainya √ Terdapat UKS di masing-masing
sekolah dari anggota kelompok

B. Pelayanan Kesehatan yang F. Status Sosial


dimanfaatkan oleh kelompok budaya Spiritual
1. Imunisasi dasar lengkap √ Orangtua para anggota kelompok 1. Saran ibadah √ Di masing-masing daerah anggota

13
sepakat mengatakan dahulu imunisasi kelompok terdapat setidaknya 1
dasar lengkap seperi BCG,DPT, masjid/mushola terdekat dar rumah.
Campak, Polio, Hepatitis
2. Imunisasi bumil √ 2. Kegaiatan √ Sebagian besar anggota kelompok mengaji
keagamaan di TPQ pada waktu sore hari
3. Makanan tambahan √ Sebagian besar orangtua para anggota 3. Kepercayaan √ Semua orangtua anggota kelompok sepakat
kelompok mengatakan anak diberikan yg jika anak sakit di bawa ke fasilitas
makanan selingan seperti biscuit, roti bertentangan kesehatan terdekat seperti mantri, klinik
dgn atau puskesmas.
penanggulang
an masalah
kesehatan
4. Vitamin tambahan √ Sebagian besar orangtua anggota 4. Kegaiatan √
kelompok mengatakan tidak social (kerja
memberikan vitamin tambahan pada bakti, arisan)
anak dan sebagian mengatakan
memberikan vitamin pada anak seperti
vit C untuk menjaga daya tahan tubuh
anak.
5. Pelayanan kesehatan √
6. Pelayanan kesehatan √
7. Lainnya √

C. Fasilitas Pendidikan G. Komunikasi


1. Fasilitas pendidikan tersedia Fasilitas pendidikan yang tersedia untuk 1. Alat Orangtua para anggota kelompok sepakat
untuk kelompok anak kelas 1 SD adalah fasilitas komunikasi mengatakan alat komunikasi yang
a. Playgroup pendidikan tingkat SD yang digunakan anak sehari-hari adalah
b. TK digunakan handphone yang digunakan anak dalam
c. SD √ sehari-hari pembelajaran online (daring) selama masa
d. SMP dalam pandemic Covid 19. Akan tetapi, atas
e. SMA kelompok pengawasan orangtua
f. PT a.Handpone √
g. Lainya b.Telephone
c.Faximile
d.Lainya
2. Fasilitas pendidikan yang √ Fasilitas yang dimanfaatkan oleh para
dimanfaatkan untuk anggota kelompok adalah fasilitas

14
kelompok untuk kegiatan pendidikan tingkat SD sebagai sarana
penyuluhan kesehatan, pembelajaran.
pembelajaran dikelompok

D. Lingungan Sekitar tempat tinggal H. Fasilitas rekreasi


anggota kelompok yang tersedia
untuk kelompok
1. Sumber air bersih √ Sebagian besar orang tua anggota 1. Taman
kelompok mengatakan sumber air
bersih yang digunakan sehari hari yaitu
air PDAM. Namun, ada juga yang
masih menggunakan sumur terbuka
2. Dapur umum √ 2. Pantai √ Sebagian besar orangtua para anggota
kelompok mengatakan mengajak anak
rekreasi ke pantai.
3. Tempat pembuangan sampah √ Semua orangtua anggota kelompok 3. Sarana
sepakat sudah tersedia tempat sampah olahraga
di masing-masing rumah. Akan tetapi,
anak masih suka buang sampah
sembarangan.
4. Sarana MCK (berapa √ Semua orangtua anggota kelompok 4. Lainnya
jumlahnya) sepakat sudah tersedia sarana MCK di
masing-masing rumah
5. Saluran pembuangan limbah √ Sebagian orang tua anggota kelompok
sepakat membuang limbah di selokan
6. Lainnya √

J. Kebiasaan/
Perilaku dalam
kelompok
1. Pemeiharaan √ Semua anggota kelompok mengatakan
kebersiahan mandi 2 kali dalam sehari, tetapi kadang-
diri kadang lupa menggosok gigi baik setelah
makan atau sebelum tidur. Semua anggota
kelompok sepakat belum tahu cara
menggosok gigi yang benar.

15
2. Pengelolaan √ Semua orangtua anggota kelompok
makanan mengatakan menyediakan makanan sehat,
bersih dan ada sayur, lauk-pauk dan buah. Akan tetapi,
sehat menu untuk kesehariannya hanya menu itu-
itu saja, kurang berfariasi. Hanya saja anak
lebih suka jajan.
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS: Hambatan pengambilan keputusan Ketidakefektifan Pemeliharaan
 Semua anggota kelompok mengatakan mandi 2 kali dalam sehari, Kesehatan
tetapi jarang menggosok gigi baik setelah makan atau sebelum tidur dengan
alasan tidak disuruh orangtua.
 Semua orangtua anggota kelompok mengatakan menyediakan
makanan sehat, ada sayur, lauk-pauk dan buah. Akan tetapi, menu untuk
kesehariannya hanya menu itu-itu saja, kurang bervariasi dan hampir semua
anggota kelompok lebih suka jajan-jajanan yang manis-manis seperti
permen.
 Semua orangtua anggota kelompok sepakat sudah tersedia tempat
sampah di masing-masing rumah. Akan tetapi, anak masih suka buang
sampah sembarangan.
 Sebagian besar orangtua anggota kelompok mengatakan sumber air
bersih yang digunakan sehari hari yaitu air PDAM. Namun, ada juga yang
masih menggunakan sumur terbuka.
 Sebagian besar orangtua anggota kelompok mengatakan tidak
memberikan vitamin tambahan pada anak.
DO: Dari data pengkajian dan pemeriksaan fisik didapatkan:
1. Ada 3 dari 7 (43%) anak mengalami Karies Gigi
2. Ada 5 dari (71,4%) anak suka jajan yang manis-manis seperti

16
permen.
3. Hanya 1 dari 7 (14,2%) anak yang diberikan vitamin tambahan
4. Ada 4 dari 7 (57%) orang tua yang menyediakan makanan dengan
menu yang sama hampir setiap hari
5. Ada 3 dari 7 (43%) orangtua yang masih menggunakan sumur
terbuka sebagai sumber air bersih

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan b.d Hambatan Pengambilan Keputusan
D. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
Data Pendukung Masalah Kesehatan Kalompok: Defisiensi Kesehatan Komunitas
0009 Ketidakefektifan Pemeliharaan 1602 Prevensi Primer 5510 Prevensi Primer
9 Kesehatan Perilaku Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan
No Indikator A T 1 Libatkan individu, keluarga, dan
. kelompok dalam perencanaan dan rencana
1. Menggunakan 3 4 implementasi gaya hidup atau modifikasi
perilaku yang perilaku kesehatan
menghindari risiko 2 Tekankan pentingnya pola makan
2. Memonitor perilaku 3 4
yang sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain
personal terkait
dengan risiko bagi individu, keluarga, dan kelompok yang
3. Melakukan perilaku 3 4 meneladani nilai dan perilaku ini dari orang
kesehatan secara rutin lain, terutama pada anak-anak
Keterangan: 3 Libatkan guru atau kelompok
pendukung dalam mengimplementasikan
1: Tidak pernah menunjukan
program bagi kelompok kecil kemungkinanya

17
2: Jarang menunjukan untuk mau mendengarkan profesi kesehatan
3: Kadang-kadang menunjukan
4: Sering menunjukan
5: Secara konsisten menunjukan
2701 Prevensi Sekunder 6520 Prevensi sekunder
Status Kesehatan Komunitas Skrining Kesehatan
No. Indicator A T
1. Gunakan skrining yang valid dan
1. Status kesehatan anak 2 3
2. Tingkat partisipasi 2 3 terpercaya
dalam program 2. Jadwalkan pertemuan untuk perawatan
kesehatan sekolah individual
3. Angka kehadiran 2 3
3. Libatkan guru atau kelompok pendukung
sekolah
Keterangan: untuk melakukan skrining kesehatan
1. Buruk 4. Tentukan populasi target untuk
2. Cukup baik dilakukannya pemeriksaan kesehatan
3. Baik 5. Lakukan pengkajian fisik (tekanan darah,
4. Sangat baik
5. Sempurna berat badan, dan tinggi badan)
6. Instruksikan kelompok akan rasionalisasi
dan tujuan pemeriksaan kesehatan serta
pemantauan diri
Prevensi Tersier
Prevensi Tersier Pemeliharaan Kesehatan: Mulut
Perawatan Diri: Kebersihan Mulut 1. Lakukan perawatan mulut secara rutin
N Indikator A T 2. Monitor gigi meliputi warna, kebersihan,
o
1 Menyikat gigi 2 4 dan debris
2 Membersihkan 2 4 3. Monitor tanda dan gejala stomatitis,
mulut, gusi dan lidah glossitis dan carries gigi.
3 Mendapatkan 2 4 4. Instruksikan pasien untuk menyikat mulut,

18
perawatan gigi yang gigi dan lidah.
regular 5. Dorong dan bantu kelompok untuk
Keterangan:
berkumur-kumur
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Ketidakefektifan Prevensi Primer S:
Pemeliharaan Kesehatan Pendidikan Kesehatan - Sebagian besar anggota kelompok sepakat hanya
8 1. Melibatkan individu, keluarga, dan berolahraga 1 minggu sekali di sekolah
Septembe kelompok dalam perencanaan dan rencana - Semua orangtua anggota kelompok mengatakan
r implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku menyediakan makanan sehat, ada sayur, lauk-pauk
2020 kesehatan dan buah. Akan tetapi, sebagian besar orangtua
2. Menekankan pentingnya pola makan yang menyediakan menu untuk kesehariannya hanya
sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain bagi menu itu-itu saja, kurang bervariasi dan sebagian
individu, keluarga, dan kelompok yang meneladani besar anggota kelompok lebih suka jajan.
nilai dan perilaku ini dari orang lain, terutama pada - Semua orangtua anggota kelompok sepakat sudah
anak-anak tersedia tempat sampah di masing-masing rumah.
3. Melibatkan guru atau kelompok Akan tetapi, anak masih suka buang sampah
pendukung dalam mengimplementasikan program sembarangan.
bagi kelompok kecil kemungkinanya untuk mau - Sebagian besar orangtua anggota kelompok
mendengarkan profesi kesehatan mengatakan sumber air bersih yang digunakan
sehari hari yaitu air PDAM. Namun, ada juga yang
masih menggunakan sumur terbuka.
O:
- Ada 4 dari 7 (57%) orang tua yang menyediakan

19
makanan dengan menu yang sama hampir setiap
hari
- Ada 3 dari 7 (43%) orangtua yang masih
menggunakan sumur terbuka sebagai sumber air
bersih
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

S:
Prevensi Sekunder - Anggota kelompok mengatakan bersedia
Skrining Kesehatan mengikuti pemeriksaan
1. Menggunakan instrument (Timbangan - Orang tua anggota kelompok mengatakan siap
berat badan, Tensi meter, dan Midline) yang valid melakukan pemantauan terhadap kesehatan
8 2. Menjadwalkan pertemuan untuk perawatan anggota kelompok
Septembe individual - Orangtua anggota kelompok mengatakan ada
r 3. Menentukan populasi target untuk program dari sekolah untuk pemeriksaan kesehatan
2020 dilakukannya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut serta kebersihan diri seperti
4. Melakukan pengkajian fisik (tekanan darah, kebersihan kuku
berat badan, dan tinggi badan)
5. Menginstruksikan kelompok akan O:
rasionalisasi dan tujuan pemeriksaan kesehatan - Ada 5 dari (71,4%) anak suka jajan yang manis-
serta pemantauan diri manis seperti permen.
6. Melibatkan guru, petugas uks untuk - Navian Fadil: TD: 90/70 mmHg, BB : 24 Kg, TB :
melakukan skrining kesehatan meliputi 130 Cm
pemeriksaan status gizi dan pemeriksaan kesehatan - Maura Warlen Ayundha: TD : 95/100 mmHg, BB :
gigi dan mulut 23 Kg, TB: 122 Cm
- Kanza Sabiha : TD 90/80 mmHg, BB : 20 Kg,
TB : 120 Cm
- Syeina Asri Vegetari : TD: 90/80mmHg, BB : 20
Kg, TB : 120 Cm

20
- Vika Nur Azizah : TD : 90/70 mmHg, BB : 20 Kg,
TB : 105 Cm
- Fikria Aqila Az-Zahra : TD 90/80 mmHg, BB : 20
Kg, TB: 110 Cm
- Nevin Dendy Albyanshah : TD 100/70 mmHg,
BB: 20 Kg, TB : 111 Cm

Prevensi Tersier
Pemeliharaan Kesehatan: Mulut
1. Menganjurkan kelompok melakukan S:
perawatan mulut secara rutin - Sebagian anggota kelompok sepakat belum
2. Mengkaji gigi meliputi warna, kebersihan, tahu cara menggosok gigi yang benar.
15 - Sebagian kadang-kadang lupa menggosok gigi
Septembe dan debris
3. Memonitor tanda dan gejala stomatitis, baik setelah makan atau sebelum tidur.
r 2020
glossitis dan carries gigi. O:
4. Menginstruksikan pasien untuk menyikat - Ada 3 dari 7 (43%) anak mengalami Karies
mulut, gigi dan lidah. Gigi
5. Menganjurkan kelompok untuk berkumur- - Anggota kelompok tampak memperhatikan
kumur setelah makan dan mengikuti cara menggosok gigi
6. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Akbar, 2019).
Salah satu sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah
pelayanan pada kelompok khusus. Kelompok khusus adalah kumpulan
individu yang mempunyai kesamaan umur, permasalahan baik fisik,
mental, sosial yang memerlukan bantuan karena ketidakmampuan dan
ketidaktauan kelompok dalam memelihara kesehatan terhadap dirinya.
Salah satu pelayanan pada kelompok khusus yaitu kelompok anak usia
sekolah dasar (Akbar, 2019).
Anak usia SD/MI adalah anak-anak usia sekitar 7-12 tahun yang
berada pada tahap perkembangan tertentu baik secara kognitif, fisik, moral
maupun sosio-emosional. Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan
genetik masing-masing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai
tampak. Anak pada usia 6-12 tahun melewati sebagian besar waktu
hariannya diluar rumah, seperti bermain dan olahraga. Waktu istrahat saat
bermain dan olahraga harusnya digunakan untuk mengosumsi makanan
untuk memenuhi asupan zat gizi mereka. Konsumsi asupan zat gizi yang
baik setiap hari sangat berperan besar dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada usia anak sekolah, tubuh memerlukan zat gizi
tidak hanya untuk proses kehidupan, tetapi juga untuk pertumbuhan dan
perkembangan kognitif. Oleh sebab itu anak memerlukan asupan zat gizi
makro dan mikro (Telaumbanua, 2018).
B. Saran
Diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan untuk dapat
menguasai konsep dan penerapan asuhan keperawatan kelompok khusus
anak usia Sekolah Dasar (SD).

22
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.A., (2019), Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar Keperawatan


Kominitas, Yogyakarta: Deepublish.
Kartini, (2016), Kejadian Stunting dan kematangan Usia Tulang Pada Anak
Usia Sekolah Dasar di Daerah Pertanian Kabupaten Brebes, Jurnal
Kesehatan Masyarakat , 11(2) : 97-103.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan. Jakarta: Kemenkes RI;
2017.
Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Kemang Studio Aksara,
Depok Timur.
Nuryani, (2017), Hubungan Personal Hygiene dengan Penyakit Kecacingan
pada Anak Sekolah Dasar di Dusun Pangkul Tengah Desa Mulang
Mayang Kecamatan Kotabumi Selatan, Kabupaten Lampung Utara.
Jurnal Dunia Kesmas, Volume 6, No.2 Halaman: 97-103.
Rosyidah, (2019), Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare
Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02, JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi), Vol. 3 No. 1, hal. 10-15. Dikutip dari
sumber: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id
Souisa, (2019), Identifikasi Telur Cacing Pada Kuku dan Personal Higiene
Peserta Didik di Sekolah Dasar, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan,
Volume 9 Nomor 3, dikutip dari sumber:
http://dx.doi.org/10.33846/2trik9304
Telaumbanua, (2018). Pengaruh Pendidikan Ibu Gizi dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan Tamban terhadap Peningkatan Asupan
Mikronutrien (Kalsium dan Seng) pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar
yang Mengalami Stunting di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang, Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi.
Wende, (2019), Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di SD Inpres Oebufu, CHM-K
Applied Scientific Journal Vol. 2 No. 1.

23

Anda mungkin juga menyukai