SEMPTEMBER, 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KRISIS HIPERTENSI
Oleh :
Pembimbing :
dr. Zakaria Mustari, Sp. PD.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Definisi ................................................................................................... 2
Epidemiologi ........................................................................................... 2
Etiologi .................................................................................................... 2
Klasifikasi ............................................................................................... 4
Patofisiologi ........................................................................................... 4
Diagnosis ................................................................................................. 5
Penatalaksanaan ...................................................................................... 6
Prognosis ................................................................................................. 7
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipertensi emergensi biasanya didefinsikan sebagai sistolik tekanan darah
≥180 mm Hg dan / atau tekanan darah diastolik ≥120 mm Hg dengan bukti
adanya kerusakan pada organ. Organ yang paling sering terkena hipertensi berat
adalah otak (sakit kepala, kebingungan, stroke), jantung (nyeri dada, infark
miokard, edema paru), pembuluh darah besar (diseksi aorta), dan ginjal
(hipertensi nefrosklerosis akut) . sedangkan hipertensi urgensi ketika pasien
mengalami tekanan darah yang sama tetapi tidak memiliki gejala atau tanda akan
adanya kerusakan organ.3
B. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,
hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.1
Hipertensi memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dan
merupakan salah satu yang terkemuka penyebab kematian. Di antara populasi
hipertensi, 70% adalah hipertensi ringan, 20% sedang hipertensi, 10% adalah
hipertensi berat, dan 1% adalah krisis hipertensi untuk setiap tipe hipertensi.
Dari 1,456 pasien yang dilakukan penelitian di Italia, 25,3% dari pasien
tersebut mengalami hipertensi emergensi. Hipertensi urgensi mengenai oranf-
orang pada usia yang lebih tua dibanding dengan penderita hipertensi
emergensi.2,4
C. ETIOLOGI
2
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud disini juga berupa obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, konsumsi natrium, dan konsumsi alkohol. Pada beberapa
penelitian juga bisa dihubungkan dengan Body Mass dengan tekanan darah.
Studi juga menunjukkan bahwa dengan aktivitas fisik meskipun merupakan
aktivitas ringan juga memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah.
Asupan natrium makanan berlebih tidak hanya mempengaruhi BP tetapi
juga terkait secara independen dengan peningkatan risiko stroke. Penyakit
kardiovaskular, dan efek samping lain. Di Amerika dinyatakan bahwa
konsumsi alkohol dapat menjelaskan hampir 10% yang menderita hipertensi.
2. Faktor genetik dan masa kecil
Banyak gen yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Faktor-faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan hipertensi pada orang dewasa merupakan
faktor genetik dan juga obesitas pada masa kecil dimana dapat memicu
terjadinya hipertesi di masa depan.
Kelahiran prematur dapat dikaitkan dengan tekanan darah dimana sistolik
4 mmHg lebih tinggi dan tekanan diastolik 3 mmHg lebih tinggi ketika
dewasa. Penyebab lain yang juga dapat dikaitkan yaitu berat badan lahir
rendah yang juga berkontribusi dalam tekanan darah yang lebih tinggi kelak.
3. Penyebab sekunder
Penyebab tersering pada hipertensi sekunder yaitu penyakit parenkim
ginjal, penyakit renovaskular, aldosteronisme primer, apnea sleep
obstructive, dan obat-obatan serta alkohol.
Penyebab sekunder yang tidak biasa pada hipertensi yaitu,
feokromositoma/paraganglioma, sindrom cushing, hipotirodisme,
hipertiroidisme, aorta koarktasio, hiperparatiroidisme primer, hiperplasia
adrenal kongenital, dan sindrom mineralkortikoid.
3
D. Klasifikasi krisis hipertensi
1. Hipertensi emergensi
Hipertensi emergensi merupakan hipertensi dimana bukan hanya tekanan
darah yang sangat tinggi tetapi juga terdapat kelainan atau kerusakan target
organ yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera
(dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah atau membatasi kerusakan
target organ yang terjadi.6
2. Hipertensi urgensi
Hipertensi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi namun tidak
disertai kelainan atau kerusakan target organ yang progesif, sehingga
penurunan tekanan darah dapat dilakukan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).6
E. Patofisiologi
4
Mekanisme kedua adalah aktivasi sistem renin-angiotensin yang
mengarahkan ke vasokontriksi lebih jauh dan kemudian menghasilkan lingkaran
setan dari cedera yang yang terus-menerus dan selanjutnya dapat menyebabkan
iskemik.4
F. Manifestasi klinis
Gejala pada krisis hipertensi pada umumnya gejala organ target yang
terganggu dimana di antaranya merupakan nyeri dada, sesak napas jika terjadi
gangguan jantung dan diseksi aorta, mata kabur pada edema papila mata, sakit
kepala hebat, gangguan kesadaran, dan lateralisasi pada gangguan otak, gagal
ginjal akut pada ganggua ginjal, selain itu gejala biasa yang sering ketika
meningkatnya tekanan darah seperti nyeri tengkuk dan kepala.6
G. Diagnosis
H. Penatalaksanaan
1. Terapi non-farmakoligis:7
Diet rendah garam natrium klorida (NaCl) 1,5-3,8 gram/hari
Diet Dash yaitu mengkonsumsi buah dan sayuran sekitar 8-10
serving/hari, serta diet rendah lemak dan kolesterol.
2. Terapi farmakologis
Terapi untuk pengobatan krisis hipertensi cukup dengan obat-obatan oral
yang bekerja cepat sehingga dapat menurunkan tekanan darah secara cepat. 6
Obat hipertensi oral yang sering dipakai di Indonesia
Nifedipin 5 - Diulang 15
5-15 menit 4-6 jam Gangguan koroner
10 mg menit
6
Obat hipertensi parenteral yang dipakai di Indonesia
0,5 – 6
Nikardipin IV 1 – 5 menit 15 – 30 menit
ug/kg/menit
5 – 15
ug/kg/menit
Diltiazem IV 1 – 5 menit 15 – 30 menit
lalu sama 1 –
5 ug/kg/menit
I. Prognosis
Prognosis dari hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi kelihatannya
berbeda. Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa angka kematian pada hipertensi
emergensi lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian pada hipertensi
urgensi.4
7
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi adalah penyakit yang didefnisikan sebagai peningkatan tekanan
darah secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Dalam istilah hipertensi terdapat juga
yang dinamakan sebagai krisis hipertensi dimana krisis hipertensi tebagi dua
sesuai dengan gejala yang dimilikinya.1
Hipertensi emergensi biasanya didefinsikan sebagai sistolik tekanan darah
≥180 mm Hg dan / atau tekanan darah diastolik ≥120 mm Hg dengan bukti
adanya kerusakan pada organ sedangkan hipertensi urgensi ketika pasien
mengalami tekanan darah yang sama tetapi tidak memiliki gejala atau tanda akan
adanya kerusakan organ.3
Krisis hipertensi memiliki potensi kerusakan target organ dan ini memiliki
efek signifikan pada prognosis pasien. Prognosis berbeda secara substansial
apakah pasien mengalami keadaan hipertensi emergensi atau urgensi. Beberapa
rejimen efektif untuk mengobati keadaan hipertensi emergensi dan urgensi, tetapi
pilihan pengobatan tergantung pada presentasi klinis pasien.4
8
DAFTAR PUSTAKA