Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

SEMPTEMBER, 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KRISIS HIPERTENSI

Oleh :

SUCI RAMADHANI, S. KED.

Pembimbing :
dr. Zakaria Mustari, Sp. PD.

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit


Dalam)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:


Nama : SUCI RAMADHANI
Judul Refarat : KRISIS HIPERTENSI

Telah menyelesaikan refarat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, September 2019


Pembimbing,

dr. Zakaria Mustari, Sp. PD.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah subhanu wa ta’ala


karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga refarat
dengan judul “Krisis Hipertens” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat
senantiasa tercurah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sang
pembelajar sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing, dr. Zakaria
Mustari, Sp. PD., yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang
sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2

Definisi ................................................................................................... 2

Epidemiologi ........................................................................................... 2

Etiologi .................................................................................................... 2

Klasifikasi ............................................................................................... 4

Patofisiologi ........................................................................................... 4

Manifestasi Klinik ................................................................................... 5

Diagnosis ................................................................................................. 5

Penatalaksanaan ...................................................................................... 6

Prognosis ................................................................................................. 7

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Hipertensi adalah penyakit yang didefnisikan sebagai peningkatan tekanan


darah secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Sampai saat ini, hipertensi masih
merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal
itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar
25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.1
Krisis hipertensi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Sebagian besar ahli mendefnisikan hipertensi
emergensi sebagai suatu situasi yang membutuhkan penurunan tekanan darah
segera dengan menggunakan obat parenteral akibat adanya ancaman kerusakan
organ target yang akut dan bersifat progresif, sedangkan hipertensi urgensi
merupakan suatu situasi dengan peningkatan tekanan darah yang nyata tetapi
tanpa disertai gejala klinis yang berat atau kerusakan organ target yangprogresif,
namun tekanan darah tetap perlu diturunkan dalam hitungan jam dengan
menggunakan obat oral. Pasien dewasa muda dengan hipertensi perlu dicurigai
mengalami hipertensi renovaskular meskipun keadaan ini dapat juga disebabkan
oleh faktor lain. 2
Hipertensi memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dan
merupakan salah satu yang terkemuka penyebab kematian. Di antara populasi
hipertensi, 70% adalah hipertensi ringan, 20% sedang hipertensi, 10% adalah
hipertensi berat, dan 1% adalah krisis hipertensi untuk setiap tipe hipertensi.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hipertensi emergensi biasanya didefinsikan sebagai sistolik tekanan darah
≥180 mm Hg dan / atau tekanan darah diastolik ≥120 mm Hg dengan bukti
adanya kerusakan pada organ. Organ yang paling sering terkena hipertensi berat
adalah otak (sakit kepala, kebingungan, stroke), jantung (nyeri dada, infark
miokard, edema paru), pembuluh darah besar (diseksi aorta), dan ginjal
(hipertensi nefrosklerosis akut) . sedangkan hipertensi urgensi ketika pasien
mengalami tekanan darah yang sama tetapi tidak memiliki gejala atau tanda akan
adanya kerusakan organ.3

B. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,
hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.1
Hipertensi memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dan
merupakan salah satu yang terkemuka penyebab kematian. Di antara populasi
hipertensi, 70% adalah hipertensi ringan, 20% sedang hipertensi, 10% adalah
hipertensi berat, dan 1% adalah krisis hipertensi untuk setiap tipe hipertensi.
Dari 1,456 pasien yang dilakukan penelitian di Italia, 25,3% dari pasien
tersebut mengalami hipertensi emergensi. Hipertensi urgensi mengenai oranf-
orang pada usia yang lebih tua dibanding dengan penderita hipertensi
emergensi.2,4

C. ETIOLOGI

Hipertensi mempunyai banyak penyebab termasuk faktor lingkungan,


genetik, faktor masa kecil dan faktor sekunder lainnya. 5

2
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud disini juga berupa obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, konsumsi natrium, dan konsumsi alkohol. Pada beberapa
penelitian juga bisa dihubungkan dengan Body Mass dengan tekanan darah.
Studi juga menunjukkan bahwa dengan aktivitas fisik meskipun merupakan
aktivitas ringan juga memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah.
Asupan natrium makanan berlebih tidak hanya mempengaruhi BP tetapi
juga terkait secara independen dengan peningkatan risiko stroke. Penyakit
kardiovaskular, dan efek samping lain. Di Amerika dinyatakan bahwa
konsumsi alkohol dapat menjelaskan hampir 10% yang menderita hipertensi.
2. Faktor genetik dan masa kecil
Banyak gen yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Faktor-faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan hipertensi pada orang dewasa merupakan
faktor genetik dan juga obesitas pada masa kecil dimana dapat memicu
terjadinya hipertesi di masa depan.
Kelahiran prematur dapat dikaitkan dengan tekanan darah dimana sistolik
4 mmHg lebih tinggi dan tekanan diastolik 3 mmHg lebih tinggi ketika
dewasa. Penyebab lain yang juga dapat dikaitkan yaitu berat badan lahir
rendah yang juga berkontribusi dalam tekanan darah yang lebih tinggi kelak.
3. Penyebab sekunder
Penyebab tersering pada hipertensi sekunder yaitu penyakit parenkim
ginjal, penyakit renovaskular, aldosteronisme primer, apnea sleep
obstructive, dan obat-obatan serta alkohol.
Penyebab sekunder yang tidak biasa pada hipertensi yaitu,
feokromositoma/paraganglioma, sindrom cushing, hipotirodisme,
hipertiroidisme, aorta koarktasio, hiperparatiroidisme primer, hiperplasia
adrenal kongenital, dan sindrom mineralkortikoid.

3
D. Klasifikasi krisis hipertensi

1. Hipertensi emergensi
Hipertensi emergensi merupakan hipertensi dimana bukan hanya tekanan
darah yang sangat tinggi tetapi juga terdapat kelainan atau kerusakan target
organ yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera
(dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah atau membatasi kerusakan
target organ yang terjadi.6
2. Hipertensi urgensi
Hipertensi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi namun tidak
disertai kelainan atau kerusakan target organ yang progesif, sehingga
penurunan tekanan darah dapat dilakukan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).6

E. Patofisiologi

Patofisiologi pada krisis hipertensi masih belum jelas. Namun, dua


mekanisme berbeda tetapi masih saling berkaitan dapat memerankan peran sentral
dalam patofisiologi krisis hipertensi.4

Pertama adalah kegagalan mekanisme autoregulasi di vaskular. Sistem


autoregulasi merupakan faktor kunci dalam patofisiologi hipertensi dan krisis
hipertensi. Autoregulasi didefinisikan sebagai kemampuan organ (otak, jantung,
dan ginjal), untuk mempertahankan aliran darah yang stabil terlepas dari
perubahan tekanan perfusi. Jika tekanan perfusi turun, aliran darah yang sesuai
berkurang sementara, tetapi kembali ke nilai normal setelah beberapa menit
berikutnya. Jika dalam kasus kerusakan autoregulasi, jika tekanan perfusi turun,
ini menyebabkan penurunan aliran darah dan peningkatan resistensi pembuluh
darah. Pada krisis hipertensi ada kekurangan autoregulasi dalam vaskular dan
aliran darah sehingga peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba dan resistensi
vaskular sistemik dapat terjadi dan sering menyebabkan stres mekanik dan
kerusakan endotel.4

4
Mekanisme kedua adalah aktivasi sistem renin-angiotensin yang
mengarahkan ke vasokontriksi lebih jauh dan kemudian menghasilkan lingkaran
setan dari cedera yang yang terus-menerus dan selanjutnya dapat menyebabkan
iskemik.4

F. Manifestasi klinis

Gejala pada krisis hipertensi pada umumnya gejala organ target yang
terganggu dimana di antaranya merupakan nyeri dada, sesak napas jika terjadi
gangguan jantung dan diseksi aorta, mata kabur pada edema papila mata, sakit
kepala hebat, gangguan kesadaran, dan lateralisasi pada gangguan otak, gagal
ginjal akut pada ganggua ginjal, selain itu gejala biasa yang sering ketika
meningkatnya tekanan darah seperti nyeri tengkuk dan kepala.6

G. Diagnosis

Evaluasi krisis hipertensi melibatkan riwayat kesehatan. Lebih spesifikna,


perlu ditanyakan sudah berapa lama pasien menderita hipertensi, bukti bahwa
pasien tidak mengontrol tekanan darahnya, atau pasien mengkonsumsi obat yang
memiliki efek dalam menaikkan tekanan darah, riwayat sleep apnea sindrom, dan
evaluasi faktor risiko kardiovaskular dan komorbiditi lainnya. 4

Pada penilaian fisi harus melibatkan auskultasi suara jantung/murmur (aortic


coarctation), arteri pada leher, dan murmur abdomen, menilai apa ada defisit
neurologis, melakukan funduskopi untuk menilai adanya retinopati, menilai apa
ada perbedaan denyut antara ekstremitas atas dan bawah. Tanda vital pada pasien
krisis hipertensi harus dinila secara hati-hati dimana yang dinilai yaitu tekanan
darah, saturasi oksigen, dan denyut nadi.4

Pada analisis laboratorium dilakukan dengan cepat setelah evaluasi awal


dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa urinalisis untuk
mengecek adanya proteinuria, sel darah merah, atau metanephrine. Kimia darah
juga dilakukan pemeriksaan seperti ureum darah dan kreatinin darah.
Elektrokardiogram juga dianjurkan untuk dilakukan. 4
5
Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan radiologi
seperti foto polos dada untuk melihat adanya kardiomegali atau edema paru, CT
scan pada otak untuk mengevaluasi defisit neurologi, atau dapat dilakukan CT
scan dada atau transesofagial ekokardiograf jika curiga adanya diseksi aorta. 4

H. Penatalaksanaan
1. Terapi non-farmakoligis:7
 Diet rendah garam natrium klorida (NaCl) 1,5-3,8 gram/hari
 Diet Dash yaitu mengkonsumsi buah dan sayuran sekitar 8-10
serving/hari, serta diet rendah lemak dan kolesterol.
2. Terapi farmakologis
Terapi untuk pengobatan krisis hipertensi cukup dengan obat-obatan oral
yang bekerja cepat sehingga dapat menurunkan tekanan darah secara cepat. 6
 Obat hipertensi oral yang sering dipakai di Indonesia

Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian Khusus

Nifedipin 5 - Diulang 15
5-15 menit 4-6 jam Gangguan koroner
10 mg menit

Captopril 12,5 Diulang per ½ Stenosis A.


15 – 30 menit 6 – 8 jam
– 25 mg jam Renalis

Clonidin 75 – Diulang per Mulut kering dan


30 – 60 menit 8 – 16 jam
150 ug jam ngantuk

Propanolol 10 Diulang per ½ Bronkokonstriksi,


15 – 30 menit 3 – 6 jam
– 40 mg jam blok jantung

6
 Obat hipertensi parenteral yang dipakai di Indonesia

Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian Khusus

6 amp per Ensefalopati


Clonidin IV
250cc glukosa 30 – 60 menit 24 jam dengan gangguan
150 ug
5% perdrips koroner
10 – 50 ug
Nitrogliserin
100 ug/cc per 2 – 5 menit 5 – 10 menit
IV
500 cc

0,5 – 6
Nikardipin IV 1 – 5 menit 15 – 30 menit
ug/kg/menit

5 – 15
ug/kg/menit
Diltiazem IV 1 – 5 menit 15 – 30 menit
lalu sama 1 –
5 ug/kg/menit

Nitroprusid 0,25 Selang infus lapis


Langsung 2 – 3 menit
IV ug/kg/menit perak

I. Prognosis
Prognosis dari hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi kelihatannya
berbeda. Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa angka kematian pada hipertensi
emergensi lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian pada hipertensi
urgensi.4

7
BAB III

KESIMPULAN
Hipertensi adalah penyakit yang didefnisikan sebagai peningkatan tekanan
darah secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Dalam istilah hipertensi terdapat juga
yang dinamakan sebagai krisis hipertensi dimana krisis hipertensi tebagi dua
sesuai dengan gejala yang dimilikinya.1
Hipertensi emergensi biasanya didefinsikan sebagai sistolik tekanan darah
≥180 mm Hg dan / atau tekanan darah diastolik ≥120 mm Hg dengan bukti
adanya kerusakan pada organ sedangkan hipertensi urgensi ketika pasien
mengalami tekanan darah yang sama tetapi tidak memiliki gejala atau tanda akan
adanya kerusakan organ.3
Krisis hipertensi memiliki potensi kerusakan target organ dan ini memiliki
efek signifikan pada prognosis pasien. Prognosis berbeda secara substansial
apakah pasien mengalami keadaan hipertensi emergensi atau urgensi. Beberapa
rejimen efektif untuk mengobati keadaan hipertensi emergensi dan urgensi, tetapi
pilihan pengobatan tergantung pada presentasi klinis pasien.4

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarsono EKR, Sasmita JFA, Handyasto AB, Arissaputra SS,


Kuswantiningsih N. Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi
Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda di Dusun Japanan,
Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 2017; Vol-3, No-1.

2. Wijaya I, Siregar P. Hypertensive Crisis In The Adolescent: Evaluation of


Suspected Renovaskular Hypertension. Jakarta: Department of
Internal Medicine, University of Indonesia. 2013; Vol-45, No-1

3. Antoni C, Breu MD. Acute Treatment of Hypertensive Urgency. South


Carolina. Department of Medicine, Uiversity of South Carolina. 2018;
Vol-13, No-12

4. Varounis C, Katsi V, Nihoyannopoulos P, Lekakis J, Tousoulis D.


Cardiovaskular Hypertensive Crisis: Recent Evidence and Review of
The Literature. Frontiers In Cardiovascular Medicine. 2017.

5. 2017 Guideline for The Prevention, Detection, Evaluation, and


Management of High Blood Pressure in Adult. American Heart
Association. 2017.

6. Roesma J (Penulis). Alwi I (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Edisi 6. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing. 2014; 2302-2303.

7. Rasyid H (Penulis). Setyohadi B, Nasution SA, Arsana PM (Editor).


EIMED PAPDI: Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emegency in
Internal Medicine). Buku II. Jakarta: Interna Publishing. 2015.

Anda mungkin juga menyukai