Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ANTI KORUPSI

KASUS KORUPSI JEMBATAN WATER FRONT CITY

OLEH
NAMA: TOMMY LAPUDOOH
NIM:1706010131

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu..
Semoga syafaatnya dapat mengalir pada kita kelak.Makalah dengan judul “Kasus
Tata Kelola Pada Proyek Jembatan Waterfront Wika” dibuat untuk melengkapi
tugas mata kuliah anti korupsi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
serta membantu penyelesaian makalah Kasus Tata Kelola Pada Proyek Jembatan
Waterfront Wika. Besar harapan penulis agar makalah ini bisa menjadi rujukan
peneliti selanjutnya. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Atambua, 19 februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas 11.289,28 km² atau 12,26% dari
luas Provinsi Riau. Kabupaten Kampar dilalui oleh sungai besar yaitu
Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata
7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Untuk menghubungkan Kota
Bangkinang dengan Kampuong Godang, Kecamatan Bangkinang maka
dibangunlah Jembatan Water Front City yang membentang di atas Sungai
Kampar.
Namun sayang, dalam proyek pembangunan jembatan tersebut
terjadi penyalahgunaan dana dan wewenang. Terjadi korupsi di sektor
infrastuktur ini, semestinya jembatan yang dibangun tersebut dapat
dinikmati masyarakat di Kabupaten Kampar, Riau secara maksimal.
Namun akibat adanya korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum
pembangunan jembatan menjadi terkendala. Sangat disayangkan sekali
dinama hal tersebut malah melibatkan pejabat-pejabat yang berada pada
BUMN yang mengerjakan konstruksi, dalam hal ini PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk. Tindakan tersebut jelas telah melanggar prinsip - prinsip
penerapan Good Corporate Governance. Pada Badan Usaha Milik Negara,
menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate
Governance secara konsisten yang pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan
peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Prinsip Good Corporate Governance apa saja yang dilanggar dalam
proyek pembangunan jembatan waterfront wika ?
2. Apa pengertian, prinsip dan ,manfaat Good Corporate Governance
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian, prinsip dan ,manfaat Good Corporate
Governance
2. Untuk mengetahui prinsip Good Corporate Governance apa saja yang
dilanggar dalam proyek pembangunan jembatan waterfront wika
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
GCG merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi
yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu
perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan
antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan
pengelolaan perusahaan. Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang
memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan
adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat,
khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku
yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain
adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan
harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat
pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan
subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan,
yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain
pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan
kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.
Identifikasi keseimbangan memerlukan sebuah system pengukuran yang dapat
menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi.

2. KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Wadah : Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan)
Model : Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk
prinsip prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik bsnis
yang sehat.
Tujuan : Meningkatkan kinerja organisasi
Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan,

1
Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang
signifikan dalam pengelolaan organisasi
Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak
Dirugikan
Mekanisme : Mengatur dan mempertegas kembali hubungann, peran,
wewenang, dan tanggung jawab :
- Dalam arti sempit : antar pemilik/ pemegang saham, dewan komisaris,
dan dewan direksi.
- Dalam arti luas : antar seluruh pemangku kepentingan

3. PRINSIP – PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Penggunaan prinsip good governance dalam dunia usaha disebut Good
Corporate Governance (GCG). Dengan kata lain, bahwa dunia usaha harus juga
membangun dan memelihara prinsip-prinsip good corporate governance yaitu :
partisipasi, hukum dan aturan, transparasi, respontative, orientasi konsesus,
keadilan dan kewajarana, efisiensi dan efektivitas, akuntabilitas dan visi strategis.
Adapun prinsip Corporate governance yang diterbitkan oleh OECD dalam
hubungannya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri
Negara BUMN juga mengeluarkan keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002
tentang Penerapan GCG (Tjager dkk., 2003).:
1. Transparansi (Transparency)
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan
akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja
keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas
informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang
saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang
saham dapat ditingkatkan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh
dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang

2
saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas
keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas
keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas
pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang
saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka
pengelolaan perusahaan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer
perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola
perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi
merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah
disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun
pedoman operasional bisnis perusahaan. 4. Kesetaraan (Fairness)
Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek
tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap
anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-
transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
5. Kemandirian
Sebagai tambahan prinsip dalam mengelola BUMN, artinya suatu keadaan
dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional,
mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari tekanan dari mana pun
yang bertentangan dengan petundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan yang sehat.
4. MANFAAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan
kepercayaan investor dan institusi terkait di pasar modal. Tujuan penerapan
GCG adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau
memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam
pengelolaan kegiatan organisasi.

3
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) mengatakan bahwa tujuan
dan manfaat dari penerapan GCG adalah :
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestic maupun asing.
2. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah.
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan.
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan terhadap perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntunan hukum.
Konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses, dan
seperangkat peraturan dalam pengolaan sautu organisasi yang pada esensinya
mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua
pemangku kepentingan

4
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus proyek pembangunan jembatan ini Komisi Pemberantasan
Korupsi menahan dua tersangka ADN (Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan
Jembatan Waterfront Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Kampar, Riau)
dan IKT (Manajer Wilayah II PT Wijaya Karya (Persero) Tbk/Manajer Divisi
Operasi I PT Wijaya Karya (Persero) Tbk). dalam dugaan tindak pidana korupsi
terkait dengan pengadaan dan pelaksaan pekerjaan pembangunan Jembatan
Waterfront City atau Jembatan Bangkinang Tahun Anggaran 2015-2016 di
Kabupaten Kampar, Riau. Kasus ini bermula saat Pemerintah Kabupaten Kampar
mencanangkan beberapa proyek strategis. Hal ini di antaranya pembangunan
Jembatan Bangkinang atau yang kemudian disebut Jembatan Waterfront City.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Waterfront City Dinas PU Kampar
sekaligus tersangka, Adnan (ADN), diduga bertemu dengan tersangka lainnya
Manajer Wilayah 2 PT Wijaya Karya (Wika) atau Ketua Komite Manajemen PT
Wika-Sumindo JO, I Ketut Suarbawa (IKS), dan beberapa pihak lain di Jakarta
pada pertengahan 2013. Adnan menginfokan soal desain jembatan dan engineer's
estimate (anggaran perkiraan proyek) kepada I Ketut Suarbawa. Mereka
kongkalikong agar proyek tersebut ditangani perusahaan I Ketut Suarbawa.
Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Kabupaten Kampar mengumumkan
lelang dimenangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka ADN dan IKT ditahan selama
20 hari ke depan terhitung sejak tanggal 29 September 2020 sampai dengan
tanggal 18 Oktober 2020. Tersangka AND dan IKT akan ditahan di Rutan Cabang
KPK pada Gedung Merah Putih KPK.
KPK menetapkan AND dan IKT pada 14 Maret 2019 dengan dugaan para
tersangka telah menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara dalam pengadaan dan pelaksaksanaan pekerjaan
pembangunan Jembatan
8

Waterfront City atau Jembatan Bangkinang Tahun Anggaran 2015-2016 di


Kabupaten Kampar, Riau.
Dalam proses Penyidikan, KPK telah memeriksa 73 orang saksi terdiri dari
Pihak Pemkab Kampar, Pokja PBJ Kab. Kampar, DPRD Kab. Kampar, peserta
lelang, pelaksana proyek dan pihak sub kontraktor serta juga telah pula meminta
keterangan ahli pengadaan barang dan jasa dan ahli konstruksi
Atas perbuatannya, dua tersangka tersebut disangkakan melanggar pasal 2
ayat (1) atau Pasal 3 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Diduga dalam proyek ini telah terjadi kerugian keuangan negara
setidaktidaknya sekitar Rp50 Milyar dari nilai proyek pembangunan jembatan
waterfront city secara tahun jamak di Tahun Anggaran 2015 dan 2016 dengan total
nilai kontrak Rp117,68 Milyar.
KPK sangat menyesalkan korupsi di sektor infrastuktur ini terjadi, karena
semestinya jembatan yang dibangun tersebut dapat dinikmati masyarakat di
Kabupaten Kampar, Riau secara maksimal. Namun akibat korupsi yang
dilakukan, selain ada dugaan aliran dana pada tersangka, juga terjadi indikasi
kerugian negara yang cukup besar.
KPK juga menyangkangkan ketika korupsi terjadi melibatkan
pejabatpejabat yang berada pada BUMN yang mengerjakan konstruksi, dalam hal
ini PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Dari kasus di atas kita bisa melihat bahwa telah terjadi pelanggaran pada
prinsip – prinsip good corporate governance (GCG) oleh beberapa pejabat
perusahaan BUMN. Dimana semestinya perusahaan BUMN menerapkan prinsip
kehati-hatian yang lebih dibanding sektor swasta lain dan juga seharusnya ada
sikap tegas di kepemimpinan BUMN untuk menerapkan good corporate
governance (GCG). Apalagi dalam proyek konstruksi, jika korupsi tidak terjadi
maka masyarakat akan lebih menikmati hasil pembangunan tersebut.

6
1. Transparansi
Prinsip Transparansi menekankan bahwa keterbukaan harus diterapkan
dalam setiap aspek di perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau
pemegang saham. Transparansi dalam GCG adalah wujud pengelolaan
perusahaan secara terbuka dan pengungkapan fakta yang akurat serta tepat waktu
kepada stakeholder. Pada prinsip transparansi sudah diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola
Dana Pensiun Pasal 3 yang menyebutkan bahwa transparansi, yaitu suatu keadaan
penyelenggaraan Dana Pensiun yang menjamin keterbukaan dalam proses
pembuatan dan penerapan keputusan mengenai penyelenggaraan Dana Pensiun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan praktik yang berlaku
umum.
Pada kasus ini terbukti bahwa Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Waterfront City Dinas PU Kampar dan Adnan (ADN), diduga bertemu dengan
Manajer Wilayah 2 PT Wijaya Karya (Wika) atau Ketua Komite Manajemen PT
Wika-Sumindo JO, I Ketut Suarbawa (IKS), dan beberapa pihak lain di Jakarta
pada pertengahan 2013. Untuk berkongkalikong agar proyek tersebut ditangani
perusahaan I Ketut Suarbawa. Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Kabupaten Kampar mengumumkan lelang dimenangkan PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa beberapa oknum di atas telah
melanggar prinsip transparansi.
Pada kasus ini dapat kita ketahui prinsip transparansi dalam Good Corporate
Governance sangat lah penting mengingat, seharusnya dalam pengadaan dan
pelaksaan pekerjaan pembangunan Jembatan Waterfront City harus terungkap
secara terbuka dan transparan, sehingga seluruhnya dapat dikendalikan dengan
baik. Prinsip transparansi diwujudkan dalam melaksanakan proses pengembalian
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi atau dalam bekerja
sama dengan pihak lain. Pada kenyataannya hal itu tidak terjadi, dan terjadi
kesepakatan fiktif yang sebelumnya telah di skanriokan.
2. Akuntabilitas
7
Prinsip Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan
misi perusahaan, untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Prinsip akuntabilitas ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 97 UU Perseroan
Terbatas yakni bahwa direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan dan
pengurusan tersebut wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab.
Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa kecurangan dari ADN
(Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Jembatan Waterfront Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Kampar, Riau) dan IKT (Manajer Wilayah II PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk/Manajer Divisi Operasi I PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk) telah mengambil tindakan yang hanya menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara dalam pengadaan dan pelaksaksanaan
pekerjaan pembangunan Jembatan Waterfront City atau Jembatan Bangkinang
Dalam melakukan tugas dan tanggung jawab masing-masing, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman
perilaku yang telah disepakati, yang dilakukan ADN dan IKT merupakan
pelanggaran terhadap prisnsip akuntabilitas karena beliau telah melanggar etika
bisnis dan pedoman prilaku yang telah disepakati
3. Responsibilitas
Prinsip ini merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip - prinsip korporasi yang sehat.
Perseroan terbatas wajib melaksanakan tanggung jawab social perusahaan
sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 ayat (3), prinsip tanggung jawab juga tertuang
dalam Pasal 69 ayat (3) anggota direksi dan dewan komisaris secara tanggung
renteng bertanggung jawab kepada pihak yang dirugikan jika dalam laporan
keuangan yang disediakan ternyata tidak benar atau menyesatkan.

8
Karena adanya tindak korupsi tersebut maka timbul kerugian keuangan negara
sekitar Rp50 Milyar dari nilai proyek pembangunan jembatan waterfront city
secara tahun jamak di Tahun Anggaran 2015 dan 2016 dengan total nilai kontrak
Rp117,68 Milyar. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya menghindari segala
transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar
ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi,
kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Pada kasus ini terbukti bahwa Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Waterfront City Dinas PU Kampar dan Adnan (ADN), diduga bertemu dengan
Manajer Wilayah 2 PT Wijaya Karya (Wika) atau Ketua Komite Manajemen PT
Wika-Sumindo JO, I Ketut Suarbawa (IKS), dan beberapa pihak lain di Jakarta
pada pertengahan 2013. Untuk berkongkalikong agar proyek tersebut ditangani
perusahaan I Ketut Suarbawa. Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Kabupaten Kampar mengumumkan lelang dimenangkan PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk, yang berarti telah melanggar prinsip transparansi. Kecurangan dari
ADN dan IKT dimana mengambil tindakan yang hanya menguntungkan diri
sendiri, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara dalam pengadaan dan pelaksaksanaan pekerjaan
pembangunan Jembatan Waterfront City atau Jembatan Bangkinang. Karena
adanya tindak korupsi tersebut maka timbul kerugian keuangan negara sekitar
Rp50 Milyar dari nilai proyek pembangunan jembatan waterfront city secara
tahun jamak di Tahun Anggaran 2015 dan 2016 dengan total nilai kontrak
Rp117,68 Milyar. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya menghindari segala
transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar
ketentuan yang telah disepakati. Dimana semestinya perusahaan BUMN
menerapkan prinsip kehatihatian yang lebih dibanding sektor swasta lain dan juga
seharusnya ada sikap tegas di kepemimpinan BUMN untuk menerapkan good

11
corporate governance (GCG). Apalagi dalam proyek konstruksi, jika korupsi tidak
terjadi maka masyarakat akan lebih menikmati hasil pembangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1853-kpk-tahan-
tersangkaperkara-pembangunan-jembatan-waterfront-city-kabupaten-
kampar-riau
2. Agoes, S., & Ardana, I. C (2014). Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

12

Anda mungkin juga menyukai