BELUM FINAL
PETA JALAN
PENDIDIKAN INDONESIA
2020 - 2035
DRAF BELUM FINAL
Daftar Isi
• Penerapan otomatisasi, AI (Artificial • Meningkatnya usia harapan hidup dan • Meningkatnya kebutuhan energi dan air
Intelligence), dan big data di semua usia lama bekerja dan berkurangnya sumber daya alam
sektor
• Tumbuhnya migrasi, urbanisasi, • Meningkatnya perhatian terhadap energi
• Konektivitas 5G yang memungkinkan keragaman budaya, dan kelas alternatif untuk melawan perubahan iklim
teknologi lainnya saling terhubung seperti menengah
• Upaya berkelanjutan pada isu lingkungan
kendaraan otonom, drones, dll.
• Meningkatnya tenaga kerja yang terus seperti plastik dan limbah nuklir
• Pencetakan 3D (3D printing), smart bergerak (mobile) dan fleksibel
wearables, augmented dan realitas maya
• Munculnya kepedulian konsumen
(virtual reality) (AR dan VR), dll.
terhadap etika, privasi, dan kesehatan
Pendidikan
Institusi banyak mendapat tekanan finansial
Banyak sekolah dan universitas mendapatkan tekanan finansial – salah satunya karena orang tua dan siswa meminta rabat dan
mendorong institusi untuk menurunkan biaya kuliah
Struktural Munculnya jenis Struktur organisasi, perusahaan, dan tipe pekerjaan baru banyak
pekerjaan baru muncul untuk mengakomodasi manusia dan teknologi yang berubah cepat
Tidak dibatasi Pekerjaan dapat dilakukan di mana saja dan dengan waktu yang fleksibel
struktur dan tempat Rasio pekerja tidak tetap meningkat (freelancer)
Akses dan
Data memberikan pemahaman lebih baik tentang perilaku dan kualitas
pengolahan data pekerja
semakin masif
• Australia: Membuat pendidikan • Kanada: Pembelajaran • Tiongkok: Model “1+x” • Korea Selatan: Proyek Brain
anak usia dini makin mudah disesuaikan dengan memungkinkan lembaga Korea 21 Plus untuk perguruan
diakses dan inklusif ketertarikan/kebutuhan siswa; vokasi dan perguruan tinggi tinggi ternama; infrastruktur
melibatkan pembelajaran menawarkan berbagai macam penelitian yang lebih baik dan
• Belanda: Tes di prasekolah berbasis pengalaman melalui sertifikat keterampilan kompetensi berbasis kreativitas
dihapus sepenuhnya dan proyek masyarakat di samping
digantikan permainan atau meningkatkan perangkat • Jerman: Pelatihan ganda • Singapura: Fokus pada
percakapan digital pendidikan vokasi (VET) pembelajaran berbasis
dengan 330 program pelatihan pengalaman, kursus khusus
• Tiongkok: • Finlandia: Kurikulum inti industri, perguruan tinggi
resmi
Mengimplementasikan berdasarkan bekerja dan otonomi, perangkat berbasis
kebijakan untuk mendorong interaksi secara kolaboratif, • Singapura: Meningkatkan teknologi dan inovasi, pedagogi
akses universal yang aktivitas kreatif, pengalaman sistem Institut Pendidikan fleksibel
menghasilkan kenaikan 50% emosional positif, dengan guru Teknis untuk mengembangkan
penerimaan siswa dalam 8 sebagai pengajar aktif dan keterampilan berteknologi • Tiongkok: Menarik siswa
tahun; bermain/permainan fasilitator pembelajaran. tinggi dengan memperkuat internasional, fakultas, dan
sebagai metode pedagogi kerja sama industri, kerangka partner untuk menambah
utama Perkembangan fleksibel keterampilan diplomasi dan transfer
pengetahuan
Pembelajaran berbasis proyek/penemuan,
Menjamin akses universal Kepemilikan dan keterkaitan Keterkaitan dengan industri (penelitian,
interdisipliner, dan campuran (blended)
Pembelajaran berbasis permainan dengan industri kurikulum, anggota fakultas)
Guru memfasilitasi dan menanamkan
daripada ‘bersekolah’ seperti magang, pengembangan Pembelajaran berbasis proyek,
kesenangan belajar
kurikulum, dan pelatihan guru interdisipliner (seni liberal)
Fokus pada kompetensi, keterampilan
Program micro-degree Program micro-degree
masa depan, dan pengembangan karakter
Jalur fleksibel antara perguruan tinggi Lebih banyak otonomi
dan vokasi Mobilitas dan kerja sama internasional
Sumber: Pencarian media, analisa Kearney
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 8
DRAF BELUM FINAL
Sistem pendidikan Indonesia juga akan mengalami perubahan
1 3
Gambaran
Perekonomian pasar kerja
Indonesia Indonesia
yang berubah yang berbeda-
beda
Bagaimana
seharusnya
pendidikan Indonesia
menyesuaikan?
2 4
Perubahan
Visi
sosiokultural
dan demografi
Indonesia
Indonesia 2045
1. PDB Nominal; 2. Termasuk asuransi dan keuangan, Real Estat, Pemerintah dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan dan Bidang Sosial, dan lain-lain
Sumber: Bank Dunia, Reserve Bank of Australia, PBB, Economist Intelligence Unit, BPS, analisa Kearney Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 10
DRAF BELUM FINAL
2 Indonesia juga akan mengalami perubahan demografis yang signifikan
Periode
319 306 300 ‘bonus
313 296 demografis’
296 285 65+ terbatas yang
271
271 Kelas 30-64 tersisa
30% berpendapatan 256
33% Perdesaan 250 15-29
lainnya 239 37%
239 40% 0-14
40%
51% 43%
47% 200
50%
69%
81%
150
Kelas
70% berpendapatan 67% Perkotaan
60% menengah 63%
60%
57%
49% 53% 100
50%
31%
19%
2010 2020F 2030F 2040F 2045F 2010 2015 2020F 2025F 2030F 2035F 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Belajar
Sepanjang
• Kurikulum dan program 2 Hasil Hayat
• Pola pikir dan ‘agen siswa’
pembelajaran Masyarakat maju
• Infrastruktur
• Pedagogi yang • Formal yang kompeten
• Penilaian
• Ekosistem
berkualitas • Informal dan sejahtera
• Nonformal
Distribusi
• Geografis 3 kualitas
• Budaya dan/atau sosioekonomi pendidikan
• Infrastruktur
• Pemerintahan yang
• Pembiayaan merata dan
inklusif
Prasekolah Rendahnya
kesadaran/ Kesadaran orang tua terhadap pentingnya perkembangan anak usia dini/masa emas rendah
persepsi
Terbatasnya
25% desa di Indonesia tidak memiliki pendidikan prasekolah
akses
Pendidikan Rendahnya “… setidaknya butuh 6 tahun bagi lulusan politeknik sebelum dipromosikan ke tingkat yang sama
Tinggi kesadaran/ dengan fresh graduate perguruan tinggi”
persepsi Direktur, Politeknik Manufaktur Astra
Rendahnya
Angka partisipasi kasar pendidikan tinggi hanya 11% di kelompok pengeluaran rumah tangga kuartil
kesetaraan
terendah; berkurang banyak dari 70% untuk tingkat sekolah menengah dan >60% pada kuartil tertinggi
akses
Skor PISA dan Peringkat (#; 2000-2018) OECD Indonesia Perundungan 41% siswa Indonesia dilaporkan
(% siswa; 2018) mengalami perundungan beberapa
525
kali dalam sebulan (vs. 23% rata-rata
475 OECD)
70% siswa berada di • Konsisten
425 +129 +122 sebagai salah
bawah kompetensi
Membaca 375 minimum satu negara 41% Siswa yang sering mengalami
2018 Peringkat: 72 dari 77 dengan perundungan memiliki skor 21 poin lebih
23% rendah dalam membaca1, merasa sedih,
1995 2000 2005 2010 2015 2020
peringkat
hasil PISA ketakutan, dan kurang puas dengan
hidupnya. Mereka juga memiliki
500 terendah
kecenderungan membolos sekolah
450 • Skor PISA
+139 +115 71% siswa berada yang stagnan
400
di bawah kompetensi dalam 10-15 Pola pikir untuk Hanya 29% siswa Indonesia setuju
Matematika350 minimum tahun terakhir
2018 Peringkat: 72 dari 78 berkembang bahwa ‘kepandaian adalah sesuatu
• Namun (% siswa; 2018) yang bisa berubah banyak’ (vs. 63%
1995 2000 2005 2010 2015 2020 demikian, rata-rata OECD)
selisih skor
500
dengan rata- 63% Siswa dengan pola pikir berkembang
450 rata skor memiliki skor 32 poin lebih tinggi dalam
+101 +93 60% siswa berada di 29%
OECD sudah membaca1, mengekspresikan ketakutan
400 bawah kompetensi sedikit terhadap kegagalan yang lebih rendah,
Sains minimum lebih termotivasi dan ambisius, menjadikan
2018 Peringkat: 70 dari 78 meningkat
pendidikan sebagai hal yang penting
1995 2000 2005 2010 2015 2020
Kurikulum memiliki materi yang terlalu banyak, tidak ada “Kurikulum tidak cukup praktis dan operasional
Kurikulum yang kaku dan berbasis ruang untuk memahami materi, melakukan refleksi untuk diterjemahkan oleh guru ke dalam materi
materi pembelajaran, dsb. pembelajaran dan aktivitas di dalam kelas”
Kepala Sekolah, Kolese Kanisius
SD 54,8% 6.920
6.376 6.276 6.346 6.438
5.914 640 1.018
1.016 824 810
766
3.752
SMP 58,6% 509
5.360 5.452 5.536 5.798 5.902
5.148
3.243
SMA 62,3%
Bali
50,9% 15,5
NTT, NTB
SD 27% 54% 9% 10% 1.063
Jawa 59,9% 96,4
Papua
4% 24,8% 10,0
Maluku
SMA 45% 46% 163
5%
Sulawesi 43,7% 23,4
2%
SMK 48% 48% 166
3% Sumatra 52,2% 53,0
Kalimantan Kesenjangan
Sumatra • B. Indonesia (I) 49,0 -6% Pemerintahan
• I 48,0 -8% • Matematika (M) 39,5 -8%
Sulawesi
• M 39,2 -9% • IPA (S) 43,0 -5%
• I 46,4 -11%
• S 42,5 -6%
• M 37,7 -12% Papua dan Maluku
• S 41,3 -9% • I 46,7 -11%
Besarnya ketimpangan hasil belajar antara Pulau Jawa dan daerah lainnya di Indonesia
Norwegia Rata-rata OECD Total Biaya: ≤ 3.5% > 3.5% and < 4.7% ≥ 4.7%
6.0 (Pengeluaran Sektor Swasta)
OECD Non-OECD
Finlandia Islandia
5.5
Belgia
5.0 Swedia
Israel
Austria Selandia Baru
4.5 Rata-rata OECD Perancis Belanda
Kanada UK
(Pengeluaran Pemerintah) Portugal Meksiko Korea Selatan USA Australia
4.0 Polandia
Turki Kolumbia
Jerman
3.5 Italia Spanyol
Yunani Chili
Luksemburg Irlandia
3.0 Jepang
Indonesia Rusia
2.5
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 29
DRAF BELUM FINAL
SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
Mandiri Bergotong
PELAJAR Royong
PANCASILA
Bernalar Kreatif
Kritis
Pengembangan SDM unggul harus bersifat holistik dan tidak terfokus kepada kemampuan kognitif saja
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 30
DRAF BELUM FINAL
MERDEKA BELAJAR
Pendidikan Berkualitas
Seluruh pemangku
bagi Seluruh Rakyat
kepentingan Keluarga Masyarakat
pendidikan (termasuk Indonesia
Organisasi Penggerak, Perusahaan
siswa) menjadi agen Teknologi Edukasi, dll.
Dunia Usaha/
perubahan serta Guru
Industri
memberikan pengaruh Institusi
Pendidikan
dan dukungan
sepenuhnya
“Sekolahkan Anak Indonesia” “Dorong Pembelajaran Siswa” “Tidak Ada Anak yang Tertinggal”
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 31
DRAF BELUM FINAL
Guru
• Guru sebagai pelaksana kurikulum • Guru sebagai pemilik dan pembuat kurikulum
• Guru sebagai sumber pengetahuan satu-satunya • Guru sebagai fasilitator dari berbagai sumber pengetahuan
• Kualifikasi sebagai penentu kualitas • Kompetensi dan tujuan sebagai penentu kualitas pengajaran
• Pelatihan guru berdasarkan teori • Pelatihan guru berdasarkan praktik
• Kinerja guru dinilai berdasarkan daftar persyaratan/ • Kinerja guru dinilai secara holistik
administratif
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 32
DRAF BELUM FINAL
Sistem
Penilaian
• Penilaian bersifat sumatif/ menghukum • Penilaian bersifat formatif/ mendukung
• Standardisasi penilaian • Penilaian berdasarkan portofolio
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 33
DRAF BELUM FINAL
Indonesia harus meningkatkan angka partisipasi sekolah di seluruh jenjang,
khususnya pada pendidikan prasekolah dan pendidikan tinggi
Jenjang Sistem Pendidikan Indonesia dan Target Angka Partisipasi Kasar
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 35
DRAF BELUM FINAL
1Membentuk sekolah penggerak untuk memelopori inisiatif Merdeka Belajar melalui
pembimbingan, dukungan rekan, dan pemberdayaan teknologi dalam ekosistem sekolah
Peta Jalan Peningkatan Sekolah
Pendekatan berbeda berdasarkan kesiapan sekolah di daerah, tingkat perkembangan, dan kerja sama
Pilot project Sekolah penggerak:
dengan ~100 Dukungan dan
otonomi untuk pembimbingan untuk Pembiayaan dan
sekolah sekolah, guru terhadap Pusat inovasi untuk Pembimbingan guru otonomi yang lebih
penggerak di pedagogi dan kurikulum, pedagogi, untuk 7– 10 sekolah 7--10 sekolah dengan besar untuk
provinsi yang kurikulum, termasuk kinerja rendah; berbagi pemerintah daerah
dan manajemen dengan kinerja
kegiatan layanan untuk yang berkomitmen dan
“Break the mendukung ekstrakurikuler/
sekolah rendah manajemen data dan memiliki kinerja tinggi
ceiling” olahraga analisis
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 36
DRAF BELUM FINAL
1 Sekolah penggerak akan menjadi katalis untuk mentransformasi sekolah-sekolah
di sekitarnya dan menjadi pusat pelatihan guru
Sekolah penggerak
Masyarakat sipil
(industri, lembaga sosial, kepala desa, pemimpin, dsb.)
Siswa Manajemen
berkontribusi
Fokus membentuk siswa yang Berketuhanan • Panutan untuk sekolah lain dalam hal akuntabilitas dan
dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, transparansi
kreatif, gotong royong, berkebinekaan global
10.000 • Pelaporan yang didukung oleh teknologi
Sekolah Penggerak
Kepala Sekolah dan Guru Kurikulum
Keluarga
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 37
DRAF BELUM FINAL
2Meningkatkan kualitas guru melalui transformasi Pendidikan Profesi Guru (PPG)
untuk menghasilkan guru generasi baru
Output:
Ujian Seleksi Masuk Program PPG Baru Ujian Kelulusan PPG
Guru Generasi Baru
Guru
Portofolio Digital
generasi baru
Calon guru
Selama proses pelatihan, pertumbuhan guru akan didukung oleh platform guru, sebuah komunitas kelompok belajar
yang dikelola oleh komunitas guru penggerak
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 38
DRAF BELUM FINAL
2 Dua prinsip utama yang menjadi landasan strategi peningkatan kualitas guru
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 39
DRAF BELUM FINAL
2 Generasi baru kepala sekolah dipilih dari guru-guru terbaik
Kepala
Pengawas
Sekolah
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 40
DRAF BELUM FINAL
3 Membangun platform teknologi untuk mendorong kolaborasi pemangku
kepentingan, meningkatkan keefektifan pembelajaran melalui pendekatan fleksibel
Platform Pendidikan Nasional (bentuk final)
Kepala Otoritas Pembuat
Siswa Guru Industri
Sekolah Pendidikan Daerah Kebijakan
1
JAMINAN AMAN – Aplikasi resmi untuk pembelian barang
dengan proses pembelian sesuai dengan peraturan yang ada
2 JAMINAN MUTU – Barang, jasa, dan SDM yang dapat dibeli Marketplace BOS
/ dibayar melalui marketplace sudah melalui kurasi online bukan hanya
Kemendikbud meningkatkan
akuntabilitas, tapi
3 juga meringankan
REKOMENDASI PINTAR – Rekomendasi pembelian barang
dan jasa sesuai dengan asesmen kebutuhan sekolah beban administrasi
kepala sekolah
4 PELAPORAN OTOMATIS – Pelaporan terjadi secara
otomatis kepada semua kementerian dan dinas daerah yang
membutuhkan
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 43
DRAF BELUM FINAL
3 Pendidikan yang berbasis teknologi memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai di setiap sekolah
Rencana dukungan sarana dan prasarana teknologi
Ketersediaan perangkat
Memastikan setiap sekolah memiliki komputer dan infrastruktur
belajar
pendukungnya
(Equipment availability)
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 44
DRAF BELUM FINAL
Menyesuaikan kurikulum, pedagogi, dan metode penilaian untuk menanamkan
4
kompetensi yang tepat dalam diri generasi masa depan
• Fokus pada kebahagiaan secara holistik • Berorientasi pada kompetensi/hasil
Kurikulum • Konten yang disederhanakan • Dikembangkan bersama industri dan ahli
• Pembaharuan berkala • Kerangka kerja untuk sekolah/guru
Berketuhanan dan
Kreatif
Berakhlak Mulia
didukung oleh
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 45
DRAF BELUM FINAL
4 Kurikulum yang disederhanakan, fleksibel, dan berorientasi pada kompetensi
Kurikulum saat ini Kurikulum yang disederhanakan
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 46
DRAF BELUM FINAL
4 Personalisasi dan segmentasi pembelajaran berdasarkan asesmen berkala
Tahapan:
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 47
DRAF BELUM FINAL
4 Asesmen Nasional (AN) terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi-
Numerasi, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar
AKM Literasi-Numerasi Survei Karakter Survei Lingkungan Belajar
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 48
DRAF BELUM FINAL
4 AKM mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa,
kompetensi inti untuk tes internasional seperti PISA, TIMSS, dan PIRLS
Karakteristik AKM: Implikasi:
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 49
DRAF BELUM FINAL
4 Contoh soal AKM yang menguji kemampuan bernalar: Numerasi
Numerasi
50
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 50
DRAF BELUM FINAL
4 Contoh soal AKM yang menguji kemampuan bernalar: Literasi
Literasi
Pertanyaan Jawaban
51
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 51
DRAF BELUM FINAL
4 Survei Karakter dan Lingkungan Belajar mengukur aspek-aspek non-kognitif untuk
mendapatkan gambaran mutu pendidikan secara holistik
Survei Karakter Survei Lingkungan Belajar
(untuk siswa) (untuk guru dan kepala sekolah)
● Tujuan pendidikan melingkupi tumbuh kembang siswa ● Survei Lingkungan Belajar mengukur kualitas iklim kelas
secara holistik, tidak hanya kompetensi kognitif dan sekolah yang mendukung kegiatan belajar
● Survei Karakter melengkapi AKM untuk mengukur hasil ● Survei ini dilakukan pada siswa, guru, dan kepala sekolah
belajar siswa yang bersifat afektif dan motivasional ● Lingkungan sekolah harus bebas dari hal-hal yang
● Mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, misalnya: mengancam keamanan psikologis yang menjadi prasyarat
○ Penghargaan akan perbedaan utama proses belajar siswa
○ Keterampilan kolaborasi ● Juga mengukur faktor-faktor guru dan kepala sekolah yang
○ Minat dan kepedulian pada isu-isu sosial menentukan kualitas hasil belajar:
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 52
DRAF BELUM FINAL
4 Sistem pendidikan publik New Delhi mengalami reformasi melalui ‘kurikulum
kebahagiaan’ seiring dengan program pelatihan guru dan pembimbingan
Studi Kasus: New Delhi, Sistem Pendidikan India
1 ‘Kurikulum Kebahagiaan’ 2 Pelatihan guru dan pembimbingan
Mencari kebahagiaan dalam diri, alih-alih mencari Pelatihan internasional
kebahagiaan eksternal lebih dipilih, bergantung
pada ketersediaan
Memungkinan untuk sumber daya
melalui peningkatan 1.050 guru akan dipilih
melakukan eksplorasi,
kesadaran serta perhatian untuk mengikuti Rombongan awal yang
mencari pengalaman,
dan memperdalam pelatihan sebagai terdiri atas 200 guru
dan mengekspresikan
kegiatan belajar ‘guru pembimbing’ telah dilatih di
kebahagiaan
Singapura dan
beberapa pusat pelatihan
Untuk memahami kebahagiaan dalam negeri
dalam diri, hubungan, dan
masyarakat
Sumber: Kerangka Kerja Kurikulum ‘Delhi Happiness’ (2019), Pencarian media, analisa Kearney
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 53
DRAF BELUM FINAL
5Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan distribusi
merata di seluruh daerah
Rencana distribusi yang merata di seluruh daerah yang diawasi
Beragam pendekatan kerja sama Pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah
Anggaran Infrastruktur
Pendekatan • Pendekatan asimetris untuk memenuhi
Khusus kebutuhan setiap pemerintah daerah, alih-alih
pendekatan ‘satu standar untuk semua (one- Meningkatkan efektivitas dan Meminimalisasi kesenjangan
akuntabilitas distribusi anggaran kualitas infrastruktur sekolah di
size fits all) di seluruh pemerintah daerah
dengan cara: seluruh daerah
• meminimalisasi kerugian dalam
anggaran menuju penerapan 100%
transaksi nontunai, dan
Pendekatan • Pemerintah pusat (misalnya Kementerian • distribusi afirmatif untuk area yang
Konsultatif Pendidikan dan Kebudayaan) sebagai membutuhkan anggaran lebih
penunjang, fasilitator, dan konsultan untuk
pemerintah daerah
Penerimaan Siswa Guru
(Zonasi)
Penerimaan siswa yang adil untuk Redistribusi guru yang adil ke
Penghargaan • Kriteria yang ketat dan jelas untuk pemimpin mengakomodasi kesenjangan daerah-daerah yang kekurangan
Berbasis Merit otoritas pendidikan daerah serta pengangkatan akses dan kualitas di seluruh tenaga pengajar
dan promosi jabatan pengawas daerah
• Penghargaan dan konsekuensi berdasarkan
masukan dan hasil pendidikan yang penting (mis.
angka partisipasi, hasil belajar, dan penghargaan)
Pembelajaran
Berbasis
Kreatif
Didukung Kolaboratif Pengalaman
Pengaturan ruang kelas
Aman dan Teknologi Pembelajaran
langsung dan
yang dapat
disesuaikan,
Inklusif Kelas digital dengan akses
internet, komputer untuk
Kemudahan mengatur
ruang kelas menjadi bermakna melalui kebebasan untuk
Fasilitas darurat/tanggap eksplorasi, interaksi menyesuaikan tata
setiap anak, akses kelompok-kelompok
bencana, bebas pembelajaran daring, dengan lingkungan letak, dekorasi sesuai
untuk memfasilitasi
kerusakan perangkat kolaborasi dan masyarakat kebutuhan/preferensi
pembelajaran
daring yang siswa atau guru untuk
Fasilitas ramah kelompok dan proyek
memungkinkan Banyak peluang untuk mengasah kreativitas
disabilitas pembelajaran sesuai untuk membangun kerja
kecepatan masing- tim, empati, menyelesaikan
Lingkungan bebas masing dan meniru kepemimpinan masalah dunia nyata
perundungan/ skenario kerja nyata
diskriminasi
Retribusi CSR
Pendidikan Pembelajar dapat bertransisi dari Pendidikan Vokasi ke Pendidikan Akademik (dan sebaliknya) dengan pengakuan kredit/capaian
Akademik pembelajaran dan pengalaman kerja/profesional (RPL), untuk meningkatkan jenjang pendidikannya
Skema fleksibilitas jalur nonlinear (seperti sistem Multi Entry, Multi Exit) akan diberikan kepada pembelajar vokasi yang ingin bertransisi ke
tingkat lanjut, pendidikan akademik, atau industri (dan sebaliknya)
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 63
DRAF BELUM FINAL
9 Kemendikbud akan menyediakan 3 mekanisme pendanaan APBN untuk PTN
Jalur pendanaan Kemendikbud ke PTN Penjelasan ada di halaman selanjutnya
1
Insentif kinerja yang dihitung Performa PTN akan dievaluasi berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
berdasarkan capaian dan menjadi kontrak kinerja antara PTN dan Kemendikbud
peningkatan IKU
Tambahan bantuan operasional (BO PTN atau BP PTNBH) akan dihitung berdasarkan
bobot dan delta pencapaian 8 IKU tersebut
2
“Matching Fund” untuk kerja PTN dan PTS berkesempatan untuk menerima dana tambahan apabila Perguruan
sama antara Perguruan Tinggi Tinggi tersebut dapat melakukan kemitraan dengan organisasi industri atau nirlaba
(PTN & PTS) dengan mitra Formula dana penyeimbang (matching fund) akan ditetapkan berdasarkan kategori
kemitraan yang ditetapkan (contoh: isu sosial atau isu prioritas nasional)
3
“Competitive Fund” atau Perguruan Tinggi akan diberikan kesempatan untuk membuat proposal tentang proyek
program kompetisi kampus aspirasi atau rencana yang akan mereka jalankan (dan memiliki dampak terhadap
merdeka untuk PTN & PTS kualitas pembelajaran dan diferensiasi misi PTN / PTS tersebut)
Dana yang dapat diperoleh bersifat terbatas (kompetitif) dan akan diberikan kepada
proposal terbaik yang memiliki dampak terbesar
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 64
DRAF BELUM FINAL
9 Kinerja PTN akan dinilai berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan bobot
yang berbeda untuk PTN BH, BLU, dan Satker
5 3 Kampus mengajar
Kegiatan mengajar di SD atau SMP, baik di daerah
terpencil maupun perkotaan
Total semester Jumlah Program Semester Proyek Aktivitas sosial yang didedikasikan untuk organisasi
untuk lulus semester di Studi berbeda di luar 8 kemanusiaan sosial lokal atau multinasional
Program di kampus kampus
Studi asal asal
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 66
DRAF BELUM FINAL
9 Tiongkok mengembangkan kebijakan dan peta jalan pendidikan tinggi yang
komprehensif untuk memperkuat 100 Perguruan Tinggi teratasnya
Studi Kasus: Diferensiasi Pendidikan Tinggi Tiongkok
Lembaga berasal dari 100 universitas di abad ke-21;yang akan dikembangkan menjadi kelas dunia,
misalnya melalui pertukaran internasional, pengembangan bakat
Pemerintah • Bertanggung jawab untuk melatih mayoritas mahasiswa doktoral, 2/3 mahasiswa pascasarjana, dan
1/3 sarjana
Tiongkok
mendorong
1 2 3 4
diferensiasi
misi yang Lembaga
Lembaga Institusi Perguruan tinggi
selanjutnya penelitian dan pengajaran kejuruan terutama
penelitian yang menyediakan
memungkinkan pengajaran terutama
perguruan tinggi gelar associate 2/3
perguruan tinggi mengajar dengan
Institusi "985" tahun
~ 39 perguruan tinggi "211" sedikit penelitian ~1.327 perguruan
Pendidikan ~112 perguruan ~1.090 perguruan
tinggi
Tinggi tinggi tinggi
memenuhi
kebutuhan pasar
Nama lembaga berasal dari tanggal pengumuman, Mei 1998. Pemerintah
tenaga kerja Tiongkok berkomitmen mengalokasikan dana untuk memilih perguruan tinggi
untuk membangun pusat penelitian baru, mengadakan dan menghadiri
konferensi internasional, menarik fakultas terkenal di dunia, dll.
Statistik Institusi
11 perguruan tinggi masuk
Pendidikan 48% angka partisipasi 60.000 lulusan doktor 428.000 publikasi
>30 Juta mahasiswa dalam Top 100 QS World
kasar (2018) (2018) penelitian University
Tinggi Tiongkok
Sumber: Cai, Y., & Yan, F. (2017). Higher Education and University; Pencarian media; analisa Kearney
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 67
DRAF BELUM FINAL
10 Meningkatkan kredibilitas dan mekanisme akreditasi melalui proses berbasis data dan
secara sukarela, peningkatan keterlibatan masyarakat, dan perbandingan global
Prinsip akreditasi pada masa depan
Jenjang Kondisi pada 2019 Kondisi Akhir
• Kewajiban akreditasi setiap 4 tahun • Akreditasi otomatis dan berbasis data
Prasekolah – Beban administrasi tinggi untuk sekolah (mulai 6 bulan – Beban administratif rendah untuk sekolah
serta sebelumnya) – Persyaratan sumber daya proses audit yang rendah dikarenakan
Pendidikan – Persyaratan sumber daya proses audit yang tinggi karena minimnya kunjungan dan persyaratan dokumen
kewajiban berkunjung dan pengkajian dokumen oleh penilai
Dasar dan
• Standar berbasis pemerintah • Kombinasi antara standar pemerintah dan standar berbasis komunitas
Menengah
• Standar ‘one-size fits all’ dan fokus pada aspek administratif • Standar fokus pada hasil (misalnya peningkatan hasil penilaian/survei)
berdasarkan konteks sekolah
• Akreditasi internasional tidak diakui • Beberapa akreditasi internasional terpilih diakui setara dengan akreditasi
nasional
• Kewajiban akreditasi setiap 5 tahun • Hanya akreditasi secara suka rela dengan pengawasan/jaminan kualitas ketat
Pendidikan – Beban administrasi tinggi untuk perguruan tinggi hingga mulai 1 dari pemerintah untuk memastikan standar minimum terpenuhi
Tinggi tahun sebelumnya – Beban administratif yang lebih sedikit untuk perguruan tinggi
– Persyaratan sumber daya proses audit yang tinggi karena – Persyaratan sumber daya proses audit yang rendah karena minimalnya
kewajiban berkunjung dan kajian dokumen oleh penilai kunjungan dan persyaratan dokumen
• Standar berbasis pemerintah • Standar berbasis komunitas (meliputi industri, asosiasi, dsb.)
• Pembentukan LAM yang kredibel dan mengacu pada standar dan praktek
internasional
• Standar ‘one-size fits all’ yang didesain oleh Kementerian dan Badan • Standar yang fokus pada hasil (misalnya tingkat gaji rata-rata lulusan, tingkat
Akreditasi Nasional (BAN-PT) angkatan kerja, dan hasil survei kepuasan siswa/pemangku kepentingan)
• Akreditasi internasional tidak diakui • Beberapa akreditasi internasional terpilih diakui setara dengan akreditasi
nasional
Otonom:
Yang paling mengerti kebutuhan SDM dan
operasional sekolah adalah warga sekolah sendiri, Manajemen anggaran berbasis sekolah:
namun saat ini perekrutan SDM sekolah tergantung meningkatkan otonomi sekolah dalam
pada formasi pemerintah pusat dan daerah penggunaan anggaran, baik untuk SDM maupun
kebutuhan operasional
Transparan:
Pemerintah pusat sulit memastikan dan menjaga Menyediakan platform teknologi tunggal untuk
kualitas barang dan jasa yang dibeli oleh sekolah pembelanjaan sekolah non-tunai (cashless) untuk
barang & jasa yang sudah terjaga kualitasnya
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 70
DRAF BELUM FINAL
MERDEKA BELAJAR: Target untuk 15 tahun ke depan (1/2)
Prasekolah: 77,5%; SD: 100%; Prasekolah: 80%; SD: 100%; Prasekolah: 85%; SD: 100%;
Angka Partisipasi Kasar
SMP: 100%; SMA: 95% SMP: 100%; SMA: 100% SMP: 100%; SMA: 100%
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 71
DRAF BELUM FINAL
MERDEKA BELAJAR: Target untuk 15 tahun ke depan (2/2)
Lulusan yang mendapatkan pekerjaan • SMK: 80% • SMK: 82% • SMK: 85%
(termasuk yang melanjutkan pendidikannya) • Pendidikan tinggi vokasi: 80% • Pendidikan tinggi vokasi: 82% • Pendidikan tinggi vokasi: 85%
dalam 1 tahun setelah kelulusan • Pendidikan tinggi: 80% • Pendidikan tinggi: 82% • Pendidikan tinggi: 85%
1. Daerah 3T: daerah yang paling tidak berkembang, terluar, & dekat dengan perbatasan negara
2. UMR: upah minimum regional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 72
Sumber: Kemendikbud
DRAF BELUM FINAL
Untuk memastikan Kebijakan Merdeka Belajar tetap berlanjut dan semua target akan
tercapai 15 tahun ke depan, ada beberapa prinsip keberlanjutan yang kami terapkan
Prinsip keberlanjutan
1 Mencapai ~20% massa yang kritis (critical mass) pada semua perubahan kebijakan (contoh: 20% sekolah akan menjadi
sekolah penggerak) dan memastikan kondisi yang baik bagi sistem pendidikan untuk beroperasi secara mandiri
3 Merevisi berbagai peraturan perundangan (saat ini yang sedang berjalan adalah UU Sisdiknas – Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional) agar para pemangku kepentingan Pendidikan dapat melanjutkan kebijakan ini
4 Mengintegrasikan peran pihak ketiga dalam sistem Pendidikan, misalnya dunia industri dalam perguruan tinggi
Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 73
DRAF BELUM FINAL
Perubahan struktural yang disebabkan pandemi COVID-19 akan semakin mendorong
percepatan pelaksanaan beberapa inisiatif dalam peta jalan ini
Perubahan struktural Inisiatif yang perlu dipercepat
Perlu dipercepat
Terima kasih