Anda di halaman 1dari 2

Nama: Lalu Alaudin Ibnu Tajuddin Faqih

Kelas: Elektronika B

UAS Agama Islam Take Home

1. Pada Al-Qur’an terdapat sekurang kurangnya 127 ayat yang menyebutkan kata yang
berakar khalfun yang berarti pengganyi. Salah satunya adalah pada surah Maryam ayat 59
dikatakan bahwa “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan”. Makna dari generasi yang buruk pada ayat di atas menunjukan generasi yang
datang sesudah masa generasi para nabi dan orang-orang saleh dari kalangan Bani Israil, dan
termasuk juga generasi yang buruk yang datang pada umat Nabi Muhammad di akhir zaman.
Mereka adalah generasi yang meninggalkan shalat dan tenggelam dalam pemuasan berbagai
kesenangan dunia. Makna radikalisme juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
berlebihan dalam beragama seperti perilaku yang mengkafir kafirkan atau mengharamkan
segala sesuatu.

Pada Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 171 menjelaskan tentang perilaku berlebihan
dalam beragama atu bisa juga disebut radikalisme. Pada ayat tersebut dikatakan bahwa “
Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan jaganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari
ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah tuhan yang maha esa, maha suci
Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah menjadi pemelihara”. Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak suka
dengan perilaku berlebihan dalam beragama yang berarti melampaui kehendak-Nya.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, bahwa suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh
seseorang “Wahai Rasullullah, perbuatan apa yang paling mulia?” Kemudian Nabi menjawab
“Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya”, Sahabat itu bertanya lagi “Kemduan apa?” Nabi
menjawab “Jihad di jalan Allah”. Lantas sahabat itu bertanya lagi “kemudian apa?” Nabi
menjawab “Haji mabrur”. Dari hadist diatas dapat diketahui bahwa jihad memiliki
keutamaan yang sangat tinggi. Dalam konteks amal yang mulia jihad menempati urutan
kedua setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan ole sahabat nabi Abi Yahya bahwa Nabi bersabda “Barang siapa yang
menyumbangkan hartanya untuk jalan Allah maka akan ditulis baginya pahala sebanyak 700
kali lipat. Namun saat kini jihad berubah maknanya menjadi menghalalkan segala cara dalam
memerangi umat agama lainnya, atau orang orang yang dianggap tidak sejalan dengan
pemikirannya.

Pada surat Al-A’raf ayat 80 yang berarti “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth
(kepada kaumnya ). (ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di
dunia ini) sebelummu?”. Pada ayat ini kaum yang dimaksud melakukan perbuata yang
tercela dengan menyukai sesame jenis yang dimana belum pernah ada yang melakukan
sebelumnya. Allah telah menciptakan manusia berpasang pasangan (laki laki dan
perempuan) agar menghasilkan keturunan.
2. Di dalam menentukan hukum fiqih, mahzab Ahlussunnah wal Jama’ah bersumber
pada empat pokok yaitu Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pengambilan hukum karena
Al Qur’an merupakan petunjuk dari Allah SWT kepada manusia dan diwajibkan berpegang
teguh pada A-Qur’an sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 2 serta Al-
Maidah ayat 44-45,47. Selain itu Aswaja juga menggunakan Hadits karena Rasullullah yang
berhak menafsirkan atau menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini dijelaskan pada Al-Qur’an surat An-
Nahl ayat 44 dan Al-Hasyr ayat 7. Selain 2 aspek diatas Aswaja juga menggunakan Ijma’ atau
kesepakatan para ulama’ atas suatu hukum setelah wafatnya Rasullullah SAW. Karena
setelah beliau wafat maka hukum dikembalikan kepada para sahabatnya dan para Mujtahid.
Dan aspek terakhir dalam menentukan suatu hukum adalah Qiyas yang merupakan
penyamaan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukum karean adanya sebab yang
antara keduanya.

Di dalam menentukan hukum hukum mahzab syafii pun menggunkakan pedoman


yang sama. Namun Mahzab syafii lebih kuat pembelaannya pada Sunnah maupun Hadits
dari Rasullullah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah yang berarti sunnah nabi.

3. https://www.youtube.com/watch?v=vMgcAGjl9YE (Jihad dalam Islam: Beda Terror dan Jihad


oleh Muhammad Quraish Shihab)

Anda mungkin juga menyukai