Anda di halaman 1dari 18

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

STUDI KASUS SOSIAL


STOP PERDAGANGAN ANAK
(CHILD TRAFFICKING)

DI AJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH


ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DOSEN : Dra. Minah Sinuhaji, M.Si

OLEH :

Nisa Putri Utama Sirait


(3153131023)

KELAS : C REGULER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

1
KATA PENGANTAR

Segala puji atas segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepada kita semua termasuk
terselesaikannya makalah ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Makalah studi kasus ini
mengambil judul PERDAGANGAN ANAK, sebagai amanat yang diberikan kepada saya di
dalam memenuhi tugas mata kuliah ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

Sebuah penghargaan bagi saya atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita
dapat mengkaji tentang perdagangan anak, yang pasti akan bermanfaat menambah ilmu dan
pengetahuan kita semua.

Dalam kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terimahkasih yang tak terhingga
kepada Dosen ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “Dra.Minah Sinuhaji, M.Si” yang telah
membimbing saya. Begitu pun kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk
sumbang saran maupun masukan sangat saya harapkan.

Atas segala kekurangan tersebut, saya mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya.
Demikian dari saya, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya makalah ini dapat tercapai.

Medan, 30 september 2015

Nisa Putri Utama sirait

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………...……..…………..……………… i


Daftar Isi ………………………………..……………………………..………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………................................................. 1
A. Latar Belakang ………………………………..…………………..……... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………..…………………… 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………...……………………… 2
D. Manfaat Penulisan ……….……..………………………………….......... 2
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual ………………………………………. 3
F. Metode Penulisan ………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN ……………………………...………………………… 4
A. Definisi Child Trafficking ……………………………………………….. 4
B. Anak dan Hak Anak ……………………………………………………… 4
C. Unsur-Unsur Perdagangan Anak ……………………………...………… 5
D. Faktor Penyebab Perdagangan Anak .………...…………………………. 5
E. Contoh Kasus Perdagangan Anak Di Medan .…………………………... 6
F. Hubungan Kasus Perdagangan Anak dengan Ilmu Pengetahuan Sosia … 9
G. Solusi Pencegahan Perdagangan Anak ………………………………….. 10
BAB III PENUTUP ……………………………..…………..….…………..…… 12
A. Kesimpulan ……………………………..…...……………...………….... 12
B. Saran ……………………………...…………………………..…………. 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………………….…. 14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak merupakan generasi bangsa yang akan datang, kehidupan anak-anak
merupakan cermin kehidupan bangsa dan negara. Kehidupan anak-anak yang diwarnai
dengan keceriaan merupakan cermin suatu negara memberikan jaminan kepada anak-anak
untuk dapat hidup berkembang sesuai dengan dunia anak-anak itu sendiri, sedangkan
kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan rasa ketakutan, traumatik, sehingga  tidak dapat
mengembangkan psiko-sosia anak, merupakan cermin suatu negara yang tidak peduli pada
anak-anak sebaga generasi bangsa yang akan datang.

Data UNICEF menyebutkan setiap tahun ada sekitar 1,2 juta anak di dunia menjadi
korban perdagangan anak. Di Indonesia, sebanyak 100.000 anak menjadi korban
perdagangan anak setiap tahun, dan dari jumlah tersebut, 40.000 hingga 70.000 di antaranya
menjadi korban prostitusi. “Anak-anak yang terjebak dalam lembah prostitusi itu tersebar di
75.106 lokasi di Indonesia. Ini tidak mengherankan, karena di dunia ada sekitar 3.000
organisasi perdagangan anak, yang setiap waktu bisa mengancam keselamatan anak-anak,”

Perdagangan anak adalah permasalahan yang harus segera ditangani bukan hanya pada
permukaannya saja, tetapi penanganannya harus tuntas sampai kepada akarnya. Anak-anak
diperdagangkan dengan berbagai tujuan, banyak dari mereka yang berada pada kondisi yang
mirip dengan perbudakan dimana anak tersebut tidak diberikan kebebasan oleh pemiliknya.
Pengetahuan tentang perdagangan anak di Indonesia masih terbatas. Namun demikian ada
indikasi kuat bahwa hal tersebut menjadi perhatian utama, tidak hanya menyangkut
perdagangan didalam batas negara saja tetapi juga ada yang diperdagangkan antar negara.

Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara
hak anak sesuai kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian juga dalam rangka
penyelenggaraan perlindungan anak, negara bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan
aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara
optimal dan terarah baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak sebagai penerus bangsa.

Meski Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB tentang Hak Anak dan telah
mengeluarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, secara

1
obyektif yang terjadi di kehidupan anak-anak adalah masih belum teratasinya masalah anak
yang terjadi di Indonesia, khususnya lagi kasus child trafficking yang semakin tidak bisa
ditolerir dengan akal sehat (the most intolerable forms). Dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang menjelaskan child trafficking adalah terdapat
pada Pasal 59, Pasal 68, dan yang mengatur  tentang sanksi pidananya adalah Pasal 78, Pasal
83.
Di sisi lain masa anak-anak merupakan masa yang sangat menentukan untuk
terbentuknya kepribadian seseorang. Apabila anak berkembang dengan baik maka itu
merupakan harapan yang baik bagi suatu bangsa untuk lebih maju. Oleh karena itu, saya
ingin memberikan hasil penelitian ini agar kita semua dapat mengetahui hal-hal apa saja yang
menjadi penyebab dan cara apa yang harus dilakukan untuk mencegah child trafficking.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan tersebut maka dalam penelitian Studi kasus ini dapat di jabarkan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan “Child Trafficking” ?


2. Apa saja hak-hak anak ?
3. Apa saja unsur-unsur yang terkait dalam perdagangan anak ?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perdagangan anak ?
5. Bagaimana solusi pencegahan perdagangan anak ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut akan memperoleh tujuan sebagai berikut :

1. Apa definisi dari child trafficking


2. Mengetahui apa saja hak anak
3. Mengetahui apa saja unsur yang terkait dalam perdagangan anak
4. Mengetahui faktor yang menyebabkan perdagangan anak
5. Pencegahan yang harus dilakukan dalam menangani “Trafficking”

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pengetahuan kepada kita semua mengenai perdagangan anak
2. Memberikan informasi mengenai pencegahan child trafficking

2
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan trafficking sebagai:
Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan
ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau
menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai
wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. (Protokol PBB tahun 2000 untuk
Mencegah, Menanggulangi dan Menghukum Trafiking terhadap Manusia, khususnya
perempuan dan anak-anak; Suplemen Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Batas
Negara).
2. Kerangka Konseptual
Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
1.   Anak  adalah  seseorang  yang  belum  berusia  18  (delapan  belas)  tahun,  termasuk  anak 
yang masih dalam kandungan;
2.   Perlindungan  anak  adalah  segala  kegiatan  untuk  menjamin  dan  melindungi  anak  dan
hak-haknya agar dapat hidup,  tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,  secara optimal
sesuadengan  harkat  dan martabat  kemanusiaan,  serta mendapat  perlindungan  dari 
kekerasan  dan diskriminasi.

F. Metode Penulisan
Pembuatan makalah ini menggunakan metodologi kepustakaan, yang dititik beratkan pada
pencarian melalui bahan kepustakaan maupun pencarian melalui situs – situs yang bersangkutan. Data
– data yang didapatkan untuk membuat makalah ini dihimpun dari, buku – buku, surat kabar – surat
kabar,  undang – undang, website dan sebagainya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Child Trafficking


Pada dasarnya child trafficking adalah penggunaan anak yang dilibatkan dalam
eksploitasi ekonomi maupun seksual dan lain-lain oleh orang dewasa atau pihak ketiga untuk
memperoleh keuntungan dalam bentuk uang maupun bentuk yang lain.
Dalam kaitannya dengan anak,  elemen “consent” (kerelaan atau persetujuan) tidak
diperhitungkan, karena anak tidak memiliki kapasitas legal untuk bisa memberikan (atau
menerima) informed consent. Setiap anak, karena umumnya harus dianggap tidak mampu
memberikan persetujuan secara sadar terhadap berbagai hal yang dianggap membutuhkan
kematangan fisik, mental, sosial, dan moral bagi seseorang untuk bias menentukan
pilihannya, oleh karenanya anak adalah korban (victim) dan bukan pelaku kejahatan
(criminal actor).
B. Anak dan Hak Anak

Anak adalah manusia yang belum matang, didefinisikan dalam hukum internasional
adalah  mereka yang berusia dibawah 18 tahun. Masa kanak-kanak adalah suatu tahapan
dalam siklus kehidupan anak sebelum mereka mendapat peran dan bertanggung jawab penuh
sebagai orang dewasa. Masa anak masih memerlukan perhatian dan perlindungan khusus,
seiring dengan persiapan menuju pada kehidupan mereka menjadi orang dewasa.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB Tahun 1989, ada 10 hak yang harus diberikan untuk
anak kita. Berikut di antaranya:

   1. Hak untuk Bermain

   2. Hak untuk mendapatkan Pendidikan

   3. Hak untuk mendapatkan Perlindungan 

   4. Hak untuk mendapatkan Nama (Identitas) 

   5. Hak untuk mendapatkan status Kebangsaan

   6. Hak untuk mendapatkan Makanan

   7. Hak untuk mendapatkan akses Kesehatan

   8. Hak untuk mendapatkan Rekreasi

   9. Hak untuk mendapatkan Kesamaan

4
  10. Hak untuk memiliki Peran dalam Pembangunan 

C. Unsur-Unsur Perdagangan Anak

Adapun unsur-unsur yang bisa menjadi indikasi adanya perdagangan anak adalah :
1. Unsur kegiatan /aksi yang meliputi perekrutan, pengangkutan, pemindahan,
penampungan atau penerimaan anak.
2. Unsur sarana menjamin kegiatan/aksi yang meliputi ancaman, atau paksaan dengan
kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan lain, penculikan, penipuan, penyiksaan /
penganiayaan, pemberian atau penerimaan pembayaran, atau tindakan penyewaan
untuk mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk persetujuan atau
mengendalikan orang lain.

D. Faktor Penyebab Perdagangan Anak


Tidak ada satupun yang merupakan sebab khusus terjadinya perdagangan anak di
Indonesia. Child Trafiking disebabkan oleh keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-
macam kondisi serta persoalan yang berbeda-beda, seperti berikut ini :

1. Kemiskinan
Kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencakanan strategi penopang
kehidupan mereka termasuk bermigrasi untuk bekerja dan bekerja karena jeratan
hutang,
2. Kurangnya Pencatatan Kelahiran
Orang tanpa pengenal yang memadai lebih mudah menjadi mangsa trafiking karena
usia dan kewarganegaraan mereka tidak terdokumentasi. Anak-anak yang ditrafik,
misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang dewasa manapun yang memintanya.

5
E. Contoh Kasus Perdagangan Anak Di Medan

Ibu Jual Bayinya Seharga Rp15 Juta


30 September 2015 - 08:03:35 WIB

METROSIANTAR.COM – yang menjual bayinya akhirnya terhenti di aksi yang ketiga.


Atas informasi masyarakat, ibu ini diringkus polisi beserta bidan yang menjadi ‘calonya’.

Informasi dihimpun dari kepolisian, warga Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ini
menjual bayi laki-lakinya yang berusia seminggu seharga  Rp15 juta. Informasi ini didapat
pihak Polresta Medan dari masyarakat yang kemudian melakukan penyelidikan. Setelah
memastikan adanya penjualan bayi, petugas dibantu warga menemui M bru S, bidan yang
merupakan ‘calo’ penjualan bayi itu.

Setelah bertemu di sekitar rumah M br S di Dusun 1 Batu Penjemuren, Namo Rambe,


Kabupaten Deli Serdang, polisi yang menyaru mengutarakan niatnya membeli bayi itu.
Tanpa curiga, bidan tersebut menyetujuinya dan akan menghubungi bila bayi tersebut sudah
ada.

Penjualan Ketiga

Wakapolresta Medan AKBP Yusuf Hondawan menambahkan, berdasarkan pengakuan ibu


bayi, dia sudah tiga kali melakukan transaksi penjualan bayi. Namun, si ibu masih menutupi-
nutupinya dan pihaknya masih akan berusaha melakukan penyelidikan dan penyidikan.

6
“Saat ini, kita masih menanyakan alasan kuat mengapa dia menjual bayinya. Apakah faktor
ekonomi atau lainnya. Kita selesaikan dulu kasus ini. Ibu bayi sudah dua kali menikah,”
ucapnya.

Lanjutnya, saat ini bayi masih dalam pengawasan kepolisian dan akan diserahkan ke KPAID,
kemudian KPAID berkordinasi dengan dinas sosial. Untuk kasus ini, pihaknya akan segera
mengeluarkan status terhadap keempatnya.

“Apalagi, penjualan bayi sudah sering kita lihat. Dan, untuk dugaan sindikatnya, masih kita
selidiki. Jadi, untuk saat ini kita akan menuntaskan keterangan dari ibu bayi dan bidan. Nanti
akan kita beritau hasilnya,” pungkasnya.

Ratusan Anak Diperjualbelikan

Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), angka perdagangan anak di
Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Sejak 2011 hingga Juli 2015, tercatat ada
sebanyak 860 kasus yang dilaporkan. Secara rinci, pada 2011 terjadi 160 kasus, 2012
sebanyak 173 kasus, 2013 sebanyak 184 kasus, 2014 ada 263 kasus dan hingga bulan Juli
2015 KPAI mendapati laporan perdagangan anak sebanyak 80 kasus.

Menurut Wakil Ketua KPAI Maria Advianti, meski negara sudah melindungi anak dari
perdagangan manusia dengan berbagai perangkat peraturan, termasuk Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, namun dalam implementasi tidak sesuai
dengan yang diharapkan.

Sementara itu Sekjen KPAI Erlinda menyebut, sedikitnya ada 20 persen kasus perdagangan
manusia pada anak di Indonesia dari 20 ribu kasus perdagangan manusia berkedok adopsi.
Sehingga pemerintah harus mengawasi sistem adopsi.

7
Empat Penjual Bayi Resmi Jadi Tersangka

TRIBUN-MEDAN.com

Setelah menjalani pemeriksaan 1x24 jam di Mapolresta Medan, Rabu (30/9/2015), empat
pelaku sindikat perdagangan bayi akhirnya resmi ditetapkan sebagai tersangka.

"Keempatnya sudah resmi ditetapkan sebagai tersangka. Saat ini, keempatnya masih
menjalani pemeriksaan lebih lanjut," kata Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Aldi
Subartono, Rabu (30/9/2015) siang.

Adapun keempat tersangka itu masing-masing Magdalena Sitepu (Bidan), Zulkarnain Ginting
(Suami Bidan), Jenda Sembiring (Bapak Anak) serta Tiara Sembiring (Ibu Anak). Dalam
kasus ini, Magdalena memiliki peran utama.

Ia kerap mencari pembeli bayi yang hendak melakukan adopsi. Tiap bayi yang dijual, rata-
rata dihargai Rp15 juta apabila bayi tersebut laki-laki. Jika perempuan, bayi tersebut dihargai
Rp20 juta.

"Untuk saat ini, kami masih mendalami lebih lanjut kemana saja bayi itu dijual," kata Aldi.

8
Sebagaimana diketahui, terungkapnya kasus ini bermula saat petugas Unit Reskrim Polsekta
Delitua mendapat informasi adanya penjualan bayi. Berbekal informasi tersebut, polisi
bergerak dan mencari tersangka Magdalena.

Saat pertemuan awal, Magdalena meminta uang muka sebesar Rp2 juta. Sementara sisanya
akan dilunasi pada saat penyerahan bayi.

Setelah sepakat, polisi kembali menemui Magdalena di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan
pada Selasa (29/9/2015) dinihari. Saat itu, polisi yang menyaru memberikan uang kepada
tersangka dan langsung melakukan penangkapan. (tribun-medan.com)

Gbr. Rumah Sakit Mitra Sejati Medan di Titi Kuning


F. Hubungan Kasus Perdagangan Anak dengan Ilmu Pengetahuan Sosial

PERDANGANGAN ANAK

AGAMA
SOSIAL

PSIKOLOGI SOSIAL
EKONOMI

9
a. Sosial
Perdagangan anak erat kaitannya dengan kehidupan sosial, masalah ini timbul di
dalam masyarakat, seorang ibu tega memperdagangkan anaknya kepada orang lain
demi uang. Padahal perdagangan anak itu sangat dilarang dan peraturannya ada
dalam undang-undang perlindungan anak.
b. Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu kendala yang besar bagi orang tua, apa lagi
masyarakat kita yang miskin, karena orang tua tidak mampu menyekolahkan,
membesarkan, dan mengurus anaknya ia rela menjual anak nya kepada orang lain .
c. Psikologi sosial
Anak yang di jual oleh orang tua nya sangat terganggu psikologi nya, bahkan bisa
membuat anak menjadi brutal, karena kurangnya perhatian orang tua kepada anak,
hal ini juga salah dari orang tua tersebut yang tega menjual anaknya.
d. Agama
Perdangangan anak jelas tidak di perbolehkan dalam agama karena hal ini
melanggar hak asasi manusia, hak untuk hidup yang di bawa setiap manusia sejak
lahir. Hak untuk menjalani kehidupan dengan layak bagi seseorang, dan itu sudah
seharusnya di dapatkan oleh anak tersebut.

G. Solusi Pencegahan Perdagangan Anak


UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
Pasal 6
Setiap Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan Orang Tua atau Wali.
Pasal 9
Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.
Pasal 15
Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan; dan

10
f. kejahatan seksual.

Upaya  Pencegahan Perdagangan Anak

Menurut saya banyak hal yang harus dilakukan didalam mencegah child trafficking, antara
lain :
1. Terus menerus melakukan kampanye guna membangun kesadaran permanen
dikalangan masyarakat maupun sektor industri, juga komitmen pemerintah dan
penegak hukum guna mendukung perlindungan anak dari child trafficking.
2. Mewujudkan mekanisme kerjasama dan aksi dalam segenap institusi masyarakat dan
lembaga-lembaga usaha yang bisa bersinergi untuk memberikan perlindungan anak
dari child trafficking.
3. Tersedianya mekanisme nasional dan daerah – antara lain dengan cara bersinergi
dalam bentuk task force (kelompok kerja) yang bisa langsung bekerja di lapangan
secara komprehensif dan terus menerus didalam memberikan perhatian dan
penanganan perlindungan anak dari child trafficking.
4. Perlunya dikeluarkan produk hukum anti trafficking yang pro perlindungan anak dari
dari tindak pidana perdagangan anak dan bertujuan untuk perlindungan hukum bagi
anak korban child trafficking.
5. Memberikan pembelajaran terhadap orang tua mengenai trafficking anak
6. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan penghasilan
para orang tua
7. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri orang tua agar tidak terjadinya trafficking anak.
8. Merubah sikap dan pola fikir keluarga dan masyarakat terhadap trafiking anak.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akibat dari permasalahan perdagangan anak adalah anak berada dalam situasi yang buruk
yaitu dipekerjakan mirip dengan perbudakan, sebagai pembantu rumah tangga, dijadikan
pengemis, untuk perdagangan obat terlarang, bahkan tidak sedikit yang dilacurkan.
Perdagangan anak dilakukan dengan berbagai motif dan bahkan orang yang melakukan
perdagangan anak sendiri terkadang tidak tahu bahwa itu sebenarnya adalah perdagangan
anak. Berbagai alasan dipakai untuk membujuk korbannya dan kebanyakan bermotif
ekonomi.

Perdagangan anak merupakan segala tindakan pelaku trafiking yang mengandung salah
satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan atau antar negara,
pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara atau ditempat
tujuan, perempuan dan anak dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik,
penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misal ketika seseorang
tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang dan lain-lain),
memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak
digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh
migran legal mau pun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu
rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang dan penjualan organ
tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.

Seiring perubahan waktu dan zaman yang berubah, harus adanya keterpaduan antara
aparat penegakan hukum dan masyarakat untuk bisa menimalkan perdagangan anak ini.
Walau sebenarnya masih harus bekerja kerasnya seluruh aspek dalam  menanggulangi
permasalahan ini, karena sesungguhnya fakta dilapangan kasus seperti ini bukannya
mengurang, namun malah bertambah, dan tidak membuat jera para pelakunya.

Kesadaran setiap individu harus benar-benar tinggi, jagalah keluarga kita sendiri, karena
keluarga adalah sesuatu yang berharga dihidup kita. Tanpa adanya kesadaran kita bersama
takan ada penyelesaian yang berarti dalam permasalahan ini.

 
12
B. Saran

Melindungi anak hari ini, adalah investasi bagi masa depan bangsa. Selain alasan itu,
kepemihakan pada anak sudah menjadi esensi kemanusiaan itu sendiri. Karenanya, tindakan
paradoks yang  mengeksploitasi anak, secara ekonomi maupun seksual – berada di luar
konteks kemanusiaan yang hakiki.  Oleh karenanya penulis selalu mendukung langkah-
langkah yang diambil pemerintah dan semua pihak yang mempunyai kepedulian dalam
mendukung perlindungan anak dari child trafficking (perdagangan anak).
Selain mendukung langkah-langkah pemerintah, saya juga menyarankan kepada seluruh
masyarakat Indonesia untuk mendukung pemerintah, misalnya dengan melakukan pengaduan
kepada lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga independent apabila melihat atau
merasakan adanya child trafficking di sekitar anda.
Jika Anda mempunyai opini, komentar atau pengaduan yang berhubungan dengan
perlindungan anak, silahkan hubungi di :
Komisi Nasional Perlindungan Anak
Alamat        : Jalan TB Simatupang No. 33 Jakarta Timur Indonesia 13760
Telp             : (62-21) 8416157
Fax              : (62-21) 8416158
Website       : http://www.komnaspa.or.id
E-mail         : info@komnaspa.or.id

Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Alamat        : Jln. Teuku Umar No. 10-12 Menteng Jakarta Pusat Indonesia 10350
Telp             : (62-21) 31901446
Fax              : (62-21) 3900833
Website       : http://www.kpai.go.id
E-mail         : pengaduan@kpai.go.id

       

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2008. Buku Pegangan Pemberantasan


Perdagangan Orang

Komisi Nasional Perlindungan Anak.2009. Indonesia dan Masalah Trafficking. Jakarta

Koran tribun medan

Republik Indonesia. Undang-undang Tentang Perlindungan Anak. UU No 35 Tahun 2015 

Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

www. Metrosiantar.com

www.Liputan6.com

http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=89%3Aperdagangan-
anak&option=com_content&Itemid=121

http://www.indosiar.com/ragam/pencegahan-trafiking-anak-apa-mengapa-dan-
bagaimana_47681.html

14

Anda mungkin juga menyukai