BERITA
Polda Metro Jaya telah menangkap dua terduga pelaku pembakaran hingga
tewas terhadap M Alzahra alias Zoya (30 tahun) di Kampung Muara Bakti, Desa
Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kedua pelaku
masing-masing berinisial NMH dan SH. Keduanya saat ini telah ditetapkan
sebagai tersangka dan ditahan di Markas Polres Metro Bekasi Kabupaten.Menurut
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo
Yuwono mengatakan dari kedua terduga pelaku ini akan dimintai keterangan lebih
lanjut mengenai pelaku lain dari kasus pembakaran Zoya.
Hingga saat ini polisi masih mendalami kasus tersebut. Kepala Bidang
Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono
mengatakan. "Masih dalam pendalaman penyidikan , berapa jumlah pelakunya.
Dari dua ini akan kami kembangkan, kira-kira siapa saja," kata Argo di Markas
Polda Metro Jaya, Senin, 7 Agustus 2017.
BAB II
PEMBAHASAN
Di Indonesia sendiri kasus persekusi atau yang lebih dikenal banyak orang
yaitu perlakuan semena-mena, intimidasi atau main hakim sendiri sudah
menyebar luas dan sudah tidak asing lagi didengar di telinga.Dimulai dari kasus
penganiyaan oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain,
khususnya hanya karena perbedaan suku, agama atau pandangan politik.
Kita sebagai warga negara Indonesia sendiri pasti sangat khawatir dan
gelisah dengan hal ini, karena semakin lama setiap kasus kejahatan yang terjadi
akan semakin brutal atau dalam bahasa modern yang dikenal itu bar-bar. Hal ini
membuat warga semakin cemas karena takut aparatur negara tidak mampu lagi
menindak atau menahan kejahatan-kejahatan yang terjadi di kemudian hari.
Kasus Pembakaran pria asal Bekasi yang dituduh mencuri amplifier musala
ini sangat menyita perhatian masyarakat luas khususnya masyarakat Bekasi
sendiri. Kejadian ini membuktikan bahwa masyarakat Bekasi masih memiliki
kesadaran yang kurang akan Hak Asasi Manusia dan belum pahamnya akan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kasus ini memiliki banyak sekali
pelanggaran HAM yang tidak sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Terutama pelanggaran pada Sila ke-dua Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan
yang adil dan beradab”. Seperti yang kita tahu sila ke-2 ini mengharuskan kita
untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan, sikap tidak semena-
mena kepada orang lain, mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antar
sesama manusia. Tetapi hal tersebut justru diabaikan sehingga munculah kasus
pembakaran seperti ini yang mana memiliki banyak sekali pelanggaran pada sila
ke-dua ini.
"Proses peradilan singkat" yang dialami oleh setiap pelaku kriminalitas ini
justru yang membuat hukum di Indonesia menjadi lemah, bukan sebaliknya.
Akibatnya banyak masyarakat yang sudah tidak percaya lagi akan para penegak
hukum dan hal ini pula yang kemudian mendorong masyarakat untuk menempuh
caranya sendri untuk mendapatkan sebuah keadilan.
Maka bisa kita katakan, aksi main hakim sendiri inilah yang melemahkan
sistem hukum yang berlaku dan sekaligus mencoreng keadilan yang dijunjung
tinggi oleh lembaga-lembaga penegak hukum terkait. Selain itu, pelanggaran yang
terjadi adalah pelanggaran atas rasa aman. Di mana dalam kasus ini menimbulkan
rasa takut dan khawatir yang dialami oleh warga. Berdasar pelanggaran-
pelanggaran tersebut selain tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sila ke-dua perlakuan tersebut juga telah melanggar undang-undang.
Alasan kasus pembakaran pria asal Bekasi dengan inisial MA yang dituduh
mencuri amplifier musala ini dapat terjadi karena :
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kaskus.co.id/thread/5988c9e3dad77066768b4567/sejak-ma-
dibakar-marbot-tak-bisa-tidur-dia-bersujud-dan-minta-maaf-berulang-
ulang/
https://www.merdeka.com/peristiwa/benang-merah-kasus-pencuri-
amplifier-musala-dibakar-warga.html
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/05/08333431/pria-yang-
dibakar-hidup-hidup-di-bekasi-benarkah-pencuri-
https://www.rappler.com/indonesia/berita/177999-kronologi-pembakaran-
hidup-hidup-bekasi