Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENOREA


di RUANG POLI KEBIDANAN RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN

NAMA : SHINTA ANGGREANI

NIM : P07224420039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENOREA


di RUANG POLI KEBIDANAN RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN

Disetujui di Balikpapan, Februari 2021

Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Hj. Eli Rahmawati, S.SiT, M.Kes Hj. Tuti Widiyaningsih,S.ST


NIP: 197403201993032001 NIP. 197305251993032005

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Shinta Anggreani

Nim : P0 7224420039

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan


Poltekes Kemenkes Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang


saya tulis ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah


hasil plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku
panduan atas perbuatan tersebut

Samarinda,

Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Asuhan Kebidanan remaja dengan Dismenorea di ruang poli Kebidanan.
Penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Hj. Eli Rahmawati, S.SiT, M.Kes dan Ita Kusumayanti, M. Keb, selaku
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar
kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini.
5. dr. Edy Iskandar, Sp. PD selaku direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
6. Ns. Lestari S, Kep selaku penanggung jawab Lahan Praktik RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini.
7. Hj. Tuti S, ST selaku Bidan Pelaksana dan Bidan pembimbing lahan di
Ruang Poli Kebidanan direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
tempat mahasiswa melakukan praktek lapangan yang telah memberikan
dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan

iv
material dan moral.
10. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Balikpapan, Februari 2021


Penulis

Shinta Anggreani

v
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iii
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian....................................................................................... 4
2. Fisiologi.......................................................................................... 6
3. Patofisiologi.................................................................................... 7
4. Komplikasi...................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 9
6. Pelayanan yang dibutuhkan............................................................ 9
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 9
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)................................................................... 15
2. Langkah II (Interpretasi data)......................................................... 23
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)............ 23
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 23
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................... 23
6. Langkah VI (Pelaksanaan).............................................................. 24
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 25

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 26


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 47
A. KESIMPULAN................................................................................... 47
B. SARAN................................................................................................. 48

vi
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 50

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistim reproduksi, fungsi serta
prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental,
sosial, yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari
sistem reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya
dilakukan sejak remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan
pada kesehatan reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang menstruasi
(Kinanti, 2009).
Ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan kesehatan reproduksi
bagi pekerja perempuan, baik dalam konvensi internasional maupun peraturan
perundang-undangan di Indonesia, anatara lain : Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women yang telah
diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW), ILO Convetion No.
183 Year 2000 on Maternity Protection (ILO Convention), UU No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), UU No.39 Tahun 1999
2 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) dan UU No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (UU Kesehatan). Menurut pasal 81 UU Ketenagakerjaan,
pekerjaan perempuan yang dalam masa menstruasi merasakan sakit dan
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama
dan kedua pada waktu menstruasi.
Pelaksanaan ketentuan tersebut diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Menstruasi adalah perubahan
fisiologis pada wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh
hormon reproduksi.Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya terjadi
dalam setiap bulan antara remaja sampai menopouse (Joseph,
2010).Menstrurasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan

1
psikologis-panca indra, korteks cerebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial,
dan endrogen (uterusindometrium dan alat seks sekunder) (Manuaba, 2012).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenorea) di dunia sangat
besar.Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
Dismenorea. Di Amerika angka presentasenya sekitar 90%, 10 % sampai
15% tidak bisa beraktifitas dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang mengalami
Dismenorea. Angka kejadian (prevalensi) Dismenorea berkisar 45-95% di
kalangan wanita usia produktif (Misaroh, 2009).Adapun pendapat lain
tentang nyeri menstruasi yang terjadi di Indonesia 60-70% dengan 15%
diantaranya mengeluh bahwa aktifitas mereka menjadi terbatas akibat nyeri
pada menstruasi(glasier, 2005).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25% yang terdiri
dari 54.89% dismenorea primer dan 9.36% dismenorea sekunder. Peran bidan
salah satunya untuk masalah gangguan reproduksi terutama pada dismenorea
primer dalam upaya pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi bidan
merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya adanya
penyuluhan mengenai 4 menstruasi pada remaja dan nyeri yang timbul saat
menstruasi atau disebut juga Dismenorea. Bidan memberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
penanganan dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan
kapanpun dan dimanapun dia berada.
Di Poli kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan didapatkan angka kejadian dismenorea cukup tinggi
dan angka kejadian dismenorea primer cukup banyak. Dari 30 kunjungan
remaja pada tahun 2019 terdapat 18 pasien dengan dismenorea yang terdiri
dari 10 pasien menderita dismenorea primer dan 8 pasien dengan dismenorea
sekunder. Melihat masalah tersebut, maka dilakukan pemberian asuhan
kebidanan pada pasien dengan dismenorea primer di Rumah Sakit Umum

2
Daerah dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan untuk menurunkan tingkat
kejadian dismenorea primer.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada remaja dengan
dismenorea primer di Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada kasus gangguan reproduksi pada remaja dengan
Dismenorea Primer
b. Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan kasus gangguan reproduksi padaremaja dengan
Dismenorea Primer
c. Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan
bidan dari kasus gangguan reproduksi pada remaja dengan
Dismenorea Primer.
d. Mengidentifikasi rencana tindakan segera untuk gangguan reproduksi
pada remaja dengan Dismenorea Primer.
e. Menyusun rencana tindakan untuk kasus gangguan reproduksi pada
remaja dengan Dismenorea Primer.
f. Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan terkait dengan gangguan
reproduksi pada remaja dengan Dismenorea Primer.
g. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan
kebidanan pada remaja dengan Dismenorea Primer.
i. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kesenjangan
antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan pada remaja dengan
Dismenorea Primer.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi,
biasanya terjadi setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri
menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara
terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung
bagian bawah. Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai
masa menstruasi berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh
wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan
dengan 18 proses penebalan lapisan dalam rahim.
Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam
tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses
ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia
prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini
membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina
dalam bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk
membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi
pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar
biasa seperti kram saat menstruasi.
Rasa nyeri saat menstruasi cenderung berkurang dengan
bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa
nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau
mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak
normal dan secara medis disebut secara dismenorea.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenorea, antara lain:

4
a. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut
dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati,
2003).
b. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum
dan selama menstruasi (Ramaiah, 2006).
c. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai
rasa mual (Prawirohardjo, 2014).
d. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
e. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktifitas sehari-hari.
Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek”
yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan
rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan
aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009).
f. Dismenorea menurut Manuaba (2012) adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-
hari.
Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya :
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivitas sehari-hari.
2) Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan
derajat sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari.
3) Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga
memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa
nyerinya.

5
2. Fisiologi
a. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenore Primer antara lain :
1) Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon
progesteron 7menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
2) Kelainan organic Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus,
obstruksi kanalis servikalis, mioma submukosum bertangkai,
polip endometrium.
3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Seperti: rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
4) Faktor konstitusi Seperti: anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya dapat memengaruhi timbulnya dismenorea.
5) Faktor alergi Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid.
Menurut riset, ada asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria,
migren, dan asma bronkiale.
b. Dismenore sekunder
1) Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
Endometriosis
2) Polip atau fibroid uterus
3) Penyakit radang panggul
4) Perdarahan uterus disfungsional

6
5) Prolaps uterus
6) Maladaptasi pemakaian AKDR
7) Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan,
abortus terauputik, atau, melahirkan.
8) Kanker ovarium atau uterus.

3. Patofisiologi
a. Dismenorea Primer
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
(Sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang
menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan
vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan
dismenorea berat (severe dysmenorrhea).
Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset
terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah
karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluh
darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium,
mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea
primer (Elizabeth, 2009).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah
menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30
tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea
sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis

7
(bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor
jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.

4. Komplikasi
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa
penderitanya. Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Menurut Martini, Mulyati, &
Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat menimbulkan
beberapa gejala seperti :
a. Nyeri pada perut bagian bawah
b. Mual
c. Muntah
d. Diare
e. Cemas
f. Depresi
g. Pusing dan nyeri kepala
h. Letih lesu, bahkan sampai pingsan.
Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan
berarti dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa
penanganan akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi
penderitanya. Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan :
a. Depresi
b. Infertilitas
c. Gangguan fungsi seksual
d. Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas
seperti biasanya
e. Dapat memicu kenaikan angka kematian (Indria, 2015).
Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan akan sangat merugikan penderita dismenore tersebut apabila
dibiarkan.

8
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang
penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang timbul, Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab organik dismenorea:
a. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
b. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
c. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan
kehamilan ektopik.
d. Sedimentation rate.
e. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang
terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai
prediktif negatifnya yang relatif rendah.
f. Laparoscopy
g. Hysteroscopy
h. Dilatation
i. Curettage
j. Biopsi Endomentrium

6. Pelayanan yang dibutuhkan


Menurut Mimatun (2016) rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
reproduksi dengan dismenorea diantaranya :
a. Jelaskan pada klien tentang kondisinya.
b. Beri KIE tentang dismenorea, personal hygiene
c. Jelaskan mengenai gizi seimbang, pola istirahat.

7. Penatalaksanaan

9
Penatalaksanaan dismenorea menurut Prawirohardjo (2014) :
• Konseling holistik
Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau
manusia secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual
mendapat perhatian seimbang. Pelayanan holistik merupakan
pelayanan yang mencerminkan komitmen terhadap pelayanan kepada
seluruh manusia yaitu secara jasmani, sosial ekonomi, sosial
hubungan, mental dan spiritual
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan
lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.Kemudian
diperlukan psikoterapi.
• Pemberian obat analgesic
Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres hangat pada perut
bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering
diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein.Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin,
ponstan, acetaminophen dan sebagainya.Penelitian menunjukan
bahwa pemberian obat herbal dinilai lebih efektif dan aman untuk
pengobatan dismenorea primer, dibandingkan dengan obat asam
mefenamat atau placebo. Namun ini membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
• Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya
menangani gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang
termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur,
mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan

10
sumber nutrisi yang beragam.
• Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi
tanpa gangguan, tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu
jenis pil kombinasi kontrasepsi.
• Terapi obat steroid
Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan
makin penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini
endometasin, ibuproven dan naproksen kurang lebih 70% penderita
dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.Hendaknya
pengobatan diberikan sebelum menstruasi mulai, 1 sampai 3 hari.
• Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalismemudahkan pengeluaran darah
menstruasi dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral
(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat)
ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan saraf sensorik yang
ada di ligamentum infumdibulum) merupakan tindakan terakhir
apabila usaha-usaha lain gagal.
Selain itu menurut Indria (2015), ada cara pengobatan lain yang
dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi
yaitu:
• Ketika nyeri menstruasi datang, lakukan pengompresan
menggunakan air hangat di perut bagian bawah karena dapat
membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf .
• Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, misalnya
melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu
yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur
dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai

11
natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak
terlalu rentan terhadap nyeri.

• Apabila nyeri menstruasi cukup mengganggu aktivitas maka dapat


diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa
resep dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping
terhadap lambung.
• Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri
menstruasi muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan
sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka bbperiksakan
kondisi untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika
dismenorea yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder.

Adapun menurut Dyah (2010), nyeri menstruasi dapat diatasi dengan:


a. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di
tempat yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.
b. Mandi dengan air hangat.
c. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
d. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang
mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
e. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
f. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai
sumber makanan yang mengandung vitamin B6.
Menjaga pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri
menstruasi.Karena beberapa dari makanan yang kita konsumsi
sehari-hari dapat mengurangi atau memperparah nyeri saat
menstruasi terjadi.Perbanyaklah mengkonsumsi sayur dan buah-
buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.

12
Prevalensi dismenorea ditemukan menjadi 72,7% dan secara
signifikan lebih tinggi pada konsumen kopi, perempuan dengan
perdarahan menstruasi (Alaettin, 2010).

Dari seluruh penatalaksanaan dismenorea yang ada diatas dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penanganan Farmakologi
1) Pemberian obat analgesik
2) Terapi hormonal
3) Terapi obat steroid
4) Dilatasi kanalis servikalis
b.Penanganan non Farmakologi
1) Konseling holistik
2) Pola hidup sehat
3) Pengompresan menggunakan air hangat
4) Melakukan posisi knee chest
5) Mandi dengan air hangat.
6) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.

7) Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang


mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
8) Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
9) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai
sumber makanan yang mengandung vitamin B6.

13
Dismenorea Primer Dismenorea Sekunder
Tanpa kelainan Disertai kelainan endometrium
Laboratorium dasar

Servik stenosis
Uterus retro-antefleksia
Pemerikasaan

Polip endometrial
Fisik umum

Teori prostaglandin, meningkat


Hormonal

Mioma terlahir
karena :
Mioma uteri
a. Ep/P =1/0,01
Anomali uterus
Nekrosis endometrium
Pemakai IUCD
Pemakai IUCD
Terdapat Infeksi
Sensitinitas serat saraf meningkat
Teori Psikologis Pengobatan dismenorea sekunder
Sensitif terhadap nyeri sesuai dengan penyebabnya

14
DISMENOREA

Kejiwaan labil
Mekanisme nyeri
Iskema otot
Kontraksi meningkat
Tekanan ujung saraf
Pengobatan dismenorea primer Pengobatan operatif
Konseling holistic meliputi Laparoskopi diagnostik operatif
psikologi,social,spiritual dan budaya
Mentruasi ovulatori

Presakral neurektomi
Hubungan dengan
Patrun menstruasi

Medikamentos Histerektomi
Kalsium antagonis
Anamnesis

Antiprostaglandin
mentruasi
Pemberi progesteron
Pil oral
Gambar 1. Penatalaksanaan Dismenorea. (Manuaba, 2012)

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH


VARNEY
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
Data Subyektif
1) Identitas

Nama :

Umur : 10 tahun – 19 tahun

Masa remaja merupakan usia diantara masa anak – anak dan


dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun.
Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang
haid yang pertama kali, biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun.
Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche (Kusumawati,
Wiyasa dan Rahmawati, 2016).

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

15
Pekerjaan :

Alamat :

No. Register :

2) Alasan datang periksa/keluhan utama


a. Alasan datang periksa
Klien datang sendiri ataupun rujukan dari petugas kesehatan lain
terkait keluhan selama menstruasi ataupun komplikasi yang
timbul.
b. Keluhan utama
Menurut Varney, 2008. Remaja yang mengalami gangguan reproduksi
saat menstruasi memiliki keluhan utama, yaitu :

Dismenorea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi


sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari.

3) Riwayat kesehatan klien


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat atau diperberat saat
menstruasi

a. Penyakit/kelainan system reproduksi: Dismenorea sekunder dapat


terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling
sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang
menyertai diantaranya endometriosis (kejadian dimana jaringan
endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.
b. Penyakit darah: Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis
dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),
suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit

16
pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon
pituitary posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas
miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita
dismenorea primer (Elizabeth, 2009).
c. Penyakit syaraf: Defisiensi vitamin B.
d. Penyakit jiwa: Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan
akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya.
Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan Depresi

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Hemofilia: Perempuan pembawa dapat beresiko perdarahan yang
bermakna (Prawirohardjo, 2014).

5) Riwayat Menstruasi

a. Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2012).
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
b. Siklus haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak melebihi
35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai panjang
siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya 28 hari.
Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan
panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan
mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2014).
c. Volume darah haid

17
Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).
d. Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).

e. Ciri/sifat darah haid


Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila
perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan
banyak merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba,
2012).

6) Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi a. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
karena itu perlu ditekankan kepada remaja untuk mengonsumsi zat
besi (Sulistyawati, 2009).
b. Kalsium : kadar kalsium saat menstruasi turun sebanyak 5%. Oleh
karena itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan (Sulistyawati,
2009).
Istirahat Dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, tidak jarang remaja akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting
untuk remaja.
Aktivitas Seorang remaja disarankan untuk tetap melakukan aktivitasnya atau
pekerjaan (Sulistyawati, 2009).
Personal Kebersihan tubuh remaja perlu diperhatikan karena dengan perubahan
Hygiene sistem metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat.
Kebiasaan yang Merokok :. Rokok adalah stimulan yang tidak hanya menyebabkan
dapat ketegangan dalam system saraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone
mempengaruhi yang menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan. Oleh karena

18
kesehatan itu, wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri menstruasi

7) Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1. Psikologis
Perasaan cemas terhadap nyeri yang dialaminya (Varney, 2008).
2. Sosial
Bagaimana dukungan keluarga terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Kultural
Adakah adat istiadat yang mengatakan bahwa nyeri sebuah ketidak
abnormalan, ancaman, tantangan ataupun lainnya

4. Spiritual

Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa menstruasi


yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi remaja.

Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
2) Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70-120/70 mmhg
Nadi : 80-100 kali permenit
Suhu Tubuh : 360C-37,50C
Pernapasan : 16-20 kali permenit
3) Antropometri :
Tinggi Badan : Lebih dari 150 cm (karena tinggi <150cm
kemungkinan panggul sempit)

19
BB saat ini : status gizi mempengaruhi nyeri saat
menstruasi

1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat karena jika mengalami pucat
merupakan gejala anemia
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus).
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekret dan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga.
Leher : Bentuk leher simetris.
Dada : Dada simetris.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen : Tampak pembesaran atau tidak

20
Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan
endometrium baik kelenjar maupun stromanya di luar
kavum uteri atau di
dalam myometrium. Gejala endometriosis yang dapat ditemukan
antara lain nyeri haid (dismenore), nyeri pelvis kronis,
dispareunia, diskezia, pendarahan uterus abnormal, dan
infertilitas (Indrani dkk,2017).
Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih

b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : Tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

c. Auskultasi
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi, terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding
dada.Vesicular, terdengar lembut dan halus inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi (Somantri, 2011).

d. Perkusi

21
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada remaja yang saat menstruasi disertai pengeluaran darah
yang banyak maka pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:

- Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada ibu hamil kadarnya
berkisar 12 - 15 gr/dL (dr. Chandra, 2007), hematokrit dan hitung
leukosit. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan golongan darah dan
faktor Rhesus untuk menentukan jenis golongan darah dan Rhesus
supaya dapat mencarikan darah yang cocok bila terjadi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan yang memerlukan transfusi darah
(Micron Medical Multimedia).

b. Pemeriksaan USG
USG dilakukan jika nyeri masih belum teratasi setelah
diberikan terapi farmakologi. Berdasarkan klasifikasi endometriosis
Revised American Fertility Society (AFS) oleh ASRM [11],
menunjukkan bahwa semakin besar diameter endometriosis, dan
keterlibatan adhesi dengan organ sekitarnya akan memberikan angka
klasifikasi derajat endometriosis yang semakin berat. Rekomendasi
terapi yang dapat diberikan adalah bila kista endometriosis kurang
dari 3 cm dapat dilakukan drainase dan kauter dinding kista, namun

22
jika lebih dari 3 cm dilakukan kistektomi dengan meninggalkan
jaringan ovarium yang sehat,

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
a. Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosisi kebidanan.
Diagnosis : Usia reproduksi dengan dismenorrea.
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

23
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan remaja.rumusan ini mencakup tindakan
segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan.

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2008).
2) Berikan KIE tentang menstruasi yang disertai dismenorroe
Rasional : Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha.
3) Berikan support mental/dukungan psikologis pada remaja untuk
menghadapi masa menstruasi yang disertai dismenorroe
Rasional : Pada keadaan psikologis klien menbutuhkan support serta
dukungan dari orang tua, keluarga serta bidan. sehingga klien dapat
merasa tenang.
4) Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada remaja
Rasional : Menambah pengetahuan tentang pentingnya nutrisi pada
remaja memerlukan intruksi khusus yang berkaitan dengan aspek
kebutuhan nutrisi, seperti jumlah kalori, protein, zat besi, asam folat
dan vitamin C (Varney, 2008).
Pemeriksaan nutrisi remaja dilakukan melalui pemantauan berat badan
dan tinggi badan yang hubungannya dengan indeks masa tubuh
remaja. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi status gizi
remaja.

24
5) Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric dan gynekologi
Rasional : Kewenangan bidan di Rumah Sakit memiliki keterbatasan,
sehingga adanya kolaborasi sangat diperlukan.

VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan


kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
soap.

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan kebidanan Remaja dengan Dismenorea Primer dengan Kista Ovarii

No Register : 00827993

Tanggal Pengkajian : 01 Februari 2021 Pukul : 09. 00 WITA

Nama Pengkaji : Shinta Anggreani Puspa Sari, S.Tr. Keb

S:

1. Identitas
Nama Klien : Nn. F
Umur : 15 tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMK kelas 2
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Solok Api Laut Samboja

26
2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama
Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan
Keluhan Utama : Klien mengatakan perut membesar kurang lebih
selama 1 tahun.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien tidak memiliki penyakit kelainan reproduksi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit paru-paru, penyakit saluran
pencernaan, penyakit hati, penyakit ginjal dan saluran kencing,
penyakit endokrin, penyakit saraf, penyakit jiwa, penyakit sistem
imunologi, penyakit infeksi dan penyakit menular seksual.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien tidak memiliki penyakit kelainan reproduksi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit paru-paru, penyakit saluran
pencernaan, penyakit hati, penyakit ginjal dan saluran kencing,
penyakit endokrin, penyakit saraf, penyakit jiwa, penyakit sistem
imunologi, penyakit infeksi dan penyakit menular seksual.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang sedang/memiliki
riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan darah tinggi,
operasi, TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular, dan keluarga
tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

5. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia
14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi ± 7 hari,
ganti pembalut sebanyak 3 kali sehari, warna darah merah encer
kadang disertai gumpalan.

27
Klien mengalami nyeri haid sejak pertama kali haid, nyeri terjadi
pada hari ke 1-2 saad haid. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk. Nyeri yang dirasakan tidak mengganggu aktifitas sehari-hari.
Jika nyeri terjadi klien minum asam mefenamat tablet.
HPHT = 25-01-2021

6. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3-4 kali/hari dengan porsi makan nasi seporsi lebih, lauk pauk 1
potong, sayur dan buah pisang, air putih ±7-8 gelas/hari. Tidak ada
keluhan dalam pemenuhan nutrisi klien. Nafsu makan baik.
Eliminasi BAK : 4-5 kali/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair, tidak ada
keluhan
BAB : 1 kali/hari, waarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak
Istirahat Tidur siang selama ± 1 jam/hari
Tidur malam ± 7 - 8 jam/hari
Aktivitas Aktivitas Klien sehari – hari sekolah, dan membantu orang tua dalam
hal pekerjaan rumah. Namun, tidak rutin olahraga
Personal Klien mandi 2 kali/hari dan ganti baju rutin setiap setelah mandi
Hygiene
Kebiasaan Klien tidak ada memiliki hewan peliharaan atau kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan Klien

7. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Klien mengaku merasa cemas dengan nyeri haid yang
dialaminya.
b. Sosial : Klien memiliki tempat tinggal yang jauh dari fasilitas
kesehatan, Klien berasal dari keluarga yang kurang
mampu.

28
c. Kultural : Tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus yang
dapat mempengaruhi kesehatan klien.
d. Spiritual : Tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.

O :

1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 123/86 mmHg
Nadi : 91 kali / menit
Suhu : 36 oC
Pernafasan : 18 kali / menit
Antropometri :
Berat Badan saat ini : 42 kg
Tinggi Badan : 156 cm.
BB 42
IMT :: 2= =17,26
T B 156❑2

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak teraba
oedema

29
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak
ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat klien
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : Perut teraba keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus.tidak terdapat luka bekas
operasi, bising usus 9x/menit, kandung kemih kosong,
tidak terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak
pengeluaran darah berwarna merah kecoklatan.
Anus : tidak terdapat hemoroid.

Ekstremitas :

30
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik, Refleks bisep (+), refleks trisep
(+).

Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill time


kembali <2 detik, homan sign (-), refleks babinski (-),
reflek patella (+).

LANGKAH II
INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa Dasar
Remaja usia 15 S= Klien mengatakan perutnya membesar selama ±
tahun dengan 1 tahun.
dismenorea primer Nyeri saat haid pada hari ke 1-2
disertai kista Ovarii Apabila sakit tidak berkurang, biasa minum
asam mefenamat.
Menarchre usia 14 tahun, Setiap bulan haid
selama 7 hari, dalam sehari 3 kali ganti
pembalut
Rasa nyeri saat haid seperti tertusuk-tusuk.
Saat ini sedang haid hari ke 7
HPHT = 25-01-2021
Makan 2 kali sehari dengan porsi 1,5 piring.
Jarang olahraga

O= KU = Baik Kes = CM
TD = 123/86 mmHg, Nadi = 91 x/menit Suhu =

31
36,5 0C, Pernafasan 20 x/ menit BB saat ini 42
kg, TB = 156 Cm IMT =17,26

Palpasi = tidak terdapat nyeri tekan. Perut teraba


keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus.
Adanya pengeluaran darah berwarna merah
kecoklatan (flek-flek)/pervaginam (pada
pembalut).

Masalah Dasar
- -

Kebutuhan Dasar
KIE tentang Pengetahuan klien mengenai dismenorrea
Dismenorea

LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Kanker Ovarium

LANGKAH IV
MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri : Tidak ada

b. Kolaborasi : Dengan dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan untuk


dilakukan USG dan penegakkan diagnose lebih lanjut.

c. Merujuk : Tidak ada

LANGKAH V
MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH

32
Tanggal 01 Februari 2021 pukul 09.15 wita

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien tentang kondisi klien


2. Berikan edukasi mengenai dismenorea, nutrisi dan tablet tambah darah
3. Anjurkan minum jahe hangat saat nyeri berlangsung
4. Kolaborasi dengan SpOG untuk dilakukan USG
5. Ingatkan kembali kepada klien mengenai kontrol ulang

LANGKAH VI
PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN / IMPLEMENTASI
Tanggal 01 Februari 2021 pukul 09.30 wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien.


Hasil pemeriksaan yang dijelaskan pada klien yaitu mengenai Ku = baik,
Kes =CM, TD = 123/86 mmHg, Nadi = 91 x/menit Suhu = 36,5 0C,
Pernafasan 20 x/ menit, tidak terdapat nyeri tekan. Perut teraba keras dengan
batas tegas mencapai 2 jari dibawah Prosesus Xipoideus.
2. Memberikan edukasi mengenai dismenorea, nutrisi dan tablet tambah darah
3. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi jahe hangat saat nyeri haid
berlangsung
4. Berkolaborasi dengan SpOG untuk dilakukan USG
5. Mengingatkan kembali kepada klien mengenai kontrol ulang

LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal 01 Februari 2021 pukul 10.15 wita

1. Keadaan umum klien baik,


Hasil pemeriksaan yang dijelaskan pada klien yaitu mengenai Ku = baik,

33
Kes =CM, TD = 123/86 mmHg, Nadi = 91 x/menit Suhu = 36,5 0C,
Pernafasan 20 x/ menit, tidak terdapat nyeri tekan. Perut teraba keras dengan
batas tegas mencapai 2 jari dibawah Prosesus Xipoideus.
Klien memahami penjelasan mengenai hasil pemeriksaan tersebut.
2. Memberikan edukasi mengenai dismenorea, nutrisi dan tablet tambah darah
3. Menganjurkan klien untuk konsumsi jahe hangat saat nyeri haid berlangsung
Klien bersedia untuk minum jahe hangat apabila mengalami nyeri haid
kembali.
4. Berkolaborasi dengan SpOG sehingga USG dilakukan pada abdomen klien.
Hasil USG didapati kista pada ovarium dengan diameter 41 cm, bentuk kista
dicurigai termasuk kista dermoid.

5. Klien bersedia melakukan kontrol ulang untuk rencana tindakan pembedahan.


Klien diberi pilihan untuk segera dilakukan tindakan biopsy terlebih dahulu
atau melakukan pemeriksaan Lab Ca 125 terlebih dahulu. Klien dan keluarga
memutuskan akan kembali kontrol ke RS setelah membawa hasil lab Ca 125.

34
DOKUMENTASI KEBIDANAN

No. Register : 00827993


Tanggal Pengkajian : 01 Februari 2021 Pukul :09.00 Wita
Nama pengkaji : Shinta A

S : Klien mengatakan perutnya membesar selama ± 1 tahun


Nyeri saat haid pada hari ke 1-2
Apabila sakit tidak berkurang, biasa minum asam mefenamat.
Menarchre usia 14 tahun, Setiap bulan haid selama 7 hari, dalam sehari 3 kali
ganti pembalut
Rasa nyeri saat haid seperti tertusuk-tusuk.
Saat ini sedang haid hari ke 7
HPHT = 25-01-2021
Makan 2 kali sehari dengan porsi 1,5 piring.
Jarang olahraga

O : 1. Keadaan umum klien baik

35
2. Kesadaran compos mentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 123/86 mmHg
b. Nadi : 91 x/ menit
c. Suhu : 36,5 oC
d. Pernapasan : 18 x/menit
4. Berat badan : 42 kg TB = 156 Cm IMT =17,26
5. Pemerikasaan fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat nyeri
tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kebersihan
cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah tremor,
tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak ada tanda
peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada vena
jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar
suara nafas tambahan seperti bronchi, wheezing, ronchi, BJ
I dan BJ II teratur yaitu lup dan dup.

36
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, bissing usus 9 x / menit,
kandung kemih kosong, tidak terdapat nyeri tekan pada
perut, dan perut teraba keras dengan batas tegas mencapai 2
jari dibawah Prosesus Xipoideus.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar lochea
alba, dan tampak keluar pengeluaran darah berwarna merah
kecoklatan.
Anus : tidak terdapat hemoroid

Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik, Refleks bisep (+), refleks trisep (+).

Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill time


kembali <2 detik, homan sign (-), refleks babinski (-), reflek
patella (+)

A : Diagnosis : Remaja usia 15 tahun dengan dismenorea primer


disertai kista ovarii

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Kanker Ovarium

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dokter spesialis Obstetri dan


Ginekologi.

P:

37
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 01 Februari Memberitahukan hasil pemeriksaan tanda-tanda
2021 vital dan pemeriksaan fisik kepada klien bahwa
hasilnya merupakan suatu keadaan yang tidak
09.30
normal.

Didapati hasil : Keadaan umum klien baik


Kesadaran compos mentis
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 123/86 mmHg , Nadi : 91 x/
menit, Suhu : 36,5 oC , Pernapasan : 18 x/menit
Mahasiswa
tidak terdapat nyeri tekan pada perut, dan perut
teraba keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus.
Seharusnya dismenorea tidak terdapat
pembesaran abdomen sehingga termasuk
keadaan tidak normal.
; Klien dan orang tua mengerti dan rasa cemas
berkurang setelah mendapatkan penjelasan
mengenai hasil pemeriksaan

2. 09.45 Memberikan edukasi mengenai dismenorea, Mahasiswa


nutrisi dan tablet tambah darah.
Edukasi dismenorea meliputi definisi
dismenorea, tanda & gejala dismenorea,dampak
dismenorea, skala nyeri, tata laksana
dismenorea dengan massage pada suprapubic,
kompres hangat, menjaga personal hygiene,
pola makan sehat, dan senam dismenorea.
; Klien mengerti atas edukasi yang diberikan,
merasa senang atas bertambahnya pengetahuan,
serta berencana untuk melakukan olahraga rutin

38
ataupun senam dismenorea dengan jadwal
minimal 2 kali seminggu dan bersedia minum
tablet tambah secara rutin
3. 09.50 Menganjurkan konsumsi minum jahe hangat
saat nyeri haid berlangsung
; Klien mengerti atas edukasi yang diberikan Mahasiswa

dan akan mencoba minum jahe hangat saat nyeri


haid berlangsung.
4. 09.55 Berkolaborasi dengan SpOG untuk dilakukan
USG pada abdomen klien.
; Kolaborasi dan USG telah dilakukan , Bidan dan

didapatkan hasil terdapat kista pada ovarium Mahasiswa

dengan diameter 41 Cm. Tindakan selanjutnya


akan dilakukan tindakan pembedahan.
5. 10.15 Mengingatkan kembali kepada klien mengenai
kontrol ulang
; Klien bersedia untuk kembali ataupun ke Mahasiswa
pelayanan kesehatan terdekat jika nyeri haid
menetap.

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada
Nn “F” dengan dismenorea di Ruang Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan. Asuhan ini dilakukan selama 1 jam.
Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan
pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis
atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,
merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Dimana data yang dikumpulkan berupa keluhan klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan
mengumpulkan data dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan
secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat
dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat memberikan inormasi paling
akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin.
Pasien adalah sumber informasi yang paling akurat dan ekonomis yang disebut
dengan sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder
adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, dan anggota keluarga.

38
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu, 1) Observasi, 2) Wawancara
3) Pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra penglihatan
(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk,
bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perdaban (suhu badan, nadi).
Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada
pertemuan tatap muka.
Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah data yang
ditanyakan di arahkan data yang relefan. Dan Pemeriksaan, dimana
pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur.
Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas.
Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan
timbangan, tekanan darah dengan tensimeter (Dwi Asri, 2012 : 27-28).
Dalam tahapan pengakajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendidikan klien yang dapat menerima kehadiran
penulis saat pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Klien
menunjukan sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan
oleh penulis maupun tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Poli Kebidanna RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yakni pengumpulan data subjektif yang
terdiri dari alasan utama klien datang ke ruang Poli Kebidanan, riwayat
keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat sosial
ekonomi, psikososial, dan spiritual, serta riwayat kebutuhan dasar klien.

39
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum klien, dan pemeriksaan fisik (head to toe).Nn
“F” usia 15 tahun dengan dismenorea primer datang ke ruang Poli Kebidanan
RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada pukul 09.00 wita dengan
keluhan klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan dan mengatakan
perutnya membesar selama ± 1 tahun. Nyeri saat haid pada hari ke 1-2. Apabila
sakit tidak berkurang, biasa minum asam mefenamat. Menarche usia 14 tahun,
Setiap bulan haid selama 7 hari, dalam sehari 3 kali ganti pembalut. Rasa nyeri
saat haid seperti tertusuk-tusuk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum
baik, tekanan darah 123/86 mmHg, nadi 91 x/menit, pernapasan 18 x/menit,
dan suhu 36 °C. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang, tidak ada edema
dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan
tidak ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong,
tidak terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, dan tampak pembesaran
abdomen dimana perut teraba keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus. Tampak keluar pengeluaran darah berwarna
merah kecoklatan pada genetalia. (Indrani dkk,2017).
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual


Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosisi dalam lingkup praktik
kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan

40
perihal yang berkaian dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian
(Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan
diagnosis dimana pasien datang pada tanggal 01 Februari 2021 pukul 09.00
wita, dengan keluhan klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan dan
mengatakan perutnya membesar selama ± 1 tahun. Nyeri saat haid pada hari ke
1-2. Apabila sakit tidak berkurang, biasa minum asam mefenamat.
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis tersebut adalah Nn. “F”
dengan dismenorea primer disertai kista Ovarii.
Demikian penerapan tinjauan pustaka dan kasus pada Nn “F” secara garis
besar tampak adanya persamaan antar teori dengan diagnosis aktual yang
ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

C. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial


Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi (Tresnawati, 2016 : 3-4).
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambal mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.

41
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul segera setelah
diagnose utama ditegakkan yaitu dismenorea primer.
Dan berdasarkan pengkajian hasil asuhan kebidanan pada Nn “F” di
dapatkan data penunjang terjadinya diagnosa petensial dimana pada kasus Ny
“F” didapatkan data objektif berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan di
dapatkan hasil sebagai berikut tekanan darah 123 / 86 mmhg, nadi 91
kali / menit, suhu 36,5 oc, dan pernafasan 18 kali / menit, dan pada genitalia
vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar pengeluaran darah
berwarna merah kecoklatan pada genetalia.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong,
tidak terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, dan tampak pembesaran
abdomen dimana perut teraba keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus. Tampak keluar pengeluaran darah berwarna
merah kecoklatan pada genetalia. (Indrani dkk,2017).
Pada kasus Nn “F”, penulis menemukan kelainan komplikasi pada klien,
namun komplikasi tersebut sesuai dengan teori sehingga klien memiliki
diagnosa potensial yang mungkin terjadi dan tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus.

D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi


Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memeruklan tindakan yang
harus segera dilakukan bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menungg
beberapa waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014 : 6).
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi
pada saat mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Kondisi darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan

42
segera untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi
apabila tidak segera dilakukan tindakan segera, selain diatas bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosisi/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan darurat/segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan klien. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan (Rita Yulifah, 2014 :
134).
Pada studi kasus Nn “F” tidak memerlukan tindakan segera yang perlu
dilakukan karena tidak ada tindakan yang membutuhkan penanganan segera,
namun memerlukan kolaborasi untuk penanganan lebih lanjut.

E. Langkah V. Rencana Tindakan


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau di
antisipasi.
Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidaklengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi-kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, cultural atau masalah
psikologis (Th. Endang, dkk, 2014 :137)
Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus untuk
mencegah terjadinya komplikasi dari dismenorea yang dapat mengurangi
kematian dan kesakitan pada usia remaja (Prawirohardjo, 2014 : 334). Bila

43
diagnosis asuhan remaja dengan dismenorea ditegakkan, rencana asuhan yang
akan diberikan adalah memberitahu klien dan keluarga (orang tua) mengenai
hasil pemeriksaan,
Penatalaksanaan pada kasus dismenorea yaitu dilakukan secara konsisten
dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, memberikan asuhan
secara rutin (Prawirohardjo, 2014 : 335).
Rencana asuhan pada kasus Nn ”F” disusun berdasarkan teori dengan melihat
kondisi dan kebutuhan pasien. Hasil pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pada pasien yaitu Nn “F” datang dengan keluhan mengatakan perutnya membesar
selama ± 1 tahun. Nyeri saat haid pada hari ke 1-2. Apabila sakit tidak
berkurang, biasa minum asam mefenamat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 123/86 mmHg, nadi 91 x/menit, pernapasan 18
x/menit, dan suhu 36 °C. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang dan
meringis menahan sakit serta tidak ada edema dan pembengkakan pada wajah,
kedua konjungtiva mata tidak anemis dan tidak ikterik, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak simetris,
hiperpigmentasi pada areola mammae.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong, tidak
terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, dan tampak pembesaran
abdomen dimana perut teraba keras dengan batas tegas mencapai 2 jari
dibawah Prosesus Xipoideus. Tampak keluar pengeluaran darah berwarna
merah kecoklatan pada genetalia.
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu: Sapa klien dan orang tua
untuk meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi lebih kooperatif
dengan petugas, beritahu hasil pemeriksaan, berikan edukasi mengenai
dismenorea, nutrisi dan tablet tambah darah, anjurkan minum jahe hangat saat
nyeri berlangsung, kolaborasi dengan SpOG untuk dilakukan USG, dan
berikan KIE tentang kontrol ulang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan
diagnose/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada

44
kesenjangan antara teori dengan manajemen Asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus di lahan praktek.

F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana)
(Dwi Asri, dkk. 2012 : 31).
Pada studi kasus Nn ”F“ dengan dismenorea primer dengan kista ovarii,
semua tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti
menyampaikan hasil pemeriksaan dengan baik, daan memberikan KIE tentang
dismenorea, nutrisi dan tablet tambah darah, anjurkan minum jahe hangat saat
nyeri berlangsung,
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah
berorientasi pada kebutuhan klien.

G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan


Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai
terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan
kepada Nn “F” di ruang Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
pada tanggal 01 Februari 2021 yaitu keadaan klien baik, namun ada komplikasi
yang terjadi pada klien.
Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asuhan kebidanan pada
remaja dengan dismenorea primer berlangsung dengan baik. Hal tersebut
terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan teori dan sesuai
dengan wewenang bidan.

45
H. Pendokumentasian
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Poli Kebidanan RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari
alasan utama klien masuk ke Poli Kebidanan, riwayat keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial
ekonomi, psikososial, dan spiritual, serta riwayat kebutuhan dasar klien.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum klien, pemeriksaan fisik (head to toe).
Pada tanggal 01 Februari 2021 pukul 09.00 wita, klien datang ke ruang
Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo dengan keluhan perutnya
membesar selama ± 1 tahun. Nyeri saat haid pada hari ke 1-2. Apabila sakit
tidak berkurang, biasa minum asam mefenamat. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.

46
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek


melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Nn “F” dengan
Asuhan kebidanan remaja dengan dismenorea primer disertai kista ovarii di ruang
Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo, maka bab ini penulis menarik
kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Nn. “F” dengan Asuhan Remaja dilakukan dengan
teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan
yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa Nn. “F” dengan Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan
dismenorea primer disertai kista ovarii ditegakkan berdasarkan adanya

47
keluhan keluhan perutnya membesar selama ± 1 tahun. Nyeri saat haid
pada hari ke 1-2. Apabila sakit tidak berkurang, biasa minum asam
mefenamat.
3. Pada Nn. “ F” masalah yang muncul yaitu cemas dan diagnosa potensial
yang muncul yaitu kanker ovarium.
4. Pada Nn. “F”diperlukan tindakan segera, kolaborasi atau rujukan apabila
terjadi masalah dalam persalinan tersebut.
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada Nn. “F”bertujuan agar klien
mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya
dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
6. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai
dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.
7. Tindakan evaluasi pada Nn. “F”dengan Asuhan Kesehatan pada remaja
telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana
asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat
teratasi.
8. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 2021 di ruang
Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo. Pengkajian dilakukan
mulai dari pasien datang.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam


melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara terintegrasi sesuai dengan
standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul
antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian
teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.

2. Bagi Lahan Praktik

48
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui
program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar menjadi
bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK.
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat
yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan
berbagai kasus.
c. Seorang bidan hendaknya mampu mendeteksi secara dini adanya
tanda-tanda infeksi pada leher rahim dan menganjurkan ibu dan
keluarga segera kepelayanan kesehatan bila memiliki keluhan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik
perlu menyediakan tenaga bidan yang professional untuk
menunjang pelaksanaan tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan
untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya
penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang
pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan
keterampilan bidan.

4. Bagi Klien
a. Menganjurkan klien untuk kontrol untuk persiapan tindakan
pembedahan.
b. Menganjurkan kepada klien untuk untuk mengomsumsi makanan
dengan gizi seimbang, tablet tambah darah secara rutin, dan

49
meminum jahe hangat saat nyeri haid terjadi.
c. Menganjurkan kepada klien untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya.

DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati dan Siti Misaroh, 2009. Menarche Menstruasi Pertama


Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika
Dianawati,R.2003. Perilaku Seksual remaja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Elizabeth.J.Corwin.2009.Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Tresnawati, Frisca. 2016. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Prestasi Pustaka Jaya.
Glasier,A & Gebbie,A. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi,
Jakarta:EGC.
Indrani,dkk.2017. Gambaran Karakteristik Penderita Endometriosis di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal eClinic (eCl), Volume 5, Nomor 2,
Juli-Desember 2017
Indria,dkk.2015.Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Dismenorea pada
mahasiswi tingkat IV Semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado: ejournal
keperawatan (e-kp.Volume 3 nomor 2).
Joseph.HK,2010. Ginekologi dan Obstetri (OBGYN). Yogyakarta : Nuha Medika.
Kinanti, 2009. Rahasia Pintar Wanita. Yogyakarta : Aulya Publishing.
Kusumawati, Y., Wiyasa, R. dan Rahmawati, E. N. (2016) “Pengetahuan, Deteksi
Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di
Kabupaten Sukoharjo,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), hal. 204. doi:
10.15294/kemas.v11i2.4208.

50
Manuaba,2012. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Mimatun,2016. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Usia 13-15 tahun tentang
Dismenorrea dengan sikap dalam penanganan dismenorrea.
www.garudaristekdikti.go.id
Mouliza Nurul. 2020. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore
Pada Remaja Putri di MTS Negeri 3 Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 545-550 Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat universitas Batanghari Jambi
ISSN 1411-8939 (Online), ISSN 2549-4236 (Print) DOI
10.33087/jiubj.v20i2.912
Prawirohardjo,Sarwono,2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,Jakarta :
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ramaiah,S.2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta : Diglosia
Medika.
Rita, Yulifah,dkk,2014. Konsep Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika.
Wijayanti,2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Book Marks
Setya,dkk. 2016. Profil pasien endometriosis dengan riwayat dysmenorrhea di
poli infertilitas-endokrin rsud dr.soetomo surabaya periode januari –
desember 2014.e-journal.Unair.

51

Anda mungkin juga menyukai