PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu
atau diberbagai organ tubuh lainnya. TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015). Kuman ini menyerang pada
saluran pernafasan bagian bawah melalui udara yang
dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lain melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, saluran
pernafasan atau menyebar langsung ke bagian-bagian
tubuh yang lain (Depkes RI,2011). Penyakit ini bila tidak
diobati atau pengobatannya tidak secara tuntas dapat
menimbulkan komplikasi dan bisa menyebabkan
kematian (Kemenkes RI,2016). Sumber penularanya
adalah pasien TB paru BTA positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. Namun pasien TB paru
BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB paru jika hasil kultur positif
atau kultur negatif, tapi hasil foto toraks adalah positif
(Kemenkes RI,2014).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan
pada tahun 2015, tingkat insiden TB paru terus
menurun untuk orang < 5tahun dan berusia
15-24 tahun namun tingkat kejadian untuk orang
berusia 45-64 tahun meningkat sedikit 3,5- 3,6 kasus
100.000 orang. (CDC, 2015) Tingkat insiden untuk
semua kelompok usia lainnya tetap sama dengan tahun
2014 di dunia Orang dewasa berusia >65 tahun
memiliki tingkat kejadian 4,8 kasus/100.000, anak-anak
berusia 5-14 tahun memiliki tingkat terendah pada 0,5
kasus/100.000 pada tahun 2015. Menurut kelompok
umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun
yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur 45-54
tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44
tahun sebesar 17,18% di dunia.
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan
493 kematian di negara Amerika pada tahun 2014 yang
disebabkan TB paru, penurunan 11,2% dari tahun
2013. TB Paru merupakan penyebab utama morbiditas
dewasa dan kematian secara global. Pada tahun 2012,
kematian yang disebabkan oleh TB paru yaitu 1,3 juta
kematian. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009,
1,7 juta orang meninggal karena TB paru (600.000
diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus
baru TB paru (3,3 juta diantaranya perempuan).
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB
paru dimana sebagian besar penderita TB paru adalah
usia produktif (15-55 tahun). Angka kematian karena
infeksi TB Paru di Indonesia pada tahun 2009
mencapai 62.246 orang.
Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014
sebesar 81,3% sedangkan WHO menetapkan standar
angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target
minimal 88% untuk angka keberhasilan pengobatan
pada tahun 2O14.Dengan demikian pada tahun 2014,
Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan
pengobatan pada kasus TB paru.Berdasarkan hal
tersebut, pencapaian angka keberhasilan pengobatan
tahun 2014tidak memenuhi target rentra tahun 2014
(Kemenkes RI. 2015).
Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya
kasus TB paru di Indonesia yaitu, waktu pengobatan
yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab
penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru
berhenti berobat (Drop Out) setelah merasa sehat
meski proses pengobatan belum selesai sehingga
menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru
dengan DO. Selain itu, masalah TB paru diperberat
dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang
berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB
Multi Drugs Resistant (MDR) atau kebal terhadap
bermacam obat. Masalah lain adalah adanya penderita
TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun
akibat daya tahan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB paru
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit TB Paru
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
pasien dengan penyakit TB paru
b. Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada
pasien dengan penyakit TB paru
c. Mampu melakukan implementasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB paru
d. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit TB paru
e. Mampu mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada pasien penyakit TB paru.
D. Manfaat Asuhan Keperawatan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat akademis
Sebagai bahan bacaan ilmiah, dan untuk
mengembangkan kualitas ilmu keperawatan serta
menjadi bahan bagi mereka yang ingin melakukan
asuhan keperawatan selanjutnya khususnya studi
asuhan keperawatan tentang penyakit TB paru.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi perawat dan praktisi
kesehatan lain dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan atau kesehatan pasien dengan
penyakit TB paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Digiulio (2014) menyatakan bahwa bentuk penyakit
tuberkulosis ini dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru.
a. Turberkolosis paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru
dibagi dalam :
4. Etiologi
Penyebab tuberkolosis paru adalah
Mycobacterium Tuberculosis.
Ada beberapa spesies Mycobacterium, antara
lain: M. Tuberculusis, M africanum, M. Bovis , M.
Laprae dan sebagainya. Yang juga dikenal
sebagai bakteri tahan asam (BTA). Kelompok
mikobakterium selain Mycobacterium
Tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran pernafasan dienal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis)
(Menkes RI,2017).
5. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali
karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan
napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke
area lain dari paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri),
7. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC Paru dibagi dalam dua tahap
yakni:
a. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi
dalam dua tahap yakni:
1)Tahap intensif (initial), dengan memberikan
4-5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum
dengan cepat (efek bakteri sidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek
penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya
resistensi obat
2)Tahap lanjutan (continuation phase), dengan
hanya memberikan 2 macam obat per hari
atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan
pemberian dosis diatur berdasarkan berat
badan yakni kurang dari 33 kg, 33 - 50 kg
dan lebih dari 50 kg
b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis
Perawatan yang harus dilakukan pada
penderita tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling
berperan disini adalah orang terdekat yaitu
keluarga
2) Mengetahui adanya gejala efek samping
obat dan merujuk bila diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang
penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang
dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan
ventilasi dan pencahayaan yang baik
c. Pencegahan penularan TBC Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang
tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lisol
3) Makan makanan yang bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas
penderita 5) Memperhatikan lingkungan
rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
8. Komplikasi
a. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi
bisa terjadi ketika infeksi kuman TB
menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang.
Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa
terinfeksi dan memicu nyeri di bagian
tersebut.
b. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak
bisa menyebabkan meningitis atau
peradangan pada selaput otak. Radang
tersebut memicu pembengkakan pada
membran yang menyelimuti otak dan
seringkali berakibat fatal atau mematikan.
Yogyakarta: Rapha
Publishing
Pedoman Untuk
Brunner &