Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Motivasi Dan Kreativitas Serta Keaktifan Belajar Yang Dihasilkan

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika

Dedi Holden Simbolon, S.Si.,M.Pd


Dosen PGSD Universitas Quality
E-mail: dediholdensimbolon@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh motivasi dan kreativitas serta keaktifan
belajar yang dihasilkan melalui pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar Fisika.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA kelas X, semester genap, tahun ajaran
2011/2012. Sampel yang diteliti adalah siswa SMAS Advent 1 Medan sebanyak 1 kelas
(berjumlah 30 orang). Data penelitian yang dikumpulkan dari sampel adalah berupa data
motivasi,data Kreativitas, data keaktifan belajar, dan hasil belajar siswa. Data dianalisis dengan
analisis regresi linier dengan uji paired sample t-testpada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan
analisis data yang diperoleh maka dapat dinyatakan bahwa pada tingkat signifikan 0,05: (1)
terdapat pengaruh motivasi belajar siswa yang dihasilkan model pembelajaran berbasis
masalah terhadap hasil belajar Fisika, (2) terdapat pengaruh Kreativitas siswa yang dihasilkan
model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar Fisika, dan (3) terdapat pengaruh
keaktifan balajar siswa yang dihasilkan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil
belajar Fisika.

Pendahuluan diri pesarta didik. Perubahan tersebut


Ilmu Fisika merupakan ilmu yang dalam arti dapat menumbuhkembangkan
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan potensi-potensi yang ada dalam diri
eksperimen yang mencari jawaban atas peserta didik sehingga peserta didik dapat
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana memperoleh manfaat secara langsung
gejala-gejala alam khususnya yang dalam perkembangan pribadinya.
berkaitan dengan komposisi, struktur dan Tanggung jawab keberhasilan pengajaran
sifat, transformasi, dinamika dan tersebut berada di tangan seorang
energetika zat. Oleh sebabitu, mata pendidik. Artinya, seorang guru harus
pelajaran Fisika di SMA melibatkan berupaya semaksimal mungkin untuk
keterampilan dan penalaran. Ilmu Fisika mengatur proses pembelajaran sedemikian
merupakan produk (pengetahuan Fisika rupa sehingga komponen-komponen yang
yang berupa fakta,teori, prinsip, hukum) diperlukan dalam pengajaran tersebut
temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). dapat berinteraksi antar sesama
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran komponen.
Fisikaharus memperhatikan karakteristik
ilmu Fisika sebagai proses dan produk. Motivasi Belajar
Pengajaran sebagai proses Motivasi adalah mendorong atau
merupakan suatu sistem yang melibatkan usaha yang menyebabkan seseorang atau
berbagai bagian, antara lain pendidik kelompok orang tertentu tergerak
(guru), peserta didik (siswa), materi, melakukan sesuatu karena ingin mencapai
sumber belajar, media pembelajaran, tujuan yang dikehendaki atau mendapat
metode dan lain sebagainya. Berbagai kepuasan dengan perbuatannya (Kamus
bagian tersebut saling berinteraksi satu Besar Bahasa Indonesia, 2001). Nolker dan
dengan yang lainnya. Keberhasilan Schoenfeldt dalam Syahputra (2009)
pengajaran sangat ditentukan manakala menjelaskan bahwa motivasi merupakan
pengajaran tersebut mampu mengubah struktur dari berbagai motif yang timbul
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

pada diri seseorang. Namun pengertian kognitif. Karena Kreativitas merupakan


kata motivasi akan tetap merupakan suatu perwujudan dari perkembangan otak. Para
model yang ada dalam gagasan saja, pakar kreatiftas, misalnya Clark melalui
karena baik masing-masing motif maupun “Teori Belahan Otak” mengungkapkan
struktur penjalinan kerjasama antara bahwa sesungguhnya otak manusia itu
semua motif itu tidak dapat diamati secara menurut fungsinya terbagi dua belahan,
langsung. Kita hanya dapat mengambil yakni belahan otak kiri dan belahan otak
kesimpulan dari bentuk-bentuk perilaku kanan. Fungsi otak kiri adalah berkaitan
yang nampak. dengan pekerjaan yang bersifat ilmiah,
Motivasi mengandung tiga kritis, logis, linier, teratur, sistematis,
elemen penting, yaitu: (1) motivasi itu terorganisir, beraturan, dan sejenisnya.
mengawali terjadinya perubahan energi Adapun fungsi belahan otak kanan adalah
pada diri setiap individu manusia yang berkenaan dengan kegiatan yang bersifat
penampakannya akan menyangkut non linier, non verbal, holistik, humanistik,
kegiatan fisik manusia; (2) motivasi kreatif, mencipta, mendesain, dan
ditandai dengan munculnya feeling afeksi sejenisnya. Singkatnya, otak belahan kiri
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan mengarah kepada cara-cara berfikir
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, konvergen, sedangkan otak belahan kanan
afeksi dan emosi yang dapat menentukan mengarah kepada cara-cara berfikir
tingkah laku manusia; (3) motivasi akan menyebar.
dirangsang karena adanya tujuan. Jadi Kreativitas adalah kemampuan
motivasi dalam hal ini sebenarnya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
merupakan respon dari suatu aksi yang Kreativitas mengacu pada kemampuan
muncul dari dalam diri manusia. yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
Motivasi belajar adalah dorongan Selain itu Kreativitas sebagai kemampuan
dari dalam diri siswa yang menimbulkan yang mencerminkan kelancaran,
kegiatan serta arah belajar untuk mencapai keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir
tujuan yang dikehendaki siswa. Dengan serta kemampuan untuk mengelaborasi
kata lain, motivasi belajar dapat suatu gagasan.
mendorong usaha-usaha pencapaian hasil Adapun faktor-faktor yang
belajar yang maksimal, khususnya mata menentukan kreativitas seperti inteligensi,
pelajaran Fisika. Bila motivasi belajar tinggi, bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi
maka kegiatan pembelajaran pun kepribadian lainnya. Dan faktor-faktor yang
cenderung akan meningkat, dalam arti mempengaruhi kreativitas adalah usia,
pembelajaran akan aktif dan sungguh- tingkat pendidikan orang tua, tersedianya
sungguh sehingga tujuan yang diharapkan fasilitas, penggunaan waktu luang. Clark
dalam proses belajar mengajar dapat mengungkapkan bahwa kreativitas
tercapai. Tanpa adanya motivasi dan mencakup sistesis dari fungsi sebagai
perhatian, hasil belajar yang dicapai siswa berikut: (1) Thingking, (2) Feeling, (3)
tidak optimal. Untuk menumbuhkan Intuining. Ada beberapa factor sosiologis
motivasi dapat dilakukan melalui cara yang kondusif bagi perkembangan
mengajar yang bervariasi, pengulangan kreativitas, yaitu: (1) Tersedianya sarana
informasi maupun memberikan stimulus dan prasarana, (2) Keterbukaan terhadap
yang baru. Intensitas motivasi seorang keragaman cara berfkir, (3) Adanya
siswa akan sangat menentukan tingkat Keleluasaan, (4) Adanya toleransi terhadap
pencapaian hasil belajarnya. pandangan yang divergen (5) Adanya
penghargaan terhadap orang yang
Kreativitas Belajar berprestasi.
Perkembangan Kreativitas sangat Ada empat tahap proses kreatif
erat kaitannya dengan perkembangan siswa: (1) Persiapan, (2) Inkubasi, (3)

2
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

Iluminasi, (4) Fertifikasi. Ada juga Mengabstraksi berarti mengidentifikasi


karakteristik kreativitas siswa yaitu: (1) esensi dari bentuk atau struktur dari hal
Memiliki dorongan yang tinggi, (2) Memiliki yang diketahui sedangkan menemukan
rasa ingin tahu yang besar, (3) Memiliki berarti menghasilkan sesuatu yang
ketekunan yang tinggi, (4) Cenderung tidak dianggap baru dengan menggunakan
puas dengan kemampuan, (5) Penuh imajinasi, pikiran, dan eksperimen.
percaya diri, (6) Memiliki kemandirian yang Kedua, mengungkapkan. Aktifitas
tinggi, (7) Bebas dalam mengambil ini mengharapkan siswa dapat
keputusan, (8) Menerima diri sendiri, (9) menghasilkan kata, kalimat, bagan atau
Memiliki intuisi yang tinggi, (10) Cenderung tabel dengan menggunakan simbol yang
tertarik pada hal-hal yang kompleks, (11) sesuai dengan situasi masalahnya. Ini
Toleran terhadap ambiguitas, dan (12) merupakan proses belajar untuk
Bersifat sensitif (Asrori, 2007:60). mengkonstruksi model-model belajar dari
situasi masalah yang dihadapi.
Aktivitas Belajar Ketiga, membuktikan. Apabila
Keaktifan peserta didik dalam siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu,
menjalani proses belajar mengajar mereka perlu membuktikan berdasarkan
merupakan salah satu kunci keberhasilan argumen atau alasan yang terstruktur.
pencapaian tujuan pendidikan. Aktifitas Keempat, mengaplikasikan masalah.
merupakan asas yang terpenting dari asa- Konsep dan prosedur yang telah diketahui
asas didaktik karena belajar sendiri perlu diaplikasikan kesituasi baru. Dalam
merupakan suatu kegiatan dan tanpa mengaplikasikan mungkin siswa harus
adanya kegiatan tidak mungkin seseorang dapat mengabstraksikan.
belajar. Aktifitas sendiri tidak hanya Kelima, menyelesaikan masalah.
aktifitas fisik saja tetapi aktifitas psikis. Dari suatu masalah kompleks yang
Aktifitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dihadapi namun belum pernah
dengan anggota badan, membuat sesuatu, diselesaikan, seorang siswa harus
bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya menyelesaikan dengan konsep atau
duduk dan mendengarkan, melihat hanya teorema serta prosedur yang telah
pasif. Sedangkan aktifitas psikis adalah dikuasai. Keenam, mengkominikasikan.
peserta didik yang daya jiwanya bekerja Aktifitas ini berupa pertukaran informasi
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi diantara siswa, masing-masing dengan
dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004). menggunakan symbol yang sama. Para
Pendidikan saat ini menghendaki siswa harus mendapat kesempatan untuk
peranan aktifitas siswa dalam kegiatan menyatakan gagasannya secara verbal dan
interaksi dalam pembelajaran. Hal ini tidak tertulis, mengkonprehensikan dan
berarti guru pasif atau tidak aktif pada saat menginterpretasikan gagasan-gagasan
pembelajaran berlangsung, tetapi guru yang dinyatakan siswa lain.
berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif Pembelajaran Berbasis Masalah
dan kreatif dalam belajar. Dalam pembelajaran berbasis
Menurut Handoyo (Sugondo, masalah, siswa dituntut bertanggungjawab
1988) mengklasifikasikan aktifitas belajar atas pendidikan yang mereka jalani, serta
atau yang menurutnya disebut aktifitas diarahkan untuk tidak terlalu tergantung
intelektual siswa, yaitu: Pertama, menguji. pada guru. Pembelajaran berbasis masalah
Pada waktu guru memberikan materi, guru membentuk siswa mandiri yang dapat
hendaknya melibatkan intelektual siswa melanjutkan proses belajar pada
yaitu dengan menguji dan eksplorasi kehidupan dan karir yang akan mereka
situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai
untuk mengabstraksi dan menemukan. fasilitator atau tutor yang memandu siswa

3
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

menjalani proses pendidikan. Ketika siswa dari sekolah manapun yang akan diambil
menjadi lebih cakap dalam menjalani sebagai sampel akan diasumsikan
proses belajar pembelajaran berbasis memenuhi representatif. Sampel yang
masalah, tutor akan berkurang diteliti adalah siswa SMAS Advent 1
keaktifannya. Proses belajar pembelajaran Medan. Sampel diambil secara acak
berbasis masalah dibentuk dari sebanyak 1 kelas yaitu kelas XI-IPA
ketidakteraturan dan kompleksnya berdasarkan hasil pre tes.
masalah yang ada di dunia nyata. Hal Metode penelitian yang akan
tersebut digunakan sebagai pendorong digunakan dalam penelitian ini adalah
bagi siswa untuk belajar mengintegrasikan metode penelitian eksperimental.
atau mengorganisasi informasi yang Rancangan penelitian menggunakan model
didapat, sehingga nantinya dapat selalu pembelajaran berbasis masalah.
diingat dan diaplikasikan untuk Keberhasilan belajar siswa dinyatakan
menyelesaikan masalah-masalah yang akan berdasarkan perbedaan hasil pretest dan
dihadapi. Masalah-masalah yang akan postest yang diperoleh siswa tersebut.
didesain dalam pembelajaran berbasis Pengaruh motivasi dan Kreativitas
masalah memberi tantangan pada siswa diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa
untuk lebih mengembangkan keterampilan serta keaktifan belajar dinilai oleh peneliti
berpikir kritis dan mampu menyelesaikan saat berlangsungnya proses pembelajaran.
masalah secara efektif. Prosedur penelitian meliputi tahap
Siswa dihadapkan kepada persiapan, penyusunan perangkat
masalah dan mencoba untuk pembelajaran dan instrumen, tahap
menyelesaikan dengan bekal pengetahuan pelaksanaan, pengumpulan data, analisis
yang mereka miliki. Pertama-tama mereka data, dan laporan penelitian. Berikut ini
mengidentifikasi apa yang harus dipelajari adalah rancangan penelitian yang
untuk memahami lebih baik permasalahan diguanakan:
dan bagaimana cara memecahkannya. Tabel 1. Rancangan Penelitian
Langkah selanjutnya, siswa mencari Sampel Pret Motiva Pembelaj Post Motivas
es si dan aran yang es i,
informasi dari berbagai sumber seperti Kreativi Dilakukan Kreativi
buku, jurnal, laporan, informasi online atau tas tas,
bertanya pada pakar yang sesuai dengan Belajar Keaktif
an
bidangnya. Melalui cara ini, belajar Belajar
dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan Eksperi Y1 X1.1 Model Y2 X2.1
men X1.2 pembelaj X2.2
dan gaya tiap individu. Setelah aran X2.3
mendapatkan informasi, mereka kembali berbasis
pada masalah dan mengaplikasikan apa masalah
yang telah mereka pelajari untuk lebih
memahami dan menyelesaikannya. Di akhir Pengumpulan data dilakukan
proses, siswa melakukan penilaian dalam dua tahap, yaitu tahap pertama
terhadap dirinya dan memberi kritik mengumpulkan data motivasi, Kreativitas,
membangun bagi kolega. dan aktifitas belajar siswa dengan
instrumen angket dan observasi. Instrumen
Metode Penelitian angket yang digunakan peneliti adalah
Populasi dalam penelitian ini angket tertutup yang setiap itemnya berisi
adalah seluruh siswa SMA kelas X semester pertanyaan yang sudah disediakan
genap, tahun ajaran 2011/2012. Karena jawabannya. Setiap item memiliki alternatif
populasi ini terdiri dari siswa yang jawaban yang berjenjang menurut skala
dibelajarkan dengan KTSP yang sama, Linkert. Dengan 4 pilihan jawaban, yaitu: SS
semester yang sama, dan tahun ajaran (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak
yang sama maka dipertimbangkan siswa Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

4
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

Tahap kedua mengumpulkan data


hasil belajar siswa dengan instrumen tes
hasil belajar. Masing-masing item tes hasil
belajar ini adalah yang memenuhi kriteria
uji validitas, uji reliabelitas, uji tingkat
kesukaran dan uji daya beda.
Tes hasil belajar digunakan untuk
mengukur penguasaan dan kemampuan
yang dicapai seseorang dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Menurut Gambar 1. Skor Berdasarkkan Data
Arikunto (2003), tes adalah serentetan Motivasi
pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan dan intelegensi Berdasarkan data Kreativitas
ataupun kemampuan yang dimiliki oleh siswa diketahui skor tertinggi 100 dan skor
individu atau kelompok. Tes yang terendah 74, dengan rata-rata (M) 89,07
digunakan untuk mengukur kemampuan dan simpangan baku 7,755.
kognitif berdasarkan hasil belajar siswa
adalah dalam bentuk pilihan berganda
(multiple choise).
Tes disusun berdasarkan
kompetensi dasar dan indikator pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan
dengan menyusun kisi-kisi terlebih dahulu
dengan lima pilihan jawaban yaitu A, B, C,
Gambar 2. Skor Berdasarkkan Data
D, dan E. Seluruh butir tes hasil belajar
Kreatiivitas
dirancang hingga mencakup kawasan
kognitif menurut taksonomi Bloom yaitu
Berdasarkan data aktivitas belajar
aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
siswa diketahui skor tertinggi 32 dan skor
penerapan (C3), analisis (C4). Teknik
terendah 22, dengan rata-rata (M) 27,07
pemberian skor pada tes objektif dilakukan
dan simpangan baku 3,183.
secara dikotomi, yaitu jawaban benar
diberi skor 1 (satu) dan jawaban salah
diberi 0 skor (nol). Untuk analisis dilakukan
pemberian skor dalam rentang 0-100. Tes
objektif ini lebih dahulu diuji cobakan
untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
daya pembeda dan indeks kesukaran tes.

Hasil dan Pembahasan


Data yang dideskripsikan pada
penelitian ini meliputi data hasil belajar, Gambar 3. Skor Berdasarkkan Data
motivasi belajar, Kreativitas, dan keaktifan Asktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran listrik
dinamis di kelas X SMAS Advent 1 Medan, Berdasarkan data hasil belajar
yang dibelajarkan dengan pembelajaran Fisika siswa diketahui skor tertinggi 89 dan
berbasis masalah. Berdasarkan data skor terendah 64, dengan rata-rata (M)
motivasi belajar siswa diketahui skor 78,77 dan simpangan baku 7,50.
tertinggi 100 dan skor terendah 76, dengan
rata-rata (M) 86,67 dan simpangan baku
7,341.

5
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

menunjukkan pengaruh yang signifikan


terhadap hasil belajar, dan (3) Aktifitas
siswa yang diajar dengan pembelajaran
berbasis masalah menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian pertama
menunjukkan bahwa pengaruh motivasi
belajar yang dihasilkan pembelajaran
Gambar 4. Skor Berdasarkkan Data Hasil berbasis masalah terhadap hasil belajar
Belajar Fisika siswa. Berdasarkan data angket
motivasi yang diperoleh dalam penelitian
Untuk pengujian hipotesis skor motivasi sebelum pembelajaran
penelitian digunakan teknik analisis regresi memiliki skor rata-rata 70,43, skor tertinggi
linier dengan uji paired sample T-Test pada 77, dan skor terendah 61. Setelah
taraf signifikan α = 0,05. Pertama untuk dilakukan pembelajaran berbasis masalah,
melihat pengaruh motivasi belajar siswa motivasi siswa kembali diukur dimana skor
yang dihasilkan model pembelajaran rata-rata 86,67, skor tertinggi 102, dan skor
berbasis masalah terhadap hasil belajar terendah 76. Dari jumlah skor tersebut
Fisika, kedua untuk melihat pengaruh dapat diasumsikan bahwa pembelajaran
Kreativitas belajar siswa yang dihasilkan berbasis masalah dapat meningkatkan
model pembelajaran berbasis masalah motivasi belajar siswa pada pelajaran
terhadap hasil belajar Fisika, dan ketiga Fisika.
untuk melihat pengaruh aktifitas belajar Berdasarkan uji Paired Sampel
siswa yang dihasilkan model pembelajaran T-test yang dilakukan pada pengaruh
berbasis masalah terhadap hasil belajar motivasi yang dihasilkan pembelajaran
Fisika. berbasis masalah terhadap hasil belajar
diperoleh bahwa secara keseluruhan
Tabel 2. Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa terdapat pengaruh yang signifikan yang
melalui Penerapan Model PBL ditunjukkan oleh harga sig. 0,047 < 0,05.
Hasil penelitian kedua
Unstandardized Standardize menunjukkan bahwa pengaruh kreativitas
Coefficients Coefficients
Predictors t Sig. yang dihasilkan pembelajaran berbasis
Std.
B Beta masalah terhadap hasil belajar Fisika siswa.
Error
Berdasarkan data angket Kreativitas yang
(Constant) 2.709 12.164 .223 .825
diperoleh dalam penelitian skor Kreativitas
Motivasi .321 .154 .315 2.085 .047
sebelum pembelajaran memiliki skor rata-
1 Kreativitas .312 .151 .323 2.075 .048 rata 79,73, skor tertinggi 86, dan skor
Aktivitas
.753 .342 .320 2.199 .037 terendah 72. Setelah dilakukan
Belajar
pembelajaran berbasis masalah, motivasi
siswa kembali diukur dimana skor rata-rata
89,07, skor tertinggi 103, dan skor
Berdasarkan pengumpulan terendah 74. Dari jumlah skor tersebut
data dan pengolahan data statistik yang dapat diasumsikan bahwa pembelajaran
dilakukan di SMAS Advent 1 Medan, berbasis masalah dapat meningkatkan
diperoleh temuan-temuan penelitian Kreativitas siswa pada pelajaran Fisika.
sebagai berikut: (1) Motivasi siswa yang Berdasarkan uji Paired Sampel
diajar dengan pembelajaran berbasis T-test yang dilakukan pada pengaruh
masalah menunjukkan pengaruh yang Kreativitas yang dihasilkan pembelajaran
signifikan terhadap hasil belajar, (2) berbasis masalah terhadap hasil belajar
Kreativitas siswa yang diajar dengan diperoleh bahwa secara keseluruhan
pembelajaran berbasis masalah

6
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

terdapat pengaruh yang signifikan yang Daftar Pustaka


ditunjukkan oleh harga sig. 0,048 < 0,05.
Hasil penelitian ketiga Arikunto, S., (1999). Prosedur Penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh aktifitas Suatu Pendekatan Praktek.
belajar yang dihasilkan pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta.
berbasis masalah terhadap hasil belajar ---------------- (2003). Dasar-Dasar Evaluasi
Fisika siswa. Berdasarkan observasi yang Pendidikan. Jakarta: Bumi
dilakukan selama proses pembelajaran Aksara.
diperoleh skor untuk aktivitas siswa Ayu, D. (2009). Evaluasi Pembelajaran.
dimana skor rata-rata 27,07, skor tertinggi Universitas Negeri Malang.
32, dan skor terendah 22. http://ventidanokarsa.blogspot
Berdasarkan uji Paired Sampel .com/2009/05/evaluasi-
T-test yang dilakukan pada pengaruh pembelajaran.html
aktifitas belajar yang dihasilkan Budiningsih., 2005. Belajar dan
pembelajaran berbasis masalah terhadap Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka
hasil belajar diperoleh bahwa secara Cipta.
keseluruhan terdapat pengaruh yang Dahar, R. W., (1988). Teori-Teori Belajar.
signifikan yang ditunjukkan oleh harga sig. Jakarta: Erlangga.
0,037 < 0,05. Davidoff, LL., (1988). Psikologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian dapat Depdiknas., (2003), Kurikulum Mata
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Pelajaran Fisika. Jakarta:
motivasi belajar siswa yang dihasilkan Depdiknas.
model pembelajaran berbasis masalah Eka, P, Kaharuddin. (2011). Evaluasi
terhadap hasil belajar Fisika, dengan harga Pembelajaran.
sig. 0,047 < 0,05; terdapat pengaruh http://kumpulanmakalahdana
Kreativitas siswa yang dihasilkan model rtikelpendidikan.blogspot.com
pembelajaran berbasis masalah terhadap /2011/01/evaluasi-
hasil belajar Fisika, dengan harga sig. 0,047 pembelajaran.html
< 0,05; terdapat pengaruh keaktifan belajar Gulo, W., (2002). Strategi Belajar
siswa yang dihasilkan model pembelajaran Mengajar. Jakarta: PT.
berbasis masalah terhadap hasil belajar Gramedia Widiasarana
Fisika, dengan harga sig. 0,037 < 0,05. Indonesia.
Diharapkan untuk meningkatkan motivasi, Hasanah, A., (2004). Mengembangkan
Kreativitas, aktifitas, dan hasil belajar siswa Kemampuan Pemahaman dan
khususnya untuk materi listrik dinamis, Penalaran Matematika Siswa
guru Fisika dapat menerapkan SMP Melalui Pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah. Dalam Berbasis Masalah yang
pembelajaran Fisika di SMA, sebaiknya Menekankan Pada
lebih melibatkan siswa dalam memecahkan Representasi Matematik, Tesis.
masalah tentang materi yang dipelajari Jakarta: Universitas Pendidikan
sehingga peserta didik lebih tertarik dan Indonesia.
tertantang. Guru hendaknya memiliki Kelly,O. C., (2005). Problem-Based
kemampuan dan pengetahuan untuk Lerarning. Centre for Learning
merancang pembelajaran, memilih model and Proffessional Devolepmen.
pembelajaran yang sesuai dengan Australia: University of
karakteristik materi pelajaran yang akan Adelaide.
diajarkan. Ram, P., (1999). Problem-Based Learning in
Undergraduate Education,

7
JURNAL STINDO PROFESIONAL
Volume 4 | Nomor 1 | Januari 2018
I S S N : 2443 - 0536

Journal of Chemical Education Sugondo, P., (1988). Aktifitas Belajar dan


76(8): 122-126. Hasil Belajar. Jakarta: Media
Nasution, A. (2005). Kurikulum dan Karya.
Pengajaran. Jakarta: Bumi Suyanti, R. D, (2010). Strategi
Aksara. Pembelajaran Fisika.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sanjaya, W., (2006). Strategi Pembelajaran Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta:
Berorerientasi Standar Proses Raja Grafindo Persada.
Pendidikan. Jakarta: Kencana Umar, H., (1996). Metode Penelitian Untuk
Prenada Media Group. Skripsi dan Thesis Bisnis.
----------------- (2010). Perencanaan dan Jakarta: Raja Grafindo
Desain Sistem Pembelajaran. Perkasa.
Jakarta: Kencana Prenada Winkel, W.S., 1991. Psikologi Pengajaran.
Media Group. Gramedia, Jakarta
Slameto., (2003). Belajar dan Faktor yang Yunarni, H. (2010). Pemanfaatan
Mempengaruhinya, Jakarta: Penerbit Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil
Bina Aksara. Belajar Biologi. Jurnal Tabularasa PPs
Sudjana, N., 1996. Metode Unimed. 7(2):95-104.
Statistik. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai