Anda di halaman 1dari 13

Model Pengajaran dan Pembelajaran Objek Langsung Matematika

(direct instruction/ direct learning)


Salah satu dari 14 kegiatan dalam merencanakan pelajaran matematika yang di bahas pada
bab 4 adalah memilih Strategi Mengajar/ Belajar yang tepat. Pada bab ini akan dibahas bagaimana
menggunakan model pembelajaran yang efektif dalam kegiatan pembelajaran matematika.
Sebelunya ingat kembali Apa yang dimaksud dengan model dan apakah model berbeda dari
strategi belajar mengajar? Meskipun banyak orang menggunakan kata "model" dan "strategi"
secara sinonim dalam percakapan sehari-hari, dalam penggunaan teknis istilah "model" biasanya
digunakan untuk proses dan strategi yang digeneralisasi untuk prosedur yang lebih spesifik. Model
pengajaran/ pembelajaran adalah bentuk umum proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk
banyak topik yang berbeda dalam berbagai mata pelajaran. Strategi Pembelajaran adalah prosedur
khusus untuk mengajarkan topik atau pelajaran tertentu. Sebagai contoh, model individual, model
kelompok, model penemuan, dan model inkuiri dapat digunakan untuk pengajaran dan
pembelajaran dalam banyak mata pelajaran; sedangkan rencana pelajaran yang menggabungkan
salah satu model ini dalam strategi tertentu untuk mengajar topik matematika tertentu hanya
digunakan dalam pengajaran topik itu.
Untuk sebagian besar pelajaran matematika, salah satu dari beberapa model pengajaran/
pembelajaran mungkin sesuai, dan beberapa objek matematika langsung dan tidak langsung dapat
diajarkan secara bersamaan. Enam model pengajaran/ pembelajaran yang sesuai untuk
mengajarkan objek langsung matematika akan dibahas dalam bab ini. Model pengajaran/
pembelajaran yang terkait dengan pengajaran objek tidak langsung matematika akan dibahas
dalam Bab 6.

Bagian I. Objek Langsung dalam Belajar Model Pengajaran / Pembelajaran


Matematika
 Model ekspositori
 Fakta  Model Advance Organizer
 Keterampilan  Model Penemuan/ Inkuiri
 Konsep  Model Permainan/ Games
 Prinsip  Model Individual
 Model Spiral
Bagian II. Objek Tidak Langsung dalam Belajar Model Pengajaran / Pembelajaran
Matematika
 Model pembuktian teorema
 Pembuktian teorema  Model pemecahan masalah
 Penyelesaian masalah  Model laboratorium
 Transfer pembelajaran  Mode pertanyaan
 Belajar bagaimana belajar  Model proses kelompok
 Perkembangan intelektual  Model dengan komputer
 Bekerja secara individual
 Bekerja dalam kelompok
 Sikap positif
Sebelum masuk ke Strategi, kita ingat kembali objek langsung dalam belajar matematika:

A. Fakta
Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, notasi, ataupun
istilah. Lambang “1” untuk menyatakan banyaknya sesuatu yang tunggal merupakan contoh dari
fakta. Begitu juga lambang “+”, “–“, ataupun ”×” untuk operasi penjumlahan, pengurangan,
ataupun perkalian dan “K” untuk keliling.

B. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau
bukan. Contoh konsep abstrak misalnya Segitiga, Bil Asli, Bil Prima, dll. Contoh konsep kongkrit
misalnya Penggaris, Jangka, meja, kursi, dll.Konsep dalam matematika dapat berupa istilah dan
simbol, dimana dalam istilah ini ada yang dapat didefinisikan dan ada pula yang tidak dapat
didefinisikan. Contoh tak terdefinisi seperti himpunan, grup, gelanggang, ruang vektor. Contoh
Istilah terdefinisi dalam matematika, kita biasa mengenal istilah terdefinisi seperti fungsi, matriks
dan vector

C. Prinsip
Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih.
Prinsip dalam matematika dapat berupa teorema atau dalil. Contoh Teorema: Jumlah sudut luar
segitiga sama dengan 360°. Contohnya, rumus luas segitiga ( L = 1/2 . a . t ). Pada rumus luas
segitiga di didapati adanya beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep luas, konsep panjang
alas segitiga dan konsep tinggi segitiga.

D. Prosedur/Keterampilan
Prosedur dalam matematika adalah langkah atau urutan atau cara yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas-tugas matematika yang mencakup langkah demi langkah dalam melakukan
tugas. Seorang siswa dinyatakan belum menguasai suatu keterampilan jika ia tidak menghasilkan
suatu penyelesaian yang benar atau tidak dapat menggunakan dengan tepat suatu prosedur atau
aturan yang ada. Kesimpulannya, seorang siswa dinyatakan telah menguasai suatu keterampilan
jika ia dapat menggunakan dengan tepat suatu prosedur atau aturan dan dapat menghasilkan suatu
penyelesaian yang benar. Contoh: Untuk menentukan vektor resultan (vektor pengganti) 2 buah
vektor dapat dilakukan dengan cara: Cara Jajaran Genjang Cara Segitiga Vektor, Cara Polygon

Model Pengajaran dan Pembelajaran Objek Langsung Matematika


A. Model Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher-centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi
ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa.
Menurut Bell (1981: 224) Objek langsung dalam matematika yaitu fakta, konsep, prinsip
dan keterampilan (FKPK) dapat disajikan dan dikembangkan dalam model pembelajaran
ekspositori namun untuk objek tidak langsung seperti pembuktian teorema dan pembelajaran
kelompok terkadang lebih baik jika menggunakan model lain. Bell sudah menyusun sembilan
aktifitas untuk menggambarkan strategi pengajaran ekspositori dalam menyajikan konsep, prinsip
dan keterampilan dalam bentuk kegiatan mengajar konsep, prinsip dan keterampilan sebagai
berikut:
1. Beritahu siswa tujuan yang ingin dicapai baik kognitif dan afektif pada kegiatan belajar
2. Sebutkan keterampilan, konsep, atau prinsip yang harus dikuasai siswa, bagikan dalam bentuk
kertas jika mungkin
3. Lakukan strategi penilaian awal yaitu mengidentifikasi materi prasyarat terkait keterampilan,
konsep, dan prinsip yang dapat digunakan untuk menentukan apakah setiap siswa siap untuk
mempelajari materi baru
4. Definisikan konsep dengan bahasa yang sesuai dengan tingkatan siswa, Simpulkan atau
demonstrasikan prinsip dan keterampilan dengan kasus tertentu.
a) Ketika mengajarkan keterampilan dan prinsip matematika, penting untuk memulai dengan
contoh daripada representasi umum. Contohnya dalam keterampilan menyelesaikan
persamaan linier satu variabel dengan koefisien bilangan bulat dapat diringkas sebagai
c−b
solusi persamaan linier dengan bentuk ax + b = c adalah x = . Siswa lebih mungkin
a
untuk memahami dan menerapkan keterampilan jika disajikan melalui contoh khusus
seperti:
3x + 4 = 2
3x + 4 − 4 = 2 − 4
3x = −2
3x −2
=
3 3
−2
x=
3
b) Ketika mengajarkan prinsip seperti akibat teorema pada materi Geometri bahwa “dalam
sebuah lingkaran besar sudut keliling sama dengan setengah besar sudut pusat yang
menghadap busur yang sama.” akan lebih baik jika guru menggambar lingkaran dengan
ukuran berbeda, membangun sudut pusat dan keliling di setiap lingkaran, dan mengukur
dengan busur. Ketika pendekatan ini digunakan, banyak siswa akan menemukan prinsip
itu sendiri.
5. Peragakan keterampilan, konsep, atau prinsip melalui beberapa contoh lagi. Setelah suatu
keterampilan dan prinsip dikembangkan dengan menggunakan kasus tertentu, hendaknya
diperlihatkan beberapa kali oleh guru dengan menggunakan beberapa contoh berbeda. Peragaan
yang berulang ini membantu siswa memahami keterampilan atau prinsip.
6. Minta siswa mengembangkan algoritma untuk keterampilan tersebut. Bandingkan contoh dan
non-contoh konsep. Terapkan prinsip dalam beberapa kasus.
a) Setelah guru mengembangkan keterampilan matematika melalui demonstrasi beberapa
contoh, siswa harus mengembangkan algoritma yang sama dengan menggunakan contoh
baru. Langkah dalam mempelajari suatu keterampilan ini dapat dilakukan dengan meminta
setiap siswa untuk mengembangkan keterampilan tersebut dengan memecahkan masalah
sendiri atau dengan mengirimkan sekelompok siswa ke depan untuk mengembangkan
algoritma dari kasus tertentu.
b) Dalam mengajarkan sebuah konsep langkah keenam adalah siswa mampu
mengelompokkan contoh dan non contoh dari setiap konsep. Kemampuan menuliskan
definisi suatu konsep hanya menunjukkan bahwa siswa tersebut mengetahui konsep
tersebut. Namun, kemampuan untuk mengklasifikasikan contoh dan bukan contoh suatu
konsep menunjukkan pemahaman dan penerapan konsep tersebut pada siswa.
c) Dalam mengajarkan sebuah prinsip, langkah keenam adalah meminta siswa menerapkan
prinsip tersebut pada beberapa kasus berbeda dengan umpan balik langsung dari guru
mengenai kesesuaian dan ketepatan dari setiap penerapan. Meskipun siswa dapat
menggunakan prinsip di sejumlah contoh, namun banyak siswa tidak akan memahami atau
mengingat prinsip tersebut jika mereka tidak menerapkannya dalam beberapa situasi.

7. Mintalah siswa mempraktikkan keterampilan pada beberapa latihan. Mintalah siswa


mengidentifikasi dimensi konsep yang tidak relevan. Evaluasi penguasaan siswa terhadap
prinsip melalui strategi prinsip pasca penilaian.
a) Setelah keterampilan baru diberikan oleh guru melalui beberapa contoh dan setiap siswa
telah mendemonstrasikan keterampilan tersebut dalam kasus tertentu kemudian setiap siswa
hendaknya mempraktikkan keterampilan tersebut pada beberapa latihan. Ini dapat dicapai
dengan menyediakan waktu untuk praktik siswa di akhir jam belajar. Dengan cara guru
memberikan satu item latihan, memberikan siswa waktu untuk mengerjakan, kemudian
memeriksa apakah setiap siswa telah mendemonstrasikan keterampilan dengan benar. Guru
dapat memeriksa pekerjaan siswa dengan berjalan atau menuliskan jawaban didepan agar
siswa bisa membanuingkan dengan hasil yang mereka buat. Metode apa pun yang digunakan
agar segera memberikan evaluasi berbentuk latihan agar mengetahui pemahaman siswa.
b) Dalam mengajarkan sebuah konsep, sangat penting bagi siswa untuk dapat mengidentifikasi
dimensi konsep yang tidak relevan sehingga aktivitas ketujuh model ekspositori untuk
mengajarkan sebuah konsep menekankan proses ini. Konsep fungsi matematika tidak
bergantung pada cara fungsi tersebut direpresentasikan. Fungsi dapat diwakili oleh pasangan
objek yang diurutkan atau dengan rumus matematika.
c) Kegiatan ketujuh dan terakhir dalam model ekspositori untuk mengajarkan sebuah prinsip
adalah penilaian pasca (yang dapat dilakukan sebagai tugas pekerjaan rumah atau kuis lisan
atau tertulis) untuk mengevaluasi keberhasilan setiap siswa dalam mempelajari prinsip.
Postassessment memberikan ukuran sejauh mana setiap siswa memahami prinsip tersebut
dan mampu menerapkannya dalam memecahkan masalah atau membuktikan teorema.

8. Evaluasi penguasaan keterampilan siswa. Mintalah siswa berlatih menggunakan konsep


tersebut.
a) Dalam mengajarkan suatu keterampilan dan prinsip, kegiatan terakhir hendaknya
mengevaluasi tingkat penguasaan keterampilan masing-masing siswa. Karena kemampuan
setiap siswa berbeda maka tidaklah cukup untuk mengidentifikasi jawaban yang benar dan
yang salah, tapi perlu dianalisa letak kesalahan dan lakukan remedial. Hal ini dilakukan
sampai siswa menguasai keterampilan ini sebagai prasyarat sebelum masuk ke
keterampilan yang baru.
b) Kegiatan kedelapan dalam mengajarkan sebuah konsep adalah memberikan kepada setiap
siswa beberapa item latihan yang merepresentasikan konsep tersebut. Item praktik ini dapat
mencakup pengklasifikasian contoh dan non-contoh konsep, membuat contoh konsep, dan
menerapkan konsep dalam memecahkan masalah atau membuktikan teorema. Item latihan
harus dipilih sehingga dimensi yang tidak relevan terwakili.

9. Evaluasi penguasaan konsep siswa.


a) seperti dalam model ekspositori untuk keterampilan dan prinsip mengajar, aktivitas
terakhir model ekspositori untuk mengajarkan sebuah konsep adalah penilaian. Dalam
semua situasi belajar-mengajar, penilaian pasca harus dirancang untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam memenuhi tujuan kognitif dan afektif. Hasilnya dibagikan
sebelum masuk materi baru. Item kuis pasca penilaian yang konsisten dengan tujuan
pembelajaran bisa dipilih dan dikembangkan untuk mengukur prestasi siswa.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam kelas saat menggunakan strategi
Ekspositori menurut Bell (1981:228-231)
1. Meskipun model ekspositori didominasi oleh guru, model ini juga dapat berpusat pada siswa
jika guru mencoba untuk melibatkan siswa dalam pelajaran,
2. Mengamati ekspresi wajah dan reaksi lain dari siswa dan membuat penyesuaian menit demi
menit dalam pembelajaran mereka sesuai dengan perilaku siswa,
3. Strategi pengajaran ekspositori tidak selalu menjadi strategi ceramah dan demonstrasi. Guru
dapat mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan yang diajukan siswa, dan mendorong
diskusi kelas dan komentar selama pelajaran. Seperti "Apakah ada pertanyaan?" atau "Apakah
ada yang punya komentar?"
4. Meskipun penting bagi guru untuk mengajukan pertanyaan yang baik, lebih penting lagi
bahwa mereka mendengarkan jawaban siswa atas pertanyaan dan menganalisis serta
mengevaluasi jawabannya sebelum diberikan.
5. Guru harus melatih diri mereka sendiri untuk menganalisis setiap jawaban dari siswa dengan
bahasa mereka sendiri.
6. Tidak mengabaikan jawaban salah siswa karena Seringkali jawaban yang salah tidak hanya
menunjukkan bahwa siswa belum mempelajari materi tetapi juga menunjukkan dimana
kesulitan siswa sehingga mereka belum paham. Contoh tanggapan guru yang tepat untuk
jawaban yang salah (dan terkadang jawaban yang benar) adalah "bagaimana cara untuk
mendapatkan jawaban itu?" atau "Bisakah Anda memberikan alasan untuk jawaban ini?".
Kadang-kadang ketika siswa mencoba untuk menjelaskan jawaban mereka yang benar,
menjadi jelas bahwa mereka hanya menghafal jawaban yang benar dan memiliki sedikit
pemahaman tentang keterampilan, konsep atau prinsip.
7. Dalam mengajukan pertanyaan, guru hampir selalu memikirkan jawabannya. Sungguh, tidak
jarang guru mengharapkan siswa untuk menjawab pertanyaan dalam waktu dua hingga lima
detik setelah pertanyaan itu diajukan. Untuk sebagian besar pertanyaan yang memerlukan
aktivitas kognitif tingkat lebih tinggi daripada pengetahuan, banyak siswa memerlukan
sepuluh detik atau lebih lama untuk merumuskan jawaban. Ketika seorang siswa tetap diam
setelah diberi pertanyaan. Ini bisa berarti dia tidak tahu jawabannya atau bisa juga berarti
siswa sedang merumuskan jawaban.
8. Terlepas dari kenyataan bahwa model pengajaran ekspositori telah kehilangan dukungan dari
beberapa pendidik selama beberapa tahun terakhir, model ini adalah model yang valid dan
praktis untuk menyajikan keterampilan, konsep, dan prinsip matematika kepada siswa. Ketika
digunakan dengan benar, strategi ekspositori sangat membantu dalam mempromosikan
pembelajaran yang bermakna dalam matematika. Seperti halnya dengan kebanyakan strategi
pengajaran yang tidak tepat digunakan, strategi ekspositori juga dapat gagal mencapai hasil
yang diinginkan. Model pengajaran ekspositori adalah alat yang berharga bagi guru
matematika dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan model pengajaran / pembelajaran
lain atau dapat dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan pelajaran matematika khusus.

B. Model Pengajaran/ Pembelajaran Pengatur Awal (Advance Organizer)


Model pengajaran/ pembelajaran Advance Organizer, yang dikembangkan dan diuji oleh
psikolog David P. Ausubel, adalah model yang didominasi guru yang terkait erat dengan model
ekspositori. Model ini dapat digunakan sebagai pelengkap model lain atau dapat diintegrasikan
dengan model lain. Model Ausubel didasarkan pada teorinya tentang pembelajaran verbal yang
bermakna, yang dibahas dalam Bab 3.
Model Advance Organizer sangat cocok untuk menyajikan fakta, keterampilan, konsep dan
prinsip berdasarkan tujuan kognitif di tingkat pengetahuan dan pemahaman. Penekanan dalam
model ini adalah struktur disiplin dan struktur kognitif. Menurut Ausubel, ada rangkaian antara
cara materi pelajaran disusun dan cara orang mengatur pengetahuan dalam pikiran (struktur
kognitif). Ausubel menggambarkan pikiran sebagai suatu sistem pemrosesan informasi dan
penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan struktur konseptual dari disiplin
akademis. Ausubel berpendapat bahwa gagasan baru dapat bermanfaat dipelajari dan
dipertahankan hanya sejauh mereka dapat berhubungan dengan konsep yang sudah tersedia.

Jika disimpulkan model pembelajaran Advance Organizer adalah suatu model


pembelajaran yang disusun untuk memberikan arah dalam menyusun suatu materi pembelajaran,
dimana siswa dibantu oleh guru untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai dan cara
berpikir yang pada prinsipnya siswa dapat melihat kebermaknaan materi yang akan dipelajari dan
menghubungkannya dengan materi yang sudah dipelajari. Dalam kegiatannya siswa dapat
menjelaskan kembali materi tersebut. Adapun garis besar kegiatan-kegiatan dalam model
pembelajaran Advance Organizer yang disebut Elemen Model Advance Organizer oleh Bell
(1988: ) sebagai berikut:

1. Memperhatikan asumsi yang mendasari model advance organizer


Asumsi dasar yang mendasari model Advance Organizer terdiri dari dua prinsip untuk
mengatur konten. Ausubel menyebut prinsip-prinsip ini diferensiasi progresif dan rekonsiliasi
integratif.
a. Diferensiasi Progresif (Progressive differentiation)
Diferensiasi progresif yaitu proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian yang
lebih rinci dan khusus. Jadi, pembelajar dalam mengajarkan konsep-konsep harus dari yang
paling inklusif kemudian konsep yang kurang inklusif setelah itu pembelajar memberikan
yang khusus seperti contoh-contoh. Ausubel percaya bahwa pendekatan top-down untuk
menyajikan suatu topik akan membantu siswa mengatur dan menyusun informasi baru dan
akan membuat pembelajaran lebih bermakna. Titik awal untuk setiap mata pelajaran, unit,
atau topik matematika harus berupa presentasi dan diskusi tentang prinsip-prinsip umum
diikuti dengan presentasi fakta, keterampilan, dan konsep tertentu.
b. Rekonsiliasi Integratif (Integrative reconciliation)
Rekonsiliasi integratif yaitu informasi baru harus secara sadar diintegrasikan dan
direkonsiliasi dengan materi yang dipelajari sebelumnya dari disiplin ilmu. Ini berarti bahwa
guru harus dengan sengaja mengatur mata pelajaran, unit, dan topik mereka sehingga
pembelajaran selanjutnya terkait dengan pembelajaran sebelumnya. Guru juga harus
mempresentasikan materi sehingga siswa mengenali hubungan antara berbagai topik.
Dengan penjelasan lain menyatakan bahwa rangkaian kurikulum harus dikelola sehingga
materi yang ada secara berurutan terhubung dengan materi-materi yang telah disajikan
sebelumnya.

2. Mengembangkan advance organizer


Ausubel mengidentifikasi dua jenis organizer, organizer ekspositori, dan organizer komparatif
a. Ekspository Advance Organizer, diformulasikan untuk membekali pelajar dengan struktur
mental dimana siswa dapat menghubungkan materi asing yang akan mengikuti organizer.
Organizer ekspositori terbiasa memperkenalkan materi yang asing atau baru bagi siswa.
b. Comparatif Advance Organizer, membantu siswa mengintegrasikan konsep dan prinsip baru
dengan konsep dan prinsip yang telah mereka pelajari sebelumnya dalam mata pelajaran
yang sama. Bentuk ini bertujuan mempertajam dan memperluas pemahaman konsep,

3. Mempresentasikan advance organizer


Advance Organizer memiliki keserbagunaan yang cukup besar dan dapat digunakan
dalam mengajarkan banyak keterampilan, konsep, dan prinsip dalam matematika. Advance
Organizer juga sesuai untuk digunakan sebagai pengantar perkuliahan karena mereka
membantu siswa dan guru mengatur dan menyusun materi baru. Meskipun advance organizer
pada awalnya dipahami sebagai strategi verbal untuk memperkenalkan materi baru dalam mode
ceramah, ia juga dapat disajikan dalam konteks demonstrasi, diskusi kelompok, permainan,
latihan laboratorium, model, atau film. Advance Organizeryang diilustrasikan pada halaman
136 dan 137 adalah permainan siswa yang berorientasi pada aktivitas untuk memperkenalkan
konseptualisasi pengoperasian sistem komputer.
Panduan intuitif untuk lamanya seorang Advance Organizer dalam matematika (yang
tidak bertentangan atau didukung oleh studi penelitian terkontrol) adalah bahwa presentasi dari
seorang penyelenggara harus berlangsung setidaknya beberapa menit tetapi tidak lebih dari satu
periode kelas. Pemaparan dengan durasi beberapa menit harus memberikan waktu yang cukup
bagi siswa untuk merumuskan struktur kognitif berdasarkan penyelenggara sebelum perhatian
mereka diarahkan ke informasi yang lebih spesifik. Apabila presentasi dari advance organizer
diinterupsi oleh bel yang mengakhiri kelas dan penyelenggara harus dilanjutkan keesokan
harinya di kelas, terdapat resiko struktur kognitif yang belum terbentuk secara sempurna dapat
terlupa atau dapat mengganggu struktur mental yang terbentuk saat advance organizer
dilanjutkan.
Salah satu potensi bahaya dalam menggunakan advance organizer adalah sebagian
siswa kurang memperhatikan presentasi dari organizer. Sebelum mempresentasikan advance
organizer, guru harus memastikan bahwa kelas tenang dan semua orang memperhatikan.
Mungkin berguna untuk memberikan pengantar singkat sebelum mempresentasikan
penyelenggara untuk melihat apakah keluar dari kegiatan kelas lainnya. Mungkin juga berguna
untuk merujuk kembali ke penyelenggara beberapa kali pada poin yang sesuai selama kegiatan
berikutnya.

4. Kegiatan dalam mengikuti advance organizer


Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah
presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi
pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap terakhir ini
menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan
proses pembelajaran aktif.
Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran
adalah salah satu cara untuk memperolah perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada
tujuan-tujuan pembelajaran, keduanya penting untuk memfasislitasi pembelajaran yang
bermakna. menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang
relevan.
Setelah presentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan
dalam tahap kedua dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimentasi, atau membaca. Selama
presentasi, pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas pada siswa sehingga
mereka memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi tersebut
dan bagaimana pengolahan tadi berhubungan dengan advance organizer.
Langkah terakhir ini merupakan ciri khas dari strategi pengajaran ini dimana
pembahasan pengalaman belajar dilakukan dengan cara menandai dan merumuskan hal-hal
yang terjadi dan menyebarkan penemuan-penemuan kepada semua siswa.Tujuan dalam tahap
ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru kedalam struktur kognitif siswa yang
sudah ada yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa.

SUMMARY
Dalam menggunakan istilah abstraksi tingkat tinggi, umum, dan inklusivitas untuk
menggambarkan isi Advance Organizer, seseorang menyiratkan bahwa siswa harus cukup dewasa
secara intelektual untuk menangani informasi yang membutuhkan proses mental tingkat tinggi.
Ausubel tidak membahas secara rinci tahap perkembangan intelektual yang harus dicapai siswa
untuk menangani ide-ide yang mendekati puncak hierarki dalam disiplin ilmu seperti matematika.
Namun, teori perkembangan intelektual Piaget memang menunjukkan bahwa siswa yang belum
mencapai tahap operasional formal pertumbuhan intelektual tidak dapat menangani pelajaran
berdasarkan model penyelenggara lanjutan Ausubel untuk menyajikan materi yang tidak dikenal.
Artinya, penggunaan strategi pengajaran yang berpusat di sekitar model Advance Organizer harus
diperuntukkan bagi siswa yang telah mencapai usia minimal 12 tahun.
Untuk menyimpulkan diskusi tentang model pengajaran/ pembelajaran Advance Organizer
ini, ditawarkan strategi Advance Organizer untuk memperkenalkan topik dari matematika sekolah
menengah. Karena model Advance Organizer memiliki tujuan khusus untuk mempersiapkan siswa
untuk pembelajaran materi berikutnya yang bermakna, strategi ini tidak disajikan dalam konteks
strategi belajar/ mengajar lengkap yang berisi empat belas kegiatan yang terkait dengan rencana
pelajaran.

CONTOH PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER


1. Pengantar Aljabar I.
Bagi banyak siswa, beberapa minggu pertama dari kelas awal aljabar cukup sulit karena
simbolisme yang tidak biasa tampak berubah-ubah dan tidak berarti. Untuk membantu
membuat aljabar lebih bermakna, pelajaran di dekat permulaan kursus Aljabar I dapat dimulai
dengan penyelenggara ekspositori Organizer berikut yang disajikan dalam mode kuliah:
Dalam aljabar, kita memperhatikan variabel. Variabel adalah simbol yang digunakan
untuk mewakili salah satu elemen dari kumpulan elemen tertentu. Dalam aljabar, huruf dalam
alfabet digunakan sebagai variabel dan himpunan elemen adalah himpunan angka. Himpunan
yang diwakili oleh sebuah variabel disebut himpunan pengganti untuk variabel tersebut.
Himpunan ini juga disebut domain variabel. Elemen-elemen himpunan pengganti untuk a
variable disebut dengan nilai-nilai variabel. Variabel yang hanya memiliki satu nilai disebut
konstanta.
Dalam aljabar Anda akan mempelajari aritmatika variabel; yaitu, Anda akan belajar cara
menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi variabel dan cara mencari akar dan pangkat
variabel. Dalam aritmatika, suatu bilangan yang diwakili oleh beberapa bilangan yang
digabungkan dengan lambang-lambang untuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau
pembagian atau simbol Pengelompokan disebut ekspresi. Ekspresi dalam aljabar yang berisi
variabel atau beberapa variabel disebut ekspresi variabel. Ekspresi apa pun dari aritmatika atau
ekspresi variabel apa pun dari aljabar disebut ekspresi aljabar.
Bagan ini akan membantu siswa memahami kata-kata asing yang digunakan dalam
aljabar. (Guru hendaknya menulis bagan berikut di papan tulis atau diproyeksikan.
Beberapa Definisi dari Aljabar

• simbol yang digunakan untuk mewakili salah satu elemen dari himpunan tertentu (Huruf alfabet seperti a, b, c, m, r, s, t, x,y dan z sering
Variabel
digunakan sebagai variabel.

• satu himpunan yang elemennya diwakili oleh variabel. (Sub himpunan atau Domain dari angka-angka penghitungan, pecahan, dan jenis
himpunan angka lainnya digunakan sebagai set pengganti untuk variabel.)
atau domain

• elemen himpunan pengganti untuk variabel. (Setiap bilangan penghitungan tunggal, pecahan, atau jenis bilangan lain dapat dig unakan
nilai
sebagai nilai untuk variabel.)

• variabel yang memiliki nilai tunggal. (Dalam aljabar beberapa variabel memiliki beberapa nilai, bahkan terkadang mi jumlahnya tak
konstanta
terbatas, sedangkan variabel lain hanya memiliki satu nilai)

1
• angka diwakili oleh beberapa angka yang digabungkan dengan simbol aritmatika. ( (3 + 5, 11 × 7, 4 5 − 3 , ÷
2
7 2 1
ekspresi , 3 , 16, 𝑑𝑎𝑛 semuanya merupakan ekspresi aritmatika.)
8 2

𝑥 𝑥+𝑦
• ekspresi yang mencakup setidaknya satu variabel. (Contoh ekspresi variabel adalah 𝑥 + 1, , 𝑦 𝑎 + 𝑏 , 2𝑟, 𝑧, , 𝑥 2 , 𝑦 + 1.)
variabel 2 𝑟+𝑠
ekspresi

ekspresi • - ekspresi atau ekspresi variabel apa pun. Semua contoh ekspresi dan ekspresi variabel juga merupakan contoh ekspresi aljabar.)
aljabar

Setelah penyelenggara ekspositori ini dipresentasikan di depan kelas dan setiap


pertanyaan yang mungkin muncul dijawab, siswa hendaknya diminta untuk memberikan contoh
dari setiap istilah yang didefinisikan di atas. Kelas juga dapat diberikan beberapa ekspresi
aljabar sederhana untuk dievaluasi dengan mengganti variabel dengan elemen dari berbagai
domain.

2. Memperkenalkan (𝑎 ∓ 𝑏)2 𝑑𝑎𝑛 (𝑎 ∓ 𝑏)3 .


Meskipun sebagian besar siswa menerima dan menggunakan perluasan untuk
(𝑎 ∓ 𝑏)2 𝑑𝑎𝑛 (𝑎 ∓ 𝑏)3 , banyak siswa mengalami kesulitan untuk membuat konsep ini.
Pengantar ekspositori organizer berikut, disajikan dalam bentuk demonstrasi, akan membuat
produk ini lebih bermakna bagi banyak siswa.
Mulailah demonstrasi dengan memilih dua panjang sembarang a dan b dan tunjukkan
bahwa representasi geometris dari 𝑎2 𝑑𝑎𝑛 𝑏2 adalah persegi yang masing-masing memiliki
dimensi a oleh a dan b oleh b. Selanjutnya, persegi dengan panjang a + b, dan dengan dimensi
(a + b) oleh (a + b) sebagai representasi geometris dari (𝑎 + 𝑏)2 . Kemudian bandingkan persegi
yang memiliki sisi (a + b) dengan dua persegi yang masing-masing memiliki sisi a dan b.
Representasi geometrik 𝑎2 , 𝑏2 , dan (𝑎 + 𝑏)2 . diilustrasikan pada Gambar 5.2.

Selanjutnya, bagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan mintalah setiap kelompok
untuk membangun & representasi geometris untuk (𝑎 − 𝑏)2 dan menggunakan representasi
mereka untuk mencari perluasan aljabar dari (𝑎 − 𝑏)2 . Beberapa siswa mungkin lebih suka
menggambar representasi mereka di atas kertas, sementara yang lain mungkin ingin memotong
kertas persegi dan persegi panjang. Pastikan untuk memiliki penggaris dan gunting tersedia di
kelas untuk pelajaran ini. Setelah perluasan (𝑎 + 𝑏)2 dan (𝑎 − 𝑏)2 telah ditunjukkan,
pertimbangkan representasi geometrik dari (𝑎 + 𝑏)3 . Representasi ini ditunjukkan pada
Gambar 5.3.
Anda mungkin lebih suka menggunakan kayu atau plastik padat persegi panjang untuk
memperagakan ekspansi ini. Kubus sentimeter kayu dan plastik kecil dapat dibeli dari Beberapa
pemasok bahan sumber daya pendidikan matematika. Kubus ini dapat direkatkan untuk
membentuk padatan persegi panjang yang lebih besar dengan berbagai dimensi. Representasi
geometris (𝑎 + 𝑏)3 dapat dipisahkan menjadi empat representasi 𝑎3 , 3𝑎2 𝑏, 3𝑎3 𝑏2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑏3
representasi ini ditunjukkan pada Gambar 5.4.

Setiap representasi dapat digambar pada transparansi terpisah dan empat transparansi
dapat dilapisi, satu per satu, pada overhead projector untuk menggambarkan bahwa 𝑎3 +
3𝑎2 𝑏 + 3𝑎3 𝑏2 + 𝑏3 merupakan (𝑎 + 𝑏)3
Setelah Anda menunjukkan representasi geometris (𝑎 + 𝑏)3 kepada kelas, pastikan
bahwa setiap siswa melihat bahwa jumlah bagian 𝑎3 , 3𝑎2 𝑏, 3𝑎3 𝑏2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑏3 merupakan
perluasan dari (𝑎 + 𝑏)3 . Selanjutnya diskusikan dengan cara kelas di mana (𝑎 − 𝑏)3 dapat
direpresentasikan secara geometris. Sebagai tugas di kelas atau pekerjaan rumah, Anda
mungkin ingin siswa mencoba membuat representasi geometris dari (𝑎 − 𝑏)3 , baik sebagai
proyeksi yang digambar di atas kertas atau sebagai benda padat persegi. Siswa yang berhasil
menyelesaikan kegiatan ini akan menemukan bahwa (𝑎 − 𝑏)3 memang sama dengan 𝑎3 −
3𝑎2 𝑏 − 3𝑎3 𝑏2 + 𝑏3
Setelah penggunaan Advance Organizer, mintalah siswa untuk menghitung (11 +
4) , (𝑥 + 𝑦)2 , (3𝑥 − 2𝑦)2 , (𝑎 + 𝑏)3 menggunakan rumus hasil kali yang sesuai.
2

Pelajaran Advance Organizer yang akan membutuhkan satu periode kelas ini akan
membantu mempersiapkan siswa untuk mempelajari materi khusus dalam aljabar dan akan
menyiapkan materi untuk teorema binomial. Namun, jelas bahwa representasi geometris tidak
dapat dibangun untuk (𝑎 ∓ 𝑏)𝑛 ketika n lebih besar dari tiga. Pendekatan ekspansi binomial
untuk n lebih dari tiga adalah dengan mencari pola, misalnya, pola yang ditemukan di segitiga
Pascal.
Meskipun organizer ini memiliki tingkat keabstrakan, keumuman, dan inklusivitas yang
sama dengan materi khusus yang dipelajari, namun dapat membantu siswa merumuskan
struktur kognitif untuk mengatur konsep dan prinsip yang terlibat dalam materi khusus.

Anda mungkin juga menyukai