BRONKOPNEUMONIA
ALEX
NIM: P2002005
B. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan penatalaksanaan pasien dengan bronkopneumonia dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkopneumonia
1. Definisi
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Konsolidasi area berbercak terjadi pada bronkopneumonia (Smelzer
pada Padila, 2013).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru - paru yang bisa
di sebabkan oeh bermacam – macam penyebab seperti : virus, bakter, jamur,
benda asing. (Wijaya,2013)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumina adalah suatu peradangan pada paru - paru yang di mulai
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya di
sebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan benda asing yang dapat menyebabkan
penyumbatan eksudat mukopurulen yang membentuk bercak pada lobus - lobus
di dekatnya.
2. Etiologi
Padilla (2013) memaparkan penyebab terjadinya bronkopneumoni
antara lain yaitu: Bakteri, pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia
lanjut. Organisme gram positif seperti :Streptococcus pneumonia,
Streptococcus aureus dan Streptococcus pyogenesis.Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.Aeruginosa.
Virus, Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus. Jamur, infeksi yang disebabkan jamur seperti
histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora
dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos serta
protozoa, menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia.
3. Patofisiologi
Bakteri, jamur, dan protozoa yang dapat menyebabkan
bronkopneumonia masu ke dalam saluran pernafasan atas yang pada
akhirnya menyebar hingga bronkus. Terjadi inflamasi di dinding - dingin
bronkus yang beresiko terjadinya infeksi dengan begitu produksi
seputum meningkat dan terjadi akumulasi sputum pada saluran
pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan besihan jalan napas.
Selain hal tersebut produksi sputum yang meningkat juga menyebabkan
penderita mengalami penurunan nafsu makan yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Inflamasi dingin
bronkus juga menyebabkan perubahan membran yang dapat membuat
suplai oksigen ke sluruh tubuh menurun sehingga terjadi penurunan energi
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi yang muncul pada penderita bronkopneumoni yaitu,
kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti nafas dangkal, bunyi nafas
di atas area yang mengalami konsolidasi, gerakan dada tidak simetris,
menggigil dan demam 38,8 0 C sampai 41,1 0 C, diaphoresis, anoreksia,
malaise, batuk kental dan produktif dengan sputumberwarna kuning
kehijauan kemudian berwarna kemerahan, gelisah, sianosis (Padila, 2013)
5. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
6. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara
asuhan keperawatan dan medis. Secara Asuhan keperawatan yaitu (1) Melakukan
fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang mengalami
gangguan bersihan jalan nafas (2) Mengatur posisi semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi (3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam (4)
Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan (5) Bantu pasien
memenuhi kebutuhan ADLs (6) Monitor tanda-tanda vital (7) Kolaborasi
pemberian O2 (8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi dan
secara Medis yaitu pemberian obat atau Farmakologi Pemberian antibiotik
misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan gentamicin. Pemberian
antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab.
Dan menurut Padila (2013) penatalaksanaan dari bronkopneumonia yaitu:
Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat,
Bronkodilator apabila terdapat obstruksi jalan napas dan lendir, Teknik
pengisapan dilakukan jika klien tidak mampu mengeluarkan sekresi dari
saluran pernapasan dengan batuk, Memposisikan klien semifowler, Kebutuhan
istirahat dan nutrisi yang adekuat
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila ( 2013 ) :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Leukositosis atau meningkatnya jumlah neutrofil akan terjadi pada
kasus bronkopneumonia oleh bakteri.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam
yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur dan tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
b. Pemeriksaan radiologi
1) Rontgen thoraks
Inflamasi dinding
Edema paru Peningkatan
bronkus
suhu tubuh
Suplai O2 Ketidakefktifan
menurun Anoreksia
bersihan jalan
napas
Intake menurun
hipoksia hiperventilisai
Metabolisme Intoleransi
anaerob dispneu Gangguan Ketidak
Aktivitas
meningkat pola tidur seimbangan
nutrisi kurang
Retraksi dari kebutuhan
Akumulasi dinding dada/ tubuh
asam laktat pernapasan
cuping hidung
fatique
Ketidakefektifan
pola napas
B. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman
yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien (Potter dan Perry, 2010)
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Nama klien dan penanggung jawab, usia klien bisa menunjukkan
tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis dan
usia penanggung jawab, pendidikan, agama,alamat dan pekerjaan
penanggung jawab. ( Andarmoyo, 2012 )
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien. Keluhan
utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan
klien tentang kondisinya saat ini. Klien dengan ketidakefektifan bersihan
jalan napas antara lain batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea,
hemoptisis, mengi dan chest pain. Keluhan utama yang biasa muncul :
1) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tanyakan berapa lama klien mengalami batuk
dan bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik atau
hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk
produktif atau non produktif.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
1) Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan jalan napas teteap paten.
2) Penyebab:
Fisiologis
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis
Situasional
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3) Gejala dan tanda mayor
Objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
e) Mekonium dijalan napas (pada neonatus)
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Dispnea
b) Sulit berbicara
c) Ortopnea
Objektif
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi napas menurun
d) Frekuensi napas berubah
e) Pola napas berubah
5. Kondisi klinis terkait
a) Gullian barre syndrome
b) Sklerosis multipel
c) Myasthenia gravis
d) Prosedur diagnostik
e) Depresi sistem saraf pusat
f) Stroke
g) Kuafriplegia
h) Sindrom aspirasi mekonium
i) Infeksi saluran napas
b. Hipertermia (D.0130)
1) Definisi :
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab:
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan tanda mayor
Objektif
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan tanda minor
Objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
5) Kondisi klinis terkait
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas
3. Intervensi
Diagnosis SLKI SIKI
Bersihan jalan napas 1. Bersihan jalan napas 1. Manajemen jalan
tidak efektif Setelah dilakukan napas.
intervensi Tindakan:
keperawatan ...x24 jam, 1.1 Monitor pola napas
diharapkan 1.2 Monitor bunyi
a. Produksi sputum napas tambahan
1 2 3 4 N 1.3 Pertahankan
kepatenan jalan
b. Mengi napas head-tilt
1 2 3 4 N chin-lift(jaw-thrust
jika trauma servikal
c. Wheezing 1.4 Lakukan
1 2 3 4 N pengisapan lendir
kurang dari 15 detik
d. Frekuensi napas 1.5 Keluarkan
1 2 3 4 N sumbatan benda
padat dengan forcep
e. Pola napas McGill
1 2 3 4 N 1.6 Berika oksigen, jika
perlu
1.7 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
espektoran,
mukolitik, jika
perlu
Hipertermia Termoregulasi Management
Setelah dilakukan Hipertermia
intervensi Tindakan:
keperawatan ...x24 jam, 1.8 Monitor suhu tubuh
diharapkan 1.9 Monitor komplikasi
a. Menggigil akibat hipertermia
1 2 3 4 N 1.10 Berikan cairan
oral
b. Suhu tubuh 1.11 Lakukan
1 2 3 4 N pendinginan
eksternal (kompres
c. Suhu kulit dingin)
1 2 3 4 N 1.12 Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit intravena,
jika perlu
1.
A. Simpulan
Bronkopneumoni merupakan penyakit yang menyerang daerah saluran
pernapasan manusia, dimana akan terjadi malfungsi atau gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalah hal kebutuhan oksigenasi, maka perlu
penanganan yang tepat agar dapat terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng). (2015). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah (online). (Http://www.dinkesjatengprov.html)
Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi 2.Jakarta : Salemba
Medika.
Rekam Medis RSUD Tidar Kota Magelang. (2016). Rekapitulasi Pasien Rawat
Inap Anak 2016.Magelang : RSUD TIDAR Magelang.
IPSG : 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (JCI) – IPSG atau International
Patient Safety Goal adalah sebuah standar yang diterbitkan oleh Joint Commission
International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan
kesehatan yang berfokus pada pasien.
Standar yang dimaksudkan adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien yang diharapkan, semaksimal mungkin. Keseluruhan standar JCI
memiliki 2 bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari 300 standar dan 1000
elemen penilaian yang harus dicapai untuk mendapatkan akreditasi dan sertifikasi dari JCI.
Salah satu standar tersebut adalah International Patient Safety Goals (IPSG) yang
terdiri dari 6 standar baku. Berikut adalah 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
(IPSG) yang dikutip dari laman JCI :
6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (IPSG)
1. Identifikasi Pasien Secara Tepat (Identify Patients Correctly)
Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
a. Nama lengkap dan tanggal lahir, atau
b. Nama lengkap dan nomor medical record, atau
c. Nama lengkap dan alamat
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif (Improve Effective Communication)
a. Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nerslicious.com/ipsg-6-goals-keselamatan-pasien-di-rumah-sakit-jci/
PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nerslicious.com/etika-keperawatan/
LEVEL APD TENAGA MEDIS
APD dirancang untuk jadi penghalang terhadap penetrasi zat partikel bebas, cair, atau
udara dan melindungi penggunanya terhadap penyebaran infeksi. Pemakaian APD yang
baik jadi penghalang terhadap infeksi yang dihasilkan oleh virus dan bakteri.
Dalam pemakaiannya berjenjang, antara lain:
1. Tingkat pertama untuk tenaga kesehatan yang bekerja di tempat praktik umum dimana
kegiatannya tidak menimbulkan risiko tinggi, tidak menimbulkan aerosol. APD yang
dipakai terdiri dari masker bedah, gaun, dan sarung tangan pemeriksaan.
2. Tingkat kedua dimana tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan petugas laboratorium
yang bekerja di ruang perawatan pasien, di ruang itu juga dilakukan pengambilan
sampel non pernapasan atau di laboratorium, maka APD yang dibutuhkan adalah
penutup kepala, google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai.
3. Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung dengan pasien
yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan melakukan tindakan bedah yang
menimbulkan aerosol, maka APD yang dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup
kepala, pengaman muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung
tangan bedah dan sepatu boots anti air.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200417/0533711/tingkatan-apd-bagi-tenaga-
medis-saat-tangani-covid-19/
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/3/26/apd_level_1_2_dan_3