SIROSIS HEPATIS
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
ALEX
NIM: P2002005
A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara
umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker
hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua.
Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling banyak
ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari penyakit hati
menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010).
Cedera pada struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan
radang kronis dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna
Jackson, 2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati
kronis) dan merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Sitompul, dkk,
2012). Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000 umat
manusia meninggal karena sirosis hepatis.
WHO (2011) dalam Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia
meninggal akibat sirosis hati ini. Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar
pada penderitanya. Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang
penyakit hati kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien
sangat penting untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak
berlangsung dengan cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal
yang baik untuk mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).
Berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal
penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia
rata-rata 44 tahun. (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia, 2013).
B. Tujuan
Mendeskripsikan bagaimana konsep sirosis hepatis serta menganalisis
masalah keperawatan yang mungkin muncul akibat penyakit tersebur..
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar hepar.
Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar,
terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2010).
Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro sel
hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).
Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan
hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan fungsi
hati. Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis: alkoholik,
paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dan jenis sirosis yang paling
umum,; paskanekrotik, akibat hepatitis virus akut sebelumnya; dan bilierm akibat
obstruksi bilier kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling jarang terjadi)
(Brunnerd & Suddart, 2013).
Menurut Black & Hawks tahun 2012, Sirosis hepatis adalah penyakit kronis
progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan pembentukan nodul.
Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan metabolism hepatic diubah
oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus empedu, jalur vaskuler dan
sel retikuler. Jadi dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit kronis
pada hepar yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan
pembentukan nodul.
B. Etiologi
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun
demikian, Menurut Black & Hawks, 2012 ada beberapa faktor yang menyebabkan
sirosis hepatis yaitu
1. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular) Merupakan bentuk paling umum di
seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati, dengan pola regenerasi sel tidak
teratur. Faktor yang menyebabkan sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe
B dan C)
2. Sirosis Billier Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan
kerusakan sel hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis
atau obstruksi duktus empedu
3. Sirosis Kardiak Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung
sisi kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif
lama
4. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec) Merupakan bentuk nodul kecil
akibat beberapa agen yang melukai terus-menerus, terkait dengan
penyalahgunaan alcohol.
C. Patofisiologi
Menurut Black & Hawks tahun 2012 sirosis adalah tahap akhir pada banyak
tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas
fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan
luas hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik
serta jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu,
endapan jauundis.
Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan
hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan perdarahan,
anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan
hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin dapat
memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-
faktor pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia, dan trombositopenia diduga
terjadi akibat hipersplenisme. Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi
juga lebih aktif menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi.
Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin
B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan
hemolisis eritrosit. Penderita juga lebih mudah terserang infeksi. Kerusakan
hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis normal sejumlah albumin.
Penurunan sintesis albumin mengarah pada hipoalbuminemia, yang dieksaserbasi
oleh kebocoran protein ke dalam ruang peritonium. Volume darah sirkulasi
menurun dari kehilangan tekanan osmotik koloid. Sekresi aldosteron meningkat
lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air. Sebagai akibat kerusakan
hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga retensi
natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume cairan asites
meningkat.
Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta menerima
darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta
menyebabkan aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena
esofagus, umbilikus, dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan
varises. Asites (akibat pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada
akumulasi cairan di dalam peritoneum). Bersihan sampah metabolik protein tidak
tuntas dengan akibat meningkat amonia, selanjutnya mengarah kepada esefalopati
hepatikum. Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati
hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma (tumor
hati), atau komplikasi hipertensi porta.
Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal,
testis dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal. Atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak
tangan merah), semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam
sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit diduga aktivitas hormon perangsang
melanosit yang bekerja secara berlebihan.
D. Manifestasi
Manifestasi Klinis
1. Sirosis terkompensasi: biasanya ditemukan secara sekunder dari pemeriksaan
fisik rutin, gejala samar.
2. Sirosis terdekompensasi: gejala penurunan protein, faktor pembekuan dan zat
lain serta manifestasi hipertensi porta.
3. Pembesaran hati di awal penyakit (hati berlemak) pada penyakit lanjut,
ukuran hati berkurang akibat jaringan parut.
4. Obstruksi asites portal: organ menjadi tempat bagi kongesti pasif kronis
terjadi dyspepsia dan perubahan fungsi usus.
5. Infeksi dan peritonit: tanda klinis mungkin tidak ada, diperlukan tindakan
parasentesis untuk menegakkan diagnosis.
6. Varises Gastrointestinal: pembuluh darah abdomen terdistensi dan menonjol
pembuluh darah disepanjang saluran GI terdistensi varises hemoroid
hemoragi dari lambung.
7. Edema.
8. Defisiensi vitamin (A, C dan K) dan anemia
9. Perburukan mental diikuti dengan ensefalopati hepatic dan koma hepatik
(Brunner & Suddart, 2013).
10. Eritema Palmaris
11. Spider Angioma
12. Jaundis
E. WOC
F.
Komplikasi
Komplikasi Menurut Black & Hawks tahun 2012, komplikasi dari
serosis hepatis adalah sebagai berikut:
1. Hipertnsi Porta Hipertensi porta terjadi ketika tekanan darah meningkat
menetap pada sistem vena porta hal tersebut sebagai akibat peningkatan
resistansi dan obstruksi aliran darah melalui sistem vena porta ke dalam hati.
2. Asites, akumulasi cairan di dalam ruang peritoneum akibat interaksi beberapa
perubahan patofisiologi. Hipertensi porta, penurunan tekanan plasma osmotik
koloid dan retensi natrium semua berkontribusi terhadap kondisi ini
3. Ensefalopati Hepatikum Ensefalopati Hepatikum merupakan gangguan SSP.
Gangguan mungkin tampak bersamaan dengan cedera hati berat atau gagal
hati atau setelah pembedahan puntasan portosistemik. Penyebab gangguan ini
adalah ketidakmampuan untuk memetabolisme ammonia untuk membentuk
ureum sehingga ini dapat diekresikan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin biasanya rendah
2. Leukosit biasnya meningkat
3. Trombosit biasanya meningkat
4. Kolesterol biasanya rendah
5. SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6. Albumin biasanya rendah
7. Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi
kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi kenaikan
CHE menuju nilai normal.
8. Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9. Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase
[AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin
aminotransferase [ALT], [transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)],
GGT, kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah arteri,
biopsy.
10. Pemidaian ultrasonografi
11. Pemindaian CT
12. MRI
13. Pemindaian hati radioisotope (Brunner & Suddart, 2013)
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1. Memberikan oksigen
4. Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma (FFP)
9. Vitamin: zink
Kesimpulan
Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan
hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan fungsi
hati. Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis: alkoholik,
paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dan jenis sirosis yang paling
umum,; paskanekrotik, akibat hepatitis virus akut sebelumnya; dan bilierm akibat
obstruksi bilier kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling jarang terjadi)
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC.
Bulecheck, Gloria, et.al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), Ed. 6.
Missouri: Elseiver
Diyono & Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Kencana
Lovena, Angela. 2015. Karakteristik Pasien dengan Sirosis Hepatis di RSUP. DR.
M. Djamil Padang.Diploma Thesis. UPT, Perpus Universitas Andalas
Mosby. Burmalis, Vina. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis
Hepatis di RSUP.Dr. M. Djamil Padang. Pustaka Poltekes Kemenkes
Padang
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC - NOC. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.