Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN/KOTA


PROVINSI SUMATERA SELATAN

KATA PENGANTAR

Assalam’muaalaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha esa atas segala rahmatNYA Sehingga makalah ini dapat
tersusun hinga selesai. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca .untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah pajak daerah dan retribusi daerah dianjukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
perpajakan.makalah ini memuat tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli
daerah,prinsip dan kriteria perpajakan daerah ,dan ketentuan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Pada makalah ini dijelaskan pada sumber-sumber pendapatan daerah antara lain pajak daerah dan
retribusi daerah,dan dilengkapi oleh undang-undangnya,dan makalah ini juga menjelaskan aspek-aspek lain
yang isyaallah akan bermanfaat bagi kita. Sebab itu sebagai warga Negara yang baik dan taat pada hukum
kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang menyangkut pajak daerah dan retribusi daerah,karena kalau kita
dapat mengetahuinya kita dapat dengan mudah memahami dan menjankan aturan perundang-undang yang
telah dibuat oleh pemerintah.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan dari
makalah ini. Oleh karena itu saya minta maaf jika ada salah kata ataupun dari tulisan tersebut.

Wasalam’mualaikum Wr.Wb

Palembang, 9 Mei 2020


Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi,
pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya menetapkan undang-
undang Nomor 34 18 tahun1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pemberian wewenang
dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah
untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi
daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan perda diupayakan tidak berbenturan dengan
pungutan pusat ( pajak maupun bead an cukai ) karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi
pungutan yang pada akhirnya akan mendistrosi kegiatan prekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah
dientisipasi dalam undang-undang nomor 18 tahun1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain
menyatakan bahwa objek pajak pusat. Di Negara-negara paham hukum, segala sesuatu yang
menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undang. Dengan demikian,
pemunggutan pajak kepada rakyat tentunya harus disertai dengan perangkat peraturan perundang-
undang yang disebut dengan hukum pajak. Diindonesia undang-undang dasar 1945 pasal 23A
mengatur dasar pemungutan pajak oleh Negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain
bersifat memaksa keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Menyelengarakan otonomi
daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung sumber-sumber pembiayaan yang
memadai. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan peningkatan daerah bagi penyelenggara
rumah tangganya, sekalipun demikian, otonomi dalam kerangka Negara republic Indonesia, diukur
dari jumlah PAD yang dapat dicapai,tetapi lebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan retribusi
dapat berperan dalam mengatur prekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang. Yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Retribusi Daerah sebagai Sumber Pendapatan Daerah


Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi.
Perintah melakukan berbagai kebijakan perpajakn daerah, diantaranya dengan menetapkan undang-
undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah. Pemberian wewenang dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah
diharapkan dapat lebih mendorong pemerintahan daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan
PAD, khususnya yang dari pajak daerah dan retribusi daerah. Berbagai macam respon timbul
didaerah diantaranya ialah bahwa pemberiaan keluasaan yang memberikan kepada pemerintah
daerah untuk meningkatkan PAD, melalui pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan undang-
undang nomor 34 tahun 2000 telah memperlihatkan hasil yang mengembirakan,yaitu sejumlah
daerah berhasil mencapai peningkatan PADnya secara singnifikan. Akan tetapi kreatifitas
pemerintah daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol dalam memungut pajak daerah dan retribusi
daerah, akan menimbulkan dampak yang yang merugikan bagi masyarakat dan dunia usaha, yang
pada gilirannya menyebabkan biaya ekonomi tinggi. Oleh karena itu undang-undang nomor 34 tahun
2000 tetap memberikan batasan criteria pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat dipungut
pemerintah daerah.

B. Prinsip Dan Kriteria Perpajakan Daerah


Kebijakan pemunggutan pajak daerah berdasarkan perda diupayakan tidak berbenturan
dengan pungutan pusat (pajak maupun bead an cukai) karena hal tersebut akan menimbulkan
duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistrosi kegiatan prekonomian, hal tersebut
sebetulnya sudah diantisipasi dalam undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4)
yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat:
Prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yangmemenuhi criteria umum tentang perpajakan
daerah sebagai berikut:
1. Perinsip memberikan pendapat yang cukup dan elatis , artinya dapat mudah naik turun mengikuti
naik,/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.
2. Adil dan merata secara vertical artinya sesuai dengan tingkatan kelompok masyarakat dan secara
horizontal, artinya berlaku sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada
yang kebal pajak.
3. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana,mudah dihitung,memuaskan bagi wajib pajak.
4. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat sehinga timbul motivasi dan kesadaran pribadi
untuk membayar pajak.
5. Nondistorsi terhadap prekonomian: implikasi pajak atau punggutan yang hanya menimbulkan
pengaruh minimal terhadap prekonomian. Pada dasrnya setiap pajak atau pungutan dapat
menimbulkan suatu beban, baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak
atau pungutan menimbulkan beban tambahan yang berlebihan sehinga merugikan masyarakat
secara menyeluruh.
Untuk mempertahankan perinsip-perinsip tersebut,perpajakan daerah harus memiliki cirri cirri
tertentu yaitu sebagai berikut:
1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut,berarti perbandingan antara penerimaan pajak
harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.
2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktasi terlalu besar kadang-kadang
meningkat secara daratis dan ada kalanya menurun secara tajam.
3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara perinsip kemampuan dan kemampuan untuk
membayar.

C. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Di Negara-negara panutan hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan
dalam peraturan perundang-undang. Dengan demikian pungutan pajak kepada masyarakat tentunya
disertai dengan perangkat peraturan perundang-undang yang disebut dengan hukum pajak. Di
indonesia undang-undang dasar 1945 pasal 23A mengatur dasar hukum pemungutan pajak oleh
Negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk keperluan
Negara diatur dengan undang-undang.
Peraturan kewenangan pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah dalam undang-undang
dasar nomor 18 tahun 1997 yang mulai berlaku pada tahun 1998 dianggap kurang memberikan
peluang kepada daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun memberikan kewenangan
kepada daerah undang-undang tersebut harus ditetapkan dengan peraturan pemerintah sehinga saat
undang-undang nomor 18 tahun1997 berlaku,belum ada satupun daerah yang mengusulkan pungutan
baru karena menganggap hal hal tersebut sulit dilakukan. Selain itu,peraturan agar perda tentang
pajak daerah dan retribusi daerah harus dapat dari pengesahan dari pusat juga diangap oleh
mengurangi otonomi daerah. Dengan diubahnya undang-undang nomor 18 tahun1997 menjadi
undang-undang nomor 34 tahun 2000,diharapkan pajak daerah dan retribusi daerah akan menjadi
salah satu PAD penting guna membiayai penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Undang-
undang nomor 34 tahun 2000 dan peraturan pemerintah pendukungnya yaitu PP nomor 65 tahun
2001 tentang pajak daerah dan PP nomor 66 tahun2001 tentang retribusi daerah menjelaskan antara
jenis pajak yang dipungut oleh kabupaten kota. Pajak propinsi ditetapkan sebanyak empat jenis yaitu:
1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air (PKB dan KAA)
2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air (BBMKB dan KAA)
3. Pajak bahan kendaraan bermotor (PBBKB)
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan (P3ABT dan AP)

Jenis pajak provinsi bersifat limitative yang berarti provinsi tidak dapat memungut pajak lain,selain
yang telah ditetapkan, dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainya sesuai dengan criteria yang
ditetapkan oleh undang-undang.adanya pembatasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh provinsi sebagai
daerah otonom yang terbatas. Yang hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifat
lintas daerah kabupaten/kota, serta kewenangan yang tidak atau belumdapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota serta bidang keenangan tertentu.sekalipun demikian pelakasanaan provinsi dapat
memutuskan untuk tidak mengugat jenis pajak yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang hasilnya
kurang memadai, berkaita dengan besarnya tariff, berlaku difinitif untuk pajak profinsi yang ditetapkan
secara seragam seluruh Indonesia dan diatur dalam PP nomor 65 tahun 2001 .

Sementara itu pemerintah kabupaten/kota diberi kewenagan untuk memungut tujuh jenis pajak yaitu:

a. Pajak hotel
b. Pajak restaurant
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerapan jalan
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g. Pajak parker
Jenis pajak kabupaten kota tidak bersifat limitative,artinya kabupaten/kota diberi peluang untuk
mengali potensi sumber-sumber keuangan,selain ditetapkan secara exsplisit dalam undang-
undang nomor 34 tahun2000 dengan menetapkan sendiri pajak yang pajak bersifat spesifik
dengan memerhatikan kretaria yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut, criteria yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi
2. Objek pajak terletak atau terdapat wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan mempunyai
mobilitas yang cukup rendah sehinga serta hanya melayani masyarakatdiwilayah daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum
4. Objek pajak merupakan bukan objek pajak provinsi dan atau objek pajak pusat
5. Potensinya memadai
6. Tidak memberikan dampak ekonomis yang negative
7. Memehatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
8. Menjaga keletarian lingkungan
besarnya tariff yang berlaku definitatif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan
peraturan daerah,tetap tidak boleh lebih tinggi daripada tetap maksimum yang ditatapkan
dalam undang-undang tersebut. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang dipungut oleh
provinsi dan yang dipungut oleh kabupaten/kota diharapkan tidak adanya pengenaan pajak
berganda. Dalam rangka pengawasan pada tentang pajak dan retribusi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat paling lambat lima belas hari
sejak ditetapkan.dalam hal ini perda tersebut bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan perundang undang yang lebih tinggi,pemerintah pusat melalu mentri
dalam negri dengan pertimbangan mentri keuangan dapat membatalkan perda tersebut dalam
kurun waktusatu bulan sejak diterimanya peraturan tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut
diatur dalam pasal 5A dan pasal 25A undang-undang nomor 34 tahun 2000 juncto pasal 80
ayat (2) PP nomor 65 tahun 2001 dan pasal 17 ayat (2) PP nomor 66 tahun 2001. Sekalipun
demikian walaupun perda-perda tersebut sudah dibatalalkan oleh pemerintah pusat
,pemerintah daerah dapat mengajukan keberatan pada mahkamah agung (MA) segera
mengajukan kepada pemerintahan berdasrkan PP nomor20 tahun 2001 tentang pembinaan
dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

D. Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah


Pengalian sumber-sumber keuangan daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah yang
pada dasarnya perlu memperhatikan dua hal,yaitu dasar pengenaan pajak dan tariff pajak.pemerintah
daerah cenderung mengunakan tariff tinggi agar memperoleh total penerimaan pajak daerah yang
maksimal. Pengenaan tariff pajak yang lebih tinggi,secara teoritis tidak menghasilkan total
penerimaan maksimum. Hal ini bergantung pada respon wajib pajak, permintaan,dan
penawaran,barang yang dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi,formulasi model ini dikenal sebagai
model leviathan .
Model lefiathan ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa peningkatan penerimaan pajak
daerah tidak harus dicapai mengenakan tariff pajak yang terlalu tinggi ,tetapi dengan pengenaan
tariff pajak yang lebih rendah dikombinasi dengan struktur pajak yang meminimalkan barang
terhadap pengenaan pajak sedemikian rupa, sehinga mencapai total penerimaan maksimum. Model
latviathan dapat dikembangkan untuk menganalisis hubungan lebih lanjut antara tariff dan dasar
pengenaan pajak untuk mencapai total penerimaan maksimal.

E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pembiyaan Daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
penyelngaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retibusi daerah ini merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiyai penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Pemersalahan yang dihadapi daerah pada umumnya dalam kaitan penggalian sumber-sumber pajak
daerah dan retribusi daerah, yang merupakan slah satu kompenen PAD, belum memberikan
kontiribusi yang singnifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Untuk mengantifikasi
desentralisasi dan proses otonomi daerah, pungutan pajak dan retribusi daerah masih belum dapat
diandalkan oleh daerah sebagai sumber pembiyaan desentralisasi. Keadaan ini diperlihatkan dari satu
studi yang dilakukan oleh LPEM-UI berkerja sama dengan clanurban project bahwa banyak
permaslahan yang terjadi di daerah dengan pengendalian dan peningkatan PAD,terutama hal ini
disebabkan oleh hal berikut:
1. Relatif rendahnya basis pajak daerah dan retribusi daerah
Berdasrkan undang-undang nomor 34 tahun 2000 daerah kabupaten/kota dimungkinkan
untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru. Akan tetapi,melihat criteria pengadaan
pajak beru sangat ketat , khususnya criteria pajak daerah tidak boleh tumpang tindi
dengan pajak pusat dan pajak provinsi, diperkirakan daerah memiliki basis pungutan yang
relative rendah dan terbatas, serta bervariasi antar daerah. Rendahnya basis pajak ini
untuk sebagian daerah berarti memperkecil kemampuan maneuver keuangan daerah
dalam menghadapi krisis daerah.

2. Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah


Sebagian besar penerimaan daerah masih berasal dari bantuan pusat. Dari segi upaya
pemungutan pajak, banyaknya bantuan dan subsidi ini memngurangi “negosiasi” daerah
terhadap pusat untuk memperoleh tambahan bantuan.

3. Kemampuan administrasi pemungutan daerah yang masih rendah


Hal ini mengakibatkan pemungutan pajak yang cenderung dibebani oleh biaya pungut
yang besar. PAP masih tergolong memiliki tingkay buoyancy yang rendah. Salah satu
sebabnya adalah diterapkannya sistem “target” tersebut, walaupun dari sisi pertumbuhan
ekonomi, pemasukan pajak daerah dan retribusi daerah dapat melampaui target yang
ditetapkan
4. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah
Hal ini mengakibatkan kebocoran yang sangat berarti bagi daerah. Selama ini peranan
PAD dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat kecil dan bervariasi antar
daerah yaitu kurang dari 10% hinga 50%. Sebagian besar daerah provinsi hanya dapat
membiayai kebutuhan pengeluarannya hinga 10%

5. Variasi dalam penerimaan diperparah lagi dengan sistem bagi hasil sehinga hanya
menguntungkan daerah tertentu. Demikian pula, distribusi pajak antar daerah sudah
sangat timpang karena basis pajak antar daerah juga sangat bervariasi. Peranan pajak
daerah dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi juga
karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam jumlah produk, keadaan geografis
( berdampak pada relative mahal ) dan kemampuan masyarakat sehinga biaya
menyediakan pelayanan kepada masyarakat menjadi sangat bervariasi.
Tidak singnifikannya peran PAD pada anggaran daerah tidak lepas dari sitem tax
assignment diindonesia yang masih member kewenangan penuh kepada pemerintah pusat
untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial (yang tentunya dilakukan berdasrnya
pertimbangan-pertimbangan tertentu) seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai,
dan bea masuk. Kenyataan ditunjukan bahwa distribusi kewenangan perpajakan antara
daerah dan pusat sangat timpang yaitu jumlah penerimaan pajak yang dipungut oleh
daerah hanya sebesar 3,39% dari total penerimaan pajak (pajak pusat dan pajak daerah)
ketimpangan dan penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak tersebut memberikan
petunjuk bahwa pertimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah di
Indonesian dari sisi revenue assignment masih terlalu sentralisis.

F. Optimalisasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan


Kemampuan Keuangan Daerah
Cirri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi, terletak pada
kemampuan daerah, artinya daerah otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengali
sumber-sumber keuangan sendiri,mengola dan mengunakan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayaai penyelengaran pemerintah daerahnya,. Kebergantungan kepada bantuan pusat harus
seminimal mungkin,sehinga PAD ,khususnya pajak dan retribusi daerah,menjadi sumber keuangan
yang paling terbesar, didukung oleh kebijakan pertimbangan,keuangan ausat dan daerah sebagai
persyarat mendasar dalam sistem pemerintahan Negara.
Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber0sumber PAD, prlu dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstentifikasi
subjek dan objek pendapatan
Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah
melakukan infentifikasi terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada, terutama
melalui pemanfaatan teknologi dan informasi dengan melakukan efektifitas dan efisiensi sumber atau
objek pendapatan daerah, produktifitas PAD akan meningkata tanpa harus melakukan peluasan
sumber atau objek pendapatan baru yang mendapatakan studi. Proses dan waktu yang panjang.
Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintenfikasi pajak mutlak keperluan karena
sistem pemungutan pajak yang selama ini cenderung tidak optimal. Masalah konvisional dan masih
banyak sistem berjalan secara varsial sehinga informasi yang disampaikan tidak konsisten. Versi data
yang berbeda, dan data tidak up-to-date permasalahan pada sistem pungutan pajak cukup banyak,
misalnya data wajib pajak/retribusi penetapan jumlah pajak, jumlah tagihan pajak, dan target
pemenuhan pajak yang tidak optimal.
Secara umum,upaya yang dilakukan oleh pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah melalui optimalisasi intenfikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
antara lain dengan cara-cara berikut:
1. Memperluas basis penerimaan
Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh
daerah yang dalam, perhitungan ekonomis terhadap potensial. Yaitu mengindentifikasi
pembayar pajak baru,potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data dan
objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis
pungutan
2. Memperkuat proses pemungutan
Upaya yang diakukan dalam memperkuat memproses pemungutan yaitu antara lain
mempercepat penyusunan perda,mengupbah tariff khususnya tariff retribusi dan
peningkatan SDM.
3. Meningkatkan pengawasan
Hal ini dapat ditingkatkan yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan
berkata memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penungak pajak
dan sanksi terhadap pihak fiskus, satu meningkatakan pembayaran pajak dan pelayanan
yang diberikan daerah.
4. Meningkatakan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan
Tindakan yang dilakukan oleh daerah, yaitu memperbaiku prosedur administrasi pajak
melalui penyederhanaa administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari
setiap jenis pemungutan.
5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perwncanaan yang lebih baik
Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan kordinasi dengan instansi terkait didaerah.
Selanjutnya, ekstenfikasi perpajakan dapat juga dilakukan, yaitu melalui kebijaksanaan
pemerintah untuk memberikan kewenangan perpajakan yang lebih besar kepda daerah
pada masa mendatang. Untuk itu, perlu perubhan dalam sistem perpajakan Indonesia
melalui sistem pembagian langsung atau berbagai basis pajak pemerintahan pusat yang
lebih tepat dipungut oleh daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut,ada gagasan yang berkembang dikalangan para pakar di
internasional,akademis maupun praktisi dibidang dentralisasi fiscal, untuk menambah
taxingpower kepada pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran consolidated
revenues APBD dan APBN (APBD kabupaten /kota +provinsi+penerimaan dalam negri
dalam APBN), porsi PAD hanya sebesar 5,30% dari total consolidated revenues,dipihak
lain pengeluarannya menjadi tanggung jawab di daerah sekitar 30% dari consolidated
expenditures. Gambaran porsi PAD terhadap total consolidated revenues yang hanya
5,30% tersebut menunjukan beberapa sentralisasi sisi penerimaan antara kabupaten/kota
propinsi disatu pihak penerimaan dalam negri dalam APBN dipihak lain. Sebagaian
perbandingan yang sama, masing-masing untuk developing countries,transition
countries , dan OECD countries rata-rata sebesar 9,27%, 16,59%, dan 19,13%. Keadaan
ini kurang mendukung antabilitas dari pengunaan angaran daerah,dan keterbatasan dana
transfer dari pusat untuk membiayai kebutuhan daerah idealnya dapat ditutup oleh daerah
dengan menyesuaikan basis pajak atau tariff pajak daerahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada gagasan yang berkembang dikalangan para pakar
internasional, akademisi maupun praktisi dibidang desentralisasi fiscal,untuk menambah
taxing power kepada pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran consolidated
revenues APBD dan APBN (APBN kabupaten+kota +provinsi + penerimaan dalam negri
dalam APBN) porsi Ppad hanya sebesar 5,30% dari total consolidated revenues, pihak
lain pengeluaran yang terjadi tanggung jawab daerah sekitar 30% dari consolidated
expenditures,yang gambar posi PAD terhadap total consolidated revenues yang hanya
5,30% tersebut menunjukan berapa sentralitisnya sisi penerimaan antara kabupaten + kota
+ provinsi disatu pihak penerimaan dalam negeri dalam APBN dipihak lain. Sebagian
perbandingan yang sama masing-masing untuk developing countries,transition countries,
dan OECD countries rata-rata sebesar 9,27%, 16,59%, dan 19,13%. Keadaan ini kurang
mendukung akuntabilitas dari pengunan angaran daerah, dan keterbatasan dana transfer
dari pusat untuk membiayai kebutuhan daerah idealnya dapat ditutup oleh daerah,dan
keterbatasan dana transfer dari pusat untuk membiayai kebutuhan daerah idealnya dapat
ditutup oleh daerah dengan menyesuaikan basis pajak atau tariff pajak daerahnya.
1. Pendapatan asli daerah
a) Pengertian Pendapatan Asli daerah
Pemerintah daerah harus dapat menjalankan rumah tangganya secara mandiri dalam
upaya peningkatan kemandirian tersebut pemerintahan dituntut mampu meningkatkan
pendapatan asli daerahnya. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber
pembelanjaan daerah, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah
akan bertambah sehinga mampu mendorong tingkat kemandirian daerah tersebut .
Menurut mardiasmo (2012 : 132, pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh sector pajak daerah,retribusi daerah,hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Menurut halim (2007 : 69), pendapatan asli daerah (PAD) adalah sebuah penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah,
pengelolaan kekayaan pemilik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Dari difinisi pendapatan asli daerah yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas pada
dasarnya memiliki karakteristik yang sama. Maka dari itu penulis dapat menerik suatu
kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah adalah segala penerimaan daerah setempat yang
bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

b) Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah


Klasifikasi PAD berdasrkan pemendagri nomor 13 tahun 2006 terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan
sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek
pendapatan yang mencangkup bagian laba atas pernyetaan modal pada perusahaan milik
daerah BUMD, bagian laba atas pernyetaan modal pada perusahaan milik
pemerintahan/BUMD dan bagian laba atas pernyetaan modal pada perusahaan milik swasta
atau kelompok usaha masyarakat.
Jenis-jenis lain PAD yang disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang
tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan di rinci menurut objek pendapatan yang mencangkup hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan. Jasa giro,pendapatan bunga, penerimaan atas tuntut ganti
kerugian daerah. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat bentuk
penjualan dan/atau pegadaian barang dan/atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari
sisi nilai ukur rupiah terhadap mata uang asing, pendapatandenda atas keterlambatan
pelaksanaan perkerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi.
Menurut halim (2014:67) PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu,
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.

2. Pajak daerah
a) pengertian pajak daerah
secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah)
berdasrkan undang-undang yang berifat dapat dipaksakan terutang oleh yang wajib
membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali(kontrak prestasi/balas jasa) secara
langsung. Yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran biaya penyelengaraan
pemerintah dan membangun. Hal ini menunjukan bahwa pajak adalah pembayaran wajib
yang dikenakan berdasrkan undang undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiaban dan bagi tidak mampu membayar pajak dapat dilakukan pelaksanaan dengan
demikian. Atas menjamin bahwa kas Negara selalu berisi uang pajak. Selain itu pengenaan
pajak berdasrkan undang undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi
membayar pajak sehinga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya
pajak.
Menurut mardiasmo (2009:21), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sedangkan pajak daerah itu sendiri menurut undang-undang no 28 tahun 2009, yang
disebutnya pajak adalah kontibusi wajib kepada dearah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebsar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pada definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerahnya tampa imbalan yang langsung
dapat dirasakan, yang bersifat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undang yang
berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah setempat.

b) Jenis –jenis pajak daerah


Menurut sihaan (2010;64) pajak kabupaten/kota yang diatur dalam undang-undang nomor 28
tahun 2009 adalah sebagaian berikut:
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pjak penerangan jalan
6) Pajak mineral bukan logam dan bantuan
7) Pajak parkir
8) Pajak air tanah
9) Pajak sarang burung wallet
10) Pajak bumi dan bangunan pendesaan dan perkotaan
11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Dari jenis pajak, kabupaten atau kota dapat tidak memungut salah satu dari beberapa
jenis pajak yang telah ditentukan apabila potensi pajak di daerah kabupaten atu kota
tersebut dipandang kurang memadai.
Dari jenis pajak, kabupaten kota dapat tidak memungut dari salah satu dari beberapa
jenis pajak yang telah ditentukan apabila potensi pajak di daerah kabupaten atu kota
disebut dipandang kurang memadai.

3. Retribusi Daerah
a. Pengertian Retribusi Derah
Sesuai ketentuan perundang undang di Indonesia disaat ini penarikan retribusi hanya
dapat dipungut oleh pemerintah daerah jadi,retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini
adalah retribusi daerah.
Menurut indra bastian (2011;156), retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah atas pelayanan dan pungunaan fasilitas-fasilitas umum yang disediakan
oleh pemerintah daerah bagi kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan daerah yang
berlaku.
Menurut musyidi (2009;135) retribusi dipungut oleh pemerintah daerah karena
pemberian izin atau jasa oleh kepada orang pribadi atau badan.
Retribusi menurut shiaan (2010;5) adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
Negara karenan adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara
perorangan.
Dari definisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dari itu, penulis
dapat menarik suatu kesimpulan bahwa dari retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pelayanan dan penggunaan fasilitas yang disediakan dan diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jasa tersebut dapat
dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa
dari Negara.

b. Jenis retribusi daerah


Menurut sihaan (2010;620) penggolongan jenis retribusi dimaksudkan guna menetapkan
kebijakan umum tentang perinsip dan sasaran dalam penetapan tariff retribusi daerah. Sesuai
undang undang nomor 34 tahun 2000 pasal 108 ayat 2-4, retribusi daerah dibagi atas tiga
golongan sebagai mana disebut dibawah ini:
1) Retribusi jasa umum
2) Retribusi jasa usaha
3) Retribusi perizinan tertentu
Sesuai dengan undang-undang nomor 28 tahun 2009 pasal 149 ayat 2-4, penetapan
jenis retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah provinsi dan
daerah kabubaten/kota disesuaikan dengan kewenangan daerah masing-masing sebagai
mana diantur dalam perundang-undang. Hal yang sama juga berlaku untuk penetapan
jenis retribusi jasa usaha untuk daerah profinsi dan kabupaten/kota. Dilakukan dengan
sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh daerah masing-masing. Rincian jenis objek dari
setiap retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu diatur
dalam peraturan daerah yang bersangkutan. Jenis jenis retribusi jasa umum, usaha dan
perizinan tertentu saat ini diatur dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 pasal 127-
138, sebagaimana dibawah ini.
Jenis-jenis retribusi jasa umum
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk atau dan akte catatn sipil
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum
6) Retribusi pelayan pasar
Jenis-jenis jasa usaha

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah


2) Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
3) Retribusi tempat pelangan
4) Retribusi terminal
5) Retribusi tempat khusus parki
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
7) Retribusi rumah potong hewan
8) Retribusi pelayanan kepelabuhan
9) Retribusi penyebrangan di air
10) Retribusi penyeberangan di air
11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah

Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu

1) Retribusi izin mendirikan bangunan


2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
3) Retribusi izin trayek angkutan umum
4) Retribusi izin usaha perikanan

C. Kerangka Berfikir

Variabel yang lebih ditekankan ini khususnya mengenai pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah PAD kabupaten/kota provinsi
sumatera selatan. Untuk itu bisa digambarkan dalam kerangka berfikir yang dirumuskan
dalam kerangka berfikir yang dirumuskan dalam sebagai berikut:

Gambar kerangka pemikiran teoritis pengaruh penerimaan pajak daerah dan


retribusi daerah terhadap pendapatan aslu daerah (PAD) Kabupaten/kota provinsi
sumatera selatan

Pajak daerah (x1) H1

H2

Pendapatan asli daerah ( y)

H3

Retribusi daerah (x2)


Keterangan
Pengaruh secara simultan
Pengaruh secara persial

D. Hipotensis Penelitian
1. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara Simultan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan atas desentralisasi, kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat
digunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintah dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhan guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat
atas (subsidi) dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari
perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam
kaitannya dengan kesatuan prekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin.oleh
karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dihendaki setiap daerah. Jadi
hipotensis yang dikembangkan yaitu :
H1 : Terdapat pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten/kota provinsi sumatera selatan

2. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara Parsial terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Selatan
a) Pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
Salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki
kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah
karena pajak daerah bermanfaat dalam peningkatan kemampuan penerimaan (PAD) dan juga
mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengunaan uang pajak meliputi mulai dari
belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan, pembangunan
serana umum seperti jalan-jalan,jembatan,sekolah, rumah sakit,/puskesmas,kantor polisi
dibiayai dengan menggunakan uang pembiyaan dalam rangka pemberian rasa aman bagi
seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara mulai saat dilahirkan sampai dengan
meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah semuanya dibiayai
dengan uang yang berasal dari pajak. Jadi hipotensis yang berkembang yaitu:
H2 : Terdapat pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
kabupaten/kota Provinsi sumatera selatan
b) Pengaruh Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian ijin khusus
yang disediakan dan/atau diberikan oleh pemda kepada pribadi/badan, diharapkan dapat
mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah,
sehinga akan meningkatkan dan memeralatkan prekonomian serta kesejahteraan masyarakat
daerahnya.
Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat dilakukan berulang
kali siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan
retribusi. Factor perbedaan antara pungutan retribusi dengan sumber-sumber pendapatan yang
lain adalah ada tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintahan daerah. Pelaksanaan
pungutan retribusi dapat dilakukan diluar waktu yang telah dibentukan oleh petugas
perundang-undang selama pemerintahan daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan
pemerintah pusat, sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi
masyarakat disuatu daerah artinya, semakin maju dan berkembang tingkat sosial ekonomi
masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa dipungul, jadi hipotensis yang
dapat dikembangkan adalah :
H1 : Terdapat pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Selatan.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas adalah bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu cara meningkatkan APBD tapi pajak dan retribusi daerah ini harus
dilaksanakan dengan benar dan adil oleh pemrintah maupun pembayar pajak, dikenakannya saksi
terhadap orang yang menungak ataupun menyalahkan aturan adalah hal yang benar,seperti terdapat
pada undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Seperti juga
dijelaskan diatas bahwa terdapat katgori-katagori atau criteria-kriteria pajak. Berapa tariff pajak
ditetapkan yang harus sesuai tidak menjadi beban bagi pembayar pajak,dijelaskan juga jenis-jenis
pajak apa saja yang diambil seperti pajak perhotelan,pajak hiburan,pajak restoran, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian C dan pajak parkir . diharapkan dengan
aadanya pembayaran pajak dan retribusi daerah yang tidak membebani masyarakat membayar pajak
dapat berperan mengatur prekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang yang pada
gilirannya dapat meningkat kesejahteraan masyarakat didaerah.

Anda mungkin juga menyukai