Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Assalam’muaalaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha esa atas segala rahmatNYA Sehingga makalah ini dapat
tersusun hinga selesai. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca .untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah pajak daerah dan retribusi daerah dianjukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
perpajakan.makalah ini memuat tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli
daerah,prinsip dan kriteria perpajakan daerah ,dan ketentuan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Pada makalah ini dijelaskan pada sumber-sumber pendapatan daerah antara lain pajak daerah dan
retribusi daerah,dan dilengkapi oleh undang-undangnya,dan makalah ini juga menjelaskan aspek-aspek lain
yang isyaallah akan bermanfaat bagi kita. Sebab itu sebagai warga Negara yang baik dan taat pada hukum
kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang menyangkut pajak daerah dan retribusi daerah,karena kalau kita
dapat mengetahuinya kita dapat dengan mudah memahami dan menjankan aturan perundang-undang yang
telah dibuat oleh pemerintah.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan dari
makalah ini. Oleh karena itu saya minta maaf jika ada salah kata ataupun dari tulisan tersebut.
Wasalam’mualaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi,
pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya menetapkan undang-
undang Nomor 34 18 tahun1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pemberian wewenang
dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah
untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi
daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan perda diupayakan tidak berbenturan dengan
pungutan pusat ( pajak maupun bead an cukai ) karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi
pungutan yang pada akhirnya akan mendistrosi kegiatan prekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah
dientisipasi dalam undang-undang nomor 18 tahun1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain
menyatakan bahwa objek pajak pusat. Di Negara-negara paham hukum, segala sesuatu yang
menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undang. Dengan demikian,
pemunggutan pajak kepada rakyat tentunya harus disertai dengan perangkat peraturan perundang-
undang yang disebut dengan hukum pajak. Diindonesia undang-undang dasar 1945 pasal 23A
mengatur dasar pemungutan pajak oleh Negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain
bersifat memaksa keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Menyelengarakan otonomi
daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung sumber-sumber pembiayaan yang
memadai. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan peningkatan daerah bagi penyelenggara
rumah tangganya, sekalipun demikian, otonomi dalam kerangka Negara republic Indonesia, diukur
dari jumlah PAD yang dapat dicapai,tetapi lebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan retribusi
dapat berperan dalam mengatur prekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang. Yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis pajak provinsi bersifat limitative yang berarti provinsi tidak dapat memungut pajak lain,selain
yang telah ditetapkan, dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainya sesuai dengan criteria yang
ditetapkan oleh undang-undang.adanya pembatasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh provinsi sebagai
daerah otonom yang terbatas. Yang hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifat
lintas daerah kabupaten/kota, serta kewenangan yang tidak atau belumdapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota serta bidang keenangan tertentu.sekalipun demikian pelakasanaan provinsi dapat
memutuskan untuk tidak mengugat jenis pajak yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang hasilnya
kurang memadai, berkaita dengan besarnya tariff, berlaku difinitif untuk pajak profinsi yang ditetapkan
secara seragam seluruh Indonesia dan diatur dalam PP nomor 65 tahun 2001 .
Sementara itu pemerintah kabupaten/kota diberi kewenagan untuk memungut tujuh jenis pajak yaitu:
a. Pajak hotel
b. Pajak restaurant
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerapan jalan
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g. Pajak parker
Jenis pajak kabupaten kota tidak bersifat limitative,artinya kabupaten/kota diberi peluang untuk
mengali potensi sumber-sumber keuangan,selain ditetapkan secara exsplisit dalam undang-
undang nomor 34 tahun2000 dengan menetapkan sendiri pajak yang pajak bersifat spesifik
dengan memerhatikan kretaria yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut, criteria yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi
2. Objek pajak terletak atau terdapat wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan mempunyai
mobilitas yang cukup rendah sehinga serta hanya melayani masyarakatdiwilayah daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum
4. Objek pajak merupakan bukan objek pajak provinsi dan atau objek pajak pusat
5. Potensinya memadai
6. Tidak memberikan dampak ekonomis yang negative
7. Memehatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
8. Menjaga keletarian lingkungan
besarnya tariff yang berlaku definitatif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan
peraturan daerah,tetap tidak boleh lebih tinggi daripada tetap maksimum yang ditatapkan
dalam undang-undang tersebut. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang dipungut oleh
provinsi dan yang dipungut oleh kabupaten/kota diharapkan tidak adanya pengenaan pajak
berganda. Dalam rangka pengawasan pada tentang pajak dan retribusi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat paling lambat lima belas hari
sejak ditetapkan.dalam hal ini perda tersebut bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan perundang undang yang lebih tinggi,pemerintah pusat melalu mentri
dalam negri dengan pertimbangan mentri keuangan dapat membatalkan perda tersebut dalam
kurun waktusatu bulan sejak diterimanya peraturan tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut
diatur dalam pasal 5A dan pasal 25A undang-undang nomor 34 tahun 2000 juncto pasal 80
ayat (2) PP nomor 65 tahun 2001 dan pasal 17 ayat (2) PP nomor 66 tahun 2001. Sekalipun
demikian walaupun perda-perda tersebut sudah dibatalalkan oleh pemerintah pusat
,pemerintah daerah dapat mengajukan keberatan pada mahkamah agung (MA) segera
mengajukan kepada pemerintahan berdasrkan PP nomor20 tahun 2001 tentang pembinaan
dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pembiyaan Daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
penyelngaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retibusi daerah ini merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiyai penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Pemersalahan yang dihadapi daerah pada umumnya dalam kaitan penggalian sumber-sumber pajak
daerah dan retribusi daerah, yang merupakan slah satu kompenen PAD, belum memberikan
kontiribusi yang singnifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Untuk mengantifikasi
desentralisasi dan proses otonomi daerah, pungutan pajak dan retribusi daerah masih belum dapat
diandalkan oleh daerah sebagai sumber pembiyaan desentralisasi. Keadaan ini diperlihatkan dari satu
studi yang dilakukan oleh LPEM-UI berkerja sama dengan clanurban project bahwa banyak
permaslahan yang terjadi di daerah dengan pengendalian dan peningkatan PAD,terutama hal ini
disebabkan oleh hal berikut:
1. Relatif rendahnya basis pajak daerah dan retribusi daerah
Berdasrkan undang-undang nomor 34 tahun 2000 daerah kabupaten/kota dimungkinkan
untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru. Akan tetapi,melihat criteria pengadaan
pajak beru sangat ketat , khususnya criteria pajak daerah tidak boleh tumpang tindi
dengan pajak pusat dan pajak provinsi, diperkirakan daerah memiliki basis pungutan yang
relative rendah dan terbatas, serta bervariasi antar daerah. Rendahnya basis pajak ini
untuk sebagian daerah berarti memperkecil kemampuan maneuver keuangan daerah
dalam menghadapi krisis daerah.
5. Variasi dalam penerimaan diperparah lagi dengan sistem bagi hasil sehinga hanya
menguntungkan daerah tertentu. Demikian pula, distribusi pajak antar daerah sudah
sangat timpang karena basis pajak antar daerah juga sangat bervariasi. Peranan pajak
daerah dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi juga
karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam jumlah produk, keadaan geografis
( berdampak pada relative mahal ) dan kemampuan masyarakat sehinga biaya
menyediakan pelayanan kepada masyarakat menjadi sangat bervariasi.
Tidak singnifikannya peran PAD pada anggaran daerah tidak lepas dari sitem tax
assignment diindonesia yang masih member kewenangan penuh kepada pemerintah pusat
untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial (yang tentunya dilakukan berdasrnya
pertimbangan-pertimbangan tertentu) seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai,
dan bea masuk. Kenyataan ditunjukan bahwa distribusi kewenangan perpajakan antara
daerah dan pusat sangat timpang yaitu jumlah penerimaan pajak yang dipungut oleh
daerah hanya sebesar 3,39% dari total penerimaan pajak (pajak pusat dan pajak daerah)
ketimpangan dan penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak tersebut memberikan
petunjuk bahwa pertimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah di
Indonesian dari sisi revenue assignment masih terlalu sentralisis.
2. Pajak daerah
a) pengertian pajak daerah
secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah)
berdasrkan undang-undang yang berifat dapat dipaksakan terutang oleh yang wajib
membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali(kontrak prestasi/balas jasa) secara
langsung. Yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran biaya penyelengaraan
pemerintah dan membangun. Hal ini menunjukan bahwa pajak adalah pembayaran wajib
yang dikenakan berdasrkan undang undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiaban dan bagi tidak mampu membayar pajak dapat dilakukan pelaksanaan dengan
demikian. Atas menjamin bahwa kas Negara selalu berisi uang pajak. Selain itu pengenaan
pajak berdasrkan undang undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi
membayar pajak sehinga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya
pajak.
Menurut mardiasmo (2009:21), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sedangkan pajak daerah itu sendiri menurut undang-undang no 28 tahun 2009, yang
disebutnya pajak adalah kontibusi wajib kepada dearah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebsar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pada definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerahnya tampa imbalan yang langsung
dapat dirasakan, yang bersifat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undang yang
berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah setempat.
3. Retribusi Daerah
a. Pengertian Retribusi Derah
Sesuai ketentuan perundang undang di Indonesia disaat ini penarikan retribusi hanya
dapat dipungut oleh pemerintah daerah jadi,retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini
adalah retribusi daerah.
Menurut indra bastian (2011;156), retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah atas pelayanan dan pungunaan fasilitas-fasilitas umum yang disediakan
oleh pemerintah daerah bagi kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan daerah yang
berlaku.
Menurut musyidi (2009;135) retribusi dipungut oleh pemerintah daerah karena
pemberian izin atau jasa oleh kepada orang pribadi atau badan.
Retribusi menurut shiaan (2010;5) adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
Negara karenan adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara
perorangan.
Dari definisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dari itu, penulis
dapat menarik suatu kesimpulan bahwa dari retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pelayanan dan penggunaan fasilitas yang disediakan dan diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jasa tersebut dapat
dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa
dari Negara.
C. Kerangka Berfikir
Variabel yang lebih ditekankan ini khususnya mengenai pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah PAD kabupaten/kota provinsi
sumatera selatan. Untuk itu bisa digambarkan dalam kerangka berfikir yang dirumuskan
dalam kerangka berfikir yang dirumuskan dalam sebagai berikut:
H2
H3
D. Hipotensis Penelitian
1. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara Simultan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan atas desentralisasi, kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat
digunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintah dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhan guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat
atas (subsidi) dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari
perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam
kaitannya dengan kesatuan prekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin.oleh
karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dihendaki setiap daerah. Jadi
hipotensis yang dikembangkan yaitu :
H1 : Terdapat pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten/kota provinsi sumatera selatan
2. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara Parsial terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Selatan
a) Pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
Salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki
kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah
karena pajak daerah bermanfaat dalam peningkatan kemampuan penerimaan (PAD) dan juga
mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengunaan uang pajak meliputi mulai dari
belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan, pembangunan
serana umum seperti jalan-jalan,jembatan,sekolah, rumah sakit,/puskesmas,kantor polisi
dibiayai dengan menggunakan uang pembiyaan dalam rangka pemberian rasa aman bagi
seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara mulai saat dilahirkan sampai dengan
meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah semuanya dibiayai
dengan uang yang berasal dari pajak. Jadi hipotensis yang berkembang yaitu:
H2 : Terdapat pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
kabupaten/kota Provinsi sumatera selatan
b) Pengaruh Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian ijin khusus
yang disediakan dan/atau diberikan oleh pemda kepada pribadi/badan, diharapkan dapat
mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah,
sehinga akan meningkatkan dan memeralatkan prekonomian serta kesejahteraan masyarakat
daerahnya.
Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat dilakukan berulang
kali siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan
retribusi. Factor perbedaan antara pungutan retribusi dengan sumber-sumber pendapatan yang
lain adalah ada tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintahan daerah. Pelaksanaan
pungutan retribusi dapat dilakukan diluar waktu yang telah dibentukan oleh petugas
perundang-undang selama pemerintahan daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan
pemerintah pusat, sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi
masyarakat disuatu daerah artinya, semakin maju dan berkembang tingkat sosial ekonomi
masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa dipungul, jadi hipotensis yang
dapat dikembangkan adalah :
H1 : Terdapat pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Selatan.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas adalah bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu cara meningkatkan APBD tapi pajak dan retribusi daerah ini harus
dilaksanakan dengan benar dan adil oleh pemrintah maupun pembayar pajak, dikenakannya saksi
terhadap orang yang menungak ataupun menyalahkan aturan adalah hal yang benar,seperti terdapat
pada undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Seperti juga
dijelaskan diatas bahwa terdapat katgori-katagori atau criteria-kriteria pajak. Berapa tariff pajak
ditetapkan yang harus sesuai tidak menjadi beban bagi pembayar pajak,dijelaskan juga jenis-jenis
pajak apa saja yang diambil seperti pajak perhotelan,pajak hiburan,pajak restoran, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian C dan pajak parkir . diharapkan dengan
aadanya pembayaran pajak dan retribusi daerah yang tidak membebani masyarakat membayar pajak
dapat berperan mengatur prekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang yang pada
gilirannya dapat meningkat kesejahteraan masyarakat didaerah.