PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
FARMASI
Tim Penyusun :
Puteri Amelia, M.Farm., Apt
Saiful Bahri, M.Si
Eka Putri., M.Si., Apt
Prof. Dr. Atiek Soemiati, MS., Apt
TAHUN 2016
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
TIM PENYUSUN :
Penuntun praktikum ini disusun sedemikian rupa agar kebih rinci dan sistematis, juga
dilengkapi dengan gambar sehingga memudahkan mahasiswa memahami dan
mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan praktikum. Materi yang disajikan
dalam Penuntun praktikum ini mencakup teknik dasar yang lazim dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Farmasi pada umumnya.
Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang melaksanakan
praktikum mikrobiologi farmasi serta bagi mahasiswa yang memerlukannya. Segala
kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi buku ini sangat dihargai demi
perbaikan kualitas lebih lanjut.
Tim Penyusun
Halaman
TUJUAN : mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi dari tiap alat yang umum
digunakan dalam praktikum mikrobiologi.
LANDASAN TEORI
Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu diketahui :
2. Alat Gelas dan
3. Alat Non Gelas
1. Alat-alat elektrik keramik
a) Mikroskop cahaya a) Cawan Petri a) Jarum inokulum/ose
b) Autoklaf elektrik b) Pipet ukur b) Pinset
c) Incubator c) Pipet tetes c) Rubber bulb
d) Hot plate & stirrer d) Tabung reaksi d) pH meter universal
e) Colony counter e) Labu Erlenmeyer
g) Mikropipet g) Mortar & pestle
h) Beaker glass
i) Buncen burner
j) Gelas ukur
k) Batang L/Drigalsky
l) Tabung durham
1.b.Autoklaf (Autoclave)
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi dengan menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu
121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon
tiap inchi (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan
biasanya 15 menit untuk 121oC.
Cara Penggunaan :
1.Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf.
Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan.
Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
3.Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf.
Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, timer diatur dengan waktu minimal 15 menit, suhu 121oC.
5.Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
Cara Penggunaan :
1.Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk
memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3.Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama/first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob
maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan
semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip
akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan
yang berfungsi mendorong tip keluar.
3.b. Pinset
Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk
mengambil benda dengan menjepit misalnya saat
memindahkan cakram antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misal nya larutan enzim dan antibiotik.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV.
c. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.
Saran-saran kerja aseptis :
1.Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian
mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan
tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet
maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa
ruang dibiarkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer
2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah
rusak jika terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang
berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan
tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara :
a. Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 mL
b. Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 mL
PERCOBAAN :
1. Melakukan sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum
a. Alat gelas
b. Jarum ose, pinset
2. Melakukan sterilisasi bahan yang akan digunakan dalam praktikum
a. Sterilisasi Media
B. PEMBUATAN MEDIA
LANDASAN TEORI
Pengertian dan Fungsi
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.
Bahan-bahan media pertumbuhan
Bahan dasar
air (H2O) sebagai pelarut
agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk
indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik
ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba nontarget/kontaminan.
PERCOBAAN
Pembuatan media Nutrient Agar dan Nutrient Broth
1. Tulis resep masing-masing medium.
2. Timbang semua bahan dengan tepat, letakkan pada tempat terpisah.
3. Siapkan akuades sesuai yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui teknik pemindahan kultur mikroorganisme
secara aseptis.
LANDASAN TEORI
Memindahkan atau mentransfer mikroorganisme dari satu media ke media
lain disebut dengan subculturing atau peremajaan. Teknik ini sangat penting dan
secara rutin digunakan untuk membuat atau menyiapkan kultur stok yang diperlukan
dalam uji mikrobiologi. Mikroorganisme dijumpai dimana-mana karena itu mereka
menjadi sumber kontaminan eksternal yang akan mengganggu hasil eksperimen.
BAHAN
Kultur nutrient broth, agar NA miring, PDA miring, isolat bakteri dan fungi.
Alat
Pembakar spirtus, laminar air flow, lup inokulasi (ose), spidol (label).
CARA KERJA
Prosedur pemindahan pada media agar miring (NA dan PDA)
1. Beri label semua tabung media yang akan diinokulasi
2. Pindahkan isolate bakteri dan fungi dari media lama ke media baru agar miring
dengan mengambil satu sengkelit koloni menggunakan lup inokulasi kemudian
lakukan penggoresan pada media agar miring baru
3. Inkubasi pada suhu 37®C untuk isolate bakteri dan suhu ruang untuk isolate
fungi.
4. Amati pertumbuhan dan amati pula adanya kontaminan dan catat hasil pada
tabel berikut :
No. Jenis Isolat Pertumbuhan (+) atau (-) Kontaminan (+) atau (-)
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN :
1. Mempelajari cara menyiapkan apusan bakteri (preparat kering) dengan baik
sebagai prasyarat untuk mempelajari teknik pewarnaan;
2. Mempelajari prosedur dan memahami tahapan prosedur pewarnaan Gram,
sederhana, endospore, negative serta reaksi kimiawi yang terlibat dalam prosedur.
LANDASAN TEORI
Bakteri berukuran sangat kecil dan tipis sehingga sukar dilihat struktur
tubuhnya walaupun dengan bantuan mikroskop. Untuk melihat morfologi bakteri
secara lebih jelas dikembangkan teknik pewarnaan bakteri. Prinsip pewarnaan bakteri
adalah pertukaran antara ion zat warna dengan ion protoplasma sel.
Jenis-jenis Pewarnaan :
Pewarnaan Sedehana atau Tunggal, dengan menggunakan satu macam zat
warna seperti : Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin.
Pewarnaan Differensial dengan menggunakan dua atau lebih zat warna.
2. Pewarnaan Sederhana
a. Dinginkan preparat kering kemudian beri 5 tetes zat warna diatas suspensi yang
telah mengering dan diamkan selama 1-2 menit.
b. Zat warna yang berlebih dituang dari preparat dan dicuci dengan air yang telah
disediakan dalam botol semprot.
c. Preparat dikeringkan dengan kertas saring atau dekat nyala api
d. Preparat kemudian ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada bagian yang akan
diamati
e. Hasil yang diamati dicatat dan digambar
2. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan digunakan untuk mengetahui morfologi dan identifikasi jenis
bakteri. Pewarna yang digunakan dua atau lebih. Contoh pewarnaan diferensial
adalah pewarnaan Gram, pewarnaan Spora, pewarnaan kapsul, dll.
Cara kerja
a. Preparat kering dari biakan isolate bakteri (genus Bacillus) yang berumur 48-72
jam.
b. Beri tetesan malachite green pada permukaan preparat, biarkan selama 2-3
menit di atas penangas air, angkat dan biarkan dingin, lalu bilas dengan air
aquades. Perhatian : penangas air harus terus diawasi temperaturnya untuk
tidak terlalu panas dan air tidak mendidih agar zat warna tidak mongering atau
mendidih.
c. Beri tetesan zat warna tandingan, yaitu safranin, biarkan selama 30 detik lalu
bilas dengan air mengalir.
d. Keringkan preparat dengan membiarkannya di dekat nyala apai atau menekan-
nekan preparat secara perlahan dengan kertas tissue (jangan diusap).
e. Beri setetes minyak imersi pada permukaan preparat yang telah diwarnai, amati
dengan mikroskop berlensa objektif 100X.
3. Pewarnaan Gram
a. Siapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek dan keringkan
dengan mengangin-anginkan atau meletakkannya dekat api. Setelah itu lalukan
fiksasi sebanyak 5-10x, dinginkan.
b. Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet. Diamkan
selama 2 menit.
c. Cuci dengan air mengalir, Tambahkan zat pematek Lugol (Iodium : Kalium Iodium
: Aquades = 1 : 2 : 300), selama 1 menit. Kemudian bilas dengan air mengalir.
d. Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 30 detik hingga zat warna larut
kemudian cuci dengan air mengalir.
Hasil :
Bakteri gram positif berwarna ungu dan bakteri negatif berwarna merah
4. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan ini bertujuan untuk mengetahui morfologi bakteri yang tidak
dapat diwarnai dengan teknik sederhana. Sesuai namanya, yang diwarnai pada teknik
ini adalah latar belakang suspensi preparat menggunakan tinta cina, sehingga
mikroorganisme terlihat transparan diantara medan yang gelap. Tujuannya adalah
melihat morfologi bakteri.
HASIL PENGAMATAN
a. Pewarnaan sederhana
Susunan :
Bentuk :
Susunan :
Bentuk :
Susunan :
Warna endospore :
Lokasi endospore :
Warna endospore :
Lokasi endospore :
c. Pewarnaan gram
Jenis bakteri Warna dan jenis Gambar Keterangan
reaksi Gram
Bentuk :
Susunan :
Bentuk :
Susunan :
Bentuk :
Susunan :
Bentuk :
Susunan :
Warna latar :
Bentuk sel :
Susunan :
Warna bakteri :
Warna latar :
Bentuk sel :
Susunan :
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
LANDASAN TEORI
1. Fase adaptasi, yaitu proses dimana terjadi sintesis enzim baru yang sesuai dengan
medianya dan pemulihan terhadap metabolik yang bersifat toksik (misalnya asam,
alkohol dan basa) pada waktu di media lama. Pada fse ini tidak dijumpai
pertambahan jumlah sel. Akan tetapi terjadi pertambahan volume sel, karena pada
fase statis sebelumnya sel melakukan pengecilan ukuran sel.
2. Fase Perbanyakan, setelah kondisi ideal dalam pertumbuhan, sel melakuakn
pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan persamaan eksponensial, maka
fase itu juga disebut fase eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel
meningkat sampai pada batas tertentu, sehingga memasuki fase statis.
3. Fase Statis, pada fase ini sel melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang
menguntungkan. alasan mikroba tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis
bermacam-macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah : Nutrient
habis, akumulasi metabolik toksik (seperti alcohol, asam dan basa), penurunan
kadar oksigen, dan ketersedaian air.
4. Fase Kematian, penyebab utama kematian adalah terjadi autolysis sel dan
penurunan energy seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam
selama fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian, sementara itu ada bakteri
yang mampu bertahan sampai harian bahkan mingguan pada fase statis dan
akhirnya masuk fase kematian.
1. Pembuatan kultur inokulum dilakukan dengan cara mengambil 3 ose koloni bakteri
yang sudah dilakukan peremajan sel sebelumnya dan dimasukkan kedalam kultur
media baru (kultur broth) sebanyak 30 ml media NB. Kemudian dilakukan aerasi
dengan cara kultur goyang menggunakan shaker incubator dengan kecepatan 120
rpm selama 24 jam.
2. Inokulasikan 5 ml biakan bakteri umur 24 jam kedalam labu Erlenmeyer 250 ml
berisi 50-100 ml media NB baru. Ukur OD awal biakan ini.
Cara mengukur OD dengan spectrophotometer adalah :
Atur Spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, biarkan selama 10-15
menit.
Atur persentase transmisi (%T) menjadi 0% (OD = 2)
Bersihkan bagian luar tabung (cuvette) berisi media NB steril (digunakan sebagai
control/blanko) sampai tampak benar-benar jernih
Masukkan cuvette control tersebut ke dalam tube holder pada spektrofotometer,
tutup dan atur OD = 2 (%T = 100)
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ENUMERASI MIKROORGANISME
TUJUAN
Mengetahui bagaimana cara menentukan jumlah mikroorganisme dengan
mengukur jumlah sel atau massa sel
LANDASAN TEORI
Penentuan jumlah (enumerasi) mikroorganisme dapat diketahui dengan
mengukur jumlah sel atau massa sel. Enumerasi dengan mengukur jumlah sel
diterapkan pada organimse uniseluler seperti bakteri dan ragi; sedangkan pengukuran
massa sel dapat diterapkan pada semua tipe mikroorganisme, termasuk yang
memiliki filament (benang-benang panjang), seperti jamur, yang tidak dapat dihitung
dengan mengukur jumlah sel.
Metode plate count merupakan metode enumerasi sel hidup (viable) yang
paling umum digunakan. Metode ini didasari oleh hubungan teoritis bahwa satu sel
bakteri menghasilkan satu koloni, sehingga timbul asumsi bahwa jumlah koloni yang
tumbuh pada plate agar bersesuaian dengan jumlah bakteri asalnya. Keterbatasan
luas bidang permukaan plate agar pada petri mengharuskan prosedur plate count
didahului dengan pengenceran sampel. Jumlah deret pengenceran dalam satu seri
tergantung pada kekeruhan sampel awal. Semakin keruh sampel, semakin banyak
pengenceran yang diperlukan.
Enumerasi dengan mengukur massa sel dapat memperkirakan total
protoplasma seluler per ml kultur. Metode yang umum digunakan adalah perkiraan
kimiawi (nitrogen seluler, protein, fosfor, DNA), berat kering sel atau miselia, volume
sel, dan metode turbidimetrik. Metode turbidimetrik didasari pada fakta bahwa suatu
populasi sel dalam medium cair yang memblokir cahaya bersesuaian dengan total
massanya dalam kultur itu.
METODE KERJA
Bahan dan Alat
- Sampel air atau makanan
- Larutan NaCl 0,85% (fisiologis) steril 9 ml dalam tabung-tabung reaksi
- Pipet 1 ml dan 10 ml
- Nutrien agar (NA) dalam petri
- Batang gelas L (bent glass rod) atau spreader atau batang drygalsky
PERCOBAAN
PENENTUAN BATAS BAKTERI DENGAN METODE PLATE COUNT
1. Buatlah satu seri pengenceran pada sampel yang akan dihitung, dengan cara:
Masukkan 1 ml atau 1 gram sampel ke dalam larutan NaCl fisiologis 9 ml steril
dalam tabung reaksi, lalu kocok dengan vortex; suspensi ini disebut pengenceran
1:10 atau 10-1 . Ambil 1 ml suspense dari tabung pertama tersebut & masukkan ke
dalam larutan fisiologis 9 ml steril dalam tabung kedua, lalu kocok dengan vortex;
suspense ini disebut pengencerann 10-2. Selanjutnnya lakukan cara yyang serupa
untuk pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6 (jumlah pengenceran dalam satu seri
tergantung pada kekeruhan sampel; konsultasikan dengan dosen atau asisten) .
2. Dari tiga pengenceran terakhir (10-4, 10-5, dan 10-6), ambil masing-masing 0,1 ml
dengan pipet steril yang berbeda (atau dengan satu pipet, tetapi dilakukan mulai
dari pengenceran terbesar) & inokulasika pada 3 plat agar yang berbeda>
Sebarkan inokulum suspense itu pada permukaan plat agar dengan menggunakan
batang gelas L sampai merata. Setiap akan memulai pada petri yang berbeda,
celupkan batang gelas L di dalam alcohol 70% lalu bakar pada nyala api &
dinginkan 10-15 detik.
3. Inkubasikan pada temperature 30⁰C selama 24 jam.
4. Hitung jumlah koloni yang tumbuh per 1 ml sampel. Jumlah yang dapat dihitung
adalah 30-300 koloni. Jika 30 berarti pengenceran terlalu besar (suspense terlalu
encer), jika 300 berarti pengenceran terlalu kecil (suspense kurang encer).
Jumlah mikroorganisme per ml sampel diperoleh dengan membagi jumlah
koloni yang tumbuh dengan volume sampel yang diinokulasi dan dibagi dengan
pengenceran yang digunakan, lalu dicari nilai rata-rata dari ketiga plat yang dihitung.
Contoh :
Dari plat agar pengenceran 10-4 tumbuh 205 koloni bakteri.
Dari plat agar pengenceran 10-5 tumbuh 121 koloni bakteri.
Dari plat agar pengenceran 10-6 tumbuh 56 koloni bakteri.
Maka jumlah bakteri dalam sampel awal adalah:
(205 x 104 x 101 + 121 x 105 x 10-1 + 56 x 106 x 10-1) : 3 = 2,34 x 108 sel/ml
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Mahasiswa dapat memisahkan mikroorganisme dari campurannya sehingg
didapat kultur biakkan murni.
LANDASAN TEORI
Indonesia mempunyai biodiversitas mikroorganisme yang mempunyai nilai
potensial dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun nilai komersial.
Kemajuan ilmu bioteknologi sekarang ini memacu kreativitas para peneliti untuk
memanfaatkan keanekaragaman mikroorganisme dalam berbagai bidang, seperti
industri pangan, peternakan, bioenergi, lingkungan dan kesehatan. Pemanfaatan
mikroba meliputi produk hasil metabolisme ataupun bioenzim. Di alam populasi
mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran
berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi
menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat
dan kemampuan biokimiawinya.
3. Teknik Penanaman
a. Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi
dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan
koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
a.1. Spread Plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan
agar diperoleh kultur murni. Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
Ambil suspensi cairan sebanyak 0,1 mL dengan pipet ukur kemudian teteskan diatas
permukaan agar yang telah memadat.
Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan dibakar diatas
Goresan sinambung
b.2 Goresan T
Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada
daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
Lakukan hal yang sama pada daerah 3
Goresan T
PERCOBAAN
A. Isolasi Mikroorganisme
A.1. Isolasi Mikroorganisme dari Sampel Tanah :
a. Tanah seberat 1 g dimasukan ke dalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis dan
selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8.
b. Tiga pengenceran terakhir diambil 0,1 ml untuk ditanam secara spread plate atauy pour
plate pada medium NA untuk mengisolasi bakteri dan PDA untuk mengisolasi fungi, dan
setelah selesai diinkubasi pada 37oC selama 1x24 jam untuk media NA dan suhu ruang
selama 3-7 hari untuk media PDA.
A.2. Isolasi Mikroorganisme dari Udara
a. Letakkan cawan petri berisi media NA atau PDA dalam keadan terbuka (tanpa tutup)
diruanga yang menjadi sumber isolasi; biarkan ± 5 menit, kemudian tutup kembali dengan
penutup cawan petri.
b. Inkubasikan pada temperatur yang sesuai dengan temperature sumber isolasi selama 24-48
jam untuk media NA dan 3-7 hari untuk media PDA.
c. Amati morfologi koloni-koloni yang tumbuh dan lakukan isolasi dan pemurnian koloni.
A.3. Isolasi Mikroorganisme dari Bahan Padat
a. Gerus sedikit bahan sumber isolasi (secara aseptis) dengan menggunakan mortar yang
sudah disetrilisasi dengan menggunakan alkohol 70%.
b. Taburkan secara merata bahan yang telah digerus tadi diatas permukaan agar dalam cawan
petri, dengan menggunakan pinset yang ujungnya telah direndam dalam alkohol 96% dan
sudah difiksasi diatas pembakar spirtus.
c. Inkubasikan pada pada temperature yang sesuai dengan temperature sumber isolasi selama
24-48 jam untuk media NA dan 3-7 hari untuk media PDA.
d. Amati morfologi koloni-koloni yang tumbuh dan lakukan isolasi dan pemurnian koloni.
A.4. Isolasi Mikroorganisme dari Bahan Cair
a. Teteskan sebanyak 0,1 ml bahan cair diatas permukaan agar cawan petri (cara spread plate)
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Mengenal berbagai factor lingkungan hidup jasad renik (mikroorganisme) dan
mengetahui pengaruh factor lingkungan hidup terhadap kehidupan mikroorganisme.
LANDASAN TEORI
Seperti halnya organisme lain, mikroorganisme di dalam melakukan
kegiatannya sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan atau oleh unsur-unsur ekologi.
Perubahan dari factor lingkungan akan mengakibatkan perubahan sifat baik morfologi
maupun fisiologi.
Factor-faktor lingkungan hidup dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
yaitu :
1. Factor abiotic yang meliputi factor kimiawi dan fisika, atau factor tidak hidup.
2. Factor kimiawi, misalnya zat atau senyawa tertentu dalam nutrientnya, dan
bahan kimia toksik serta keasaman. Factor fisika misalnya suhu dan tekanan
yang ekstrim.
3. Faktor biotik, yaitu jasad hidup atau bersifat hidup. Factor biotik misalnya
kehadiran spesies lain pada lingkungannya.
Perbedaan kelompok jasad renik menghendaki factor lingkungan optimal
yang berbeda untuk kehidupan terbaiknya. Akan tetapi pada kenyataannya factor
lingkungan optimum itu belum dapat dipenuhi, sedang kehidupan di pertahankan
terus. Sehubungan dengan hal itu mikroorganisme mempunyai kisaran nilai factor
lingkungan yaitu minimu, optimum dan maksimum.
METODE KERJA
A. Pengaruh sinar matahari atau sinar UV
Bahan dan alat
- kultur cair bakteri 24 jam
- medium NA
- Laminar Air Flow
- Kertas Aluminium (Aluminium foil)
- pinset
- pembakar spirtus
Pengaruh pH
Bahan dan alat
- Medium NA dengan pH berbeda
- Kultur cair E.coli dan S. aureus dalam NB
- Kultur cair Saccharomyces cereviceae dalam malt ekstrak
- Suspense spora Aspergillus niger
- Cawan petri steril
- Jarum ose
- Pembakar spirtus
- Inkubator
Cara kerja
1. Persiapkan 4 agar cawan untuk media NA dengan pH 3, 5, 7, dan 9, bagi 4 sektor
pada dasar tiap cawan
2. Inokulasi masing-masing sektor dengan bakteri E.coli dan S.aureus
3. Persiapkan 4 cawan MEA pH 3, 5, 7, dan 9.
4. Lakukan kerja seperti 2 dan 3
5. Inkubasi kultur pada suhu 37°C selama 2-3 hari
6. Amati pertumbuhan setiap jasad pada setiap sektor, pakailah kode (+++),(++),
dan (+) serta (-) untuk pertumbuhan luar biasa, baik,sedikit, dan tidak tumbuh.
2 Tekanan
osmosa
3 Sinar UV
4 pH
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
LANDASAN TEORI
METODE KERJA
Tiga tabung media agar tegak yang masing-masing berisi medium Starch Agar
10ml, Tributirin Agar 10ml, dan Media Milk Agar 10ml.
Larutan Iodin/lugol
Biakan bakteri uji : Escherichia coli dan Bacillus subtilis
Tiga buah cawan petri steril
Ose
Penangas Air
Cara kerja
1. Cairkan ketiga tabung media agar dalam penangas air, biarkan suhunya turun
dan hingga 40-45°C, tuangkan setiap tabung tadi ke dalam cawan petri steril
dan biarkan memadat.
Fermentasi Karbohidrat
Cara kerja
Uji Katalase
1. Bersihkan kaca objek dengan alkohol 70%, teteskan beberapa tetes larutan
peroksida 3% diatas gelas objek tersebut
2. Ambil sedikit biakan B. subtilis dengan ose, letakkan di dalam tetesan larutan
peroksida 3%
3. Lakukan hal yang sama untuk bakteri E. coli
4. Amati terjadinya ada gelembung-gelembung O2 di dalam tetesan peroksida
Cara kerja
1. Inokulasi biakan E. coli dan S. aureus ke dalam media. Beri label agar jangan
tertukar
2. Tabung ke 3 tidak diinokulasi, dan digunakan sebagai control
3. Inkubasi selama 48 jam pada suhu 30-35°C
4. Amati terjadinya indol dengan menambahkan 1 ml larutan kovac ke dalam
setiap tabung
5. Kocok perlahan-lahan dan biarkan tabung berada dalam posisi tegak supaya
larutan reagen dapat terkumpul di permukaan media
6. Adanya indol dapat diketahui dengan timbulnya warna merah tua pada lapisan
atas permukaan media. Bandingkan hasil ini dengan tabung control.
Uji Oksidase
Larutan alfa-naftol 1%
Biakan E. coli dan B. subtilis yang berumur 24 jam
Larutan p-aminodimetil-oksalat 1%
Jarum Ose
Cara kerja
1. Inokulasi media MRVP dengan 1 ose biakan E. coli dan B. subitilis Biarkan satu
tabung sebagai control
2. Inkubasikan selama 5-7 hari pada suhu 30°C
3. Teteskan 1ml atau 5 tetes reagen MR
4. Amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan kontrol.
Cara kerja
1. Inokulasi 2 tabung media MRVP dengan 1 ose biakan E. coli dan B. subitilis
Biarkan satu tabung sebagai kontrol
2. inkubasikan selama 5-7 hari pada suhu 30°C
Uji Sitrat
Cara kerja
1. Inokulasi 2 tabung media sitrat dengan 1 ose biakan E. coli dan B. subitilis
dengan cara digores, Biarkan satu tabung sebagai control
2. inkubasikan selama 3-5 hari pada suhu 30°C
3. amati perubahan warna pada media tersebut
Cara kerja
1. Inokulasi 2 tabung seri media OF dengan 1 ose biakan E. coli dan B. subitilis
dengan cara ditusukkan hingga ke dasar tabung, Biarkan satu tabung sebagai
control
2. Tutup seri tabung dengan paraffin oil setinggi 1 cm
3. inkubasikan selama 5-7 hari pada suhu ruang°C
4. Amati perubahan yang terjadi.
Lemak
Protein
2 Uji Karbohidrat
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Menguji sterilitas sediaan obat dan alat kesehatan
LANDASAN TEORI
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dilihat dengan cara menginokulasikan
bahan uji ke dalam media tertentu dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
METODE KERJA
Bahan :
1. Media cair tioglikolat
2. Sabouraud dekstrose cair
3. Kaldu nutrisi
4. Sediaan obat : tetes mata, injeksi, infus, salep mata
5. Alat kesehatan : kasa steril, jarum suntik, dll
Pengujian Langsung
Sediaan Cair
1. Pipet sejumlah volume tertentu cairan dengan pipet atau jarum suntik steril secara
aseptis.
2. Inokulasikan ke dalam media tioglikolat cair dan atau Sabouraud dekstrose cair
dalam tabung reaksi, kocok hingga homogen.
3. Inkubasi pada suhu 37oC untuk media tioglikolat cair, dan pada suhu 25-28oC untuk
media Sabouraud dekstrose cair selama tidak kurang 7 hari.
Salep dan minyak/lemak yang tidak larut dalam isoprapil miristat
Sejumlah sediaan uji didispersikan dalam media pendispersi yang sesuai, sebaiknya
tidak bersifat antimikroba. Cara kerja selanjutnya seperti pada sediaan cair.
Zat padat
Sejumlah sediaan terlebih dahulu dibuat larutan atau suspensi. Kemudian dilakukan
sebagaimana yang tertera pada cara kerja untuk sediaan cair.
Alat Kesehatan
Contohnya : Kasa, perban, pembalut, benang bedah
Cara Penyaringan
Pengujian sterilitas dengan cara penyaringan dilakuakn untuk cairan atau
serbuk yang dapat larut yang bersifat non-bakteriostatik atau fungistatik, bahan-
bahan uji yang berupa lemak/minyak, salep, krim yang dapat dijadikakn larutan dalam
cairan pengencer yang non-bakteriostatik atau fungistatik.
Cara penyaringan ini juga bisa dilakukan untuk pengujian sterilitas dari
cairan/serbuk yang dapat dilarutkakn dan mempunyai sifat bakteriostatik atau
fungistatik dan alat-alat tertentu lainnya. Membran yang sesuai adalah yang berpori
0,45 µm, dengan diameter 47 mm dan kecepatan penyaringan air 55-75 ml/menit
pada tekanan 70 cmHg.
Sediaan yang dimaksudkan untuk pemberian secara iv, setelah disaring
dengan penyaring bakteri, sejumlah volume tertentu seperti yang tertera ditabel
berikut, secara aseptis pindahkan membran dari alat penyaringnya, celupkan
membran atau setengah membran ke dalam 100 ml media tioglikolat cair, kemudian
inkubasi pada 30-35oC selama tidak kurang dari 7 hari.
Tabel 3. Volume sampel yang dipakai untuk uji dengan cara penyarigan
Volume Wadah (mL) Volume yang diambil dari tiap wadah
untuk disaring
Untuk tujuan pemberian intravena :
50 - < 100 Ml Seluruh isi wadah
100 – 500 mL Seluruh isi wadah
> 500 Ml 500 mL
DAFTAR PUSTAKA
PENGENDALIAN MIKROORGANISME
TUJUAN :
Mengamati efektivitas penghambatan aktivitas dan pertumbuhan
mikroorganisme oleh bahan kimia (antiseptic, antibiotik dan desinfektan) untuk
tujuan mengontrol mikroorganisme.
LANDASAN TEORI
Pengendalian pertumbuhan dan kontaminasi mikroorganisme sangat diperlukan
untuk menghambat, membasmi, dan menyingkirkannya karena mikroorganisme
memiliki potensi untuk makhluk hidup lain. Mikroorganisme dapat dikendalikan
secara kimiawi dengan bahan-bahan seperti antiseptic, desinfektan dan antibiotik
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu menentukan daya bunuh
desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien fenol.
Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya telah
diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Koefisien fenol
adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan daya bunuh
dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai
pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan waktu
kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan
untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakan waktu tertentu
dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5
menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak
lebih besar dari 5%.
Ciri-ciri suatu desinfektan yang ideal adalah memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Aktivitas antimikrobial, pada konsentrasi rendah harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengan spektrum luas.
2. Kelarutan, harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang
diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari
harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan fsait antimikrobialnya
secara nyata.
4. Tidak bersifat racun
5. Homogen
6. Tidak bergabung dengan bahan organik
METODE KERJA
Bahan dan Alat
a. Berbagai merek produk antiseptic (sabun cair, pembersih tangan, dll) dengan
konsentrasi sesuai dengan petunjuk pemakaian masing-masing produk.
b. Larutan fenol 1:80, 1:90, 1:100
c. Larutan Lysol 1:400, 1:450, 1:50
d. Biakan murni E. coli
e. Biakan murni Staphylococcus aureus
f. Biakan murni Bacillus subtilis
g. Nutrien agar (NA) dalam tabung reaksi
h. Nutrien Broth (NB) dalam tabung reaksi
i. Tabung reaksi steril kosong
j. Kering saring Whatmann
k. Jarum inokulasi (ose)
l. Pinset
m. Penggaris
n. Pembakar Bunsen
o. Vortex
p. Inkubator
PERCOBAAN
UJI PENGHAMBATAN OLEH ANTISEPTIK
1. Cairkan 4 buah NA dalam tabung reaksi, lalu biarkan hingga temperaturnya menjadi
45oC
2. Inokulasikan 2 tabung NA dengan E.coli dan 2 tabung NA lain dengan B.subtilis.
campurkan dengan baik dan taungkan masing-masing ke petri steril, lalu biarkan
agar menjadi beku.
3. Celupkan kertas saring yang telah digunting menjadi bentuk lingkaran berdiameter
1 cm ke dalam larutan antiseptic yang diuji, lalu biarkan mengering.
4. Letakkan setiap satu potongan kertas saring pada bagian tengah plat E. coli dan B.
subtilis.
BAGAN KERJA
1 : 400
1 : 450
Lysol
1 : 500
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap
antibiotika standar.
LANDASAN TEORI
Penetapan Potensi Antibiotika menurut FI III
Perbandingan dosis sediaan uji dengan dosis larutan standar atau larutan
pembanding yang menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada
biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Aktivitas (potensi) antibiotik dapat
ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatannya pada mikroba.
Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan
kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara
mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan suatu standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas.
Farmakope Indonesia menentukan bahwa potensi antibiotika standar berkisar
antara 95-105%. Namun potensi tersebut dapat menurun karena kadaluwarsa,
penyimpanan yang tidak benar dan terjadinya penguraian obat yang menghasilkan
zat lain yang tidak memiliki efek lagi.
METODE KERJA
Alat :
1. Cawan Petri
2. Ose
3. Penyaring bakteri
4. Kertas cakram/silinder stainless
5. Pipet mikro
6. Jangka sorong
7. Inkubator
Bahan :
1. Antibiotika uji (kapsul amoksisilin trihidrat)
2. Antibiotika standar
3. Kuman standar (Micrococcus luteus ATCC 9341)
PERCOBAAN
1. Pembuatan Inokulum
a. Tanam kuman standar pada agar miring, eramkan 18-24 jam pada suhu 37oC.
b. Kuman dari pertumbuhan diatas diencerkank dalam 5 mL lar NaCl fisiologis,
sehingga kekeruhan sesuai dengan Mc Farland III.
c. Siapkan 4 tabung steril, isi masing-masing tabung dengan 9 mL NaCl fisiologis.
d. Suspensi kuman diencerkan 10x, 100x, 1000x, dan 10.000x dengan cara :
ambil suspensi kuman (2) sebanyak 1 mL masukkan dalam tabung 1, kocok hingga
homogen. Ambil 1 mL dari tabung 1, masukkan dalam tabung 2, kocok hingga
homogen. Ambil 1 mL dari tabung 2, masukkan dalam tabung 3, kocok hingga
homogen. Ambil 1 mL dari tabung 3, masukkan dalam tabung 4, kocok hingga
homogen. Dengan cara ini diperoleh pengenceran 10x, 100x, 1000x dan 10.000x
pada masing2 tabung 1,2,3 dan 4.
e. Dari hasil pengenceran diatas yang digunakan sebagai inokulum adalah
pengenceran 10.000x (setara dengan 106 kuman/mL)
S2 U3
U1
Kontras Linier S3 – S1 = Ls U3 – U1 = Lu
Ls + Lu S U Yu - Ys
b = Ys = Yu = Mu =
(d – 1) i n h nd nd b
Keterangan :
b = slope regresi zona log konsentrasi semua sediaan
d = banyaknya ragam konsentrasi setiap sediaan = 3
h = banyaknya sediaan termasuk standar = 2
n = banyaknya penggandaan tiap perlakuan = 6
i = Interval log konsentrasi berdampingan
( log S1 – log S2 = log S2 - log S3)
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Mengetahui aktivitas antimikroba dari ektrak tanaman atau dari
mikroorganisme endofit tertentu.
LANDASAN TEORI
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Menurut Fardiaz (1989), zat antimikroba dapat
bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan
bakteri), fungisidal, fungistatik atau menghambat germinasi spora bakteri.
Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : (1) konsentrasi zat antimikroba, (2) suhu
lingkungan, (3) waktu penyimpanan, (4) sifat-sifat mikroba, meliputi jenis, jumlah,
umur, dan keadaan mikroba, (5) sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air,
pH, jenis, dan jumlah senyawa di dalamnya (Frazier dan Westhoff, 1988).
Kriteria ideal suatu antimikroba antara lain harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut : aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor, citarasa dan aroma
makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya komponen makanan,
tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, sebaiknya bersifat membunuh daripada
hanya menghambat pertumbuhan mikroba (Ray, 2001). Penghambatan aktivitas
antimikroba oleh komponen bioaktif tanaman dapat disebabakan oleh beberapa
faktor, antara lain : (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan
permeabilitas membran sel yang menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel,
(3) menginaktifasi enzim metabolik, dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material
genetik (Branen dan davidson, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
LANDASAN TEORI
- Respirasi sel secara aerob, yaitu biooksidasi dengan oksigen molekuler sebagai
akseptor electron terakhir.
- Respirasi sel secara anaerob, yaitu biooksidasi dengan ion anorganik NO3- dan
SO42-sebagai akseptor electron terakhir.
- Fermentasi yaitu proses biooksidasi yang tidak memerlukan oksigen dengan
subtrat organik sebagai akseptor electron terakhir.
Mikroorganisme dapat menggunakan berbagai karbohidrat tergantung sistem
enzim yang dimiliki. Beberapa organisme dapat memfermentasi gula seperti glukosa
secara anaerobic atau aerobic. Sedangkan yang bersifat anaerobic fakultatif dapat
menggunakan lintasan aerobik dan anaerobik. Pada fermentasi, subtstrat seperti
karbohidrat dan alkohol akan mengalami disimilasi anaerobic dengan menghasilkan
asam organic (asam laktat, format, asetat dan lain-lain) yang diikuti gas hydrogen atau
CO2. Mikroorganisme anaerob fakultatif biasanya pelaku fermentasi karbohidrat.
Fermentasi dikaitkan dengan degradasi glukosa melalui lintasan Embden-Meyerhoff
atau lintasan glikolisis (Sunatmo, 2009).
METODE KERJA
Cara kerja
1. Bahan atau sampel susu dipasteurisasi pada suhu 80-85°C, selama 15 menit
2. Susu didinginkan sampai suhu mencapai suhu 45°C, lalu tambahkan kultur starter
sebanyak 5-10% sedikit demi sedikit sambil diaduk supaya bercampur dan larut
3. Kemudian tutup dengan plastik atau aluminium foil dan diinkubasi pada suhu 40-
45°C selama 4 jam atau pada suhu kamar selama 1-3 hari
Peralatan :
Cara kerja
Cara kerja
Substrat organik seperti ; Ubi kayu, ubi jalar, sari buah, limbah sayuran, dan lain-
lain
Molase
Asam laktat
Air mineral
Kultur starter khamir Saccharomyces cereviceae atau ragi tape
Cara kerja
Produksi Etanol
1. Kultur cair inokulum khamir dalam medium malt extract broth berumur 1 hari
disiapkan
2. Siapkan medium perlakuan (seperti contoh substrat diatas) @ 30 ml medium
perlakuan misalkan (perlakuan A : larutan molasses 1%, B: ekstrak sari buah +
molasses 1%, C : ekstrak limbah sorgum + molasses 1%, D : ekstrak sari buah dan
E : ekstrak limbah sorgum) yang telah disterilisasi dengan autoklaf 121°C selama
15 menit
3. Tambahkan 0,33 ml asam laktat 10% ke dalam medium
4. Inokulasikan 10% (v/v) kultur cair inokulum khamir ke dalam medium perlakuan
5. Amati perubahan medium setelah inkubasi (warna, kekeruhan, aroma, adanya
gas dan lain-lain). Ukur kadar etanol dengan cara pemanasan pada suhu 80°C
selama 30 menit . Penentuan % etanol = volume akhir/volume awal * 100%
Pengamatan
1. Amati aroma dari malt extract broth sebagai tanda terjadinya fermentasi (aroma
etanol)
2. buka pelan-pelan tutup tabung dan cek untuk produksi gas dan alkohol
3. ukur pH
HASIL PENGAMATAN
DAFTAR PUSTAKA
Purwoko, Tj. 2007. Fisiologi Mikroba. Editor, Junwinanto- ed.1, Cet. 1. Jakarta
: Bumi Aksara
Seeley, H.W., Jr. and P.J. VanDemark. 1962. Microbse in Action : A Laboratory
Manual of Microbiology. Second edition. W.H. Freeman and Company,
San Fransisco
Sugoro, I. dan M.R. Pikoli. 2004. Uji Viabilitas Isolat Khamir Bahan Probiotik
Dalam Cairan Rumen Kerbau Steril. Jurnal Saintika. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.