DISUSUN OLEH :
DEWI ANGGRAINI
B.18.12.010
Krisis iklim yang menyebabkan berbagai cuaca ekstrem tidak menentu bisa
semakin memperparah masalah malnutrisi dan penyakit menuar. Belum lagi soal
polusi udara yang semakin buruk di berbagai belahan dunia.
Pada tahun 2019 WHO melihat pola kemunculan wabah penyakit di daerah yang
dilanda konflik. Hal ini menjadi tantangan karena kadang para pekerja dab
fasilitas kesehatan turut menjadi target.
4) Cakupan obat
WHO memprediksi masih ada sekitar sepertiga populasi dunia kekurangan akses
terhadap obat-obatan. Hal ini disebut dapat membahayakan jiwa sampai
memperburuk masalah resistensi obat.
Setiap tahun dubia menghabiskan banyak sumber daya setiap ada wabah, bencana
alama, atau masalah kesehatan darurat lainnya. WHO ingin agar negara mulai
menggunakan sumber daya dalam upaya pencegahan.
WHO secara khusus menyoroti konsumsi rokok dan belakangan ini tren rokok
elektrik atau vape. Saat ini WHO disebut masih bekerja sama dengan beberapa
negara untuk menghasilkan kebijakan berdasarkan bukti ilmiah.
8) Investasi tenaga kesehatan
Minimnya edukasi dan gaji disebut WHO jadi pendorong masalah kurangnya
tengaa kesehatan di berbagai penjuru dunia. PAda tahun 2030 diperkirakan dunia
akan butuh sekitar 18 juta tenaga kesehatan termasuk di dalmnya perawat dan
bidan.
Lebih dari 1 juta remaja usis 10-19 tahun meninggal setiap tahun. Penyebabnya
mulai dari kecelakaan lalu lintas, kekerasan, HIV, bunuh diri, hingga penyakit
infeksi saluran nafas bawah.
Teknologi digital yang terus berkembang pesat disebut WHO bisa di manfaatkan
untuk mencegah, mendiagnosis, dan mengobati banyak penyakit.
4. Pencegahan stunting
5. Peningkatan pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular
serta penguatan health security untuk penanganan pandemi