Anda di halaman 1dari 5

5.1.

1 Susunan kimiawi dan titik anilin

Analisa elementer adalah penyelidikan kimiawi perbandingan bobot, dalam mana


berbagai elemen – elemen seperti zat karbon, zat hydrogen, zat asam, zat belerang, nitrogen,
dan lain sebagainya terdapat di dalam sesuatu bahan – bahan bakar cairan. Mengenai zat
karbon dan zat hydrogen, kadar dari elemen – elemen ini adalah agak konstan bagi produk-
produk minyak bumi dan minyak – minyak batu bara coklat, yakni untuk karbon 84 – 87%
dan 14 – 12% bagi hydrogen. Pada minyak –minyak terbatu bara kadar hidrogennya adalah
lebih sedikit daripada minyak – minyak bumi terbatu bara coklat, hanya ±6% terhadap 89%
zat karbon.

5.1.2 Sifat Dapat Menguap

Analisa titik didih dilakukan untuk memperoleh suatu analisa pendidihan maka
sejumlah cairan tertentu (biasanya 100 cm3) dipanaskan dalam suatu tabung (kolf) gelas
dengan perlahan-lahan. Uap – uap yang terjadi disalurkan melalui suatu tabung yang
dikelilingi air es dan karenanya akan mengkondensasi. Kondesat (embun)nya ditampung
dalam suatu gelas – takar. Dengan memakai thermometer dapat dilihat pada saat mana uap
cairannya dalam tabung (kolf) telah mencapai suatu suhu tertentu dan mencatat pada saat
tersebut.

Tabel 5.1 Batas-batas pendidihan

Ether-minyak tanah……………………………. batas –batas didih 10 - 70℃


Bensin ringan …………………………………..batas –batas didih 50 - 165℃
Bensin berat ……………………………………batas –batas didih 50 - 190℃
Gasoline ………………………………………..batas –batas didih 100 - 225℃
Minyak lampu…………………………………..batas –batas didih 150 - 300℃
Minyak gas………………………………………batas –batas didih 200 - 400℃
Minyak diesel …………………………………..batas –batas didih 250 - 400℃

5.1.3 Berat Jenis


Minyak – minyak kasar dan residu dapat memperlihatkan berat – berat jenis yang
sangat berlain – lainan, tergantung apakah di dalamnya terdapat/ tertinggal banyak bagian-
bagian yang berat atau yang ringan.

Tabel 5.2 Berat jenis

Ether-minyak tanah………………………………….....Berat jenis = 0,60 – 0,69


Bensin ringan ……………………………………….....Berat jenis = 0,69 – 0,73
Bensin berat …………………………………………...Berat jenis = 0,73 – 0,79
Gasoline …………………………………………….....Berat jenis = 0,79 – 0,82
Minyak lampu………………………………………......Berat jenis = 0,82 – 0,84
Minyak gas…………………………………………......Berat jenis = kira – kira 0,92
Minyak diesel …………………………………….........Berat jenis = 0,90-1,00

5.2 Viskositas (kekentalan), titik beku dan titik keruh

Dari minyak – minyak encer dikatakan viskositasnya rendah, sebaliknya dari yang
kental dikatakan viskositasnya tinggi. Untuk menyelidiki viskositas bagi sesuatu tujuan
praktis, maka dipergunakan apa yang disebut viscosimeter yang semuanya didasarkan atas
prinsip yang sama. Suatu bejana dengan ukuran – ukuran yang telah ditentukan diisi dengan
minyak yang ingin diselidiki hingga suatu tanda tertentu. Pada alas bejana tersebut terdapat
satu lubang kecil yang penampangnya ditentukan dengan cermat, lewat mana minyak keluar.
Kemudian diukur waktunya yang diperlukan untuk keluarnya sejumlah minyak tertentu.

Jelaslah bahwa waktu yang diperlukan minyak untuk mengalir keluar itu akan
tergantung, selain dari viskositas, juga dari ukuran – ukuran dari bentuk lubang pengaliran
keluarnya, tingginya cairan dalam bejana, jadi umumnya dari sifat –sifat khususnya alat yang
dipergunakan. Sayangnya, penentuan – penentuan viskositas di seluruh dunia tidak terjadi
dengan alat yang sama, sehingga hasil – hasilnya dinyatakan dalam berbagai satuan.

Pada banyak tinjauan-tinjauan teoritis akhirnya digunakan satuan-satuan viskositas


yang lain lagi, yakni viskositas dinamis, yang dinyatakan dalam “Poise” dan “centipoises”
(=0,01). Hubungan antara viskositas kinematis dan dinamis diberikan oleh rumus yang
berikut:

n.g
Vk = b. j
Di mana :

Vk = viskositas – kinematis dalam stokes atau centistokes

n = viskositas – dinamis dalam poise atau centipoises

g = percepatan dari gaya berat, dalam m/dt2

b. j = berat jenis dalam kg/m3

Hubungan yang satu dengan yang lainnya antara hasil-hasil dari berbagai meter-meter
viskositas itu telah ditetapkan secara pengalaman –pengalaman percobaan.

Bagi viskositas – viskositas yang lebih rendah dari 100 centistokes = 13,2 derajat Engler =
408 sec. Redwood I = 463 sec.

cS = sentistokes RI = detik Redwood I

E = derajat Englar

SU = detik Saybolt Universal

cS E RI SU cS E RI SU
2 1,12 30,95 32,66 25 3,46 104,7 119,1
3 1,22 33,45 36,07 30 4,07 124,4 141,2
4 1,31 35,95 39,17 35 4,70 144,2 163,5
5 1,39 38,45 42,38 40 5,33 164,3 186,0
6 1,48 41,05 45,59 45 5,48 184,5 208,8
8 1,65 46,05 52,10 50 6,67 204,7 231,8
10 1,83 52,00 58,91 60 7,93 245,3 277,9
15 2,32 67,95 77,35 80 10,54 326,6 307,3
20 2,87 85,75 97,69 100 13,17 408,2 462,9
Ketidakpastian mengenai viskositas terjadi pada campuran – campuran minyak –
minyak karena viskositasnya tidak dapat ditentukan dengan cara yang paling mudah dari
viskositas – viskositas komponen – komponennya

Viskositas itu tergantung dari tekanan yang dialami oleh minyaknya. tetapi pada
tekanan-tekanan yang lebih rendah, umpamanya di bawah 100 kgf/cm2, pengaruhnya itu tidak
besar.

Lebih penting adalah sifat bahwa seperti yang telah kita katakan lebih dulu, viskositas
sesuatu minyak turun dengan cepat pada suhu yang naik, maka pada pemanasan minyak
menjadi lebih cair.

Karena alasan inilah maka sebenarnya tidak cukup untuk menyebut viskositas pada
satu suhu saja. dalam keadaan-keadaan di mana dianggap bahwa hal itu merupakan petunjuk
bagi sifat pemakaiannya. yng lebih baik (umpamanya pada minyak-minyak lumas), oleh
sebabn itu biasanya disebut viskositasnya pada tiga atau empat suhu-suhu yang berlain-
lainan. untuk minyak-minyak bahan bakar kini biasanya viskositasnya dinyatakan pada suhu
100° F = 37,8° C

Suatu pengertian baik mengenai mudah berubahnya viskositas kerena suhu, diperoleh
dengan menggambarkan kurva-kurva (lengkungan) suhu viskositas dalam grafik-grafik di
mana suhu dituliskan pada sumbu datar, dan viskositasnya ke arah vertical.

Kami ketahui bahwa semua minyak-minyak adalah campuran-campuran dari


sejumlah besar hidrokarbon-hidrokarbon. Dalam banyak keadaan, maka diantara susunan
unsur-unsur ini terdapat cairan-cairan yang pada suahu yang agak tinggi sudah menjadi padat.
yang termasuk zat ini adalah antara lain hidrokarbon-hidrokarbon dari deretan-deretan
paraffin, yang terdapat dalam berbagai minyak bumi, dan juga naftalin, yang terdapat dalam
kebanyakan minyak ter-batu-bara.Begitu pada suhu yang menurun dicapai titik di mana
persenyawaan-persenyawaan tersebut di atas menjadi padat, maka di mana-mana dalam
minyaknya terbentuk kristal-kristal dari zat-zat ini, yang menghilangkan sifat cairnya. Massa
minyak seluruhnya lalu kelihatannya menjadi padat, walaupun unsur-unsur yang lainnya
masih cair.

Bagi penentuan titik beku maka suatu jumlah contoh minyak dimasukkan ke dalam
suatu gelas piala, yang ditutup dia atasnya dengan gabus yang ada lubang embus, melalui
lubang itu dimasukkan suatu thermometer ke dalam cairannya.
Kemudian gelas piala ersebut dimasukkan dalam larutan yang mendinginkan
(umpamanya salju dan garam dapur, atau es yang ditumbuk dengan kalsiumklorida) dan
penurunan suhu pada thermometer yang diamati. setelah tiap penurunan suhu sebesar sebesar
2°C, maka gelas piala tersebut dikeluarkan dari campuran diambil dan kemudian dimiringkan
sedikit dengan hati-hati, untuk memeriksa ke cairan minyak tersebut.

Begitu terjadi pembentukan kristal-kristal, maka haruslah dijaga dengan hati-hati agar
jaringannya tidak tergannggu oleh suatu gerakan dari minyak yang masih car atau dari
thermometer. Bila dilihat bahwa pada saat dimiringkan cairannya tidak bergerak lagi pada
thermometer atau sepanjang tepian-tepian dari gelas piala, maka cairan tersebut diletakkan
dalam kedudukan datar sama sekali selama 5 detik, dan bila pada itu tidak terjadi lagi gerakan
cairan maka titik bekunya telah dicapai.

Anda mungkin juga menyukai