Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik manusia dipengaruhi faktor internal dan eksternal, sehingga bayi
kembar sekalipun tidak memiliki irama perkembangan fisik yang sama, jika tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang sama. Persamaan gen tidak menjamin seseorang secara
fisik akan tumbuh dan berkembang dengan pola yang sama dengan yang lainnya. Demikian
juga kesamaan lingkungan juga tidak menyebabkan seseorang akan tumbuh dan berkembang
secara fisik sama dengan teman sebayanya. Terjadi interaksi yang cukup intens antara faktor
internal dan eksternal dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia.
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh-tokoh idolanya.
Misalnya, Lusi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film idolanya, maka Lusi akan
berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Lusi tentu menimbulkan masalah
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Lusi akan selalu menolak bila diajak berkumpul
dengan temannya sehingga lambat laun Lusi tidak memiliki teman.
Menurut az-Za’balawi (2007) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa
terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan
proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang
terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa paling penting, berlangsung cepat, drastis,
tidak beraturan, dan terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon seksual mulai diproduksi
dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi
terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.
Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi,
sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai
dengan jenis kelamin. Perkembangan seksual primer dan skunder pada remaja putri ditandai
dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah
dada, pinggul. Remaja putri mulai mengalami menarche antara usia 10-15 tahun. Menarche
berasal dari bahasa Yunani yang bertama siklus haid pertama, atau pendarahan menstruasi
pertama, pada wanita yang terjadi rata-rata pada usia 12 tahun.
Pada remaja putra perkembangan seksual primer dan skunder dimulai dengan mengalami
pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh
rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Remaja putra mulai
menunjukkan perubahan tubuh pada usia 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada
usia 13 tahun. Penyebab terjadi cepat lambatnya munculnya tanda-tanda pertumbuhan ini
diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari lingkungan, iklim, dan
faktor sosio-ekonomi.
Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan
perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan
dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya. Para remaja putra dan putri mulai
memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya untuk mendapatkan kepuasan seksual (Hurlock,
1980: 193) .
Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang
sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk
akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis. Sebagai akibat
proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi
prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak
berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi
sehat untuk wanita adalah antara 20 sampai dengan 30 tahun. Wanita yang berusia di bawah
20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk
memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini
wanita belum cukup matang dan dewasa. Perawatan pra-natal pada calon ibu yang sangat muda
biasanya kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik,
namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan
sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama
yang dialami oleh remaja.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan
akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan
mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang
diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
Pertumbuhan proporsi tubuh pada masa remaja tidak selalu sesuai dengan harapan
remaja. Anak laki-laki dan anak perempuan cenderung menjadi lebih gemuk pada masa remaja
(Hurlock, 1980: 188). Remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari
bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Ketidakpuasan akan
diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, merokok, dan perilaku makan yang berlebihan atau
diet yang berlebihan. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan bentuk tubuh sebagai pertanda awal
munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Dalam masalah kesehatan tidak
banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur,
gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan
kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan bereksplorasi. Perubahan hormonal selama masa remaja membuat
dorongan seksual meningkat, sehingga remaja mungkin sulit mengendalikan diri (Hasan, 2006:
112). Hal ini juga menjadi sulit ketika remaja tidak percaya diri dengan penampilannya.
Daftar Pustaka
Sit, Masganti. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Kelompok Penerbit Perdana Mulya
Sarana, Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) : Medan