PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotek menurut KepMenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 adalah tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sebagai bagian dari rantai distribusi
obat, Apotek berkewajiban memberikan pelayanan obat dengan atau tanpa resep
dokter. Menurut PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apotek memiliki
dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (non profit oriented) dan sebagai
unit bisnis (profit oriented). Namun apotek bukan hanya suatu badan usaha yang
semata-mata hanya mengejar keuntungan saja tetapi apotek mempunyai fungsi sosial
yang menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
dan terjamin keabsahannya.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien.Peran apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan antara aspek kefarmasian
dan aspek ekonomi demi kepentingan pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui
tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apotekerdalam
menjalankan praktek harus sesuai standar.Apoteker harus mampu berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
penggunaan obat yang rasional.
Dalam hal ini, studi kelayakan penting untuk dilakukan karena selain
menjalankan fungsi sebagai unit pelayanan kesehatan, apotek juga berfungsi sebagai
unit bisnis, dimana apotek menjalankan proses bisnis dan memperoleh keuntungan
dari investasi yang ditanamkan. Dengan demikian diperlukan sebuah perencanaan
sebelum melakukan pendirian dan pengelolaan apotek.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pelaksanaan manajemen obat pada Apotek sehingga
obat tidak tersedia pada saat dibutuhkan di Rumah Sakit.
C. Tujuan
- Untuk mengetahui visi dan misi Apotek.
- Untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pengawasan di Apotek
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pengorganisasian
- Nama PSA : Agus Irmawan, S.Farm., Apt
Alamat : Warung Boto, UH. IV, Yogyakarta
- Nama APA : Dwi Febriani Widyaningrum, S.Farm., Apt
Alamat : Jl. Ganesha V No. 08, Perum. APMD,Yogyakarta.
- Nama Apoteker Pendamping : Nurul Fadhila, S.Farm.,Apt
Indah Noviani, S.Farm.,Apt
Dani Yuvita Sari, S.Farm.,Apt
Gunawan Wahyudi U,S.Farm.,Apt
Muhammad Iqbal,S.Farm.,Apt
Struktur Organisasi
PSA APA
Aping
AA Pembantu Umum
c. Pengawasan
Strength (Kekuatan)
1. Apotek dengan konsep layanan patient oriented yang berbasis layanan
kefarmasian pharmaceutical care.
2. Apoteker yang selalu stand‐by di apotek, siap memberikan layanan dan
konsultasi seputar obat dan dilengkapi dengan dokter praktek.
3. Menyediakan oba-tobatan lengkap
4. Memiliki SDM yang berpotensi dibidangnya,kreatif,penuh inovasi dan
semangat kerja yang tinggi,pelayanan sepenuh hati,keramahan dan
senyum.
5. Pelayanan cepat
Weakness (Kelemahan)
- Pemilik belum berpengalaman dalam mengelola apotek.
- Masih kurangnya relasi pedagang besar farmasi (PBF).
Untuk menutupi kelemahan tersebut maka:
Nama apotek harus dibuat besar begitu juga dengan tulisan pada papan nama
tersebut dan neon box serta warnanya dibuat lebih mencolok, tanda/marka
apotek di tepi jalan.
Opportunity ( Peluang )
- Lokasi strategis di tepi jalan raya dan terletak di pusat keramaian.
- Daerah padat penduduk sehingga memungkinkan untuk menjadi pelanggan
yang potensial.
- Penduduk dengan latar belakang sosial yang beragam, sangat memungkinkan
untuk menjadi pelanggan.
- Penduduk dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Golongan masyarakat
ini lebih kritis, lebih bisa menerima pikiran logis, dan mungkin lebih peduli
dengan pola hidup sehat.
- Penduduk golongan geriatri cukup banyak denganpermasalahan penyakit‐
penyakit degeneratif.
Threat ( Ancaman)
Adanya kompetitor yaitu apotek lain dengan jarak ± 2 km, serta sarana
kesehatan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran