Anda di halaman 1dari 15

Economic

Briefing
Edisi November 2019

 Proyeksi pertumbuhan ekonomi global (IMF)

 Respon global terhadap perlambatan ekonomi : Penurunan


Suku Bunga Acuan dan Balance Growth

 Perubahan Risk Appetite Investor merespon Perang Dagang


AS dan Probabilitas Resesi AS

 Aliran modal asing masuk ke Indonesia

 Perlambatan ekonomi domestik Q3-2019

 Pertumbuhan kredit UMKM yang solid dan perlambatan


signifikan kredit menengah korporasi

GRUP ECONOMIST & CORPORATE RESEARCH


Divisi Corporate Development & Strategy (CDS)
2019
Ringkasan

GLOBAL
 IMF kembali merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia (berdasarkan laporan
Oktober 2019). Untuk tahun 2020, perekonomian dunia diperkirakan akan lebih baik
dari 2019, di dukung oleh Uni Eropa, ASEAN-5, dan India. Sebaliknya, AS, Jepang,
dan Tiongkok masih dalam tren perlambatan.
 Perlambatan ekonomi dunia direspon oleh penurunan suku bunga acuan di berbagai
negara. AS bukan hanya menurunkan bunga, tetapi juga melakukan “balance
growth” untuk mendukung perekonomiannya.
 Investor kembali risk on karena ada harapan perang dagang mereda dan probabilitas
resesi AS menurun.

DOMESTIK
 Aliran modal asing kembali masuk ke perekonomian nasional melalui obligasi RI sejak
bulan September 2019. Per tanggal 11 November (ytd), total portfolio inflow sebesar
Rp 215 triliun, terdiri atas obligasi sebesar Rp 171 triliun dan saham sebesar Rp 45
triliun.
 Pertumbuhan ekonomi melambat pada Q3 2019, yaitu 5,02%. Permintaan domestik
terlihat semakin lemah dan terendah sejak Q1 2017. Sebagian besar sektor
perekonomian mengalami perlambatan, terutama sektor yang memiliki kontribusi
besar ke perekonomian.
 Melambatnya pertumbuhan ekonomi dan likuditas yang ketat menyebabkan
pertumbuhan kredit melambat signifikan dibandingkan tahun lalu.
 Pertumbuhan kredit UMKM masih kuat, dengan risiko yang makin meningkat.
Sedangkan pertumbuhan kredit di segmen korporasi dan konsumer terlihat sangat
lemah.
Perkembangan Ekonomi Global

Economic & Market Update


IMF Menurunkan Lagi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Dunia Negara Maju

Uni Eropa Jepang

Amerika Serikat Asean – 5 (ID,Mal,Fil,Thai,Vie)

Tiongkok India

• IMF memprediksi perekonomian dunia tahun 2020 akan lebih baik dibandingkan tahun 2019, dari
3% ke 3.4%.
• Namun prediksi ini meragukan karena perekonomian AS, Jepang dan Tiongkok terus mengalami
perlambatan di 2020, padahal motor penggerak ekonomi global adalah AS dan Tiongkok. Jadi
prediksi IMF didasarkan pada keyakinan bahwa perekonomian Uni Eropa, Asean 5 dan India naik.
Kebijakan Moneter Dunia Semakin Longgar Akibat Lemahnya
Perekonomian

• Perlambatan pertumbuhan ekonomi global direspon dengan melakukan kebijakan moneter yang
longgar melalui penurunan suku bunga acuannya. Bahkan Jepang sudah menerapkan suku bunga
negatif dalam beberapa periode terakhir.
• Penurunan suku bunga acuan BI tidak seagresif negara lain. Ruang penurunan BI7DRR masih
besar. Tahun 2018 BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 175bps, sedangkan pada tahun ini,
sampai Oktober 2019, BI baru menurunkan suku bunga acuannya 100bps. Negara lain, seperti
Korsel, Australia, New Zealand, India, dan Brazil, menurunkan suku bunga acuannya jauh lebih
agresif.
Selain Turun Bunga, AS Juga Melakukan “Balance Sheet Growth”

• Selain menurunkan suku bunga, AS Triliun USD


melakukan balance sheet growth. Esensi Aset FED Delta FFR (%)
2007 0.89 4.25
dari balance sheet growth hampir sama
2008 2.24 1.35 0.25
dengan Quantitative Easing (QE) yaitu
2009 2.23 (0.01) 0.25
The FED membeli US Treasuries. Hal ini 2010 2.42 0.19 0.25
mirip seperti yang dlilakukan BI untuk 2011 2.93 0.51 0.25
manajemen likuiditas, melalui kegiatan 2012 2.91 (0.02) 0.25
beli-jual SBN. 2013 4.03 1.13 0.25
2014 4.50 0.47 0.25
• Sejak September 2019, neraca The FED
2015 4.49 (0.01) 0.50
naik USD 0,28 triliun (7,4%), menjadi
2016 4.45 (0.04) 0.75
USD 4.04 triliun, dari USD 3,76 triliun 2017 4.45 (0.00) 1.50
pada Agt-2019. 2018 4.08 (0.37) 2.50
• QE: The FED membeli US Treasury dan Ytd Agt 19 3.76 (0.32) 2.25
obligasi swasta. Secara historis QE Sep-19 3.86 0.10 2.00
Oct-19 4.02 0.16 1.75
menyebabkan rata-rata imbal hasil UST-
8-Nov-19 4.04 0.02 1.75
10yr naik 66bps, indeks dolar AS turun
Sep-8Nov19 0.28
2%, dan indeks S&P 500 naik 27%. 2015-Agt19 (0.74)
Sedangkan imbal hasil obligasi Rupiah 2008-2014 3.61
dan USD RI turun sebesar 144bps dan
182 bps.
Investor Bersifat Risk on - Ada Harapan Perang Dagang
Mereda

• Ketika sebelumnya terjadi risk averse (penghindaran risiko), dengan tanda investor
membeli US Treasury karena kekhawatiran AS akan mengalami resesi: yield UST
dan obligasi Jepang tenor 10 tahun turun signifikan mencapai titik terendah pada
3 September 2019, yaitu 1,457% dan 0,094%, sedangkan harga emas mencapai
titik tertinggi, USD 1.552/troy ounce pada tanggal 4 September 2019.
• Sebaliknya saat ini, risk appetite meningkat kembali: yield UST dan obligasi
Jepang tenor 10 tahun naik ke 1,9% dan 0,13% pada 8 November 2019). Di sisi
lain, harga emas turun ke USD 1.462/troy ounce pada 8 November 2019).
• Kondisi di atas merupakan konfirmasi penyebab Rupiah cenderung stabil.
Perkembangan Ekonomi Domestik

Economic & Market Update


Aliran Modal Asing Kembali Masuk Ke Perekonomian
Domestik

• Aliran modal asing kembali masuk ke Capital Inflow dari Inv Asing
perekonomian nasional melalui obligasi Rp triliun Saham Obligasi Total Rp/USD CDS 5yr
RI sejak September 2019. Yield obligasi 11-Nov-2019 45 171 215 14,044 73
RI tenor 10 tahun turun signifikan ke 2018 (53) 50 (3) 14,390 137
7,00% per 11 November 2019 dari 8,03% 2017 (40) 164 124 13,568 85
per 31 Desember 2018. 2016 17 104 121 13,473 158
• Return obligasi RI sangat menarik, 2015 (22) 106 84 13,788 230
terbukti dalam 3 bulan terakhir mencatat 2014 47 132 179 12,385 160
inflow sebesar Rp59,4 triliun, sedangkan 2013 (22) 56 34 12,170 237
di saham terjadi capital outflow sebesar 2012 16 47 63 9,638 124
Rp13,9 triliun. 2011 27 25 52 9,067 208
• Per 11 November (ytd), total portfolio 2010 22 63 85 9,013 128
inflow sebesar Rp 215 triliun, terdiri atas
obligasi = Rp 171 triliun dan saham = Rp
45 triliun.
Pertumbuhan Ekonomi 3Q 2019 – Demand Side

• Pertumbuhan ekonomi pada Q3


2019 sebesar 5,02%, melanjutkan
tren perlambatan pertumbuhan
sejak 2018.
• Konsumsi rumah tangga masih
mampu tumbuh 5%, namun
pertumbuhan investasi dan
pengeluaran pemerintah mengalami
penurunan
• Pertumbuhan permintaan
domestik pada Q3 2019 hanya
sebesar 4,2%, sisanya didorong oleh
net ekspor 0,8%. Kontribusi
permintaan domestik ini merupakan
yang terendah sejak Q1 2017.
Pendapatan Masyarakat Semakin Tertekan – Kemampuan
Menabung Menurun

• Pendapatan masyarakat semakin tertekan


• Terjadi peningkatan porsi pengeluaran konsumsi
dari 64% ke 69%. Sedangkan kemampuan
menabung dan membayar cicilan pinjaman
menurun.
• Situasi ini perlu diwaspadai oleh perbankan
mengingat tabungan masyarakat merupakan
salah satu sumber funding.
Pertumbuhan Ekonomi 3Q 2019 – Supply Side

• Sebagian besar sektor perekonomian mengalami perlambatan dibandingkan tahun


lalu, terutama sektor yang memiliki kontribusi besar ke perekonomian yaitu
pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.
• Sektor yang tumbuh lebih baik dibandingkan 2018 adalah (1) pengadaan air, (2)
informasi dan komunikasi, (3) jasa keuangan dan asuransi, (4) real estate, (5) jasa
perusahaan, (6) jasa pendidikan, dan (7) jasa lainnya.
Pertumbuhan Kredit Melambat, Dengan Likuiditas Tetap
Ketat
25.0 % Credit Credit Rp Credit FC Share Rp
Aug-18 12.1 10.8 20.0 84.5 • Melambatnya pertumbuhan
20.0 Dec-18 11.8 11.1 15.5 84.9
ekonomi dan likuditas yang
Aug-19 8.6 9.8 2.0 85.5
15.5
15.0 ketat menyebabkan
11.8
9.8 pertumbuhan kredit
10.0 11.1

8.6 melambat signifikan


5.0
dibandingkan tahun lalu.
Credit Credit Rp Credit FC
0.0
2.0
• Per Agtustus 2019 (ytd),
pertumbuhan kredit hanya

104%
LDR (%) LDR Rp (%) LDR FC (%) 3,2%, jauh lebih rendah dari
Aug-18 93.2 92.2 99.3
102% Dec-18 94.0 93.1 99.4 tahun lalu 6,2%.
100% Aug-19 94.0 93.5 97.4
98%
• Pertumbuhan kedit seperti
96% yang ditargetkan oleh Bank
94%
Indonesia pada kisaran 10-
92%
90% 12% sangat sulit tercapai.
88%
• Penurunan suku bunga acuan
86% LDR LDR Rp LDR FC
84% BI dan relaksasi
makroprudensial belum
18.0 mampu mendorong
16.0 % TPF TPF Rp TPF FC Share Rp
Aug-18 6.9 6.6 8.5 85.5 pertumbuhan kredit.
14.0
Dec-18 6.4 6.2 7.7 85.7
12.0
Aug-19 7.6 8.2 4.0 86.0
• Pertumbuhan kredit yang
10.0
7.7 8.2 melambat terutama
8.0 6.4 7.6

6.0 6.2 disebabkan oleh permintaan


4.0 4.0

2.0
domestik yang tertekan.
0.0
-2.0 TPF TPF Rp TPF FC
Pertumbuhan Kredit Perbankan per Segmen

Wholesale Loan
16% 3,6%
3,4%
• Kredit segmen
14%
3,2% korporasi melambat
12% 13,2%
3,0% siginifikan, sejalan
10% 2,8%
7,9% dengan perlambatan
2,6%
8%
2,4% ekonomi domestik,
6% 2,5% 2,5%
2,2%
dengan rasio NPL yang
4% 2,0%
masih terkendali.
Nop-17

Nop-18
Jan-19
Jan-17

Mei-17

Jan-18

Mei-18

Mei-19
Mar-17

Mar-18

Mar-19
Sep-17

Sep-18
Jul-17

Jul-18

Jul-19
• Pertumbuhan kredit
Loan Growth NPL (RHS) konsumsi juga
melambat, termasuk
MSME Loan
kredit multiguna. Ke
14% 13,3% 5,0%
13% 4,8% depannya, kredit
12% 4,6%
4,1% 4,4%
BRIGUNA berpotensi
11%
4,2%
10% 9,9% 4,0%
semakin tertekan
9%
8%
3,8% karena :
3,6%
7%
3,3% 3,4% 1. Perang suku bunga
6% 3,2%
5% 3,0% 2. Take Over instansi
• Sedangkan,
Nop-17

Nop-18
Mei-17

Mei-18

Mei-19
Jan-17
Mar-17

Jan-18
Mar-18

Jan-19
Mar-19
Sep-17

Sep-18
Jul-17

Jul-18

Jul-19

pertumbuhan kredit
Loan Growth NPL (RHS) UMKM masih kuat,
dengan risiko yang
Consumer Loan
13% 1,8% 1,9% meningkat/rasio NPL
12% 1,8%
10,4% 1,8% naik.
11%
10% 1,7%
1,7%
9%
1,6%
8% 1,6%
7% 1,5%
6% 1,5%
6,9% 1,5%
5% 1,4%
Nop-17

Nop-18
Jan-17

Mei-17

Jan-18

Mei-18

Jan-19

Mei-19
Mar-17

Mar-18

Mar-19
Sep-17

Sep-18
Jul-17

Jul-18

Jul-19

Loan Growth NPL (RHS)


T H A N K Y O U

Divisi Group
Corporate Development & Economist & Corporate
Strategy Research
BRI II Building 31st Floor
Ph.(021)8082 5038

Economic Briefing – Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai