Anda di halaman 1dari 8

Artikel Asli

6HQVRUL,QWHJUDVL'DVDUGDQ(IHNWLYLWDV7HUDSL
Elina Waiman, Soedjatmiko, Hartono Gunardi, Rini Sekartini, Bernie Endyarni
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta

Terapi sensori integrasi, sebagai bentuk terapi okupasi, mulai populer diberikan untuk tata laksana anak
dengan berbagai gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku. Namun dasar teori, bentuk gangguan
pemrosesan sensori, dan efektivitas terapi umumnya belum diketahui secara luas di kalangan dokter spesialis
anak. Bukti sahih tentang manfaat terapi sensori integrasi untuk tata laksana anak dengan gangguan spesifik
memungkinkan aplikasi dan pemberian edukasi pada keluarga pasien secara lebih optimal.
Sari Pediatri 2011;13(2):129-36.

Kata kunci: terapi sensori integrasi, gangguan perkembangan, belajar, perilaku

S
ensori integrasi merupakan proses mengenal, ini menimbulkan berbagai masalah fungsional dan
mengubah, dan membedakan sensasi dari perkembangan, yang dikenal sebagai disfungsi
sistem sensori untuk menghasilkan suatu sensori integrasi.1-3
respons berupa “perilaku adaptif bertujuan”. Prevalens gangguan proses sensori berkisar 5%-
Pada tahun 1972, A. Jean Ayres memperkenalkan 10% pada anak tanpa kecacatan dan mencapai 40%-
suatu model perkembangan manusia yang dikenal 88% pada anak dengan berbagai kecacatan. Penelitian
dengan teori sensori integrasi (SI). Menurut teori Ahn 3 dan Williames dkk 4 pada populasi normal
Ayres, SI terjadi akibat pengaruh input sensori, anak TK (taman kanak-kanak) di Amerika Serikat
antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil, memperlihatkan prevalens gangguan pemrosesan
vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal sensori 5,3%.
dari dalam kandungan dan memungkinkan Pada keadaan gangguan proses sensori, input
perkembangan respons adaptif, yang merupakan sensori dari lingkungan dan dari dalam tubuh bekerja
dasar berkembangnya ketrampilan yang lebih secara masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui
kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
berhitung. Adanya gangguan pada ketrampilan dasar Tahapan proses sensori meliputi pengenalan (sadar
menimbulkan kesulitan mencapai ketrampilan yang adanya sensasi), orientasi (memberikan perhatian
lebih tinggi. Gangguan dalam pemrosesan sensori pada sensasi), interpretasi (mengerti makna informasi
yang datang), dan organisasi (menggunakan informasi
untuk menghasilkan suatu respons). Respons yang
Alamat korespondensi:
DR. Dr. Rini Sekartini Sp.A(K). Divisi Tumbuh Kembang - Pediatri dihasilkan dari pemrosesan sensori dapat berupa
Sosial. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Tel.: 021- perilaku emosi, respons motorik, atau respons
3160622. Fax.: 021-3913982 Jl.Salemba No 6, Jakarta 10430 kognitif. 3,5

Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 129


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

Dasar teori sensori integrasi pencapaian respons adaptif. Respons adaptif ini
bervariasi pada setiap anak yang bergantung pada
Asumsi dan postulat teori sensori integrasi dibentuk tingkat perkembangan, derajat integrasi sensori, dan
berdasarkan penelitian neurofisiologi. Dasar teori tingkat ketrampilan yang tercapai sebelumnya. Respons
sensori integrasi adalah adanya plastisitas sistem saraf adaptif mencerminkan kemampuan anak menguasai
pusat, perkembangan yang bersifat progresif, teori tantangan dan hal-hal baru. Konsep kelima teori ini
sistem dan organisasi sistem saraf pusat, respons adalah dorongan untuk aktualisasi diri yang menjadi
adaptif, serta dorongan dari dalam diri.6 hal terpenting dalam perkembangan sensori integrasi.
Dasar rasional intervensi sensori integrasi adalah Dorongan dari dalam diri ini terwujud dalam bentuk
konsep neuroplasitistas atau kemampuan sistem saraf eksplorasi tanpa lelah dan kegembiraan saat anak
untuk beradaptasi dengan input sensori yang lebih berhadapan dengan tantangan untuk mencapai suatu
banyak. Pengalaman dan input sensori yang kaya tujuan. Namun motivasi internal ini kurang atau tidak
akan memfasitasi perkembangan sinaptogenesis di dimiliki oleh anak dengan disfungsi sensori integrasi.6
otak. Berdasarkan konsep progresi perkembangan,
sensori integrasi terjadi saat anak yang berkembang
mulai mengerti dan menguasai input sensori yang Gangguan pemrosesan sensori
ia alami. Fungsi vestibular muncul pada usia gestasi
9 minggu dan membentuk refleks Moro, sedangkan Apabila input sensori tidak diintegrasi secara tepat,
input taktil mulai berkembang pada usia gestasi 12 seorang anak akan menginterpretasikan dunia secara
minggu untuk ekplorasi tangan dan mulut. Sistem berbeda. Mispersepsi ini menimbulkan berbagai
sensori akan terus mengalami perkembangan sejalan gangguan perkembangan dan perilaku. Gangguan
dengan bertambahnya usia anak. Pada teori sistem pemrosesan sensori ini telah diakui dalam tiga
dan organisasi sistem saraf pusat, proses sensori kepustakaan klasifikasi diagnostik, yaitu Classification
integrasi diyakini terjadi pada tingkat batang otak of Mental Health and Development Disorders of Infancy
dan subkortikal. Proses yang lebih tinggi di tingkat and Early Childhood (revised), the Diagnostic Manual
kortikal diperlukan untuk perkembangan praksis for Infancy and Early Childhood dari the Interdisciplinary
dan produksi respons adaptif. Proses pada tingkat Council on Developmental and Learning Disorders, dan
kortikal bergantung pada adekuat tidaknya fungsi dan the Psychodynamic Diagnostic Manual. 1 Gangguan
organisasi pusat otak yang lebih rendah. pemrosesan sensori terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu
Konsep keempat teori sensori integrasi yang sensory modulation disorder (SMD), sensory-based motor
membedakannya dari model perkembangan sensori disorder (SBMD), dan sensory discrimination disorder
motor lain adalah stimulasi sensori yang menekankan (SDD) (Gambar 1).1,5

Gambar 1. Gangguan pemrosesan sensori1

130 Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

Sensory modulation disorder apa yang dipegang tangan tanpa melihat, menemukan
benda tertentu dengan hanya memegang, membedakan
Modulasi sensori terjadi ketika susunan saraf pusat tekstur atau bau-bauan tertentu, atau mendengarkan
mengatur pesan saraf yang timbul akibat rangsangan sesuatu meskipun terdapat suara lain di sekitarnya.
sensori. Pada SMD, anak mengalami kesulitan Sensory discrimination disorder pada sistem penglihatan
berespons terhadap input sensori sehingga memberikan dan pendengaran dapat menyebabkan gangguan
respons perilaku yang tidak sesuai dengan.1 Sensory belajar atau bahasa, sedangkan SDD pada sistem taktil,
modulation disorder terbagi menjadi tiga subtipe, yaitu proprioseptif, dan vestibular menyebabkan gangguan
sensory overresponsive (SOR), sensory underresponsive kemampuan motorik.1,5
(SUR), dan sensory seeking/craving (SS).
Anak dengan SOR berespons terhadap sensasi Prinsip terapi sensori integrasi
dengan lebih cepat, lebih intens, atau lebih lama
daripada yang sewajarnya.1,5 Sedangkan anak dengan Para ahli terapi sensori integrasi dari Amerika
SUR kurang berespons atau tidak memperhatikan Serikat telah menyusun konsensus tentang elemen
rangsangan sensori dari lingkungan. Hal ini inti terapi sensori integrasi (Tabel 1). Parham dkk
menyebabkan anak menjadi apatis atau tidak memiliki (2007) menganalisis apakah berbagai penelitian yang
dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi. menggunakan pendekatan terapi sensori integrasi
Pada tipe SS, anak seringkali merasa tidak puas telah menerapkan elemen inti secara konsisten.
dengan rangsangan sensori yang ada dan cenderung Dari 34 penelitian yang dianalisis, Parham dkk 7
mencari aktivitas yang menimbulkan sensasi yang lebih memperlihatkan bahwa sebagian besar peneliti secara
intens terhadap tubuh, misalnya memakan makanan eksplisit mendeskripsikan strategi intervensi yang
yang pedas, bersuara yang keras, menstimulasi objek tidak konsisten dengan elemen inti terapi sensori
tertentu, atau memutar-mutar tubuhnya.1,5 integrasi. Dari sepuluh elemen proses, hanya satu
elemen yang digunakan oleh semua studi, yaitu
Sensory-based motor disorder (SBMD) memberikan rangsangan sensori. Peneliti menyatakan
bahwa hal ini wajar karena memang semua penelitian
Anak dengan SBMD memiliki gerakan postural yang yang menggunakan prinsip sensori integrasi akan
buruk. Pada disfungsi ini, anak mengalami kesalahan memberikan rangsangan sensori yang sebesar-besarnya.
dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal Keseluruhan elemen proses diterapkan hanya pada dua
dari sistem proprioseptif dan vestibular.1 (6%) penelitian, sedangkan sebagian besar penelitian
Sensory-based motor disorder mempunyai dua menerapkan kurang dari lima elemen proses yang
subtipe, yaitu dispraksia dan gangguan postural. merupakan elemen inti terapi sensori integrasi.
Pada dispraksia, anak mengalami gangguan dalam Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi
menerima dan melakukan perilaku baru. Anak dengan pada tiga indera utama, yaitu taktil, vestibular, dan
dispraksia memiliki koordinasi yang buruk pada proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak
ranah oromotor, motorik kasar, dan motorik halus. terlalu familiar dibandingkan indera penglihatan dan
Sedangkan pada gangguan postural, anak mengalami pendengaran, namun sistem sensori ini sangat penting
kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak karena membantu interpretasi dan respons anak
maupun saat beristirahat. Anak dengan gangguan terhadap lingkungan.5
postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan
cenderung tidak menggunakan tangan yang dominan Sistem taktil
secara konsisten.1,5
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar
Sensory discrimination disorder (SDD) yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim
informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya,
Anak dengan SDD mengalami kesulitan dalam sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri
menginterpretasi kualitas rangsangan, sehingga dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif,
anak tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan
Diskriminasi sensori memungkinkan untuk mengetahui fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi

Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 131


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

Tabel 1. Elemen inti terapi sensori integrasi7


Elemen inti Deskripsi sikap dan perilaku terapis
Memberikan Memberikan kesempatan pada anak untuk mengalami berbagai pengalaman sensori, yang meliputi
rangsangan taktil, vestibular, dan/atau proprioseptif; intervensi yang diberikan melibatkan lebih dari satu
sensori modalitas sensori.
Memberikan Memberikan aktivitas yang bersifat menantang, tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah, untuk
tantangan yang membangkitkan respons adaptif anak terhadap tantangan sensori dan praksis.
tepat
Kerjasama Mengajak anak berperan aktif dalam proses terapi, memberikan kesempatan pada anak mengontrol
menentukan aktivitas yang dilakukan, tidak menetapkan jadwal dan rencana terapi tanpa melibatkan anak.
pilihan aktivitas
Memandu Mendukung dan memandu anak untuk mengorganisasi perilaku secara mandiri, memilih dan
organisasi merencanakan perilaku yang sesuai dengan kemampuan anak, mengajak anak untuk berinisiatif,
mandiri mengembangkan ide, dan merencanakan aktivitas.
Menunjang Menjamin lingkungan terapi yang kondusif untuk mencapai atau mempertahankan stimulasi yang
stimulasi optimal optimal, dengan mengubah lingkungan atau aktivitas untuk menarik perhatian anak, engagement,
dan kenyamanan.
Menciptakan Menciptakan permainan yang membangun motivasi intrinsik anak dan kesenangan dalam
konteks bermain beraktivitas; memfasilitasi atau mengembangkan permainan objek, sosial, motorik, dan
imaginatif.
Memaksimal-kan Memberikan atau memodifikasi aktivitas sehingga anak dapat berhasil pada sebagian atau seluruh
kesukses-an anak aktivitas, yang menghasilkan respons terhadap tantangan tersebut
Menjamin Meyakinkan bahwa secara fisik anak dalam kondisi aman, dengan menggunakan peralatan terapi
keamanan fisis yang aman atau senantiasa ditemani oleh terapis
Mengatur Mengatur peralatan dan ruangan sehingga dapat memotivasi anak untuk memilih dan terlibat
ruangan untuk dalam aktivitas
interaksi anak
Memfasilitasi Menghormati emosi anak, memberikan pandangan positif terhadap anak, menjalin hubungan
kebersamaan dengan anak, serta menciptakan iklim kepercayaan dan keamanan emosi
dalam terapi

taktil, yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat dalam bahaya.5


menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa
respons menarik diri saat disentuh, menghindari Sistem vestibular
kelompok orang, menolak makan makanan tertentu
atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung- Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal
ujung jari, untuk memegang benda tertentu. Bentuk semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan
lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus
diri atau menjadi iritabel. Bentuk hiposensitif dapat otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral.Anak yang
berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, hipersensitif terhadap stimulasi vestibular mempunyai
suhu, atau perabaan suatu obyek. Anak akan mencari respons fight atau flight sehingga anak takut atau lari dari
stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang, orang lain. Anak dapat bereaksi takut terhadap gerakan
perabot, atau dengan mengunyah benda. Kurangnya sederhana, peralatan bermain di tanah, atau berada di
reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak berada dalam mobil. Anak dapat menolak untuk digendong

132 Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

atau diangkat dari tanah, naik lift atau eskalator, Hal ini merupakan dilema bagi para terapis okupasi.
dan seringkali terlihat cemas. Anak yang hiposensitif Terapis okupasi umumnya melihat adanya perbaikan
cenderung mencari aktivitas tubuh yang berlebihan kualitas hidup anak yang mendapatkan intervensi,
dan disengaja, seperti bergelinding, berputar-putar, tetapi penelitian yang mendukung peran terapi
bergantungan secara terbalik, berayun-ayun dalam sensori integrasi ini masih terbatas.7 Karena adanya
waktu lama, atau bergerak terus-menerus.5 keterbatasan pada penelitian-penelitian terdahulu,
beberapa penelitian terbaru yang memperlihatkan
Sistem proprioseptif efektivitas terapi sensori integrasi telah dirancang
dengan desain yang lebih baik dan menerapkan
Sistem proprioseptif terdapat pada serabut otot, kesepuluh elemen inti terapi sensori integrasi (Tabel
tendon, dan ligamen, yang memungkinkan anak 2). Terapi sensori integrasi memperlihatkan adanya
secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan,
tubuh. Pekerjaan motorik halus, seperti menulis, autisme, dan gangguan pemrosesan sensori.
menggunakan sendok, atau mengancingkan baju Wuang dkk13 melakukan penelitian efektivitas terapi
bergantung pada sistem propriosepsif yang efisien. sensori integrasi pada anak dengan mental retardasi
Hipersensitif terhadap stimulasi proprioseptif ringan. Pada penelitian Wuang dkk, kriteria mental
menyebabkan anak tidak dapat menginterpretasikan retardasi ringan ditetapkan dengan Wechsler intelligence
umpan balik dari gerakan dan mempunyai scale for children, yaitu intelligence quotient (IQ) 50-70.
kewaspadaan tubuh yang rendah. Tanda disfungsi Kelompok SI memperlihatkan peningkatan terbesar
sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan pada semua skor test of sensory integration function (TSIF)
untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang setelah intervensi. Hal ini memperlihatkan bahwa terapi
berantakan, dan kesulitan memanipulasi objek kecil, SI bermanfaat pada anak dengan retardasi mental ringan
seperti kancing. Hiposensitif sistem proprioseptif untuk mengoptimalkan pemrosesan sensori dan respons
menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit, motorik. Terapi neurodevelopmental treatment (NDT)
atau membentur-benturkan kepala.5 memperlihatkan manfaat yang paling minimal. Hal
ini dapat disebabkan karena anak dengan retardasi
Efektivitas terapi sensori integrasi mental ringan umumnya jarang mempunyai masalah
neurologis yang berat, sedangkan pasien dengan masalah
Beberapa laporan kasus memperlihatkan manfaat neurologis berat yang terutama mendapatkan manfaat
terapi sensori integrasi terhadap perilaku anak dengan dari terapi NDT. Pada penelitian ini, kelompok kontrol
autism spectrum disorder, keterlambatan perkembangan memperlihatkan peningkatan dalam tes koordinasi
pervasif, dan retardasi mental. Anak lebih berpartisipasi motorik yang lebih baik dibandingkan kelompok SI
aktif pada kegiatan di sekolah dan di rumah, serta maupun NDT. Hal ini mungkin disebabkan oleh
interaksi sosial menjadi lebih baik.8-10 Namun meta- perbedaan lingkungan sekolah. Sekitar 87,5% anak
analisis oleh Vargas dkk11 terhadap penelitian antara di kelompok SI dan NDT bersekolah di pedesaan,
tahun 1972-1994 menyimpulkan bahwa penelitian sedangkan 75% anak di kelompok kontrol bersekolah
terdahulu lebih memperlihatkan adanya manfaat di kota metropolitan. Sekolah di metropolitan
terapi SI dibandingkan penelitian terbaru dan terapi umumnya memberikan lingkungan yang kaya dengan
SI tidak lebih baik dibandingkan terapi alternatif.4,11 pengalaman sensori dan motor, serta perlengkapan yang
Di berbagai literatur tersebut, penulis senantiasa memungkinkan anak untuk belajar dan berlatih. Penulis
menyatakan tentang keterbatasan penelitian berupa menyatakan bahwa pilihan terapi yang diberikan harus
kurangnya kriteria diagnosik, besar sampel yang disesuaikan dengan kemampuan anak. Terapi SI lebih
kecil, kurangnya standardisasi terapi, dan perbedaan disukai dibandingkan pendekatan perceptual-motor (PM)
luaran yang diukur yang menimbulkan kesulitan atau NDT untuk mengatasi masalah motorik halus dan
interpretasi.4 Pada tahun 2007, American Academy of integrasi sensori, sedangkan pendekatan PM (latihan
Pediatrics Committee on Children with Disabilities juga spesifik untuk tugas tertentu) lebih bermanfaat untuk
mempublikasikan laporan klinis bahwa otoritas ilmiah masalah motorik kasar dan ketrampilan perseptual-
tentang peran terapi sensori integrasi untuk anak motor. Terapi SI juga bermanfaat pada pasien yang tidak
dengan kecacatan motorik masih belum memadai.12 dapat beradaptasi terhadap lingkungan dengan baik.11

Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 133


Tabel 2. Efektivitas terapi sensori integrasi

134
Peneliti Level of Besar Usia Metode penelitian Hasil penelitian Keterbatasan penelitian
evidence sampel (tahun)
Wuang 1b 160 anak 7-8 Subyek: Retardasi mental ringan Intervensi vs. kontrol: Jumlah kelompok kontrol
dkk.13 Terapi SI, neurodevelopmental treatment Semua kelompok intervensi secara tidak sama dengan kelom-
(2009) (NDT), pendekatan perceptual-motor (PM) bermakna berbeda dari kontrol pada pok intervensi
40 anak pada tiap kelompok dan semua pengukuran, kecuali untuk skala Kisaran usia subjek sangat
40 anak sebagai kontrol sensory searching, attention and activity, terbatas (usia 7-8 tahun)
Intervensi: 1 jam/sesi, 3x/minggu, total 40 dan motor coordination test. Intensitas latihan di rumah
minggu Perbandingan hasil antara ketiga tidak diketahui
Alat ukur: kelompok intervensi:
Bruininks-Oseretsky test of motor proficiency Kelompok SI: peningkatan terbesar
(BOTMP): fungsi motorik usia 4,5-14,5 pada BOTMP bilateral coordination,
tahun upper-limb coordination, dan tiga
Developmental test of visual motor integration fine motor subtests, serta pada subtes
(VMI): defisit integrasi visual-motor TSIF dibandingkan kedua kelompok
Test of sensory integration function (TSIF): intervensi lain.
disfungsi SI usia 3-12 tahun Kelompok PM: peningkatan terbesar
pada BOTMP running speed and agility,
balance, dan strength, serta pada VMI
motor cordination test.
Kelompok NDT: peningkatan minimal
pada semua pengukuran
Kelompok kontrol: peningkatan
terbesar pada motor coordination test,
dibandingkan kelompok NDT dan
SI.

Fazlio lu 2b 30 anak 7-11 Subyek: Autisme Terapi SI memberikan manfaat pada Jumlah sampel kecil
Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

dkk.15 Kelompok SI (15 anak) & kontrol (15 anak autisme (perbedaan bermakna di Pemantauan jangka panjang
(2008) anak) antara kedua kelompok) belum dilakukan
Intervensi: SI 45 menit/sesi, 2x seminggu,
total 24 sesi
Alat ukur: Sensory evaluation form for children
with autism
Lama intervensi: ±3 bulan

Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

Miller dkk14 melakukan penelitian pada subyek

Goal attainment scaling paling baik Proporsi data yang tidak


Keterbatasan penelitian

dengan sensory modulation disorders (SMD). Diagnosis

dapat digunakan 54%


SMD ditetapkan oleh terapis okupasi setelah melaku-
Jumlah sampel kecil

kan evaluasi komprehensif, meliputi sensory integration


and praxis tests untuk anak berusia lima tahun ke atas,
serta Miller assessment for preschoolers dan FirstSTEP
untuk anak berusia kurang dari lima tahun. Sebesar
62,5% subyek penelitian mengalami ADHD. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa terapi SI efektif
dalam mengurangi kesulitan anak dengan SMD.
Subtes attention yang lebih baik (p=0,03

Fungsi kognitif/sosial yang lebih tinggi


terhadap kelompok kontrol, p=0,07

(p=0,02 terhadap protokol aktivitas)

Pasien yang mendapatkan terapi SI memperlihatkan


perubahan bermakna dibandingkan pasien dengan
terapi lain atau tanpa terapi dalam hal goal attainment
terhadap protokol aktivitas)
Hasil penelitian

scaling (GAS) dan attention pada bagian attention


and cognitive/social dari Leiter-R Parent Rating.
Selain itu, kelompok yang mendapat terapi SI juga
memperlihatkan kecenderungan perbaikan pada
Kelompok SI:

internalisasi (CBCL) dan skor total short sensory profile


(p<0,001)

(SSP). Kekurangan penelitian ini adalah adanya 13/24


(54%) data yang tidak dapat digunakan karena tidak
lengkap.12
Alat ukur: pengukuran perilaku, fungsi sensori

(CBCL), goal attainment scaling (GAS),


performance scale-revised: parent rating scale

adaptive behavior scales, child behavior checklist


Terapi SI (7 anak), protokol aktivitas (10

dan adaptif, dan fisiologi (Leiter international

(Leiter-R), short sensory profile (SSP), Vineland


Subyek: Sensory modulation disorders

Ringkasan

Terapi sensori integrasi banyak digunakan untuk tata


Metode penelitian

laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar,


electrodermal reactivity (EDR)
Lama intervensi: 10 minggu
anak), dan kontrol (7 anak)

maupun perilaku. Elemen inti terapi sensori integrasi


yang terdiri dari sepuluh elemen, belum diterapkan pada
sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan
prinsip terapi sensori integrasi. Penelitian yang lebih
baru dengan desain yang lebih baik memperlihatkan
adanya manfaat dari terapi sensori integrasi, khususnya
(SMDs)

untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme,


dan gangguan proses sensori.
(tahun)

(rerata)
6,09-
Usia

6,88

Daftar pustaka

1. Miller LJ, Anzalone ME, Lane SJ, Cermak SA, Osten ET.
24 anak
sampel
Besar

Concept evolution in sensory integration: A proposed


nosology for diagnosis. Am J Occup Ther 2007;61:135-
40.
evidence
Level of

2. Cigna medical coverage policy. Sensory and auditory


2b

integration therapy – facilitated communication.


Diunduh dari: http://www.cigna.com/customer_care/
Peneliti

healthcare_ professional/coverage_positions/medical/mm_0283_
(2007)
Miller
dkk.14

coveragepositioncriteria_sensory_auditory_integration_therapy.
pdf. Diakses tanggal 22 Mei 2010.

Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 135


Elina Waiman dkk: Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi

3. Ahn, RR, Miller LJ, Milberger S, McIntosh DN. children with autism spectrum disorders. Am J Occup
Prevalence of parent’s perceptions of sensory processing Ther 2007;61:574-83.
disorders among kindergarten children. Am J Occup 10. Smith SA, Press B, Koenig KP, Kinnealey M. Effects of
Ther. 2007;58:287-293. sensory integration intervention on self-stimulating and
4. Williames LD, Erdie-Lalena CR. Complementary, self-injurious behaviors [abstract]. Am J Occup Ther
holistic, and integrative medicine: Sensory integration. 2005;59:418-25.
Pediatr Rev. 2009;30:e91-3. 11. Vargas S, Camilli G. A meta-analysis of research on
5. Understanding sensory processing issues. Diun- sensory integration treatment [abstract]. Am J Occup
d u h d a r i : http://media.wiley.com/product_ data/ Ther 1999;53:189-98.
excerpt/6X/04703912/047039126X.pdf. Diakses tanggal 22 12. Michaud LJ, Committee on children with disabilities.
Mei 2010. Prescribing therapy services for children with motor
6. May-Benson TA. Introduction to sensory integration. disabilities. Pediatrics 2004;13:1836-8.
Dalam: Wagenfeld A, Kaldenberg J, penyunting. 13. Wu a n g Y P, Wa n g C C , Hu a n g M H , Su C Y.
Foundations of pediatric practice for the occupational Prospective study of the effect of sensory integration
therapy assistant. Thorofare: Slack incorporated; 2005. neurodevelopmental treatment, and perceptual-motor
h. 113-43. therapy on the sensorimotor performance in children
7. Parham LD, Cohn ES, Spitzer S, Koomar JA, Miller L, with mild mental retardation. Am J Occup Ther
Burke JP, dkk. Fidelity in sensory integration intervention 2009;63:441-52.
research. Am J Occup Ther 2007;61:216-27. 14. Miller LJ, Coll JR, Schoen SA. A randomized controlled
8. Schaaf RC, Nightlinger KM. Occupational therapy pilot study of the effectiveness of occupational therapy
using a sensory integration approach: A case study of for children with sensory modulation disorder. Am J
effectiveness [abstract]. Am J Occup Ther 2007;61:239- Occup Ther 2007;61:228-38.
46. 15. Fazlio lu Y, Baran G. A sensory integration therapy
9. Watling RL, Dietz J. Immediate effect of Ayres’s sensory program on sensory problems for children wth autism
integration-based occupational therapy intervention on [abstract]. Percept Mot Skills 2008;106:415-22.

136 Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai