Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN KONTAK ERAT

TERKONFIRMASI COVID-19

No. Dokumen : /SOP/


PKM-LA/
IX /2020
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

UPT BLUD Rohayati, S.Si.


PUSKESMAS LABUAPI NIP.196903101988032004

Kasus konfirmasi adalah seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi


virus Covid-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan Laboratorium
RT- PCR

Kontak Erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi Covid-19.
Riwayat kontak yang dimaksud antara
lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probabableI atau
1. PENGERTIAN kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu
15 menit atau lebih
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau
konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-
lain)
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang
sesuai standar
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemologi setempat

Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simtomatik), untuk


menemukan kontak erat, periode kontak dihitung 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

Pada kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik), untuk menemukan


kontak erat, periode kontak di hitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari
setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi.

Nilai Ct (Cycle threshold) pada PCR adalah jumlah siklus yang


dibutuhkan sampai sinyal fluoresens melewati ambang (thresgold).

Tenaga Kesehatan adalah petugas kesehatan yang bertugas di fasilitas


pelayanan kesehatan dan kontak langsung dengan pasien.

Petugas layanan publik adalah orang yang bertugas di fasilitas yang


memberikan pelayanan langsung ke masyarakat

Karantina adalah proses mengurangi risiko penularan dan identifikasi dini


COVID-19 melalui upaya memisahkan individu sehat atau belum
memiliki gejala COVID-19 tetapi memiliki riwayat kontak dengan pasien
konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat bepergian ke wilayah yang
sudah terjadi transmisi lokal

Karantina Mandiri adalah karantina yang dilakukan atas inisiatif


sendiri dan dilakukan di rumah sendiri dengan memenuhi kriteria
mampu karantina mandiri

Karantina Kolektif adalah karantina yang dilakukan oleh


pemerintah dan dilakukan di fasilitas karantina yang dibuat oleh
pemerintah

Pemantauan Kesehatan adalah pemantauan pada orang yang kontak erat


dengan kasus probable atau konfirmasi oleh petugas kesehatan. Dalam
pemantauan, yang diamati oleh petugas kesehatan adalah suhu tubuh,
gejala ISPA, dan sesak. Pemantauan dilakukan tiap hari, 2 (dua) kali
sehari, yaitu pagi dan sore hari.

Discarded adalah seseorang yang memenuhi salah satu kriteria berikut:


a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil
pemeriksaan RT-PCR 2 (dua) kali negatif selama 2 hari
berturut-turut deengan selang waktu >24 jam
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah
menyelesaikan masa karantina selama 14 hari
Kriteria orang yang bisa melakukan karantina mandiri
1. KONTAK ERAT PADA NON TENAGA KESEHATAN;
o
 Tidak ada gejala ISPA atau demam (suhu tubuh<37,5 C)

 Selama di rumah bersedia untuk tidak keluar rumah dan selalu


memakai masker sesuai Protokol Pencegahan Penularan
Covid-19

 Salah satu anggota keluarga mampu sebagai Pendamping


Karantina Mandiri (PKM)

 Pemantauan kesehatan dilakukan oleh petugas


puskesmas setempat
 Pelaku karantina mampu menilai kesehatan dirinya sendiri
(suhu tubuh, gejala ISPA, dan sesak) dan melaporkan tiap
hari ke petugas puskesmas setempat

2. KONDISI RUMAH

 Mempunyai kamar tidur sendiri (tidak berbagi


dengan anggota keluarga yang lain)

 Ada jendela yang bisa dibuka dan cukup pencahayaan dari sinar
matahari
 Tidak berada di lingkungan pemukiman padat penduduk
3. SOSIAL

 Mendapatkan izin secara tertulis dari Kepala


Lingkungan/Dusun dan Kepala Desa/Lurah

 Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat mengetahui dan


mengawasi pelaksanaan karantina mandiri

 Tetangga dan masyarakat sekitar mengetahui dan bersedia ikut


mengawasi pelaksanaan karantina mandiri

Kontak erat pada non tenaga kesehatan yang harus melakukan


karantina kolektif

 Kontak erat non tenaga kesehatan tidak ada gejala ISPA,


demam, atau sesak

 Kontak erat non tenaga kesehatan tidak mampu memenuhi


persyaratan karantina mandiri (kondisi rumah dan sosial)

 Selama karantina tidak boleh keluar fasilitas karantina dan


selalu memakai masker sesuai Protokol Pencegahan Penularan
Covid-19
 Pemantauan kesehatan dilakukan oleh petugas karantina
Selama karantina, keluarga tidak boleh masuk ke dalam fasilitas karantina
2. TUJUAN 1. Mencegah penyebaran atau penularan penyakit ke masyarakat
2. Memberi rasa tenang dan aman bagi pasien, keluarga, dan
masyarakat sekitarnya
3. KEBIJAKAN Mengurangi penyebaran Covid-19 ke masyarakat luas

4. PROSEDUR PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19


1. JIKA HASIL LABORATORIUM RT-PCR Ct<30
 Semua kontak erat dilakukan pemeriksaan Laboratorium RT-
PCR selang 24 jam
2. JIKA HASIL LABORATORIUM RT-PCR Ct≥30
 Jika kontak erat petugas kesehatan atau petugas layanan publik,
dilanjutkan pemeriksaan Laboratorium RT-PCR selang 24
jam
 Jika kontak erat bukan petugas kesehatan atau petugas
layanan publik, dilanjutkan karantina 14 hari
KONTAK ERAT PADA TENAGA KESEHATAN ATAU
PETUGAS LAYANAN PUBLIK
1. PEMERIKSAAN RT-PCR SELANG 24 JAM

 Dilakukan pemeriksaan swab nasopharyng dan tenggorok untuk


diperiksa RT-PCR
 Pemeriksaan dilakukan 2 (dua) kali selang 24 jam
2. KARANTINA SAMPAI KELUAR HASIL LABORATORIUM RT-
PCR

 Selama menunggu hasil laboratorium keluar, Kontak Erat Tenaga


Kesehatan atau Petugas Layanan Publik melakukan karantina.
Karantina dapat dilaksanakan di fasilitas karantina kolektif atau
melakukan karantina mandiri jika memenuhi syarat karantina
mandiri
3. JIKA HASIL LABORATORIUM RT-PCR NEGATIF

 Jika kedua hasil swab RT-PCR negatif, maka Kontak Erat


Tenaga Kesehatan dinyatakan Discarded dan dapat
melanjutkan tugas sebagai tenaga kesehatan
4. JIKA HASIL LABORATROIUM RT-PCR POSITIF

 Jika salah satu atau kedua swab RT-PCR positif, maka dilakukan
tatalaksana sebagai Kasus Terkonfirmasi (lihat SOP Terkonfirmasi
Covid-19)
KONTAK ERAT PADA NON TENAGA KESEHATAN ATAU NON
PETUGAS LAYANAN PUBLIK
1. MELAKUKAN KARANTINA SELAMA 14 HARI
 Kontak Erat wajib melaksanakan karantina selama 14 hari

 Pelaksanaan karantina dapat dilakukan secara mandiri


(karantina mandiri) atau di fasilitas karantina (karantina
kolektif)
 Selama menjalani karantina, Kontak Erat dipantau
kesehatannya oleh petugas kesehatan terutama pemantauan
suhu badan, gejala ISPA, dan keluhan sesak
2. JIKA MEMENUHI SYARAT KARANTINA MANDIRI

 Jika memenuhi syarat Karantina Mandiri, Kontak Erat dapat


melaksanakan karantina secara mandiri di rumah sendiri

 Selama menjalani Karantina Mandiri, Kontak Erat tetap


dipantau oleh petugas kesehatan dari Puskesmas

 Pemantauan oleh petugas Puskesmas dilakukan tiap hari, sebanyak


2 (dua) kali, pagi dan sore, dapat kunjungan rumah atau melalui
telefon

 Pemantauan kesehatan meliputi, suhu tubuh, gejala ISPA,


dan keluhan sesak
3. JIKA TIDAK MEMENUHI SYARAT KARANTINA MANDIRI

 Jika tidak memenuhi syarat Karantina Mandiri, Kontak Erat harus


melaksanakan karantina secara kolektif di fasilitas karantina yang
disediakan pemerintah
 Selama menjalani karantina, Kontak Erat tetap dipantau oleh
petugas karantina yang bertugas di fasilitas karantina
kolektif

 Pemantauan oleh petugas karantina dilakukan tiap hari,


sebanyak 2 (dua) kali, pagi dan sore

 Pemantauan kesehatan meliputi, suhu tubuh, gejala ISPA,


dan keluhan sesak
4. JIKA MUNCUL GEJALA ISPA ATAU DEMAM ATAU SESAK
SELAMA PEMANTAUAN

 Jika Kontak Erat sedang menjalani karantina mandiri muncul


gejala ISPA atau demam atau keluhan sesak, maka petugas
puskesmas harus melakukan pemeriksaan fisik.

 Jika Kontak Erat sedang menjalani karantina kolektif muncul


gejala ISPA atau demam atau keluhan sesak, maka petugas
karantina harus melaporkan ke puskesmas untuk dilakukan
pemeriksaan fisik

 Jika hasil pemeriksaan fisik terdapat gejala ISPA atau demam atau
sesak, maka dilakukan tatalaksana Kasus Suspek (lihat SOP Kasus
Suspek)
5. JIKA TIDAK MUNCUL GEJALA ISPA ATAU DEMAM ATAU
SESAK

 Jika selama karantina selama 14 hari tidak muncul gejala ISPA


atau demam atau sesak, maka dinyatakan discarded dan selesai
karantina setelah diperiksa ulang oleh petugas kesehatan
puskesmas setempat

PERSIAPAN KARANTINA MANDIRI


1. KONTAK ERAT NON TENAGA KESEHATAN

 Petugas kesehatan puskesmas setelah mengidentifikasi


Kontak Erat melalui Contact Tracing, melakukan
pemeriksaan kesehatan pada Kontak Erat

 Jika hasil pemeriksaan Kontak Erat bebas gejala ISPA atau


demam atau sesak, maka petugas puskesmas memberikan
penjelasan bahwa harus menjalani karantina selama 14 hari

 Jika Kontak Erat memilih menjalani karantina mandiri dan


memenuhi syarat untuk karantina mandiri, maka Kontak Erat
membuat pernyataan untuk melaksanakan karantina mandiri
(tidak keluar rumah) selama 14 hari, selanjutnya disebut pelaku
karantina

 Pelaku karantina memberikan data pribadi dan


tempat dilakukan karantina mandiri

 Petugas puskesmas/Dinas Kesehatan setempat setuju untuk


dilakukan karantina mandiri
 Pelaku karantina diajarkan cara menggunakan masker

 Pelaku karantina diajarkan cara cuci tangan dengan air mengalir


dan sabun selama minimal 20 detik dengan benar setiap kali
setelah batuk, bersin, setelah BAK/BAB,
sebelum makan, setelah memasang/melepas masker
 Pelaku karantina diajarkan cara melaporkan kesehatannya secara
harian atau jika muncul gejala ISPA atau demam atau sesak
2. KONDISI RUMAH

 Dinas Kesehatan melalui puskesmas setempat melakukan


penilaian kelayakan rumah untuk karantina mandiri

 Hasil penilaian dijadikan dasar untuk memberikan


persetujuan karantina mandiri
3. SOSIAL

 Dinas Kesehatan melalui puskesmas memberikan informasi


tentang pelaksanaan karantina mandiri kepada Kepala
Lingkungan/Dusun dan Kepala Desa/Lurah

 Dinas Kesehatan melalui puskesmas setempat memberikan


penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat untuk menghilangkan
stigma Covid-19

 Tetangga dan masyarakat sekitar siap untuk mengawasi dan


memberikan dukungan kepada pelaku karantina dan keluarganya.
PELAKSANAAN KARANTINA MANDIRI
1. PELAKU KARANTINA

 Pelaku Karantina melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri,


antara lain suhu tubuh, batuk, nyeri tenggorokan, sesak, dan
gangguan pencernaan, setiap hari

 Pelaku Karantina melaporkan hasil pemeriksaan kesehatannya ke


petugas puskesmas yang ditunjuk melalui media elektronik yang
ada

 Pelaku Karantina melakukan wawancara secara online atau


telepon dengan petugas puskesmas yang ditunjuk

 Pelaku Karantina dianggap selesai karantina atau discarded jika


selama 14 hari tidak muncul gejala ISPA atau demam atau sesak
dan telah diperiksa ulang oleh petugas kesehatan puskesmas
2. KONDISI RUMAH

 Kamar pelaku karantina setiap hari dibersihkan dan


dilap/dipel dengan desinfektan

 Jendela kamar selalu dibuka sehingga memungkinkan udara segar


dan sinar matahari masuk ke dalam kamar
3. SOSIAL

 Dinas kesehatan melalui puskesmas setempat melakukan


pengawasan pelaksanaan karantina mandiri

 Tetangga dan masyarakat sekitar ikut mengawasi dan


memberikan dukungan kepada keluarga yang melakukan
isolasi mandiri

EVALUASI
1. PELAKU KARANTINA
Petugas puskesmas harus melakukan kunjungan rumah, jika:
 pelaku karantina tidak melapor kondisi kesehatannya selama 3
hari berturut-turut atau tidak dapat dihubungi baik
 muncul gejala ISPA atau demam atau sesak
Puskesmas harus melakukan evakuasi dari karantina mandiri, jika
 pasien tidak taat karantina atau keluar rumah, untuk
selanjutnya dipindahkan ke fasilitas karantina kolektif
 muncul gejala ISPA berat, seperti sesak, batuk terus
menerus, atau demam tinggi untuk dirujuk ke FKTRL
sebagai kasus suspek
2. KONDISI RUMAH
 Jika kondisi rumah berubah menjadi tidak memenuhi syarat,
pasien dipindahkan ke fasilitas karantina kolektif
3. SOSIAL
 Jika pasien tidak taat karantina mandiri, tetangga/kepala
lingkungan/kepala desa/lurah dapat melaporkan kepada
puskesmas setempat atau dinas kesehatan setempat
 Jika masyarakat keberatan dengan pelanggaran karantina
mandiri oleh pasien atau keluarga pasien, puskesmas/Dinas
Kesehatan setempat memindahkan pasien ke fasilitas karantina
kolektif

4. UNIT TERKAIT Satgas Desa Penanganan Covid-19 Puskesmas Labuapi

Anda mungkin juga menyukai