Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Standar Audit Dan Kode Etik Profesi Akuntan ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai, Kode etik
akuntan public Indonesia, dan aturan perbuatan dan kewajiban penegakan hokum.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran atau usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.

Palu, 30 Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................................3

B.   Rumusan Masalah.........................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................................6

A. Kode Etik Akuntan Publik Di Indonesia..................................................................6

B. Aturan Perbuatan.........................................................................................................9

C. Penegakan Hukum Dalam Melakukan Audit............................................................12

BAB III..................................................................................................................................16

PENUTUP.............................................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh


kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan
kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan
publik akan selalu berhadapan dengan dilematik yang mengakibatkan seorang
akuntan publik berada pada dua pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik
akan mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai
beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen
akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan
klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien.
Kode etik akuntan Indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap
anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan
tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya manipulasi akuntansi
korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai
menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur
mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen.
Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kepercayaan
dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan
keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan
yang berbeda, dan mungkin saja bertentangan dengan kepentingan para pemakai

3
laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus bersikap independen, integritas dan
objektifitas.

B.   Rumusan Masalah

Sebelum membahas lebih lanjut,  perlu untuk mengidentifikasikan permasalaha-


permasalahan yang akan dikembangkan dalam penulisan makalah ini. Adapun yang
menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana kode etik akuntan public di Indonesia?
2. Bagaimana aturan perbuatan?
3. Bagaiamana penegakan hokum dalam melakukan audit?

B. Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui kode etik akuntan
2. Untuk mengetahui aturan perbuatan dan kewajiban penegakan hokum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etik Akuntan Publik Di Indonesia

Kode etik yang mengikat semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama,
tanpa kode etik maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki sikap atau
tingkah laku yang berbeda – beda yang dinilai baik menurut anggapannya sendiri
dalam berinteraksi dengan masyarakat atau organisasi lainnya. Tidak dapat
dibayangkan betapa kacaunya apabila, setiap orang dibiarkan dengan bebas
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk menurut kepentingannya masing –
masing, atau bila perlu menipu dan berbohong dalam bisnis seperti menjual produk
yang tidak memenuhi standar tetap dijual dianggap sebagai hal yang wajar (karena
setiap pebisnis selalu menganggap bahwa setiap pebisnis juga melakukan hal yang
sama). Atau hal lain seperti setiap orang diberi kebebasan untuk berkendara di
sebelah kiri atau kanan sesuai keinginannya. Oleh karena itu nilai etika atau kode etik
diperlukan oleh masyarakat, organisasi, bahkan Negara agar semua berjalan dengan
tertib, lancar, teratur, dan terukur.
Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan
oleh keahlian, indepedensi serta integritas moral/ kejujuran para auditor dalam
menjalankan pekerjaannya. Ketidak percayaan masyarakat terhadap satu atau
beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan,

5
sehingga dapat merugikan auditor lainnya. Oleh karena itu organisasi auditor
berkepentingan untuk mempunyai kode etik yang  dibuat sebagai prinsip moral atau
aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan klien dan masyarakat.
Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk dipedomani dalam berperilaku atau
melaksanakan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra
organisasi di mata masyarakat. 

Di dalam KAP sendiri memuat setidaknya ada tiga aturan yang memuat aturan
atau standard – standart dalam aturan auditing yaitu: prinsip etika, aturan etika dan
interpretasi aturan etika. Dan dalam kesempatan ini saya akan mendeskripsikan
prinsip etika yang meliputi delapan butir dalam pernyataan  IAI, 1998, dalam
Ludigdo, 2007.

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai bidang yang


ahli dalam bidangnya atau profesional, setiap auditor harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti
dalam mengaudit sampai penyampaian hasil laporan audit.

2. Kepentingan Publik

Profesi akuntan publik memegang peran yang penting di masyarakat, dimana


publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Karena tanggung jawab yang dimiliki oleh auditor adalah
menjaga kredibilitas organisasi atau perusahaan. 

3.  Integritas

6
Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam
kepentingan publik, auditor adalah peran yang penting dalam organisasi, dalam
menjalankan tanggung jawabnya auditor harus memiliki integritas yang tinggi, tidak
mementingkan kepentingan sendiri tetapi kepentingan bersama atas dasar nilai
kejujuran. Sehingga kepercayaan masyarakat dan pihak – pihak lain memeliki
kepercayaan yang tetap.

4. Objektivitas

Setiap auditor harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan


kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain. Akan tetapi, setiap auditor tidak diperbolehkan
memberikan jasa non-assurance kepada kliennya sendiri, karena dapat menimbulkan
tindakan yang dapat melanggar peraturan atau kecurangan. 

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Auditor diharapkan memiliki
pengetahuan yang memadai dan sikap yang konsistensi dalam menjalankan tanggung
jawabnya.

6. Kerahasiaan

Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh


selama melakukan jasanya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi

7
tersebut tanpa persetujuan klien atau pihak – pihak yang terkait, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku Profesional

Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang dimiliki
yang harus dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap situasi atau keadaan dalam
setiap tanggung jawabnya terhadap klien. 

8. Standar Teknis

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati auditor adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

B. Aturan Perbuatan

Kode perilaku profesional AICPA terdiri dari sebelas peraturan yang


mengandung sanksi. Dalam memformulasikan peraturan-peraturan ini, AICPA telah
berusaha untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi para anggotanya,
profesi, dan masyarakat. Dari waktu ke waktu, peraturan-peraturan tersebut
dimodifikasi untuk dapat mengakomodasi perubahan norma dari perilaku etik serta
pengaruh-pengaruh lainnya sepert perubahan-perubahan pada ketentuan pemerintah.
Peraturan organisasi CPA mengharuskan para CPA mematuhi peraturan
perilaku. Peraturan tersebut dapat diterapkan kepadasemua CPA dan kepada semua
jasa profesional yang dilaksanakan, kecuali apabila susunan kata dalam peraturan

8
menunjukkan lain dan CPA yang berpraktik diluar Amerika Serikat serta
menesuaikan diri dengan peraturan profesi akuntan dinegara tuan rumah.
Seorang CPA dalam praktik publik mungkin harus bertanggung jawab untuk
mematuhi semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalamsupervisi anggota
atau anggota partner atau ppemegang saham dalam praktik. Selain itu, seorang CPA
tidak dapat mengijinkan orang lain untuk bertindak atas namanya, apabila hal ini
dilakukan, berarti melanggar peraturan.
Pernyataan setiap peraturan dan penjelasan yang penting deiberikan dalam
bagian berikut ini:
A. Peraturan 101 – Independensi
Peraturan ini degabungkan dalam kode etik, dengan menunjuk persyaratan
independensi dalam standar teknis yang diterbitkan oleh AICPA. Badan-badan yang
telah menerbitkan standar yang mewajibkan CPA bersikap independen adala
Auditing Standatds Board (ASB) dan Accounting and Review Committee.
B.  Peraturan 102 – Integritas dan Objektivitas
Peraturan ini berlaku untuk semua jasa profesional dan untuk semua anggota.
Karena Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalan
diri seorang CPA. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota
pada akhirnya harus memepertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam
penugasan. Integritas juga menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar
kepercayaan publik dan Objektivitas adalah suatu sikap mental. Meskipun prinsip ini
tidak dapat diukur secara tepat, namun wajib untuk dipegang oleh semua anggota.
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan
C. Peraturan 201 – Standar Umum
Standar-standar umum tersebut diatas tidak boleh dikacaukan dengan tiga standar
umum GAAS. Empat standar dalam peraturan 201 tersebut dapat diterapkan pada
semua anggota, termasuk yang melakukan paraktik publik, serta pada semua jenis
jasa profesional yang tidak terbatas pada jasa audit saja.

9
D. Peraturan 202 – Kepatuhan Terhadap Standar
Dewasa ini, standar-standar teknis yang tergolong dalam peraturan diatas adalah
standar-standar yang diterbitkan oleh Auditing Standards Board, Accounting and
Review Services Committee, serta Management Consulting Service Exsecutives
Committee. Sejalan dengan maksud penegakan peraturan diatas, Dewan telah
menunjuk dua badan untuk memasyarakatkan standar-standar pengungkapan
informasi keuangan diluar laporan keuangan dasar yang menyertai laporan keuangan
yang diterbitkan. Kedua bada tersebut adalah FASB dan GASB.
E. Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi
Peraturan 203 ini diterapkan kepada semua anggota yang melaksanakan tindakan
seperti yang telah diuraikan diatas, baik yang melakukan praktik publik maupun
tidak. Tindakan yang dimaksud dapat terjadi, misalnya ketika melakukan audit
laporan keuangan, melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perspektif, dan
melakukan review atas informasi keuangan. Peraturan diatas meliputi semua jasa
yang standarnya telah ditetapkan dalam GAAP, termasuk perikatan untuk melaporkan
dasar kompherensif selain GAAP.
F. Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien
Kewajiban CPA yang melakukan praktik publik untuk merahasiakan semua
informasi tentang masalh bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar.
Kerahasiaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasar
kepercayaan bersama antara CPA  dan klien.
G. Peraturan 302 – Honor Kontinjen
Peraturan tersebut tidak melarang seorang anggota untuk membebankan imbalan
berdasarkan kompleksitas jumlah jam atau hari yang diperlukan untuk menyelesaikan
jasa yang diberikan. Seorang anggota juga dapat memilih tarif pembebanan per diem
(biaya yang dihitung berdasarkan jumlah hari atau jam) yang lebih rendah untuk klien
yang sedang menhadapi kesulitan keuangan atau bahkan melaksanakan jasa tanpa
imbalan bagi organisasi yang bergerak dibidang amal.
H. Peraturan 501 – Tindakan yang Mendiskreditkan

10
Menurut peraturan 501, tindakan mendiskreditkan (acts discreditable) diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan anggota yang dapat merusak atau mengganggu
reputasi dan integritas profesi. Peraturan ini memungkinkan dilakukannya tindakan
disiplin bagi seorang anggota yang melakukan tindakan tidak beretika yang tidak
dicakup secara spesifik dalam peraturan lainnya.
I. Peraturan 502 – Periklanan dan Bentuk Solisitasi Lainnya
Peraturan ini juga mencerminkan adaya kompromi. Beberapa anggota AICPA
meyakini bahwa semua bentuk periklanan dan penawaran harus dilarang karena
merupakan bentuk yang tidak profesional. Akan tetapi, AICPA harus mematuhi
ketentuan lain yang terkadang dalam perintah FTC (Federal Trade Commission)
tahun 1990 kepada AICPA berkenaan dengan peraturan 502.
J. Peraturan 503 – Komisi dan Honor Referal
Seusai dengan peraturan yang berlaku sekarang, seorang CPA boleh menerima
komisi yang diungkapkan, misalnya dari pabrik komputer berdasarkan jumlah
komputer yang dibeli oleh klien berdasarkan rekomendasi CPA, kecuali bila CPA
tersebut melaksanakan setiap jasa yang disebutkan dalam peraturan untuk klien yang
sama. Pembayaran yang dilakukan CPA untuk mendapat klien, dilarang oleh
peraturan yang lama, namun sekarang diperbolehkan dengan syarat adanya
pengungkapan kepada klien.
K. Peraturan 505 – Bentuk Organisasi dan Nama
Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan publik hanya dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh hukum dan peraturan negara baigian yang ciri-cirinya
sesuai dengan ketentuan dari Resolusi Dewan (Resolutions of Council). Seorang CPA
tidak diperkenankan membuka praktik akuntan publik dengan nama yang dapat
menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lain dapat dicantumkan dalam
nama kantor organisasi penerus. Sebuah kantor tidak dapat menyebut dirinya sebagai
”Anggota American Institute of Certified Public Accountants”, kecuali semua partner
atau pemiliknya adalah dari lembaga tersebut.

11
C. Penegakan Hukum Dalam Melakukan Audit
Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan-peraturan dari
Kode Preilaku Profesional. Akan tetapi, dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas
peraturan, seorang CPA harus memberikan alasan atas setiap penyimpangan dari
interprestasi peraturan perilaku dan peraturan etika yang berlaku. Tindakan
penegakan dapat dilakukan sebagai tanggapan atas (1) adanya keluhan terhadap
anggota dan bukan anggota, (2) ulasan dalam surat kabar atau publikasi, seperti SEC
Docket, dan IRS bulletin, yang ditulis oleh personil dalam divisi etika profesional,
dan (3) penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA oleh pejabat
pemerintah negara bagian atau federal.
Penegakan peraturan dilakukan oleh dua kelompok, yaitu oleh AICPA dan
masyarakat CPA negara bagian. Keduanya memiliki wewenang untuk melakukan
investigasi atas keluhan yang disampaikan, melakukan dengar pendapat, serta
mengenakan sanksi pada mereka yang telah melanggar peraturan.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan melalui Divisi Etika Profesi serta
Badan Pengadilan Bersama (Joint Trial Board). Sanksi maksimum yang dapat
dikenakan oleh AICPA adalah memecat CPA dari keanggotaan AICPA.
Penegakan oleh masyarakat negara bagian dilakukan melalui Komite Etika
yang ada pada setiap negara bagian serta Badan Pengadilan Bersama. Sebagaimana
halnya dengan AICPA, sanksi terberat yang dapat dikenakan adalah ehilangan
keanggotaan dalam masyarakat CPA negara bagian.
A.     Prosedur Etika Penegakan Bersama
Sebagai upaya agar penegakan peraturan perilaku lebih efektif serta lebih
menyeragamkan tindakan disiplin yang dilakukan, AICPA telah mengembangkan
Program Penegakan Etika Bersama (Joint Ethics Enforcement Program/JEEP).
Menurut ketentuan dalam JEEP, keluhan terhadap seorang CPA dapat disampaikan
melalui AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian. Pada umumnya AICPA
memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus (1) pada lebih dari satu Negara bagian,

12
(2) litigasi, (3) masalah-masalah yang menarik perhatian dan berskala nasional.
Kelompok yurisdiksi dapat bertindak sendiri atau bersama-sama.
JEEP juga meningkatkan hubungan antara AICPA dan komite Etika
Masyarakan Negara Bagian. Divisi Etika Profesional AICPA sering melakukan
pertemuan dengan masyarakat CPA negara bagian dalam upaya untuk meningkatkan
jumlah sumberdaya yang dapat diberikan untuk penegakan etika. Divisi Etika
Profesional AICPA melaporkan secara setengah tahunan kepada anggota AICPA
tentang kasus-kasus etika yang diproses melaluie JEEP.
B.      Prosedur Badan Pengadilan Bersama
Hanya terdapat satu badan pengadilan bersama (joint trial board) yang terdiri
dari setidaknya 36 anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau
mantan anggota majelis. Badan pengadilan bersama baru melibatkan diri apabila
prosedur penegakan yang sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan
tentang anggota ternyata cukup serius atau anggota yang terlibat ternyata menolak
untuk bekerja sama. Dengar pendapat yang dilakukan oleh badan pengadilan bersama
umumnya dilakukan oleh kelompok kerja yang terdiri dari setidaknya lima anggota
badan yang ditunjuk untuk secara maksimum mewakili bidang umum dimana
anggota tersebut berada. Seorang CPA diperbolehkan untuk meminta agar badan
secara pleno melakukan review atas putusan kelompok kerja tersebut.
Badan pengadilan bersama dapat mengambil tindakan disiplin (diciplinary
anctions) sebagai berikut:
 Menegur CPA
  Memberhentikan sementara CPA selama periode waktu yang tidak lebih dari
dua tahun
  Memecat CPA
Apabila kekuarangan atau kelemahan CPA terletak pada penyimpangan dari
standar teknis profesional, maka badan pengadilan memiliki kewenangan untuk
mengenakan persyaratan tambahan.

13
C.      Ketentuan Disiplin Otomatis
Peraturan tambahan atau bylaw AICPA meliputi juga ketentuan disiplin
otomatis (automatic disciplinary provisions) yang memberikan wewenang untuk
mengehentikan sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu melakukan dengar
pendapat dalam setuasi tertentu. Penghentian sementara dapat terjadi bila Sekretaris
AICPA diberitahu bahwa pertimbangan atau pertanyaan bersalah telah dijatuhkan
kepada seorang CPA yang:
 Menjalani hukuman pidana kurungan untuk masa lebih dari satu tahun
  Dengan sengaja lalai mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan,
dimana CPA secara pribadi adalah seorang wajib pajak yang menurut undang-
undang wajib mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan tersebut.
 Pengarsipan surat pemberitahuan pajak penghasilan yang dipalsukan atau
yang mengandung kecurangan atas nama CPA atau atas nama klien.
 Dengan sengaja membantu menyusun dan menyajikan surat pemberitahuan
pajak penghasilan atas nama klien yang dipalsukan atau yang mengadung
kecurangan.
Pemecatan keanggotaan dapat terjadi apabila CPA telah melakukan upaya
hokum dengan cara naik banding sampai tingkat maksimal atas pertimbangan dan
persyaratan bersalah yang dijatuhkan kepadanya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesional meliputi standar perilaku bagi seorang profesional untuk
maksud idealistik dan praktis. Kode Perilaku Profesional AICPA menyampaikan
idealisme yang abadi melalui prinsp-prinsip, serta menyatakan standar praktik dan
penegakannya melalui peraturan perilaku yang berubah dari waktu ke waktu untuk
mencermikan adanya perubahan dalam profesi dan masyarakat. Kemauan CPA untuk
secara sukarela mendukung kode perilaku profesional telah memberikan sumbangan
yang signifikan bagi pertumbuhan dan reputasi profesi. AICPA dan masyarakat CPA
negara bagian bekerja sama delam program penegakan etika bersama yang
menyediakan mekanisme untuk melakukan investigasi atas adanya keluhan tentang
perilaku yang tidak beretika, serta bagaimana memberikan sanksi kepada para CPA
yang melanggar peraturan perilaku.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat memahami tentang
aturan perbuatan dan kewajiban penegakan hokum dalam melakukan audit. Demikian
yang dapat kami jabarkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan. dalam
makalah ini, kami menyadari bahwa masih teerdapat banyak kekurangan dan
kelemahan didalamnya, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan
yang berhubungan dengan materi ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. 1990. Auditing. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Beasley, Arens Elder. dkk. 2006. Auditing Dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas.
Jakarta: Erlangga.

https://rudiirawantofeuh.blogspot.com/2014/04/etika-profesi-audit.html

16

Anda mungkin juga menyukai