Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

Keperawatan Keluarga

OLEH :
Semester 6B

Ni Luh Mefarani Lasmita (18089014035)


Ni Komang Melly Sumardi (18089014037)
Ni Made Putri Suaryanadi (18089014046)
Komang Sintya Purnama Sari (18089014048)
I Gede Sukrawan (18089014055)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Keperawatan Keluarga” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata
keperawatan kelurga

Penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu


penyusunan dalam penyelesaian makalah ini hingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.

Penyusun juga menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang
lebih baik.

Singaraja, 6 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

2.1. Pelayanan Kesehatan Primer ....................................................................... 3

2.2. Struktur, Fungsi dan Tipe Keluarga ............................................................ 6

2.3. Perkembangan dan Kesejahteraan Keluarga ............................................... 12

2.4. Teori dan Konseptual Keperawatan Keluarga ............................................ 23

2.5. Teori dan Penerapan Model Keperawatan Keluarga .................................. 28

2.6. Trend dan Issue Keperawatan Keluarga ..................................................... 31

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 35

3.1. Simpulan ..................................................................................................... 35

3.2. Saran ............................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan keluarga secara historis mempunyai hubungan dengan


keperawatan komunitas, hasil inilah yang sering membingungkan, apakah itu
keperawatan kesehatan masyarakat, keperawatan komunitas atau keperawatan
keluarga, singkatnya keperawatan keluarga tidak bisa dipisahkan dari keperawatan
komunitas beserta keperawatan gerontik.
Keperawatan Keluarga merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri
dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan
praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat
holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit
keluarga. Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah
klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan
para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang
sangat erat.
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja
dengan keluarga dan anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses keperawatan.
Menurut Yura dan Walsh (1978), “proses keperawatan merupakan inti dan sari dari
keperawatan”. Proses adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan
sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya,
proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis,
yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau
komunitas.Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perwatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-
upaya yang berarti dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan
bahaya dari lingkungan.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa itu pelayanan kesehatan primer?
1.2.2. Apa saja struktur,fungsi dan tipe pada keluarga?
1.2.3. Apa saja perkembangan pada keluarga dan kesejahteraan pada keluarga?
1.2.4. Bagaimana teori dan konseptual keperawatan keluarga?
1.2.5. Bagaimana teori dan penerapan model keperawatan keluarga?
1.2.6. Apa saja trend dan issue dari kperawatan keluarga?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu pelayanan kesehatan primer
1.3.2. Untuk mengetahui struktur fungsi dan tipe pada keluarga
1.3.3. Untuk mengetahui perkembangan dan kesejahteraan pada keluarga
1.3.4. Untuk mengetahui teori dan konseptual keperawatan keluarga
1.3.5. Untuk mengetahui teori dan penerapan model keperawatan keluarga
1.3.6. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan Keluarga
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Kesehatan Primer

2.1.1 Pengertian Pelayan Kesehatan Primer

Pengertian Pelayanan kesehatan primer Pelayanan Kesehatan Primer adalah


strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan
kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa
diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa
diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang
disertai percaya diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan
sesuatu tentang kesehatan. Primary HealthCare/PHC adalah pelayanan kesehatan
pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setaip tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self Detemination).

2.1.2 Tinjauan Sejarah PHC

Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO
ke 30. pada konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal
12 september 1978, ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan
PHC. resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau
sehat untuk semua ditahun 2000 adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa
yang tergabung dalam WHO. Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan
kesehatan untuk semua dan strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO
membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang
sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah

a. Perkembangan sosial dan ekonomi

b. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan


4

c. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.

Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan


PHC adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986. Konsep pelayanan primer
merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara
universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan
kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat
dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut
seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik (Mubarak,2006)

2.1.3 Tujuan PHC

a. Tujuan Umum

Menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan


sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima
pelayanan.

b. Tujuan Khusus

1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani Pelayanan


harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami

2) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

3) Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber


daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.1.4 Fungsi PHC

a. Pemeliharaan kesehatan

b. Pencegahan penyakit

c. Diagnosis dan pengobatan

d. Pelayanan tindaj lanjut

e. Pemberian sertifikat
5

2.1.5 Unsur - Unsur PHC

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

b. Melibatkan peran serta masyarakat

c. Melibatkan kerjasama lintas sectoral

2.1.6 Prinsip Dasar PHC

a. Pemerataan upaya kesehatan

b. Penekanan pada upaya preventif

c. Menggunakan tehnologi tepat guna

d. Melibatkan peran serta masyarakat

e. Melibatkan kerjasama lintas sectora

2.1.7 Ruang Lingkup PHC

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit


serta pengendaliannya.

b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

h. Penyediaan obat-obat essensial

2.1.8 Ciri - Ciri PHC

a) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b) Pelayanan yang menyeluruh

c) Pelayanan yang terorganisasi


6

d) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

e) Pelayanan yang berkesinambungan

f) Pelayanan yang progresif

g) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

h) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

2.1.9 Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC

a. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi


pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan

b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu

c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan dirisendiri pada


masyarakat

d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan


dan kepada masyarakat

e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat (Setiadi, 2016)

2.2. Struktur, Fungsi dan Tipe Keluarga

2.2.1 Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi
yang terus menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh
organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus). Hubungan dapat
banyak dan komplek seperti: seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang
berbeda. Seorang perawat ketika melakukan pengkajian struktur keluarga bisa
menanyakan:

a. Siapa saja yang ada dalam keluarga ini?

b. Siapa yang melakukan tugas itu?


7

c. Siapa yang mengambil keputusan?

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan


keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur di
dalam keluarga yang sangat kaku dan fleksibel akan dapat merusak fungsi didalam
keluarga.

Menurut Friedman (1986) fungsi dalam keluarga merupakan apa yang


dikerjakan dalam keluarga sedangkan fungsi keluarga meliputi proses yang
digunakan dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses ini
meliputi komunikasi antar anggota keluarga, tujuan, pemecahan konflik,
pemeliharaan, dan pengunaan sumber internal dan eksternal. Tujuan reproduksi,
seksual, ekonomi dan pendidikan dalam 36 keluarga memerlukan dukungan secara
psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka
akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi, perilaku yang
menyimpang dsb. Tujuan yang ada didalam keluarga akan lebih mudah dicapai
apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut
akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi Keluarga Yang Berhubungan Dengan Struktur

a. Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam


menyampaikan pendapat (demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty dan authenticity)

d. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan yang memaksakan


(permissiveness)

f. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stres emosional)


8

Fungsi Keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

a) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional


anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan
saat terjadi stres.

b) Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,


sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan
petunjuk dalam pemecahan masalah.

c) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anaknya

d) Fungsi ekonomi: keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya


dan kepentingan di masyarakat.

e) Fungsi fisik: keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang


dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk
penyembuhan dari sakit.

Fungsi Keluarga menurut BKKBN (1992)

a. fungsi keagamaan

b. fungsi sosial budaya

c. fungsi cinta kasih

d. fungsi melindungi

e. fungsi reproduksi

f. fungsi sosialisasi dan pendidikan

g. fungsi ekonomi

h. fungsi pembinaan lingkungan

Fungsi keluarga dengan orang tua (usila)

Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik


pada usila dan memfokuskan pada:

1. memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh,


9

2. memberikan kenyamanan dan support emosional,

3. mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat

4. menanamkan perasaan pengertian hidup dan memanajemen krisis

2.2.2 Tipe Keluarga

Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola


kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayaan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka Ners. perlu mengetahui berbagai tipe keluarga

1. Tradisional

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.

e. The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan,
dll.

f. The single-parent family


10

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yng berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkmpul
pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelmpok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur,
kamar mandi, televisi, telepon, dll.

j. Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

k. The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non Tradisional

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.


11

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan failitas yang sama,
pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ‘marital


partners’.

f. Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawianan karena beberapa
alasan tertentu.

g. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,


yang saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya. h. Group network failmy

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/saudara di dalam


waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j. Homeless family
12

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen


karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencri
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.3 Perkembangan dan Kesejahteraan Keluarga

2.3.1 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga
dengn remaja. Menurut Rodgers (Friedman,1998), meskipun setiap keluarga
melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secar umum seluruh
keluarga mengikuti pol yang sama.Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas
atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengn sukses.

Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan wanita
(isteri) membentuk keluarga melalui perkwinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui keluarga baru yang
tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga
disini bukan secara fisik. Namun secr psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupn keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersam serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan,
tidur, bangun pagi dsb. Tugas perkembangan selengkapny dapat dilihat pada table
1.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


13

I. Pasangan Baru (Keluarga Baru) a. Membina hubungan intim yang


memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, kelompok social
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu: keluarga suami,
isteri serta kelurga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungn baru dengan keluarga
dan kelompok social pasangan masing-masing. Hal ini yang perlu diputuskan pada
tahap ini adalah kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak
yang diharapkan.

Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama) Keluarga yang


menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi
perlu dipersiapkan oleh pasangan suami isteri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting (table 2)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga“Child-bearing” a) Persiapan menjadi orang tua
(Kelahiran Anak Pertama) b) Adaptasi dengan perubahan anggota
keluarga: peran, interaksi, hubungan seksul
dan kegaiatan
c) Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasngan
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhn bayi.
Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus
perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Peran utama Ners keluarga adalah
mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta
bagimana bayi berespon. Ners perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi
14

yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.

Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai sat kelahiran anak pertama berusia 2.5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini dapat dilihat pada table3.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan Anak a) Memenuhi kebutuhan anggota kelurga seperti
Prasekolah kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan ank yang lain juga harus
terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik
di dalam maupun di luar keluarga (keluarg
lain dan Lingkungan sekitar)
e) Pembgian waktu untuk individu, pasngan dan
anak (tahap paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh
dan kembang anak
Kehidupan kelurga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga
kebutuhan anak, suami isteri dan pekerjaan (purna wktu/paruhwaktu) dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng
dengan cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami isteri. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah


15

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada
usia 12 tahin. Pada fase ini pada umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
kelurga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas dio sekolah,
masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua
yng mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu kelurga perlu
bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan (table 4)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan Anak Sekolah a. Membantu sosialisasi anak: tetngga,
sekolah dan lingkngan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan
yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga

Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialissi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Tahap V. Keluarga dengn Anak Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta pada
tahap-tahap sebelumnya, pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan
yang dapat dilihat pada table 5.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengn Anak Remaja a) Memberikan kebebasan yang seimbang
dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
16

b) Mempertahankan hubungan yang intim


dalam keluarga
c) Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang. Hindari perdebatan,
permusuhan dan kecurigaan.
d) Perubahan system peran dan peraturan
untuk tumbuh kembang keluarga.

Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya
sendiri yang berkaitan dengn peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik
antara orang tua dn remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasny sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak,.
Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari
kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap
hormonis.

Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan yang lebih rinci dapat diliht pad table 6.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan Anak Dewasa a. Memperluas keluarga inti menjadi
(Pelepasan) keluarga besar
b. Memperthnkan keintimn psngn
c. Membantu orang tua suami/isteri yang
sedang sakit dan memasuki masa tua
17

d. Membantu anak untukmandiri di


masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan
rumah tangga

Kelurga mempersiapkan anaknya yang tertu untuk membentuk kelurga sendiri dan
tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak
meningglkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan sumi
isteri seperti fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat
anak dan merasa “kosong” karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi.
Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukn aktivitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara hubungan dengan
baik.

Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan
tugas-tugas perkembangan berikut (table 7)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga Usia Pertengahan a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungn yang
memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan

Setelah semua anak meningglkan rumah, maka pasangan berfokus untuk


mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas: pola hidup yang sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan dsb. Pasangan juga
mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan
18

cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu) sehingg
pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek. Hubungan antar
pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan
kemandirian masingmasing pasangan.

Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meningggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
social, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan
orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut (table 8)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga Usia Lanjut a. Memperthankan suasana rumah yang
menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami isteri
dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak
dan social masyarakat
e. Melakukan life review

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakn tugs utama


keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di
rumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Menurut riset day and Day
(1993), wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang
lebih positif 92 dalam memasuki masa Tanya dibandingkn dengan wanita yang
tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan “life
19

review” dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal
ini berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

2.3.2 Kesejahteraan Keluarga

A. Konsep Keluarga Sejaktera

1. Keluarga Sejahtera Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang


sah; mampu memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materil yang layak;
bertaqwa kepada tuhan yme; memiliki hubungan yang sama, selaras,
seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

2. Keluarga Unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

3. Keluarga Berencana Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta


masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan; pengaturan kelahiran;
pembinaan ketahanan keluarga; peningkatan kesejahteraan untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera

4. Kualitas Keluarga Kondisi keluarga mencakup aspek pendidikan, kesehatan,


ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, mental, spiritual, dan nilai-
nilai agama merupakan dasar mencapai keluarga sejahtera

BKKBN (1992)

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri,
atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya

Keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentu berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu


memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan mayarakat dan lingkungan. Yang dimaksud keluarga
sejahtera adalah suatu kondisi dimana para keluarga-keluarga di dalam masyarakat
telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar (atl: sandang,
pangan, papan, keehatan, pendidikan, lapangan kerja, serta ibadah dan muamalah),
20

sosial, psikologis, maupun yang bersifat perkembangan serta telah dapat


memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Keluarga Berencana

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui


pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinan ketahanan
keluarga, peningkatan keejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.

Kualitas Keluarga

Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,


social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama
yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

Kemandirian Keluarga

Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam


pembangunan, mendewasakan usia perkawinan, membina dan meningkatkan
ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan
kesejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab.

Ketahanan Keluarga

Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan social budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada
kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu system.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua
21

individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut
saling berinteraksi, interelasi dan interdepensi untuk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan system terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra
sistemnya, yaitu lingkungannya (masyarakat), dan sebaliknya sebagai sub system
dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra
system).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-
spiritual. Jadi bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan Keperawatan. Diyakini
bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat.

B. Tahapan Keluarga Sejahtera

1. Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara


minimal atau belum seluruhnya terpenuhi, seperti: spritual, pangan, sandang,
papan, kesehatan dan KB. Contoh kebutuhan dasar:

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga

b. Pada umumnya keluarga seluruh anggota keluarga makan dua kali per hari

c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah, bekerja,


sekolah & berpergian

d. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah 5. Bila anak sakit dan atau
pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan

2. Keluarga Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,


tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psiologisnya, seperti pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi. Pada keluarga sejahtera I, kebutuhan dasar (1-5) telah terpenuhi
Contoh kebutuhan sosial psikologis:
22

a. Anggota belum melaksanakan ibadah secara teratur

b. Paling sedikit satu minggu sekali, keluarga menyediakan daging/ikan/telor

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
per tahun

d. Luas lantai rumah paling kurang

e. meter persegi untuk tiap penghuni rumah

f. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat

g. Paling urang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas


berpenghasilan tetap

h. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf
latin

i. Seluruh anak usia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

j. Bila anak hidup dua tau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur
memakai ontraepsi (kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya & kebutuhan


sosial psiologisnya (1-14), tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung & memperoleh informasi
Contoh kebutuhan pengembangan:

a) . Memenuhi upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama

b) . Sebagian penghailan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga

c) . Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari & kesempatan itu
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga Ikut
serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

d) . Mengadakan rekreasi di luar rumah paling kurang satu kali per enam
bulan
23

e) . Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah 21. Anggota


keluarga mampu menggunakan sarana transportai sesuai kondisi rumah

4. Keluarga Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-


psiologis, dan pengembangan (1-21), tetapi belum dapat memberikan sumbangan
yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi, seperti
sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan suka rela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus


perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat

5. Keluarga Sejahtera III Plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-


psikologis, pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan 68 aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian
sosial yang tinggi

2.4 Teori dan Konseptual Keperawatan Keluarga

2.4.1 Definisi

• Teori adalah suatu sel interaksi kontruksi (konsep), definisi dan proposisi
yang menghasilkan suatu pandangan sistemik dan fenomena dan
pengkhususan hubungan antara variable dengan tujuan yang menjelaskan
dan memprediksikan fenomena (kerlinjger, 1979, hal 9)
• Teori adalah deskripsi atau penjelasan tentang fenomena dan hubungan
antara fenomena-fenomea tersebut (steven, 1979)
• Konsep adalah suatu yang dihasilkan dengan abtraksi atau pemisahan
karakteristik ide-ide, menempatkan pada kelas atau pola.
24

• Model konseptual adalah sala satu yang mencerminkan realita dengan


menempatkan kata-kata yang merupakan konsep ke dalam model dengan
cara yang sama dengan pembuat model pesawat mode pesawat memasang
sayap,badan pesawat dan cockpit.
• Model konseptual adalah suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangka tentang serangkaina ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya.
Antara model dan teori ada suatu kesamaan dalam pengertian, namun sebenarnya
berbeda dalam beberapa hal diantaranya pada tingkat abstraknya.

a. Model konseptual memakai system dengan abstrak yang t inggi dari model
konsep global dan dalil-dalil.
b. Model konseptual tidak dapat diuji secara langsung karena konsepnya tidak
terdefinisi secara operasional, namun hubunganya dapat diobsevasi.
c. Teori berfokus pada satu atau lebih konsep dan pernyatan yang konkret dan
spesifik.
d. Teori dapat didefinsikan secara operasioal dan dinyatakan secara jelas, serta
diformulasi suatu hypotesa sehingga dapat diuji melalui riset.

2.4.2 Konseptual Keperawatan Keluarga

Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan


kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan
praktik keperawatan.Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang
terjadi dalam suatu lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu
berupa menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong
orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme
koping yang positif untuk mengatasi stressor ini. Model konseptual keperawatan
telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan
empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua
adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga
perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
25

dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat
terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai
komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien) Konseptualisasi
keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang
berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan
fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem
adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.

Teori keperawatan dan model konseptual


a. Orientasi system.
- system periaku dari Johnson
- model konseptual system dari Neuman
b. Orientasi perkembangan.
- model konseptual perawtan diri dari Orem
c. Orientasi interaksi dan system.
- model adaptasi dari Roy
- model system terbuka dari King
d. Orientasi system dan perkembangan.
- model proses kehidupan dari Roger.
1) Model Sistem dari Neuman.
Pada publikasi Neuman taun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak
membahas keluarga. Dalam komplikasi akhir dari bab tentang model ini
Neuman, disunting oleh Neuman (1982) model terwsebut diperluas yang
berhubungan dengan keluarga sehingga penerima asuhan kepeerawatan
termasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang terakhir ini menerapkan model
dari Neuman untuk system keluarga (Reed, 1982) dan terapi keluarga
(Goldblum-Graff dan Greff, 1982). Dalam bab ini keluarga diuraikan sebagai
target yang tepat baik untuk pegkajian dan intervensi perimer, sekunder dan
tersier. Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori
keluarga dan praaktik. Keperawatan (Faw Cett, 1984). Belakangan ini Mischke-
Berkey dkk (1989) dengan tekun mengadaptasi model dari Neuman untuk
26

digunakan dalam pengkajian dan intervensi keluarga. Model dari Neuma karena
konsep keluarga telah diidentifikasi dan diterapkan, tampak agak bermanfaat
untuk membimbing praktik keperawatan keluarga.

2) Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem.


Teori orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari, system
perawatan berorientasi pada individu.individu (klien) dianggap sebagai
penerimaan asuhan kepaerawatanyang utama. Keluarga dipandang sebagai
factor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien) atau sebagai kontek utama di
mana individu berfungsi. Perawat juga membantu memberi perawatan yang
tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak
mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai individu
dari pada keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).

Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat di


gabungkan ke dalam model praktik perawatan tersebut. Tadyah 1985, akan
tetapi, melaksanakan tugas untuk menguraikan bagaimana struktur, fungsi dan
perkembangan keluarga dapat diartikulasika dengan model dari Orem. Karena
unit analisis membedakan antara dua teori tersebut, artikulasi yang diuraikan
Tadych tersebut bersifat pelengkap meskipun filosofi perawatan diri cukup
relevan dengan keperawatan keluarga, konsep saat ini dari Orem tidak
memberikan konsep mendasar untuk bekerja dengan keluarga sebagai klien.
Chin,1985. mengatakan bahwa satu alasan mengapa terdapat kekurangan dari
kemampuan penerapan model dari orem pada keluarga sebagai sebuah unit
adalah bahwa syarat-syarat perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk
individu. Hal ini tentunya merupakan suatu kemajuan dalam upaya untuk
menggunakan syarat-syarat perawatan diri yang berorientasi pada individu dari
Orem untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya selanjutnya seperti ini sangat
diperlukan, seingga teori Orem akan lebih bermanfaat untuk beerja dengan
keluarga sebagai klien.

Model dari Orem


27

Perilaku peerawatan diri

Kapasitas Perawatan diri yang


perawatan diri diperlukan peutik

Deficit perawat dri

Kemampuan
keperawatan

3) Model System Terbuka dari King.


King memandang keluarga sebagai system social dan konsep utama dalam
modelnya.Keluarga diperlukan baik sebagai kontek maupun klien. King
menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila
terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau
mengatasi masalah atau keadaan sakit (1983 hal. 1982). King terus
menguraikan modelnya sebagai perawat pembantu untuk membantu anggaota
keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi maslah dan megambil keputusan,
karena model tersebut beroriantasi padasistemdan intervensi dengan perluasan
isi keluarga yang lebih jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam
keperawatan keluarga.

4) Model Adaptasi dari Roy.


Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok, organisasi,
social, serta komunitas dapat dijadikan unit analisisdan focus praktik
keperawatan, karena para perawat mengkaji orang sebagai system yang adaptif,
meraka perlu mengkaji keluarga bila keluarga merupakan focus
perawatan..Intervensi keperawatan mempertinggi stimulasi (fokal, konstektual
dan residual) untuk meningkatkan adaptasi dari system keluarga (Roy 1983,hal
28

275). Perbaikan da perluasan konsep keluarga lebih lanjut sangat


diperlukan,tetapi terdapat kongruensi dan aplikabilitas yang mendasar dari
model ini keperawatan keluarga Karena itu teori adaptasi dati Roy tampaknya
juga tetap menjanjikan dalam batasan menguraikan atau menjelaskan fenomena
keperawatan keluarga,padahal Roy mengatakan bahwa masalah keperawatan
melibatkan mekanisnme koping yang tidak efektif, yang menyebabkan respon
yang tidak efektif, merusak integritas individu tersebut. Gagasan ini dapat
diperluas hingga keunit keluarga dimana pola koping keluarga yang tidak
efektif menimbulkan masalah-masalah yag berubungan dengan fungsi keluarga
(Mc Cubbin dan Figley, 1983). Masalah teori ini menekankan promosi
kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam menipulasi lingkungan
mereka, kedua gagasan tersebut memiliki arti yang penting daam kesehatan.

5) Model Proses Kehidupan dari Roger.


Dalam teori Roger, focus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan
umat mausia. Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi
simfonis anatara manusia dan lingkungannya (Meleis 1985). Dalam-dalam
tulisan yang terdahulunya dari tahun 1970 hingga 1980, roger tidak berbicara
tentang keluarga. Tetapi pada tahun1983 Roger menegaskan bahwa model
konseptualnya dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada induvidu. Bagi
Roger, keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga
yang tidak bisa dikurangi, bersifat empat dimensi,negentropik, yang menjadi
focus studi dalam keperawatan.Wall (1981) secara jelas memperlihatkan
kongruensi dan aplikabilasi teori Roger untuk pengkajian keluarga yang
mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan konsep Roger tentang saing
melengkapi, resonansi dan helicy untuk meguraikan system keluarga.
Peninggalan Roger ini secara jelas dikaitkan dengan teori sistem umum dan
karena orientasi ini maka ada suatu kesesuaian antara teori keperawatan dari
Roger dan keperawatan keluarga.

2.5 Teori Dan Penerapan Model Keperawatan


Penerapan model dan teori asuhan keperawatan keluarga asuhan keperawatan
yang diberikan pada komunitas atau kelompok adalah sebagai berikut.
1) Pengkajian
29

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut

a. Inti (core), meliputu: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas
usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
b. Mengkaji delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya
karena dapat menjadi streeor bagi penduduk.
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
penduduk untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyamna atau tidak ,
apakah sering stres akibat keamana dan keselamatan yang tidak terjamin.
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di
berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan
merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
f) Sistem komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan di masyarakat tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya media televisi, radio, koran
yang diberikan pada masyarakat.
g) Sistem ekonomi,tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun
Regional (UMR) atau sebaliknya dibawah upah minimum. Hal ini terkait
dengan upaya pelayanan kesehatan ditujukan pada anjuran untuk
mengonsumsi jenis makanan sesuai kemampuan ekonomi masing-masing
h) Rekreasi, apakah terssedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah
biayanya dapat dijangkau oleh masyarakat. Rekreasi hendaknya dapat
digunakan masyarakat untuk membantu masyarakat untuk membantu
mengurangi stressor.

2) Diagnosis keperawatan
30

Diagnosis ditegakkan berdasrkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor


yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen P (problem atau masalah), E
(etiology atau penyebab), dan S (symptom atau manifestasi/data penunjang).
Misalnya, resiko tinggi peningkatan gangguan penyakit kardiovaskuler pada
komunitas di RT 01 RW 10 kelurahan somowinangun sehubungan dengan dengan
kurangnya kesadaran masyarakat hidup sehat ditandai dengan:

a) 0,15 ditemukan angka dirawat dengan gangguan kardiovaskular


b) 50% RT 01 RW 10 mengonsumsi lemak tinggi
c) Didapatkan 20% saja yang kebiasaan berolahraga
d) Informasi tentang gangguan kardiovaskuler kurang.

3) Perencanaan intervensi
Perencanaaan intervensi yang dapat dilakukan dengan diagnosis keperawatan
komunitas yang muncul di atas adalah:

a) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler


b) Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik
relaksasi
c) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah
d) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi
yang beresiko
e) Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan fungsi jantung
f) Lakukan kerja sama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila ditemui ada penyebab
stressor
g) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4) Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang bersifat:

a) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di


komunitas
31

b) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini berperilaku hidup


sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler.
d) Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.

5) Evaluasi/penilaian

a) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi


b) Menilai kemajuan yang dicapai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

2.6 Trend Dan Issue Keperawatan Keluarga


1. Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang “menjamur” atau sedang disukai dan
digandrungi oleh orang banyak dan sesuai dengan fakta.Trend merupakan suatu
alur yang menuju ke arah mana pasar bergerak dan suatu pola dari peristiwa-
peristiwa atau perilaku yang sama-sama dialami oleh semakin banyak orang. Trend
juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam pendekatan analisa dan
merupakan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi saat ini yang
biasanya sedang populer di kalangan masyarakat.
2. Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadiaan yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang dan merupakan sesuatu yang sedang di
bicarakan banyak orang tetapi masih belum jelas fakta atau buktinya. Dari
pengertian diatas dapat ditarik garis besar untuk trend dan isue keperawatan
merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang peraktek
ataupun mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta atau tidak, trend dan isue
keperawatan tentunya menyangkut aspek legal dan etis dalam dunia
keperawatan.(Nasir, 2009). Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan
sesuatu yang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-
desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga.
32

Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:


1. Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga
penyebarannya semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh
terhadap interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang
ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan
kualitas pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah
menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan
keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
2. Pelayanan
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat
keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan
33

a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung


“mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
4. Profesi
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan.
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang
muncul di Indonesia
a. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
e. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
f. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
g. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system
yang belum berkembang.
h. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara
umum.
i. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasi yang cukup.
j. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
34

l. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
35

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keperawatan Keluarga merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri
dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit sedangakn
pelayanan Kesehatan Primer adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan
kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan
mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya diri sendiri
disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi
yang terus menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh
organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus). Hubungan dapat
banyak dan komplek seperti: seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang
berbeda
3.2 Saran
Dengan adanya makalah kesehataan keluarg ini, diharapkan pembaca mampu
mengerti dan memahami kesehatan keluarga primer serta teori mampu
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
36

DAFTAR PUSTAKA

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Susanto,T.(2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Herniati.2013.Konsep dan Dasar Keperawatan Keluarga. Sukawesi : AS salam

Setiadi . 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, Jogjakarta : Graha Ilmu

https://www.scribd.com/document/377775118/Makalah-Trend-Dan-Issue-Dalam-
Keperawatan-Keluarga (diakses tanggal 4 Maret 2021, Jam 10.00 Wita)

Anda mungkin juga menyukai