PROPOSAL
OLEH :
Puji dan syukur kami ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini.
Adapun judul Proposal adalah : “Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Herba
Puguntanoh (Picria Fel TerraeLour) Terhadap Larva Artemia Salina Leach
Dengan Metode Brine Shrimp LethalityTest (BSLT)”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas
sehingga Proposal ini dapat disusun, antara lain penulis sampaikan kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes., selaku ketua Yayasan Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si.,selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia.
6. Tetty Noverita Khairani S, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing I yang senantiasa
menyediakan waktudan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan
serta memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
Proposal ini.
7. Chemayanti Surbakti,S.Farm., M.Si., Apt., selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan Proposal ini.
8. Ruth Mayana Rumannti, S.Farm., M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji III.
9. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Ayahanda dan Ibunda serta abang serta keluarga besar yang tak pernah henti-
hentinya mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis baik secara
moral maupun materil.
10. Rekan-rekan mahasiswa program Studi S1 Farmasi.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan Proposal ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Februari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 4
1.3. Hipotesis.................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
1.6. Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 5
ii
2.6.1. Toksonomi Artemia Salina Leach ................................ 16
2.6.2. Ekologi Spesies ............................................................ 17
2.6.3. Deskripsi ...................................................................... 18
2.6.4. Siklus Hidup ................................................................. 19
iii
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 21
3.1. Jenis Penelitian.......................................................................... 21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 21
3.3. Populasi dan Sampel................................................................. 21
3.3.1. Populasi ........................................................................ 21
3.3.2. Sampel .......................................................................... 21
3.3.3. Pengambilan Sampel .................................................... 21
3.4. Determinasi Tanaman .............................................................. 22
3.5. Alat dan Bahan ......................................................................... 22
3.5.1. Alat ............................................................................... 22
3.5.2. Bahan ............................................................................ 22
3.6. Prosedur Kerja .......................................................................... 22
3.6.1. Persiapan dan Pembuatan Simplisia ............................. 22
3.6.2. Pembuatan Ekstrak Herbal Puguntanoh........................ 23
3.6.3. Pembuatan Air Laut Buatan (ALB) ............................. 24
3.6.4. Penetasan Larva Udang ................................................ 24
3.6.5. Persiapan Larutan Sampel Yang Akan Diuji ............... 25
3.6.6. Prosedur Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT ........... 26
3.7. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 27
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
tradisional merupakan pilihan pengobatan yang kini makin diminati, terlebih lagi
dengan kesadaran untuk kembali ke alam dan juga karena relatif aman dan murah,
bahkan dengan perkembangan yang kini ada makin mendapat perhatian bagi
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara
(2).
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
alam sebagai obat, sehingga diperlukan penelitan lebih lanjut mengenai uji
1
2
kuratif, dan rehabilitatif cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan adanya back
dibandingkan dengan obat modern, antara lain: efek sampingnya relatif kecil bila
digunakan secara benar dan tepat adanya efek komplementer dan atau sinergisme
tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta obat tradisional lebih
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat itu puguntanoh ( picria
fel terrae Lour ). Puguntanoh ( picria fel terrae Lour ) merupakan jenis tanaman
obat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti rematik, asam urat.
(9).
3
hewan percobaan dan respon kematian ini dianggap sebagai pengaruh senyawa
yang diuji. Menurut penelitian Alfiah Syari W (2007) uji toksisitas subkronik
ekstrak etanol daun puguntanoh (piria fel terrae Lour) pada jantung tikus dengan
dosis 500 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb sudah memberikan efek toksik. Uji
toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dan untuk meneliti
batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan senyawa yang ada dalam
terrae Lour) bertujuan untuk skrining awal senyawa aktif dengan menggunakan
metode Brine Shrimp Lethality Test yang pernah dilakukan oleh Meyer dkk pada
tahun 1982 untuk mengetahui senyawa yang bersifat toksik terhadap Artemia
salina Leach. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) sering digunakan untuk
herba puguntanoh (Picria fel terrae Lour) terhadap Artemia Salina Leach dengan
a. Apakah ekstrak etanol herba puguntanoh (Picria fel terrae Lour) memiliki
b. Berapakah nilai LC50 ekstrak etanol herba puguntanoh (Picria fel terrae
1.3. Hipotesis
b. Menentukan nilai LC50 ekstrak etanol herba puguntanoh (Picria fel terrae
Lour) sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan secara luas oleh
masyarakat.
Ekstrak etanol
Herba Sitotoksik % Kematian Larva
puguntanoh terhadap Arthemia Arthemia Salina
(Picria fel salina Leach Leach
terrae dengan metode
Lour)1000 BSLT
Nilai LC50
ppm, 750ppm ,
500 ppm
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Linderniaceae
Genus : Picria
memiliki batang dengan cabang yang jarang, tegak atau melata, segiempat,
bundar telur, pangkal daun membaji sampai membundar, ujung daun agak
ujung atau di batang, jumlah bunga 2-16, daun gagang kecil, melanset, mahkota
6
7
bunga menabung, berbibir rangkap, gundul bagian lur, bagian dalam ada kelenjar
bulu, bibir atas berwarna coklat kemerah-merahan, bibir bagian bawah berwarna
putih. Buah kapsul lonjong, padat, berkatup dua dengan beberapa biji. Biji
Gambar2.1.PugunTanoh(Picriafel-terrae Lour.)
Nama lain tumbuhan ini yaitu Tamah Raheut (Sunda), daun Kukurang
(Maluku), Papaita (Ternate). Nama asing tumbuhan ini yaitu Kong Saden (Laos),
Hempedu Tanah, Gelumak Susu, Rumput Kerak Nasi (Malaysia), Thanh, M[aaj]t
2.1.4 Sinonim
sakit perut, serta mengatasi kudis, memar, bengkak, batuk rejan. Beberapa
penelitian juga menyatakan bahwa daun puguntanoh dapat digunakan sebagai obat
2.1.6.1. Flavonoid
C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihibungkan dengan 3 atom C, biasanya
dengan ikatan atam O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Senyawa ini dapat
dimasukkan sebagai senyawa polofenol karena mengandung dua atau lebih gugus
hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Umumnya
menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut dalam pelarut polar, seperti metanol,
etanol, butanol, etil asetat. Bentuk glikosida memiliki warna yang lebih pucat
dekomposisi oleh enzim jika dalam bentuk masih segar atau tidak dikeringkan.
polaritas rendah, seperti klorofom dan eter. Dalam tumbuhan biasanya flavonoid
terdapat dalam bentk glikosida baik sebagai flavonoid O-glokosida atau flavonoid
C-glikosida.
2.1.6.2 Tanin
tumbuhan, dan pada beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu
seperti kulit batang , dan jaringan lainnya, yaitu daun dan buah. Beberapa pustaka
mengelompoka tanin dalam senyawa golongan fenol. Tanin berbentuk amorf yang
mengakibatkan terjadinya koloid dalam air, memikiki rasa sepat, dengan protein
memiliki endapan yang menghambat kerja enzim proteolitik, dan dapat digunakan
mulut serta digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam berat dan
alkaloid. Tanin juga digunakan sebagai antiseptik karena adanya gugus fenol.
2.1.6.3. Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau
molukul gula yang terikat dengan aglikon triterpen atau steroid. Molekul gula
biasanya terikat pada gugus OH terutama pada posisi C-3 atau pada 2 gugus OH
atau pada satu gugus OH dan satu gugus COOH. Beberapa triterpen memiliki rasa
pahit seperti limonin yang terdapat pada buah jeruk, terutama pada bagian kulit
10
kukurbitasin yang terdapat pada biji labu merah, sedangkan glisirizin yang
2.1.6.4. Stroid
biologis yang penting dan tersebar luas baik dalam jaringan tumbuhan maupun
hewan. Steroid yang terdapat pada hewan pada umumnya bertindak sebagai
hormon, sedangkan steroid sintetik digunakan secara luas sebagai bahan obat
contoh lain seperti kortison, kortisol dan prenidsone digunakan untuk mengobati
bermacam jenis.
2.2 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga yaitu, simplisia
simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.
Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi
sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa
proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi
2.3. Ekstraksi
yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
dibagi menjadi dua cara, yaitu ekstraksi cara panas dan ekstraksi cara dingin (19),
(20).
a. Maserasi
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai menjadi
sempurna yang umumya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri
a. Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk peroses ekstraksi
sempurna.
b. Sokletasi
umumnya dilakukan dengan alat yang khusus sehingga terjadi ekstraksi secara
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Infundasi
d. Digesti
13
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infundasi dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan
uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai
derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga
melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia terhadap
suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang
diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan
Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat
dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per
kematian. Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang
Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa
tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu
kelompok satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang bersifat
reversibel. Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari
Uji toksisitas kronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang sampai seluruh
umur hewan. Uji toksisitas kronis pada prinsipnya sama dengan uji toksisitas
subkronis, tetapi sediaan uji diberikan selama tidak kurang dari 5- 12 bulan.
Tujuan dari uji toksisitas kronis oral adalah untuk mengetahui profil efek toksik
setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu yang panjang, untuk
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode untuk
menguji bahan-bahan yang bersifat toksik dan digunakan sebagai suatu bioassay
yang pertama untuk penelitian bahan alam dan sebagai antitumor, pestisida, dan
larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas dengan metode
BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah
pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas
komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak
dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC < 1000 μg/ ml.
tidak mahal, dan menggunakan sejumlah material uji (2-20 mg atau kurang).
sebagai hewan coba .Jumlah kematian larva dihitung setelah 24 jam perlakuan dan
hasilnya dinilai sebagai LC50 atau LD50, dosis yang dibutuhkan untuk membunuh
50% larva. Tolak ukur atau parameter yang digunakan untuk menunjukkan
adanya aktivitas biologi suatu senyawa pada Artemia salina Leach yaitu dengan
konsentrasi yang telah ditetapkan. Hasil uji dikatakan efektif terhadap larva
Artemia salina Leach apabila ekstrak yang diujikan menyebabkan 50% kematian
16
pada kurang dari 1000 ppm. Apabila suatu ekstrak tanaman bersifat toksik
menurut harga LC50 dengan metode BSLT, maka tanaman tersebut dapat
hubungan antara sitotoksis dan BSLT pada ekstrak tanaman yang diteliti.
pakan alami hidup dalam pembenihan udang dan ikan, termasuk ikan hias.
Krustase yang juga disebut Brine shrimp ini sangat populer dikalangan
(40-60% berat total) dan kaya akan asam lemak ensesial. Bahkan, hingga saat ini
artemia sebagai pakan alami untuk larva udang belum dapat digantikan dengan
Apalagi karena larva tersebut belum dapat memanfaatkan pakan buatan sebagai
makanan. Biasanya, artemia yang digunakan untuk pakan larva udang dalam
bentuk larva (terutama dalam tahap Nauplii) yang ditetaskan dari kista (telur)
artemia. Sementara itu biomassanya banyak dimanfaatkan untuk pakan ikan, ikan
yang banyak mengandung nutrisi terutama protein dan asam- asam amino. Dalam
dunia hewan Artemia atau Brine shrimp adalah merupakan makrozoo plankton
yang diklasifikasikandalam:
17
Kingdom : Animalia
Philum : Arthopoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Artemia salina hanya hidup di danau dan kolam dengan salinitas tinggi
(antara 60-300 ppt). Spesies ini endemik di Mediterranean, tapi dapat ditemukan
di seluruh benua. Dapat mentolerir garam dalam jumlah besar (300g/L air) dan
dapat hidup dalam lautan yang berbeda dari air laut, seperti kalium permanganat
dan perak nitrat, sedangkan yodium berbahaya bagi spesies ini. Hewan ini mampu
Artemia salina dalam air dengan defisiensi oksigen yang tinggi. Konsentrasi
minimum oksigen untuk Artemia salina dewasa sangat rendah (0,5 mg/L) dan
jantan dewasa mempunyai panjang 8-10 mm, sedangkan pada betina 10-12 mm.
Aretmia salina dewasa mempunyai 3 mata dan 11 pasang kaki. Dalam kondisi
alami, pangan Artemia salina berupa algae, protozoa, dan detrius. Partikel yang
kurang dari 40-60 mm akan dilepaskan oleh filter aktif non-selektif yang dimiliki
salina betina berisi hingga 200 telur, baik pada spesies ovipar maupun ovovivar.
Mereka memproduksi telur, yang mengapung dalam air dan dapat berkembang
(kekeringan air). Kista adalah bentuk dorman dari hewan ini, yang akan bertahan
lama dalam keadaan kering. Kista akan menetas menjai nauplia jika kondisi
lingkungan memungkinkan.
padajenis biseksual harus melalui proses perkawinan antara induk betina dengan
Pada ovovivipar, yang keluar dari induknya itu sudah langsung hidup sebagai
artemia muda, sedangkan pada cara ovipar, yang keluar dari induknya berupa telur
kurang dari 150 permil dan kandungan oksigennya cukup, sedangkan oviparitas
akan terjadi apabila keadaan lingkungannya memburuk, dengan kadar garam lebih
dari 150 permil dan kandungan oksigennya rendah. Telur yang bercangkang tebal
itu memang disiapkan untuk menghadapi keadaan lingkungan yang buruk, bahkan
juga kekeringan. Sementara itu embrio yang berada di dalam cangkang telurnya
beristirahat (diapauze).
Apabila kista direndam di dalam air laut dengan tingkat salinitas 30-35 ppt
maka akan terjadi hidrasi, setelah 24 jam, membran luar akan pecah dan kista
nauplius dan mampu berenang bebas di dalam air. Individu yang baru ditetaskan
ini dikenal dengan instar I. Instar I ini akan berganti kulit menjadi instar II,
demikian seterusnya sampai 15 kali. Setiap tahap pergantian kulit dinamai nomor
instar pada tahap tersebut hingga pergantian kulit yang terakhir disebut instar XV,
dewasa membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Pada saat telah menjadi dewasa,
artemia ditandai dengan penempelan individu jantan pada tubuh individu betina
METODELOGI PENELITIAN
pendekatan post test-only control group design untuk menguji toksisitas akut
ekstrak etanol herba puguntanoh (Picria fel terrae Lour) terhadap larva udang
3.3.1. Populasi
terrae Lour) yang berasal dari Kota Pancur Batu, Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan yaitu dari tumbuhan herba puguntanoh ( Picria fel
terrae Lour)
21
22
daerah lain.Sampel yang digunakan diambil dari Kota Pancur Batu, provinsi
Sumatera Utara.
3.5.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, beaker
pipet tetes, bejana kaca maserasi, batang pengaduk, spatula, kertas saring, lampu
pijar, ayakan 65 mesh, desikator, oven, seperangkat alat penetasan larva (wadah
3.5.2. Bahan
terrae Lour) etanol, aquadest, air laut buatan, telur larva Artemia salina Leach,
DMSO.
Herba puguntanoh (Picria fel terrae Lour) diambil pada pagi hari
kotoran atau bahan asing lainya dan ditimbang. Selanjutnya dilakukan pencucian
23
untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya yang melekat pada bahan
simplisia dan dirajang. Setelah itu proses pengeringan dilemari pengering untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama, kemudian diblender untuk mendapatkan serbuk simplisia
(25).
kedalam bejana kaca kemudia direndam dengan 3.700 ml pelarut etanol 96%
ditutup dengan alumunium foil selama 3 hari (sesekali diaduk) lalu disaring
menggunakan kertas saring dan diperoleh fitrat I dan residu. Residu direndam
ulang dengan menggunakan 1.250 ml pelarut etanol 96% selama 2 hari (sesekali
diaduk ) kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh fitrat II dan
kedalam 1 liter aquadest. Kemudian air Laut tersebut terlebih dahulu diukur pH
plastik.Sebelumnya wadah plastik dibagi menjadi bagian terang dan gelap, lalu
diberi pembantas berupa sterofoam yang tepi bawahnya telah dilubangi agar telur
24
yang menetas bisa keluar dari lubang tersebut.Wadah kemudian diisi dengan air
laut hingga kedua lubang pada sterofoam tersebut terendam.Pada ruang gelap diisi
aluminium foil. Pada ruang terang diberi penerangan menggunakan cahaya lampu
neon untuk merangsang penetasan. Kemudian pada ruang terang dipasang aerator
untuk memberikan oksigen pada telur yang menetas menjadi larva dan berpindah
keruang terang. Setelah telur menrtas menjadi larva yang berusia 24 jam, lalu
dipindahkan kewadah lain hingga berusia 48 jam. Larva yang berusia 48 jam
efektif untuk membunuh Artemia salina Leach. Uji ini bertujuan untuk
menentukan presentase kematian hewan uji dengan konsentrasi 1000 ppm, 750
ppm, 500 ppm. Larutan induk dibuat dari 200 mg ekstrak yang telah ditimbang
mencapai 100 mL sehingga didapatkan konsentrasi larutan induk 2000 ppm (28).
V1M1 = V2M2
Keterangan :
V1 = volume awal
V2 = volume akhir
25
M1 = konsentrasi awal
M2 = konsentrasi akhir
tabung reaksi dan ditambahkan 10 ekor larva udang Artemia Salina Leach yang
dibandingkan dengan kontrol negatif. Dihitung jumlah larva yang mati setelah 24
menggunakan lup, digital colony counter, atau dibawah penerangan lampu. Larva
yang mati diketahui dari tidak adanya pergerakan selama pengamatan (29).
nilai probit dalam tabel. Dilanjutkan dengan menentukan log konsentrasi dan
membuat persamaan garis lurus y = mx+b, dengan y adalah nilai probit dan x
Microsoft Office Excel dengan membuat grafik persamaan garis lurus hubungan
antara nilai probit dengan log konsentrasi. Nilai LC50 dapat dihitung dari
sebagai log konsentrasi. Nilai LC50 merupakan antilog nilai x tersebut (28).
DAFTAR PUSTAKA
27
28