Anda di halaman 1dari 1

David Easton

Input :

Petisi yang menolak UU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD -atau MD3- yang digagas
sejumlah organisasi masyarakat sipil melalui situs change.org telah mencapai lebih dari
180.000 penandatangan di internet dengan target 200.000.

salah satu elemen masyarakat yang membuat petisi penolakan UU MD3 itu- mengecam pasal
yang mengatur pemeriksaan atas anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana, yang
dapat dilakukan atas seizin presiden dan juga pertimbangan dari Majelis Kehormatan Dewan
atau MKD.

"Adanya pasal seperti itu maka ada dampak politik juga yang timbul di kalangan masyarakat
sipil seakan mereka menempatkan DPR di atas orang-orang yang diwakilinya dan tidak dapat
direndahkan, dalam arti mungkin dikritik dan sebagainya."

Selain itu, pasal lain yang dinilai bermasalah adalah bahwa orang-orang yang mengkritik
DPR dapat diserahkan pada penegak hukum dan wewenang pemanggilan paksa oleh DPR.

"Ada pasal lain, mereka bisa memanggil paksa setiap orang yang dipanggil oleh DPR dalam
konteks fungsi tertentu. Memanggil paksa ini dengan menggunakan kewenangan oleh
kepolisian, jadi kepolisian wajib untuk memenuhi request (permintaan) mereka bila ada
pemanggilan paksa, yang menurut kami merusak demokrasi di Indonesia," jelas Bivitri.

Dia menambahkan UU MD3 seharusnya mengatur institusi MPR/DPR/DPD agar dapat


menjalankan fungsinya sebagai representasi rakyat yang memilihnya, dan bukan sebaliknya.

"Justru ini menjauhkan wakil rakyat dengan rakyat yang diwakilinya," tegasnya.

Proses :

Petisi,
Selain PSHK, petisi yang dibuat Masyarakat Sipil untuk UU MD3 juga didukung oleh
Indonesia Corruption Watch (ICW), Komite Pemantau Legislatif (KOPEL), Perkumpulan
untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Kode Inisiatif, Yappika, dan FITRA.

Anda mungkin juga menyukai