Anda di halaman 1dari 3

The Sunrise of Java

Sebutan The Sunrise of Java, memang pantas dijuluki untuk kota yang
berada di posisi timur pulau jawa yaitu Banyuwangi. Dimana disana kita dapat
menikmati matahari terbit pertama kali di Pulau Jawa, letaknya berada di pesisir
selatan yang membatasi wilayah Pulau Jawa dan Bali, yang menyuguhkan
pemandangan sunrise yang berbeda-beda. Sebagai kabupaten yang diapit oleh laut
dan gunung, Banyuwangi kerap kali disebut sebagai daerah yang memiliki
berbagai macam keunikan. Tersimpan sejuta sapta pesona yang menggiurkan
untuk dinikmati di Banyuwangi. Sebut saja keindahan alam Kawah Ijen, Teluk
Hijau, Pulau Merah, Pantai Sukamade, Air Terjun Telunjuk Raung,Taman
Nasional Alas Purwo, yang menjadi beberapa destinasi tujuan para wisatawan.
Banyuwangi dikenal juga sebagai Bumi Blambangan. Berdasarkan data sejarah
nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan keajayaan Blambangan. Sejak
jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-
1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali
(1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola
Blambangan. Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya
terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil
produk perkebunan seperti kopi luwak dan kopi Osing yang kondang itu.
Sementara dataran rendahnya menghasilkan berbagai potensi produk pertanian
dan laut. Garis pantainya membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan
daerah penghasil berbagai biota laut. Tak hanya dikenal karena pesona alamnya,
Banyuwangi juga memiliki daya tarik dalam bidang seni. Berbagai macam bentuk
akulturasi budaya telah terserap dan tersaji di Banyuwangi. Sebagai kota yang
juga dijuluki kota gandrung, Banyuwangi mempunyai beraneka ragam seni khas
daerah yang cukup mempesona, yang kemudian turut membentuk Banyuwangi
sebagai kota seni.Lebih dari itu, Banyuwangi juga dikenal sebagai salah satu
daerah asli masyarakat Suku Using, yakni masyarakat yang menyatakan diri
mereka sebagai masyarakat bukan Jawa dan bukan Bali. Hal tersebut ditandai
dengan kata “sing”, yang artinya tidak. Namun dalam runut sejarah yang cukup
panjang, masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi juga merupakan hasil dari
perpaduan etnis Jawa, Madura, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Masyarakat Suku Using terpadu menjadi satu usai terpecah melalui Perang
Majapahit. Terlepas dari sejarah keberadaan masyarakat Suku Using, Banyuwangi
memang dikenal sebagai daerah yang lengkap dengan unsur magis dan
kedaerahan yang bersifat kental. Artinya, tradisi yang ada di Banyuwangi masih
terus berjalan dan berkembang di masyarakat penduduknya. Hal ini disebabkan
masyarakat Banyuwangi, khususnya Suku Using, sangat mempercayai warisan
leluhur sehingga segala macam hal yang berbau tradisi harus tetap dilakukan dan
dikembangkan dalam kehidupan mereka.Ritual barong ider bumi merupakan
agenda tahunan yang rutin dilakukan oleh masyarakat banyuwangi yang
dilaksanakan setiap tanggal 2 syawal dimulai pada pukul 14:00 WIB. Angka 2
adalah simbol ciptaan Tuhan, dimana sesuatu di dunia ini diciptakan Tuhan secara
berpasang-pasangan seperti laki-laki dan perempuan, siang dan malam.
Masyarakat using pantang melakukan tradisi ini diluar waktu tersebut, karena
dipercaya mendatangkan bencana bagi masyarakat. Festival Barong Ider Bumi ini
diawali ritual memainkan angklung oleh para sesepuh di balai desa setempat.
Barong lantas diarak keliling desa sambil diiringi nyanyian Jawa, isinya doa
kepada nenek moyang dan Tuhan untuk menolak bala dan memohon
keselamatan.Arak-arakan dimulai dari pusaran (gerbang masuk desa) menuju arah
barat ke tempat mangku barong (pintu keluar desa) sejauh dua kilometer. Di
sepanjang jalan, tokoh adat akan melakukan tradisi “Sembur Utik-utik” yakni
kegiatan menebarkan uang logam, beras kuning, dan bunga sebagai simbol tolak
bala.Ketiga benda tersebut nantinya akan dibawa oleh rombongan tokoh adat dan
para sesepuh di dalam sebuah “Bokor”. Uang logam yang dibawa harus tepat
bernilai Rp 99.900 dan bunga yang digunakan jumlahnya juga harus ada 9. Angka
9 ini merujuk pada 99 Nama Allah (Asmaul Husna).
Inti dari ritual barong ider bumi adalah mengarak barong memutari desa dan
masyarakat menggelar acara selametan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik
sebagai akhir acara barong ider bumi.

Selain daya tarik alam dan budaya serta seni, Banyuwangi juga memiliki
ragam wisata kuliner yang siap untuk dicicipi. Nasi tempong, rujak soto, pecel
pithik, pecel rawon, nasi cawuk, menjadi beberapa sajian yang wajib dicoba bagi
para pelancong yang hendak datang ke Banyuwangi. Cita rasa yang sedap dipadu
dengan bumbu pedas, membuat makanan khas daerah tersebut sukses laris di
pasaran.

Anda mungkin juga menyukai