Anda di halaman 1dari 6

M Andressa Anthony

1B

Tugas Individu

1.Jelaskan/Pengertian etika(Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa


dan bernegara.)

Etika

Etika dapat diartikan sebagai suatu norma atau aturan yang digunakan sebagai pedoman
dalam bertindak dan berperilaku di masyarakat terhadap seseorang yang berhubungan dengan
sifat baik dan buruk.

Pengertian Etika

Secara etimologi Etika berasal dari bahasa yunani “Ethos” (sifat, watak, kebiasaan, tempat
yang biasa) dan Ethikos (berarti, susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan baik). 

Menurut K Bertens dalam bukunya menjelaskan bahwa etika berasal dari bahasa yunani
kuno. Kata “ethos” dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. 
Sedangkan dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan..

Ada beberapa pengertian etika menurut para ahli, diantaranya adalah:

1. Aristotles

Dalam pendapatnya Aristoteles membagi etika menjadi dua pengertian.

Adapun kedua pengertian tersebut adalah Terminus Technicus serta Manner and Cutom.

Terminus Technicus adalah contoh dari etika yang dipelajari dalam bentuk ilmu pengetahuan.

Manner and Cutom mempelajari etika dari segi hubungan adat istiadat yang melekat pada
manusia dan juga tata caranya.

2. Fagothey
Etika menurut Fagothey merupakan studi yang mengenai kehendak yang ada di dalam diri
manusia.

Kehendak tersebut biasanya berhubungan dengan benar ataupun salah dalam mengambil
sebuah tindakan.

3. Drs. Siji Gajalba

Menurut Drs. Sidi Gajalba etika merupakan teori mengenai tingkah laku dari perbuatan
manusia.

Perilaku ini nantinya akan dipandang dari segi baik atau buruknya. Lalu etika nantinya akan
ditentukan oleh akal manusia.

4. DR. James J. Spillane SJ

Menurut beliau, etika merupakan hal untuk mempertimbangkan suatu tingkah manusia untuk
mengambil suatu keputusan.

Keputusan tersebut merupakan sebuah keputusan yang berhubungan dengan moral dan lebih
mengarah kepada akal budi secara objektif untuk menentukan benar dan salah mengenai
tingkah laku dari seseorang.

5. Kattsoff

Menurut Kattsoff, etika merupakan hal-hal yang berhubungan dan bersangkutan dengan
beberapa prinsip yang ada di dalam hidup manusia.

Prinsip tersebut merupakn prinsip-prinsip yang berisi pembenaran mengenai tingkah laku
yang ada di dalam pribadi manusia.

Sedangkan Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan,
maupun dalam kehidupan keagamaan.

Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga merupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum-hukum
Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak
dapat diubah secara hukum sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai
konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu
diubah maka sama halnya dengan pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana
terkandung di dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No.
V/MPR/1973. Jo. Tap. No. IX/MPR/1978.

Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarki :

Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan
yang adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila kedua: kemanusiaan yang adil beradab adalah meliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan menjiwai sila-sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia, diliputi oleh Ketuhanan yang maha esa dan menjiwai sila-
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan,
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan


permusyawaratan/perwakilan, adalah dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh
sila-sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai bangsa
kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil
refleksi fiosofis bangsa Indonesia.

Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga


merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai


kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang
manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.

Di era sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai
pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-
nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:

Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.

Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Etika kehidupan berbangsa dan bergenara meliputi sebagai berikut:

 Etika sosial dan Budaya


Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap
jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong-
menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa.

 Etika pemerintahan dan politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung
jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta
menjujunjung tinggi hak asasi manusia.

 Etika ekonomi dan bisnis

Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi, maupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik dan
realitas.

Etika penegakan hukum yang berkeadilan

Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan menghindarkan
peggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.

 Etika keilmuan dan disiplin kehidupan

Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.

2. Jelaskan bahwa pancasila adalah sebagai sumber etika

Pancasila sebagai Sumber Etika

Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan sebagai


sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral.

3. Bagaimana dengan pemberdayaan etika pancasila dalam konteks kehidupan


akademik ?

Pemberdayaan Etika pancasila dalam kehidupan akademik


Salah satu fungsi pendidikan adalah membangun karakter bangsa yang harus tetap
dipertahankan. Begitu pula perlu dikembangkan nilai-nilai yang dikategorikan high-trust
seperti Etika Pancasila menjadi fundamental bangsa dalam rangka penguatan integritas para
penyelenggara negara atau pejabat publik jelas perlu penguatan etika. Etika umumnya
dipahami sebagai ‘teori atau ilmu tentang praktik moral. Sedanglkan Etika Pancasila secara
normatif dapat dijadikan sebagai suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat
dijadikan perspektif kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Namun,
sebagai suatu kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan ciri khusus pada ke-
Indonesia-an. Pancasila sebagai dasar etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara diberdayakan melalui kebebasan akademik untuk mendasari suatu sikap mental
atau attitude. Kebebasan akademik adalah hak dan tanggung jawab seseorang akademisi. Hak
dan tanggung jawab itu terkait pada moral akademik. Kebebasan akademik adalah hak dan
tanggung jawab seseorang akademikus. Hak dan tanggung jawab itu terikat pada susila
akademik, yaitu: 1. Curiosity, dalam arti terus menerus mempunyai keinginan untuk
mengetahui hal- hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mengenal titik henti
yang dampak dan pengaruhnya dengan sendirinya juga terhadap pengembangan etika; 2.
Wawasan, luas dan mendalam dalam arti bahwa nilai-nilai etika sebagai norma dasar bagi
kehidupan suatu bangsa dalam kehidupan bermasyarakat 3. Terbuka, dalam arti luas bahwa
kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang tentative, bahwa kebenaran ilmiah bukanlah sesuatu
yang hanya sekali ditentukan dan bukan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat, yang
implikasinya ialah bahwa pemahaman suatu norma etika tidak hanya tekstual melainkan juga
kontekstual untuk diberi makna baru sesuai dengan kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat; 4. Open mindedness, dalam arti rela dan dengan rendah hati modest bersedia
menerima kritik dari pihak lain terhadap pendirian atau sikap intelektualnya; 5. Jujur, dalam
arti menyebutkan setiap sumber atau informasi yang diperoleh dari pihak lain dalam
mendukung sikap atau pendapatnya; 6. Independen, dalam arti bertanggung jawab atas sikap
dan pendapatnya, bebas dari tekanan atau ”kehendak yang dipesankan” oleh siapapun dan
dari manapun.

Anda mungkin juga menyukai