Anda di halaman 1dari 44

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum Status Asmatikus adalah penyakit asma yang berat disebabkan oleh
peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam –macam stimuli yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar
– kelenjar di mukosa bronchus.Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi, baik
dari faktor ekstrinsik dan instrinsik.

Di dalam Faktor Ekstrinsik memperlihatkan Asma yang timbul karena reaksi


hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat
di udara ( antigen – inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang, sedangkan
pada faktor instrinsik nya memperlihatkan bahwa asma timbul akibat infeksi baik itu virus,
bakteri dan jamur, cuaca iritan, bahan kimia, emosional, dan aktifitas yang berlebihan. Penyakit
asma ini berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan
perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat
berakibat kematian.

Asma diklasifikasikan sebagai penyakit, intermiten reversibel, obstruktif dari paru-paru.Ini


adalah berkembang masalah kesehatan di Amerika Serikat, dengan sekitar 20 juta orang terkena
dampak.Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak dengan asma telah meningkat nyata, dan tidak
terkemuka serius penyakit kronis pada anak-anak.Sayangnya, sekitar 75% anak dengan asma
terus memiliki masalah kronis di masa dewasa.Jumlah kematian setiap tahunnya dari asma telah
meningkat lebih dari 100% sejak tahun 1979 di Amerika Serikat.

Asma adalah penyakit saluran udara yang ditandai oleh peradangan saluran napas dan
hyperreactivity (Meningkat tanggap terhadap berbagai pemicu).Hyper-reaktivitas mengarah ke
saluran napas karena onset akut kejang otot pada otot polos dari tracheobronchial obstruksi
pohon, sehingga mengarah ke lumen menyempit.Selain kejang otot, terdapat pembengkakan
mukosa, yang menyebabkan edema.Terakhir, kelenjar lendir peningkatan jumlah, hipertrofi, dan
mengeluarkan lendir tebal.Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional
(FRC), dan sisa volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran napas adalah
pengurangan rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik (FEV1) dan FEV1 dengan kapasitas
vital paksa (FVC). Meskipun asma dapat disebabkan oleh infeksi (khususnya virus) dan iritasi
dihirup, hal itu sering terjadi hasil reaksi alergi.

Sebuah alergen (antigen) diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan seperti antibodi
imunoglobulin E (IgE) terbentuk.LgE antibodi mengikat untuk sel mast jaringan dan basofil di
mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru, dan nasofaring.Antigen-antibodi reaksi melepaskan zat
mediator primer seperti histamin dan zat bereaksi lambat dari anaphylaxis (SRS-A) dan lain-
lain.Ini menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot dan edema jaringan.Selain itu, sel
goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara yang menyebabkan obstruksi.Asma intrinsik
hasil dari semua penyebab lain kecuali alergi, seperti infeksi (Khususnya virus), menghirup
iritasi, dan penyebab lainnya atau etiologi.

The parasimpatis sistem saraf menjadi terangsang, yang meningkatkan nada bronchomotor,
mengakibatkan bronkokonstriksi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa Keperawatan A6.1 Universitas Respati


yogyakarta dapat mengetahui tentang penyakit asma tikus dan asuhan keperawatan terhadap
klien dengan penyakit asmatikus.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit asmatikus
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit asmatikus
c. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit asmatikus
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit asmatikus
e. Mahasiswa dapat mengetahui pathway penyakit asmatikus
f. Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan penyakit
asmatikus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Defenisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lain dalam perannya masing-masing untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya
(Baylon & Maglaya, 1978, dikutip dari Rasmun, 2001). Keluarga sebagai unit terkecil
dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalammenciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup,
terdiri dari beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orang tua, anak,
kakak, adik (sibling), kakek-nenek-cucu dan sebagainya (Effendy, 1998) .

Semua sistem ini saling berinteraksi, saling ketergantungan dan saling menentukan satu
sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh
seluruh anggota keluarga tersebut. Lingkungan eksternal seperti sistem pendidikan, sistem
huku m, sistem politik, sistem komunikasi, sistem kesehatan, sistem agama, sistem sosial
dapat mempengaruhi sistem didalam keluarga, norma-norma yang akan berkembang sesuai
dengan pengalaman masing-masing keluarga dalam menerima pengaruh lingkungan tersebut
(Wahini, 2005).Sebagai bagian dari tugasnya untuk menjaga kesehatan anggota
keluarganya, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan
kesehatan berdasarkan atas apakah anggota keluarga yakin menjadi sehat dan mencari
informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat bersumber dari petugas kesehatan
langsung ataupun dari media massa (Yankelovitch et al, 1979 dikutip dari Friedman, 1998).

2.2 Fungsi Keluarga


Menurut Effendy (1998), fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologi
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasil untuk kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasil keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang
misalnya pendidikan anak-anaknya.
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
2.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.
Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam
pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga (Fredman, 1981 dikutip dari Effendy, 1998) yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mengenal
perkembangan fisik dari anggota keluarganya dan aktivitas yang normal atau tidak
mampu untuk dilakukan. Hal ini erat hubungannya dengan pengenalan keluarga akan
gejala-gejala penderita asma
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah keluarga
mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarganya yang tidak sesuai dengan normal
maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus dilakukan
untuk kesembuhan anggota keluarganya dengan segera membawanya ke petugas
kesehatan.
c. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat fisik. Pada penderita asma adakalanya tidak
mampu untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
fisik anggota keluarga. Keluarga membuat iklim yang kondusif bagi penderita asma
dilingkungan rumah yang bersih agar merasa nyaman dan tentram.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada. Untuk kesembuhan penderita asma, keluarga harus memilki banyak informasi
mengenai kesehatan fisik anggota keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang
ada.
f. Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan terdiri atas:
1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga karena:
 Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta akan penyakit asma
 Rasa takut akibat masalah yang dihadapi sehingga membuat keluarga tidak fokus
dalam mengenal masalah penyakit asma yang dihadapi anggota keluarganya.
2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat, disebabkan karena:
 Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah penyakit asma yang
dihadapi keluarga
 Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan
kurangnya sumber daya keluarga baik itu dalam hal biaya, tenaga dan waktu
dalam penanganan anggota keluarganya yang menderita asma.
 Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
 Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.
 Sikap negatif terhadap masalah kesehatan yang ada
 Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau terutama bagi keluarga yang ada
dipedesaan.
3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena:
 Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebabnya, gejala dan
perawatannya.
 Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
 Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan
dan fasilitas untuk perawatan.
 Konflik individu dalam keluarga, keluarga tidak peduli dan lebih menyalahkan
satu dengan lainnya mengenai keadaan anggota keluarganya
4. Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan
disebabkan karena:
 Rasa asing dan sedikitnya dukungan dari masyarakat, adanya anggapan dan
pemahaman masyarakat yang negatif terhadap penyakit asma membuat keluarga
merasa menyerah.
 Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
 Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.

2.4 Konsep medis


2.4.1 Pengertian Asma
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas. Berbagai
sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan
sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai
derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan
pada erbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma non-alergik, asma kerja dan asma yang
dicetuskan aspirin (Hariadi, 2006). Perubahan cepat dari kerusakan berbagai organ tubuh
yang disebabkan oleh hipoksemia, hiperkapnia maupun perubahanpH, yang dapat
digolongkan ke dalam kegagalan pernapasan. Yang dimaksud dengan kegawatan asma
adalah asma yang dapat menimbulkan akibat fatal yang meliputi:
a. Asma dengan intensitas serangan yang tinggi, sehingga kematian dapat berlangsung
dalam beberapa menit.
b. Status asmatikus, yakni asma yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang
konvensional.
c. Total obtruksi asmatikus, yakni asma yang dapat menimbulkan kematian karena
terdapatnya mucus plug yang dapat menimbulkan obstruksi total pada paru.
d. Complicated asthmatic, yakni asma yang dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
respirasi sehingga menimbulkan perubahan asam basa.
e. Repetitive asthmatic, yakni asma dengan intensitas frekuensi serangan yang bertubi-tubi
dan tinggi. Pada umumnya penderita tidak mendapat pengobatan yang adekuat.

2.4.2 Penyebab Asma


Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host factor)
dan faktor lingkungan. Faktor penjamu termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi
untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti bronkus, jenis
kelamin dan ras. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat atau
kecendrungan untuk terjadinya asma. Beberapa kromosom yang berpotensi menimbulkan
asma, antara lain: kromosom 6p, respons IgE terhadap alergen spesifik, kromosom 11 dan 12
yang mengkode mast cell growth factor, insulin-like growth factor dannictric oxide
synthase(Mahdi, 1999).
Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan adalah penyebab
utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan tersebut pada awalnya mensensitisasi jalan
napas dan mempertahankan kondisi asma tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecendrungan atau predisposisi asma
untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan/atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status
ekonomi dan besarnya keluarga (Hariadi, 2006)Menurut Mahdi (2006), interaksi faktor
genetik atau pejamu dengan lingkungan kemungkinan, yaitu:
a. Pajanan lingkungan hanya meningkatkan resiko asma pada individu dengan genetik asma
b. Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan resiko penyakit asma
2.4.3 Patofisiologi
Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitifitas dari
cabang-cabang bronkus. Yang sering terserang adalah bronkus yang berukuran 3-5 mm
dengan distribusi yang luas. Pada individu-individu yang rentan, lapisan dari cabang-cabang
bronkhial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan.
Kerentanan dari seorang individu kemungkinan diturunkan secara genetik. Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan terhadap atau rangsangan yang berlebih-lebihan.
Walaupun asma pada prinsipnya merupakan kelainan pada bagian jalan udara, akan tetapi
dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian fungsionil paru (Rab, 1992). Baik
orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang berkualitas dan
komposisinya sama. Udara umumnya mengandung 3 juta partikel/mm. Partikel-partikel itu
terdiri dari debu, tungau, bulu-bulu bintang, bakteri, jamur, virus dan lain-lainnya. Oleh
karena adanya ekspos dari partikel-partikel ini secara terus-menerus, maka timbul
mekanisme pertahanan dari tubuh, untuk melindungi diri dari partikel-partikel asing. Partikel
yang berukuran lebih dari 10 um, diendapkan dimukosa hidung dan pharyng bagian atas.
Partikel yang berukuran 0,3 sampai dengan 2 umsampai di alveolus dapat menetap di mukosa
dan di fagositosis oleh sel-sel limfosit. Partikel yang berukuran 2 umsampai dengan 10um,
akan diendapkan diberbagai tempat di bronki dan bronkhiolus terminalis (Weiss, 1975,
dikutip dari Mahdi, 1999).Hidung dan nasopharyng mempunyai fungsi untuk memproteksi
saluran nafas trakeabronkial dan alveoli dengan cara mekanis, menyaring partikel-partikel
besar dan menyesuaikan suhu dan humiditas dari udara yang masuk selama respirasi, karena
banyakmengandung pembuluh darah. Mulut dan pharyng juga dapat berfungsi sebagai ”air
condition”.
Partikel-partikel asing yang masuk bersama udara inspirasi ke dalam trakea dan
bronkus, terperangkap dalam lapisan di atas mukosa yang lengket sekali seperti gel (sol)
(Bookman, 1984 dikutip dari Mahdi, 1999).Rambut getar dari sel epitel saluran napas
bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke daerah subglotis, yang
seterusnya dikeluarkan dengan batuk. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan ciri
dari mukus tersebut, karena aktivitas dan kelenjar mukus dirangsang oleh aksi saraf
kolinergik dan juga mediator farmakologik seperti histamin. Ini dapat disebabkan oleh
stimilasin vagus, zat-zat kimia, maupun iritasi mekanis (Knapp, 1976 dikutip dariMahdi,
1999). Mekanisme pertahanan lainnya terletak di dalam alveoli. Sel-sel alveoli ditutup oleh
selaput tipis, yang berbentuk seperti film dan bergerak kearah bronkiolus, selaput ini
membantu membersihkan alveoli, terhadap partikel-partikel yang masuk. Adakalanya
partikel tersebut tinggal di dalam alveoli dan menembus dinding alveoli sampai jaringan
interstitial, disini terjadi fagositosis oleh histiosit. Bila partikel tersebut tidak dapat
difagositer, maka akan timbul reaksi radang, fibrosis paru, atau reaksi alergi seperti alveolotis
alergika (Weiss, 1975, dikutip dari Mahdi, 1999).

2.4.4 WOC

Allergen masuk ke dalam tubuh

Merangsang sel plasma

Ig E

Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet, bradikinin dll)

Permeabilitas kapiler meningkat

Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan pengentalan sekresi)

Diameter bronchial menurun


Abnormalitas ventilasi perfusi

Hipoksemia dan respirasi alkalosis

Respirasi asidosis

(Brunner & Suddart. 2002. hal 614).

2.4.5 Manifestasi Klinik


Masalah utama dari asma adalah kepekaan selaput lendir bronkhial dan hiper-reaktif
otot bronkial. Rangkaian pengaruh dari edema selaput lendir bronkhial, peningkatan produksi
mukus (dahak) dan spasme otot polos, maka akan menimbulkan penyempitan jalan napas dan
menyebabkan 4 gejala asma yang utama, yaitu: batuk, mengi, pernapasan pendek dan rasa
sesak di dada (Somantri, 2008) Pada orang dewasa, gejala-gejala ini mungkin didahului dan
disertai dengan rasa sesak di dada dan batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan
lumen jalan napas sempit. Kadang-kadang dapat menghasilkan sputum yang berwarna jernih,
hijau, atau kuning dan terdapat riwayat mengi yang berulang, juga sering kali pada malam
hari. Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-otot asesori pernapasan dan tidak
toleran terhadap aktivitas. Pada anak hanya memperlihatkan gejala lesu yang ringan. Batuk
yang persisten atau paroksismal, terutama pada malam hari yang berlangsung selama lebih
dari 10-14 hari (Susi, 2002).

2.4.6 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah

a. Atelaktasis

b. Hipoksemia
c. Pneumothoraks Ventil

d. Emfisema

e. Gagal napas.

2.4.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita
asma akan didapati :
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akansemakin bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
4. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
c. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
e. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
f. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
2.4.8 Terapi/Pengobatan
a. Bronchodilator Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai
secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik (obat yang efeknya serupa perangsangan saraf ortosimpatik), maka
sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral
maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil
dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin). Obat-
obat Bronkhodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik
lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa.
Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered
aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada
perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena. Obat-obat
Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan
perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi,
kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per
mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan. Pemberian
Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak,
disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg
BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
b. Kortikosteroid Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau
dengan dosis 3-4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4
jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian
30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis
terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
c. Pemberian Oksigen Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4
liter/menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran
seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi,
maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi,
antibiotik diberikan bila ada infeksi.

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian keperawatan
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu
a) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
c) Aktivitas sehari-hari.
d) Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
a) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
d) Adanya bunyi napas mengi.
e) Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
a) Adanya peningkatan tekanan darah.
b) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d) Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
a) Ansietas
b) Ketakutan
c) Peka rangsangan
d) Gelisah
6. Asupan nutrisi
a) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b) Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan social
a) Keterbatasan mobilitas fisik.
b) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c) Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
a) Penurunan libido
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perumusan diagnose
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dan pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa
keperawatan mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat
menggunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : actual (terjadi defisit
atau gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera
(Wellness).
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
Menurut A Carpenito (2000). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan) dari
individu atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurukan, membatasi dan merubah (Nursalam,2001).
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien. Berikut adalah
beberapa rawatan yang terapat pada klien dengan penyakit paru obstruktif kronik,
namun demikian bukan berarti bahwa diagnosa keperawatan pada klien ini terbatas
hanya pada yang disebutkan disisni saja.
3. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Faktor yang
dapat mempengaruhi peentuan prioritas masalah adalah :
a) Sifat masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/ kurang sehat yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari, dirasakan oleh
keluarga.
b) Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
 Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga.
 Sumber daya perawat: dalam bentuk pengewtahuan keterampilan dan waktu.
 Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas dalam masyarakat.
c) Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
 Kepekaan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
 Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam
mempengaruhi masalah.
 Adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah
masalah.
d) Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai presepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut.
Nilai skore tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan
keluarga untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga
perlu disusun skala prioritas seperti berikut :
Tabel 2.5
Menentukan skala Prioritas
No Kriteria Skore Bobot
1 Sifat masalah
Skala :
        Tidak / kurang sehat 3
        Ancaman kesehatan 2 1
Sejahtera
        1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 2
        Mudah 1 2
        Sebagian 0
       Tidak dapat diubah
3 Potensi masalah untuk dicegah
        Tinggi 3
        Sedang 2 1
Rendah
        1
4 Menonjolnya masalah
2
        Masalah berat, harus segera ditangani
        Ada masalah, tidak perlu segera
1 1
ditangani
        Masalah tidak dirasakan
0

(Sumber: Murwani, 2007)


Skoring:
 Tentukan skore untuk setiap criteria
 Skore dibagi dengan angkatertinggi dan kalikanlah dengan bobot
 Skore : Angka tertinggi x Bobot
 Jumlahkanlah skore untuk semua criteria
c. Penyusunan perencanaan
1. Menetapkan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan perilaku klien atau
keluarga yang dapatdiukur, yang menunjukan status yang diinginkan (berubah atau
dipertahankan) setelah asuhan keperawatan diberikan. Tujuan keperawatan harus
mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui
program intervensi keperawatan (mandiri).
Dalam penyususnan tujuan keperawatan keluarga perawat harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk
mencapai suatu hasil.
b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa diukur
dan dicapai oleh keluarga.
c) Tujuan menggambarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat
dipilih oleh keluarga.
d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosa keperawatan
keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
e) Tujuan harus menggambarkan kemampuan atau tanggung jawab keluarga dalam
pemecahan masalah
f) Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga
Dalam menyusun tujuan terdapat dua macam yaitu tujuan jangka pendek
(khusus), dan tujuan jangka panjang (umum). Hal ini bertujuan untuk membedakan
masalah yang dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga dan masalah yang harus
diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif.
a) Tujuan jangka pendek (tujuan khusus) sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat
dimotivasi atau member kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang
dalam proses dan membingbing keluarga kearah tujuan yang jangka panjang
atau umum.
b) Tujuan jangka panjang (umum) merupakan tujuan akhir yang menyatakan
maksud-maksud luas yang diharapkan oleh keluarga agar dapat tercapai.
2. Rencana tindakan keperawatan keluarga
Rencana tindakan keperawatan adalah menyusun alternatif-alternatif dan
mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan
diri, sumber pendukung atau bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang
bertujuan :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya.
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN MASALAH STATUS ASMATIKUS

A. Data Biografi
Nama : Ny. S
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 17 juli 1969
Pendidikan terakhir : SLTP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB /BB : 150 cm / 40 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri tubuh : Badan kurus, rambut keriting, kulit kering dan keriput
Alamat : Bulak Banteng Madya 4 Surabaya
B. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan


1. Tn. M L 50 tahun Kepela Wiraswast Tamat
Keluarga a SLTP
2. Ny. S P 45 tahun Istri Tamat
Ibu rumah SLTP
3. An. C P 2 tahun Anak tangga -
3. -

C. Genogram
: PASIEN
× : MENINGGAL
: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN
: TINGGAL 1 RUMAH

D. TYPE KELUARGA
Jenis Type keluarga : keluarga “nuclear family”
Masalah yang terjadi dengan type tersebut : keluarga saat ini dalam keadaan ekonomi
rendah sehingga cakupan gizi yang didapat belum maksimal (kurang)
E. SUKU BANGSA
a. Asal suku bangsa : Tn. M dan Ny. S berbeda suku karena antara jawa dan madura.
Mereka biasa menerima kebiasaan mereka satusama lain dan mempunyai kebiasaan
yang hampir sama, jadi tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok untuk memicu
perselisihan.
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: ketika sakit keluarga percaya bahwa
tidak boleh menyapu rumah pada saat malam hari dan tidak boleh memotong kuku
saat sedang haid.
F. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Tn. M dan Ny. S beragama islam dan jika ada anggota keluarga yang gatal-gatal biasanya
mengkonsumsi daging Biawak tapi dalam batas wajar.
G. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Kepala Keluarga
b. Penghasilan : rata-rata Rp. 300.000-400.000,00 / bulan
c. Upaya Lain : Tidak ada
d. Harta benda yang dimiliki (perabotan, transportasi, dll) : Tv 14 inch, Motor
Honda grand, kipas angin meja, lemari
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Listrik : 50.000/bulan, Belanja
bulanan: 50.000/bulan, arisan: 50.000/bulan, sisanya dikelola semampunya.

H. Aktifitas rekreasi keluarga


Aktivitas rekreasi keluarga yaitu dengan menonton TV setiap hari setelah maghrib, dan
saat hari raya idul fitri selalu berkunjung ke rumah saudara.
I. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga Tn. M dan Ny. S hanya
memiliki satu anak dengan usia 2 tahun yang masih belum sekolah. Jadi, Keluarga
Tn. M dan Ny. S berada pada tahapan perkembangan keluarga menghadapi anak
balita.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
Saat ini keluarga Tn. M dan Ny. S sebagai keluarga yang memiliki satu orang anak.
Namun dengan terbatasnya ekonomi dan kebutuhan yang banyak sehingga untuk
kebutuhan gizi dalam keluarga tidak tercukupi. Asupan nutrisi yang didapatkan anak
diusahakan secara maksimal karena uang belanja yang diberikan tidak cukup dan
asupan orang tua menyesuaikan kebutuhan.
c. Riwayat Kesehatan keluarga inti
1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Ny. S tidak sedang menderita sakit namun hanya pola nafas yang tidak teratur dan
mudah lelah saja. Anak pun sedang tidak mengalami sakit saat ini.
2. Riwayat penyakit keturunan
Menurut pengakuan keluarga, dari riwayat kesehatan keluarga Tn. M dan Ny. S
ditemukan bahwa Ny. S pernah menderita penyakit kronis dan sekarang dalam
masa pemulihan namun keluarga juga mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan.
3. Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota

Nama BB Umur Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan Yang


kesehatan DPT/POLIO/BCG Kesehatan Telah
/ Dilakukan
CAMPAK/HB
Tn. M 60kg 50th Baik Tidak terkaji - Makan teratur,
istirahat cukup
Ny. S 40kg 45th Cukup Tidak terkaji - Makan teratur,
Baik istirahat cukup
An. C 15kg 2th Baik Lengkap - Makan teratur,
istrahat cukup

4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: Menurut Ny. Y jika dirinya sakit
dan keluarga sakit, mereka langsung berobat ke Puskesmas yang tidak jauh dari
rumah.
5. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Tn. M : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah saja
Ny. S : Pernah menderita sakit TB Paru selama 3 tahun dan sekarang sudah
dinyatakan sembuh

An. C : Pernah menderita Suspect TB dan sekarang sudah sembuh

J. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1. Luas rumah : 7 x 3 meter
2. Type rumah : permanen
3. Kepemilikan : pribadi
4. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 buah kamar tidur
5. Ventilasi/jendela : Ada 3 ventilasi yang terdapat di dalam rumah, 1 ruang tamu
dan 2 di dapur dan kamar mandi
6. Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu dan ruang tengah/ keluarga jadi satu, dapur,
wc/toilet, 3 kamar tidur.
7. Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
8. Sumber air minum : air sumur yang dimasak sebelum dikonsumsi
9. Kamar Mandi/ WC : memiliki satu buah kamar mandi yang bersatu dengan WC,
dengan kloset jongkok.
10. Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 600 meter
11. Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan kurang terjaga karena
depan rumah ada Home industry yang menggunakan bahan kapur dan
lingkungan kotor agak kumuh
12. Keadaan didalam rumah : Rumah Keluarga Tn. M dan Ny. S tinggal dirumah
sendiri. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah permanen dengan status
kepemilikan milik pribadi Tn. S. Luas rumah kurang lebih 21 m². Lantai rumah
menggunakan semen. Rumah memiliki ventilasi tetapi jarang dibuka. Pada
ruangan dalam rumah seperti kamar, dapur, ruang tamu cukup terang.
Penerangan di malam hari menggunakan lampu listrik. Secara umum kebersihan
rumah cukup baik, hanya penataan perabotan rumah yang kurang teratur
terutama untuk bagian dalam rumah dan dapur.
13. Keadaan diluar rumah : Keluarga memanfaatkan sumur untuk sumber air bersih.
Keluarga memiliki kamar mandi dengan saluran pembuangan ke selokan
perumahan yang mengalir diparit. Keluarga juga telah memiliki jamban jenis
leher angsa yang dipergunakan setiap hari dengan septic tank di ujung rumah
dengan jarak lebih dari 10 m dari sumur gali. Kebersihan kamar mandi dan
jamban cukup. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga keluarganya selalu
dibuang di tempat pembuangan sampah yang setiap minggunya diambil oleh
tukang sampah. Secara umum kebersihan rumah cukup.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


1. Kebiasaan : setiap bulan biasanya mengadakan arisan RT
2. Aturan/kesepakatan : apabila ada kerabat atau teman yang menginap harus
lapor RT / RW
3. Budaya : Dilingkungan budaya yang mayoritas adalah jawa.
4. Mobilitas geografis keluarga :Menurut Ny. S selama ini keluarganya
mengunjungi sanak saudara setiap hari raya.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Menurut Ny. S
dalam keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak terdapat perkumpulan
atau pertemuan-pertemuan khusus dan biasanya berkumpul hanya di waktu-
waktu tertentu seperti lebaran.
6. System pendukung keluarga : Saat ini dalam keluarga terdapat anggota
keluarga yang mengalami TB Paru yang dinyatakan sembuh. Hubungan satu
anggota keluarga dengan yang lainnya cukup baik dan sudah terbiasa saling
tolong menolong.
K. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara komunikasi keluarga : Menurut Ny. S dalam keluarganya
berkomunikasi biasa menggunakan bahasa jawa, dan semua anak-anaknya
terbiasa dengan bahasa jawa.
b. Struktur kekuatan keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. M dan
Ny. S selalu memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah. Anak tertua
masih belum bisa diikutsertakan karena masih berumur 2 tahun. Perbedaan-
perbedaan pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika mereka bermusyawarah
c. Struktur peran ( peran masng – masing anggota keluarga ) : Dalam keluarga Ny.
S, Tn. M sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga
dan Ny. S melakukan perannya sebagai isteri yang harus menyiapkan semua
keperluan suaminya dan anaknya di rumah.
d. Nilai dan norma keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat Jawa dan beragama
islam keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap orang tua, suami terhadap isteri.

L. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif :Tn. M dan Ny. S , juga anaknya, sudah melakukan peran mereka
masing masing secara sempurna,Tn. M dan Ny. S bisa membagi waktu untuk
peran sebagai orang tua dengan anak usia balita.
b. Fungsi sosialisasi : Hubungan antara dirinya dengan suaminya serta anaknya
sampai sejauh ini baik hanya saja Ny. S.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1. Menurut keluarga, masalah kesehatan apa yang sedang dihadapi keluarga
(pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, persepsi keluarga terhadap
masalah) : Menurut Ny.S meningkatkan kewaspadaan dalam keluarga
mengenai sakit yang dialami oleh Ny. S dengan rutin mengontrolkan diri dan
keluarga ke puskesmas.
2. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang
sedang dialami : Sejauh ini keluarga hanya membawa anggota keluarga yang
sakit ke Puskesmas ataupun rumah sakit apabila parah, dan mengupayakan
vitamin juga susu untuk memaksimalkan kesehatan dan gizi anak.
3. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan : ke Puskesmas dan juga kerumah sakit
4. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah
kesehatan : Menurut keluarga makan teratur, istirahat yang cukup dan namun
keluarga belum mampu mengupayakan makanan yang bergizi untuk anak
sehingga dapat banyak membantu dalam menjaga kesehatan dan mencegah
penyakit.
d. Fungsi reproduksi
1. Perencanaan jumlah anak : keluarga tidak berencana untuk memiliki anak lagi
2. Keterangan lain : Saat ini Ny.S menggunakan alat kontrasepsi, suntikan setiap
3 bulan sekali.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M mengatakan penghasilannya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan keluarga Tn. M dan kebutuhan anaknya.
M. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek
Menurut Tn.M dirinya tahu dari pihak Istri sedang mengalami beban pikiran, tetapi
dari dirinya yang jadi stressor adalah An. C yang takut jika terjadi kekambuhan
ulang dari sakit sebelumnya.
b. Stressor jangka panjang
Tn. M dan Ny.S mengatakan selalu memikirkan keadaan istri dan anak nya apabila
terjadi kekambuhan ulang dari penyakit tersebut.
c. Respons keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah kesehatan anak selalu
diselesaikan dengan diskusi
d. Strategi koping : Untuk menghadapi stressor Ny.S lebih banyak bertanaya pada
perawat dan dokter puskesmas bagaimana perkembangan anaknya, dan selalu
meminta bantuan nasehat dan informasi cara mencegah agar tidak terjadi
kekambuhan.
N. Keadaaan Gizi Keluarga
Pemenuhan gizi : biasanya Ny.S selalu memasak sayur dan lauk – pauk jika ada biaya
lebih serta menyukai makanan yang pedas, jika uang yang ada pas-pasan hanya memasak
lauk tanpa sayur. Keluarga Tn. M selalu rutin minum air putih dibandingkan air yang ada
rasa terkecuali untuk susu anak.
O. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan
Keluarga berharap anggota keluarga tidak ada yang sakit dan selalu dalam keadaan
sehat.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Dengan adanya petugas kesehatan yang datang ke rumahnya keluarga mengharapkan
supaya petugas kesehatan bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat dengan
penyuluhan-penyuluhan seperti saat ini diharapkan dapat membantu dirinya
mempersiapkan bagaimana sebenarnya untuk mendidik anaknya agar bisa
bersosialisasi dengan lingkungan.

P. Pemeriksaan Fisik
a. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
L/P : Perempuan
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Keluhan/ riwayat penyakit saat ini
Px mengatakan jika nafas tidak sesak lagi namun hanya mudah lelah dan berkeringat.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Px mengatakan 3 tahun yang lalu pernah mengalami TB paru dan melakukan
pengobatan terus menerus
d. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg, Suhu : 37 derajat celcius, Nadi : 98 x/menit,
Respiration rate : 20x/menit nafas dalam dan dangkal
e. System cardiovascular
Tidak tampak gangguan pada thorak dan tidak ada pembesaran jantug yang tampak
dari foto thorak, bentuk dada simetris, tampak retraksi intercostae
f. System respirasi
RR : 20x/menit, nafas dalam dan dangkal, tampak retraksi intercostae, tidak tampak
pernafasan cuping hidung,
g. System gastrointestial (GI Tract)
Tidak ada masalah dalam BAB, lancar tidak konstipasi, tidak ada nyeri abdomen dan
abdomen simetris
h. Sistem Persyarafan
Tidak mengalami kelumpuhan atau kelemahan struktur tubuh, mampu menerima
rangsang apapun dengan baik
ANALISA DATA DAN
DAFTAR MASALAH
A. Analisa Data

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. Ds : Resiko terjadi kekambuhan Ketidakmampuan
- Ny. S mengatakan jika TB paru berulang keluarga memodifikasi
lingkungan rumah sudah jarang lingkungan yang dapat
dilakukan kerja bakti mempengaruhi kesehatan
- Ny. S mengatakan karena
keterbatasan biaya pada saat
pembangunan hanya membuat
beberapa ventilasi saja
- Ny. S mengatakan jarang
membuka jendela dan
melarang anak main di luar
rumah karena asap dari
rumah pabrik
Do :
Terdapat timbunan debu dan
asap yang tampak disekitar
lingkungan rumah
Resiko kekambuhan ulang
2 Ds :
- Ny. S mengatakan jika
lingkungan rumah sudah jarang Pemanfaatan lingkungan
dilakukan kerja bakti yang kurang optimal
- Ny. S mengatakan karena
keterbatasan biaya pada saat
pembangunan hanya membuat
beberapa ventilasi saja
- Ny. S mengatakan jarang
membuka jendela dan
melarang anak main di luar
rumah karena asap dari
rumah pabrik
Do :
- Terdapat timbunan debu dan
asap yang tampak disekitar
lingkungan rumah
- Tampak jendela yang
tertutup saat siang hari

B. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko terjadi kekambuhan ulang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Resiko terjadi penularan penyakit b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit

C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosa 1 : Resiko terjadi kekambuhan ulang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan

KRITERIA SKOR Hasil Skoring BOBOT Pembenaran


SIFAT MASALAH Sifat masalah ini
o Tidak sehat 3 termasuk situasi
o Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1 = 2/3 1 mengancam kesehatan,
o Krisis atau keadaan 1 karena jika dibiarkan
sejahtera terus menerus maka
status kesehatan dalam
keluarga akan semakin
menurun
KEMUNGKINAN Keluarga aktif untuk
MASALAH DAPAT mencari solusi
DIUBAH penanganan tepat untuk
o Dengan Mudah 2 1/2 x 2 = 1 2 masalah yang dialami
o Hanya Sebagian 1 klien maupun anggota
o Tidak dapat 0 keluarga yang lain
POTENSIAL Peran masyarakat dan
MASALAH DAPAT perangkat desa
DICEGAH 3 3/3 x 1 = 1 1 setempat dalam
o Tinggi 2 mengontrol kondisi
o Cukup 1 lingkungan yang tepat
o Rendah dan aman tidak hanya
bagi pasien dan
keluarganya juga untuk
orang lain
MENONJOLNYA Masalah memang perlu
MASALAH segera ditangani secara
o Masalah berat, 2 2/2x 1 = 1 1 bertahap agar tidak
harus segera ditangani memunculkan masalah
o Ada masalah, tapi 1 yang baru mengenai
tidak perlu segera lingkungan
ditangani 0
o Masalah tidak
dirasakan
Total Skor 11/3

Diagnosa 2 : Resiko terjadi penularan penyakit b/d ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang sakit

KRITERIA SKOR Hasil Skoring BOBOT Pembenaran


SIFAT MASALAH Sifat masalah ini
o Tidak sehat 3 termasuk situasi
o Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1 = 2/3 1 mengancam kesehatan,
o Krisis atau keadaan 1 karena jika dibiarkan
sejahtera terus menerus maka
status kesehatan dalam
keluarga akan terjadi
penurunan akibat
penularan
KEMUNGKINAN Keluarga aktif untuk
MASALAH DAPAT mencari solusi
DIUBAH penanganan tepat untuk
o Dengan Mudah 2 1/2 x 2 = 1 2 masalah yang dialami
o Hanya Sebagian 1 klien maupun anggota
o Tidak dapat 0 keluarga yang lain
POTENSIAL Peran keluarga dan
MASALAH DAPAT tenaga kesehatan
DICEGAH 3 2/3 x 1 = 2/3 1 setempat dalam
o Tinggi 2 mengontrol kondisi
o Cukup 1 lingkungan yang tepat
o Rendah dan aman tidak hanya
bagi pasien dan
keluarganya juga untuk
orang lain
MENONJOLNYA Masalah memang perlu
MASALAH segera ditangani secara
o Masalah berat, 2 2/2x 1 = 1 1 bertahap agar tidak
harus segera ditangani memunculkan masalah
o Ada masalah, tapi 1 yang baru mengenai
tidak perlu segera lingkungan sehingga
ditangani 0 meminimalisir terjadi
o Masalah tidak penularan penyakit
dirasakan tersebut
Total Skor 5/3
RENCANA DAN PELAKSANAAN KEPEERAWATAN

a. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Evaluasi Intervensi


keperawatan Umum Kriteria Standart Keperawatan
Keluarga
1. Resiko terjadi Setelah 1. Keluarga Verbal - Dapat 1. Jelaskan
kekambuhan dilakukan mampu menyebu pada
ulang b/d kunjungan memberikan tkan keluarga
ketidakmampu rumah asupan daftar tentang
an keluarga diharapkan makanan makanan pentingnya
memodifikasi keluarga yang bergizi yang dan cara
lingkungan mampu terutama bergizi merawat
yang dapat memodifikasi yang banyak - Mampu rumah sehat
mempengaruhi lingkungan dibutuhkan menyebu 2. Jelaskan
kesehatan yang sehat oleh tubuh tkan kepada
tinggi kalori makanan keluarga
tinggi yang tentang hal-
protein tinggi hal
(TKTP) kalori yangdapat
dan terjadi
2. Keluarga tinggi akibat
mampu protein rumah yang
menyebutkan kurang
ciri-ciri Verbal - Mampu sehat
rumah sehat menyebu (lembab,
tkan 3 kurang
syarat- cahaya,
syarat banyak lalat
3.Keluarga rumah dan
mampu sehat perabotan
menyebutka dapur yang
- Keluarga
n kembali Verbal tidak
syarat- mampu terpakai)
syarat dan menyebu
dampak dari tkan 2
lingkungan dari 3
rumah yang syarat
tidak sehat rumah
yang
bersih
4. Keluarga Non
dapat Verbal
menjaga
lingkungan
sekitar
rumah
5.Keluarga -Membersihk 3. Diskusikan
dapat an rumah dengan anggota
membersihk setiap keluarga tentang
an rumah hari pembagian tugas
secara -Membersihk dalam
teratur an kamar membersihkan
mandi rumah
dan 4. Anjurkan untuk
dapur selalu membuka
secara jendela pagi hari
teratur dan menutup sore
hari serta melipat
baju yang
bergantungan
5. Anjurkan kepada
keluarga untuk
menjaga
kebersihan
lingkungan rumah
6. Beri pujian untuk
tindakan yang
tepat

b. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF

TANG NO.
TUJUAN
GAL/J PRIORI IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF PARAF
KHUSUS
AM TAS DX
28-Jan- 2 Keluarga 1. Mengkaji S : Ny. S mengatakan
2014/ dapat pengetahuan kalau dirinya mengalami
13.30 mengenal keluarga tentang flek paru sejak tahun
masalah penyakit TB paru 2008, klien mengalami
kesehatan nyeri seperti ditusuk-
salah satu tusuk kemudian langsung
anggota diperiksakan di
keluarganya Puskesmas dan
dianjurkan periksa ke
RS. Karang Tembok
Surabaya dan didiagnosa
menderita TB paru. Klien
mengatakan mencari tahu
tentang penyakit yang
diderita tersebut dan px
paham gejalanya.
O : Klien tampak
kooperatif dan fokus
terhadap apa yang kita
bicarakan
14.00 Keluarga 2. Mengkaji S : Ny. S mengatakan
dapat keadaan membangun rumah ini
menjaga lingkungan dengan biaya minimal
lingkungan rumah dan dan pemasangan ventilasi
runah sekitar rumah rumah tidak banyak. Ny.
klien S memperbolehkan untuk
melihat sekeliling
rumahnya.
O : Ada beberapa jendela
tapi jarang dibuka,
jumlah ventilasi < 4,
terdapat baju yang
bergantungan, penataan
perabot dapur yang tidak
rapi,
14.30 2 Keluarga 3. Mengajukan S : Ny. S mengatakan
dapat pertanyaan rumah sehat itu rumah
menyebutka mengenai syarat yang bersih dan bebas
n syarat rumah yang sehat penyakit
rumah sehat O : Ny. S tampak tenang
saat menjawab dan Tn. M
mengiyakan
15.30 2 Keluarga 4. Memberi tahu S : Ny. S mengatakan
dapat syarat rumah jendela jarang dibuka
menyebutka yang sehat karena asap dan debu
n syarat pabrik depan rumah
rumah yang sangat mengganggu
sehat O : rumah Ny. S
menghadap selatan dan
diapit oleh rumah
bertingkat 2 milik
tetangga dan depan
rumah rumah industri
ukiran kapur lalu
belakang rumah adalah
rumah warga. Jendela
ada 3 namun jarang
dibuka dan di masing-
masing kamar tidak ada
ventilasi.
16.30 2 Keluarga 5. Memberikan S : Ny. S mengatakan
dapat motivasi pada kalau untuk menyapu
menjaga keluarga untuk selalu dilakukan tiap pagi
kebersihan membuka jendela dan sore, namun memang
lingkungan tiap pagi dan jendela tidak pernah
rumah membersihkan dibuka. Ny. S
rumah rutin mengucapkan terima
setiap hari agar kasih atas saran yang
terbebas dari sudah diberikan
debu dan asap O : Tn. M dn Ny. S
pabrik yang ada koopertif dan selalu
menjaga ahasa
komunikasi
17.00 2 Keluarga 6. Memberitahukan S : Ny. S mengatakan
dapat jika rumah tidak akan merubah
menyebutka sehat itu mudah kebiasaannya untuk
n kembali terserang membuka selalu
dampak penyakit dan jendelanya tiap pagi dan
dari mempengaruhi merapikan perabotan
lingkungan kesehatan yang masih berantakan
yang tidak keluarga dan tidak teratur
sehat O : Ny. S dan Tn. M
tampak paham dan
kooperatif menjawab
pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta kedokteran Jilid I, edisi 3. Jakarta. Media
Aesculapcius FKUI

Lynda Juall, Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta.
EGC

Marilynn. E. Dongoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

Effendi, Nasrul. 2001. Pengantar proses Keperawatan. Jakarta. EGC

H, Suparman. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II. Edisi 4. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai