Anda di halaman 1dari 15

1

Pengkajian Pendekatan Head To Toe

Nama Kelompok:
Yasmin Azahra (20191660087)
Ranty Dwi Novelia (20191660089)
M. Yusuf Bachtiar (20191660062)
Kurniawan Aqsal Putra (20191660054)
Dwi Whisnu A. E. Putri (20191660072)
Adillya Yuniar Sari (20191660045)
Istika Nasya Agustin (20191660106)
Muhammad Mujib (20191660034)
Elfina Septiyanti (20191660013)
Rahilah Ummatul F. (20191660086)
Retna Herawati (20191660125)
Vila Okta Sabela (20191660009)
Sasmita Nur Rohma (20191660020)
Zaqiyatul Aulia (20191660022)
Auliafia Choirun Nisa (20191660126)
Moch. Nafi Yusril Iksan (20191660109)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
2

Daftar Isi
Daftar Isi...................................................................................................................................2
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..4
B. Tujuan……………………………………………………………………………………...7
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..8
A. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………………….8
1. Inspeksi……………………………………………………………………………...8
2. Palpasi....……………………………………………………………………………8
3. Perkusi………………………………………………………………………………8
4. Auskultasi…………………………………………………………………………...9
B. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital…………………………………………………………..10
1. Pemeriksaan Denyut Nadi…………………………………………………………10
2. Pemeriksaan Tekanan Darah………………………………………………………10
3. Pemeriksaan Pernafasaan………………………………………………………….11
4. Pemeriksaan Suhu…………………………………………………………………11
C. Pemeriksaan Head To Toe………………………………………………………………..12
1. Pemeriksaan Fisik Kepala…………………………………………………………12
2. Pemeriksaan Fisik Mata………………………………………...…………………12
3. Pemeriksaan Fisik Telinga………………………………………...………………13
4. Pemeriksaan Fisik Dada-dada……………………………………………………..13
5. Pemeriksaan Fisik Abdomen………………………………………………………13
BAB II PENUTUP………………………………………………………...………………...14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...……………………..15
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul
“PENGKAJIAN PENDEKATAN HEAD TO TOE” ini dapat di selesaikan dengan baik.
Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami
dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi
kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Surabaya, 18 Maret 2020


 

Penyusun,
4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan
seorang klien secara sistematis,mnyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan
( Muttagin, Arif : 2010:2).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan
yang meliputi : pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data. Pengkajian adalah
proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status
kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk
menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya ( Potter,Perry,2009:838 ).
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et al., 1996). Tahap pengkajian merupakan
dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan sesai dengan kebutuhan individu
(klien).
Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan
kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan
dalammemberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagiaman yang
telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan. kegiatan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data. dalam pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun
informasi tentang status kesehatan klien.
Macam – Macam Data Dasar informasi mengenai staus kesehatan klien seperti :
data umum, data demografi, dan riwayat keperawatan.
 Data Fokus Seperti ungkapan klien maupun hasil pemeriksaaan langsung dari
perawat, jika pasien tidak sadar dapat diambil data hasil pemeriksaan. Data Subjektif
seperti ungkapan keluhan dari klien secara langsung dan dapat diperoleh dari orang lain
yang mengetahui keaadaan klien secara langsung.contoh : merasa pusing, mual, nyeri
dada, dan lain lain.
5

 Data objektif seperti data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui
observasi dan pemeriksaan pada klien. contoh : tekanan darah 120/80 mmHg, konjungtiva
anemis Sumber Data.
1. Sumber Data Primer sumbernya adalah klien itu sendiri. Jika klien tidak sadar atau
masih bayi perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakan Diagnosis
Keperawatan.
2. Sumber Data Sekunder sumbernya adalah keluarga, orang terdekat, dan orang lain
yang tahu tentang status kesehatan klien. Selain itu tenaga kesehatan lain seperti dokter,
ahli gizi, laboratorius, ahli gizi, dll

Teknik Pengumpulan Data:


a) Data Anamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan klien atau auto
anamnesis maupun secara tidak langsung dengan keluarga atau allo anamnesis utntuk
menggali tentang status kesehatan klien. dalam anamnesis ini perawat membangun
hubungan saling percaya antara klien dengan perawat.
b) Observatif tindakan yang mengamati secara umum terhadap perilaku dan
keadaan klien.
c) Pemeriksan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan
dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan empat metode yaitu melihat
(inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan atau auskultasi
(Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan fisik head to toe perlu
dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat dijadikan dasar bagi
perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang selanjutnya sebagai dasar
asuhan keperawatan. Hasil ini dapat diperoleh selama proses pendidikan.

Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik


langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo
anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese. Tujuan
anamnesis: Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit
pasien ,Membantu menegakkan diagnosa sementara, Ada beberapa penyakit yang sudah
dapat ditegaskan dengan anamnese saja,Menetapkan diagnosa banding ,Membantu
menentukan penatalaksanaan selanjutnya Langkah-langkah anamnesis Mula-mula
dipastikan identitas pasien dengan ,lengkap (informasi biografi ),Keluhan utama,Riwayat
kesehatan saat ini ,Riwayat penyakit terdahulu Kaji data pasien: Nama,Umur, Jenis
6

Kelamin, Nama Orang tua , Alamat, Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang Tua, Agama
dan Suku Bangsa
pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
 Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. •Untuk menambah,
mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
 Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
 Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
 Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Metode Penulisan kajian ini
menggunakan model metode penelitian kualitatif atau mengulang penelitian tentang
riset yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis kemudian diinterpretasikan,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung, serta menghasilkan suatu
teori, Pengumpulan data dalam pengkajian ini menggunakan jurnal dan buku. Jurnal
dan buku yang digunakan dalam pengkajian ini untuk mengetahui tingkat kemampuan
Perawat dalam pengkajian dan pemeriksaan fisik melalui anamnese dalam
memberikan asuhan keperawatan , dan menerapkan konsepnya ketika melakukan
pelayanan kesehatan .perawat akan lebih banyak membaca baik itu buku maupun
jurnal dan ini akan lebih mudah meningkatkan kemampuan berpikir kritis
tersebut.penelitian kualitatif ini tidak menggunakan statistik.

Hasil Berdasarkan dari pengkajian kualitatif tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini menjawab seluruh tujuan dalam penelitian. Hasil penelitian ini meliputi
gambaran Data tentang Konsep dasar dalam asuhan keperawatan . Dalam penelitian
kualitatif beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dapat
meningkatkan kemampuan dalam Pemberian asuhan oleh perawat kepada klien. Sehingga
dengan adanya pengumpulan data ini akan membuat mahasiswa lebih banyak membaca
baik itu buku maupun jurnal dan ini akan lebih mudah meningkatkan kemampuan dalam
pemberian asuhan tersebut.Hasil kajian menunjukkan bahwa perawat yang
mempersepsikan dirinya menerapkan Pelayanan asuhan keperawatan dalam pemberian
asuhan sehingga dapat terlaksana dengan baik,Klien menjadi percaya kepada perawat.
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kemampuan memberikan
layanan dari asuhan keperawatan , sehingga tercapainya Asuhan keperawatan bermutu
tinggi atau “great nursing”.
7

B. Tujuan
1. Agar Mengetahui Metode Pemeriksaan Fisik
2. Agar Mengetahui Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
3. Agar Mengetahui Pemeriksaan Fisik Head To Toe
8

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari keluhan klien.
Pemeriksaan fisik berharap dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian
fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya kompilasi klien
meningkat gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan
tersebut berpengaruh klien dalam melaksanakan Kegiatan sehari-hari atau tidak.

Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik


1. Inspeksi Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh
tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat
kondisi klien dengan menggunakan ‘sense of sign’ baik melalui mata telanjang atau
alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat
harus mengetahui apa yang dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini
digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh
pasien. Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat
pasien secara seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik
dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk
mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata
dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien. Pemeriksa kemudian akan
mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera
tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis atau terapi.
2. Palpasi Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of
touch’ Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan
dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
metode palpasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya
getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari
jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi dua:
9

a. Palpasi ringan Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara
simultan. Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah
perlahan-lahan sampai ada hasil.
b. Palpasi dalam (bimanual) Caranya : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua
tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk
menekan ke bawah. Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan
melekat pd jari2 pertama
3. Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada
permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan
media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang
dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah
kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah
hantarannya dan udara/ gas paling resonan.
4. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi:
Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
Kualitas yaitu warna nada/variasi suara.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun
saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya
pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
10

Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

B. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke
bagian perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara
menyeluruh atau diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data dasar
dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin merupakan control terhadap kejadian yang
akan datang. Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan
darah dan suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari
sistem tubuh secara keseluruhan
1. Pemeriksaan Nadi Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan
dari proses pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk
menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria dalam sistem
peredaran darah mengembang atau mengembung untuk mengimbnagi bertambahnya
tekanan. Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di dinding aorta yang akan
menimbulkan dorongan atau denyutan.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:


a) Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
b) Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c) Arteri carotis : Pada leher
d) Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e) Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f) Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g) Arteri bracialis : Pada lipatan siku
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah
o Bayi baru lahir : 110 – 180 kali/per menit
o Dewasa : 60 – 100 kali per/menit
o Usia Lanjut : 60 -70 kali per/menit
2. Pemeriksaan Tekanan Darah Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan.

Beberapa langkah yang dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan


11

spigmomanometer air raksa. Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang pada
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
 Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
 Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
 Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
 Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
 Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
 Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
 Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
 Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
 Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
 Usia 16 tahun ke atas :130/75 mmHg
 Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
3. Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman,dan tipe atau pola pernafasan.
Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah di kaji namun paling sering diukur
secara sembarangan. Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran yang
akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.

Berikut adalah usia dan frekuensi per menitnya :


 Bayi baru lahir : 35-40 x/menit
 Bayi (6 bulan) : 30-50 x/menit
 Toodler : 25-32 x/menit
 Anak-anak : 20-30 x/menit
 Remaja : 16-19 x/menit
 Dewasa : 12-20 4 x/menit
4. Pemeriksaan Suhu
Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi maupun
metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan yakni
demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia.
Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Untuk pemeriksaan yang cepat,
palpasi dengan punggung tangan dapat dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang
12

akurat harus dengan menggunakan termometer. Termometer yang digunakan bisa


berupa thermometer oral, thermometer rectal dan thermometer axilar. Proses
pengaturan suhu terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan
hypotalamus dapat mengatur pembuangan panasdan hypotalamus bagian belakang
mengatur upaya penyimpanan panas. Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral,
rektal, dan aksila yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit. Tempat untuk mengukur suhu
badan seseorang adalah: Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar
10 – 15 menit. Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5
menit. Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit Seseorang
dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC.

C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien perlu dipersiapkan sehingga kenyamanan


tetap terjaga, misalnya pasien dianjurkan buang air kecil terlebih dahulu. Jaga privasi
pasien dengan hanya membuka bagian yang akan diperiksa, serta ajak teman ketiga bila
pemeriksa dan pasien berlainan jenis kelamin. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan. Atur waktu seefisien mungkin sehingga pasien maupun pemeriksa tidak
kecapaian. Atur posisi pasien untuk mempermudah pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Fisik Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
Pengkajian diawalai dengan inspeksi kemudian palpasi.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada informasi yang
diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan
fungsi mata. Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu diamati adalah
bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
a) Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang pandang,
dan visus.
b) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan
c) Amati konjungtiva dan sclera Cara palpasi mata Pada palpasi mata
dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan bola mata dan
mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara
13

lebih teliti, diperlukan alan tonometri yang memerlukan keahlian


khusus.Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata
meninggi, mata teraba keras.
3. Pemeriksaan Fisik Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan teling
luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran. Alta
yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain otoskop, garpu tala dan arloji.
4. Pemeriksaan Fisik Dada-Dada
diinspeksi terutama postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan
kulit. Postur dapat bervariasi, misalnya pada pasien dengan masalah pernafasan
kronis, klavikulanya menjadi elevasi. Bentuk dada berbeda antara bayi dan orang
dewasa. Dada bayi berbentuk melingkar dengan diameter dari depan ke belakang
(anteroposterior) sama dengan diameter transversal.
5. Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan –
gerakan abdomen.
14

BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik mutlak
dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan
pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan
fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan
diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun
untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
b) Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan
secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar
15

Daftar Pustaka
Achmadi, L. D., Pondaag, L., & Babakal, A. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat
Dalam Penerapan Standar Asuahan Keperawatan Diruang Rawat Inap Interna Rsud Datoe
Bhinangkang. E-Journal Keperawatan (EKp) , 3 (3).
Alimul, A. (2010). Pengantar Pendidikan Keperawatan . Jakarta: Sagung Seto.
Barbara, K. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawata : Konsep Proses Dan Praktik (7
Ed.). Jakarta: Egc.
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.Jakarta.
EGC.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan Dan Berpikir Kritis . Jakarta: Salemba Medika.
Doeges, & Dkk. (2014). Penerapan Proses Keperawatan Dan Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: Egc.
Kasim, M., & Abdurrouf, M. (2016). Peningkatan Kualitas Pelayanan Dan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dengan Metode Tim. Nurseline Journal , 1 (1), 62-
72.
Manalu, N.V . 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh perawata di Rumah Sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan. Vol 2, No. 1 Januari-Juni 2016 . ISSN:
2443-0935. E-ISSN: 2443- 1699.
S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga Medical
Series. Trikaloka H.
Putrid an Achmad Fanani. 2010. Etika dan Profesi Keperawatan. Yogyakarta : Citra Pustaka.
Setiawan, & Rutami. (2012). Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Rsud Adam Malik Medan. 52-57.
Simamora, R. H. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press.
Simamora, R. H. (2010). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jember University Press.
Simamora, R. H. (2008). Peran Manajer Dalam Pembinaan Etika Perawat Pelaksana Dalam
Peningkatan Kualitas Pelayanan Asuhan Keperawatan. IKESMA , 2 (4).
Sumijatun. (2009). Konsep Dasar Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta:
Trans Info Media.
Wirdah, H., & Yusuf, M. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Oleh Perawat Pelaksana
Di Rumah Sakit Banda Aceh. 1-6.
Zaidin, A. (2009). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional . Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai