Anda di halaman 1dari 15

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ISSN: 1412-6869 (Print), ISSN: 2480-4038 (Online)


Journal homepage: http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/index
doi: 10.23917/jiti.v17i1.5380

Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe Screw


Dengan Metode RCM di Industri Otomotif
1* 1#
Agustinus Dwi Susanto , Hery Hamdi Azwir

Abstract. Production process at PT. Showa Indonesia Manufacturing is not always smooth, due to the ignorance of
the reliability of the machine.Breakdown can occur at any time and cause uncertainty of the availability of machinery
in the production process, causing considerable losses to the company. This study was conducted on a compressor
machine used to produce the pressurized air that used to run the production machinery. Based on the research, the
highest damage level is on the compressor machine 4, 8, 10, 5, 16, and 6 with total damage of 70.1%. This is due to
the complex machine system and the less optimal maintenance system. Reliability Centered Maintenance (RCM)
method is used to analyze the system to identify components that fall within the critical category. The results of the
analysis, obtained some critical components which required optimal replacement interval by minimizing downtime.
Further planning activities on each critical component is based on FMEA and RCM Decision Worksheet. With the
application of RCM method, total downtime decreased by 44.59% from previous preventive actions.

Keywords: breakdown, Reliability Centered Maintenance, age replacement, FMEA, RCM decision worksheet,
downtime.

Abstrak. Proses produksi di PT. Showa Indonesia Manufacturing tidak selalu lancar, dikarenakan ketidak tahuan
akan kehandalan mesin.Kerusakan dapat terjadi sewaktu–waktu dan menyebabkan ketidak pastian akan ketersediaan
mesin didalam proses produksi sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar terhadap perusahaan. Penelitian
dilakukan pada mesin kompresor yang digunakan untuk memproduksi udara bertekanan yang digunakan untuk
menjalankan mesin–mesin produksi. Berdasarkan penelitian tingkat kerusakan tertinggi ada pada mesin kompresor 4,
8, 10, 5, 16, dan 6 dengan total kerusakan sebesar 70.1%. Hal ini disebabkan oleh sistem mesin yang kompleks dan
sistem perawatan yang kurang optimal. Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) digunakan untuk
menganalisis sistem tersebut untuk mengetahui komponen – komponen yang termasuk dalam kategori kritis. Hasil
dari analisis, didapatkan beberapa komponen kritis yang mana diperlukan interval penggantian (age replacement)
yang optimal dengan meminimalkan downtime. Selanjutnya dilakukan perencanaan kegiatan pada masing – masing
komponen kritis tersebut berdasarkan FMEA dan RCM Decision Worksheet.Dengan penerapan metode RCM maka
total downtime turun sebesar 44.59% dari tindakan preventive sebelumnya.

Kata Kunci: kerusakan, RCM, penggantian, FMEA, waktu henti.

proses produksi. Kelancaran proses produksi


I. PENDAHULUAN 1 dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sumber
Persaingan pasar di dunia industri daya manusia serta kondisi dari fasilitas produksi
otomotifsaat ini sangat ketat, hal ini disebabkan yang dimiliki, dalam hal ini mesin produksi dan
peralatan pendukung lain. Untuk menjaga agar
banyaknya industri otomotif di dunia. Agar dapat
bersaing, salah satu caranya yaitu dengan peralatan produksi selalu berada pada kondisi
meningkatkan produktivitas yang diantaranya yang baik maka diperlukan kegiatan perawatan
dapat dilakukan dengan menjaga kelancaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan keandalan
(reliability) dari komponen-komponen peralatan
maupun sistem tersebut. Dengan adanya
1 perawatan diharapkan peralatan mampu
1
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, President memberikan kinerja seoptimal mungkin dalam
University, Cikarang, Jababeka Industrial Park, Jl.Ki Hajar
mendukung kelancaran proses produksi.
Dewantara, Kota Jababeka, Bekasi 17530
PT. Showa Indonesia dalam proses
*
email: agustinus.id@gmail.com produksinya tidak lepas dari dukungan mesin–
#
email: hery.azwir@president.ac.id mesin di mana salah satunya adalah mesin
kompresor. Mesin ini merupakan mesin utama
Diajukan: 21-11-2017 Diperbaiki: 03-04-2018
Disetujui: 13-06-2018 yang berfungsi untuk menghasilkan udara

21
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

bertekanan yang mana digunakan untuk dari keandalan atau reliability adalah probabilitas
menggerakkan mesin produksi yang bekerja dimana suatu asset mempunyai performansi
secara otomatis selama 24 jam nonstop dan sesuai dengan fungsi yang diharapkan dalam
membutuhkan ketersediaan udara bertekanan selang waktu dan kondisi operasi tertentu. Secara
yang kontinyu untuk menjamin kualitas dan umum keandalan merupakan ukuran kemampuan
availabilitas produksi. Apabila terjadi kegagalan suatu komponen beroperasi secara terus menerus
pada mesin kompresor maka dapat mengganggu tanpa adanya kerusakan, tindakan perawatan
kinerja mesin produksi bahkan dapat pencegahan yang dilakukan dapat meningkatkan
menyebabkan terhentinya proses produksi. keandalan sistem. Maintainability suatu
Mengingat pentingnya mesin kompresor, perawatan didefinisikan sebagai probabilitas
perusahaan ingin mengetahui kehandalan mesin peralatan yang rusak akan beroperasi kembali
ini untuk mendapat prediksi yang tepat akan dalam periode waktu perawatan tertentu, dimana
kemampuannya didalam mendukung proses tindakan perawatan seperti perbaikan (repair),
produksi. Dalam situasi tidak adanya kejelasan overhaul atau penggantian (replacement)
tentang keandalan mesin kompresor, kerusakan dilakukan. Maintainability berkaitan erat dengan
dapat terjadi sewaktu–waktu dan dapat standar desain suatu peralatan. Availability
menyebabkan ketidakpastian akan availabilitas adalah probabilitas suatu komponen atau sistem
mesin dalam mendukung proses produksi.Hal ini dapat beroperasi sesuai dengan fungsi yang telah
terjadi karena adanya kegiatan overhaul dan ditetapkan dalam waktu tertentu ketika
replacement atau corrective maintenance yang digunakan pada kondisi operasi yang telah
tidak terjadwalakan menimbulkan breakdown dan ditetapkan (Ebeling, 1997). Availability juga dapat
kemacetan atau berhentinya proses produksi diinterpretasikan sebagai persentase waktu
sehingga menyebabkan kerugian yang cukup operasi dari sebuah komponen atau sistem
besar bagi perusahaan. selama interval waktu tertentu atau persentase
Perawatan atau yang lebih dikenal dengan komponen yang beroperasi pada waktu tertentu.
kata maintenance dapat didefinisikan sebagai Perbedaannya dengan reliability yaitu bahwa
suatu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga availability merupakan probabilitas komponen
atau untuk mempertahankan kualitas saat ini dapat beroperasi meskipun sebelumnya
pemeliharaan suatu fasilitas agar fasilitas tersebut komponen tersebut pernah mengalami kerusakan
tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi dan telah dipulihkan atau diperbaiki kembali pada
siap pakai (Sudrajat, 2011). Fasilitas yang kondisi operasinya yang normal. Karena itusistem
dimaksud disini, sudah barang tentu bukannya availability tidak pernah lebih kecil dari nilai
hanya fasilitas seperti mesin – mesin produksi saja reliability. Availability merupakan pengukuran
yang memerlukan perawatan tetapi juga fasilitas yang lebih sering digunakan untuk sistem atau
lain seperti kompresor, generator, diesel, turbin, komponen yang dapat diperbaiki, karena
dan utilitas pabrik lainnya, bahkan peralatan memperhitungkan baik kegagalan atau kerusakan
kantor seperti komputer, mesin tik ataupun (reliability) maupun perbaikan (maintainability)
peralatan angkut, seperti crane, forklift, dan lain– (Ebeling, 1997).
lain. Reliability Centered Maintenance (RCM)
Maintenance merupakan kegiatan pendukung disebut perawatan berbasis keandalan karena
produksi yang sangat dibutuhkan guna RCM mengakui bahwa perawatan tidak dapat
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan bertindak lebih daripada menjamin agar aset
pada suatu alat produksi. Maintenance dapat terus menerus mencapai keandalan inherennya.
dipandang sebagai bayangan dari sistem Dalam sudut pandang engineering, manajemen
produksi, dimana apabila sistem produksi asset terbagi menjadi dua unsur yaitu
beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi, pemeliharaan aset dan modifikasi aset, yang
maka perawatan akan menjadi lebih intensif merupakan usaha untuk memastikan bahwa
(Sudrajat, 2011). Menurut Ebeling (1997), definisi semua aset fisik dapat terus melakukan apa yang

22
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

diinginkan penggunanya dan dalam kondisi siap operasi (output, kualitas produk, serta pelayanan
pakai. Menurut Mobray (1991), definisi RCM II terhadap konsumen). (3) Meningkatkan efektivitas
adalah suatu proses yang digunakan untuk biaya perawatan, RCM II memfokuskan perhatian
menentukan apa yang harus dilakukan agar pada aktivitas perawatan yang memiliki efek
setiap asset fisik dapat terus melakukan apa yang langsung terhadap performansi. (4) Meningkatkan
diinginkan oleh penggunanya dalam konteks masa pakai/ umur suatu peralatan. Difokuskan
operasionalnya. pada kegiatan teknik scheduled on-condition
RCM fokus pada penanganan item agar tetap maintenance. (5) Menyediakan/ sebagai database
handal dalam menjalankan fungsinya dengan yang lengkap (comprehensive). Selain itu juga,
tetap mengacu pada efektifitas biaya perawatan. informasi yang tersimpan dalam RCM II
Metodologi RCM menyadari bahwa semua worksheet dapat membantu staf/ pekerja baru
peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki yang kurang memiliki pengalaman atau
tingkat prioritas yang sama. RCM menyadari kemampuan (keahlian) untuk menjalankan
bahwa disain dan operasi dari peralatan berbeda- kegiatan maintenance (Moubray, 1991).
beda sehingga memiliki peluang kegagalan yang Beberapa penelitian yang telah dipublikasikan
berbeda-beda juga. Pendekatan RCM terhadap dalam aplikasi metode RCM telah dilakukan di
program maintenance memandang bahwa suatu industri tekstil dengan fokus pada mesin blowing
fasilitas tidak memiliki keterbatasan finansial dan (Sari & Ridho, 2016), sistem boiler di PLTU
sumber daya, sehingga perlu diprioritaskan dan (Rachman, dkk, 2017), mesin-mesin pemrosesan
dioptimalkan. RCM sangat bergantung pada aluminium di UKM (Kurniawati & Muzaki, 2017),
predictive maintenance tetapi juga menyadari mesin blowmould di sebuah industri minuman
bahwa kegiatan maintenance pada peralatan multinasional (Hidayah & Ahmadi, 2017).
yang tidak berbiaya mahal dan tidak penting Penelitian ini mengaplikasikan metode RCM
terhadap reliability peralatan lebih baik dilakukan dalam ruang lingkup industri otomotif. Tujuan
pendekatan reactive maintenance. RCM II dari penelitian ini adalah: (1) Menemukan
merupakan teknik manajemen perawatan yang komponen kritis dalam sistem kompresor, (2)
mengkombinasikan dua jenis tindakan Meningkatkan kehandalan dan ketersediaan dari
pencegahan yakni preventive maintenance dan mesin kompresor, (2) Menentukan kegiatan dan
predictive maintenance. interval perawatan yang paling efisien.
Tujuan metode RCM pada maintenance
adalah: (1) Untuk mengembangkan desain yang II. METODE PENELITIAN
sifat mampu dipeliharanya (maintainability) baik. Didalam metode RCM terdapat tujuh tahapan
(2) Untuk memperoleh informasi yang penting menurut (Moubray, 1991) yang akan dijelaskan
untuk melakukan improvement pada desain awal pada Gambar 1.
yang kurang baik. (3) Untuk mengembangkan Dari hasil observasi dan wawancara, maka data
sistem maintenance yang dapat mengembalikan
yang didapat, dikumpulkan untuk kemudian
kepada reliability dan safety seperti awal mula diolah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
equipment dari deteriorasi yang terjadi setelah pengolahan data, meliputi penentuan mesin dan
sekian lama dioperasikan. (4) Untuk mewujudkan komponen kritis berdasarkan pada data
semua tujuan diatas dengan biaya minimum kerusakan mesin yang menyebabkan downtime
(Masruroh, 2008). produksi dengan frekuensi terbesar. Pemilihan
Karena RCM sangat menitik beratkan pada
mesin dan komponen kritis ini menggunakan
penggunaan predictive maintenance maka bantuan diagram Pareto agar lebih memudahkan
keuntungan dan kerugiannya juga hampir sama. dalam menentukan frekuensi yang terbesar
Adapun keuntungan RCM adalah sebagai berikut: diantara mesin atau komponen yang satu dengan
(1) Meningkatkan integritas keselamatan dan yang lainnya.
juga lingkungan. (2) Meningkatkan performansi

23
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

Gambar 1. Tujuh tahap metode RCM (Moubray, 1991)

Berikutnya dilakukan identifikasi penyebab Dalam menentukan interval perawatan yang


kegagalan yaitu menggunakan tabel FMEA yang optimal pada tiap komponen, maka diperlukan
mana dilakukan berdasarkan data fungsi dari parameter distribusi selang waktu kerusakan yang
masing-masing komponen serta laporan histori sesuai dari tiap komponen atau equipment pada
perawatan yang pernah dilakukan, kemudian baru Unit Kompresor serta penentuan penjadwalan
ditentukan penyebab kegagalan (failure mode) jumlah pekerja yang dibutuhkan sesuai dengan
yang mengakibatkan kegagalan fungsi (functional beban kerja yang ada sehingga didapat schedule
failures) serta efek atau dampak (failure effect) efficiency yang terbesar.
yang ditimbulkan dari kegagalan fungsi.
Selanjutnya dilakukan Logic Tree Analysis III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(LTA) yang merupakan metode yang digunakan Functional Block Diagram
untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh Fungsi dari sistem mesin kompresor adalah
masing-masing mode kegagalan yang terjadi. menghasilkan udara bertekanan. Di dalam sistem
Tujuan LTA adalah untuk mengklasifikasikan kompresor ini terdapat sejumlah subsistem yang
mode kegagalan ke dalam beberapa kategori mendukung kerja dari keseluruhan. Subsistem-
sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat subsistem ini sebagaimana diperlihatkan dalam
prioritas penanganannya Gambar 2.
Kemudian RCM Decision Work Sheet
digunakan untuk mencari jenis tindakan Analisis Penentuan Mesin dan Komponen
perawatan yang tepat sesuai dengan mode Kritis Pada Kompressor
kegagalan yang terjadi. Dilanjutkan dengan Pada Departemen Maintenance Utility
pemilihan distribusi yang mendasari data ini terdapat tiga belas mesin kompresor. Secara
menggunakan perhitungan statistik secara sistem ketiga belas kompresor tersebut tersusun
manual dan software Minitab 14 dengan kriteria seri yang mana ketika ada salah satu kompresor
pemilihan adalah nilai statistik Anderson-Darling mengalami breakdown maka dapat menyebabkan
yang paling kecil. Setelah diperoleh distribusi terganggunya proses produksi. Dari prosedur
yang sesuai, kemudian dilakukan perhitungan maintenance yang ada sekarang ini masih terjadi
untuk memperoleh nilai MTTF dan MTTR. Selain beberapa kali breakdown yang mengakibatkan
itu juga dilakukan analisis kehandalan mesin dan kerugian bagi perusahaan. Untuk itu diperlukan
komponen serta analisa resiko.

24
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

OIL COMPRESS
SUCTION
SUCTION COMPRESSING SEPARAT AIR ED AIR
AIR INLET REGULATI
FILTER SCREW COOLER DISCHARGE
NG VALVE OR
OUTLET

OIL FLOODED

OIL COOLER OIL FILTER

Gambar 2. Diagram blok fungsional kompresor.

100,0
97,0 98,8 100,0
91,4 94,3 90,0
2500 86,7
81,9 80,0
76,7
2000 70,1 70,0
63,1 60,0
1500 53,3 50,0
959 42,8 40,0
1000 32,3 30,0
500 312 312 291 206 197 20,0
154 142 140 86 80 52 37 10,0
0 0,0

Lama perbaikan COMULATIVE FREQ IN %

Gambar 3. Diagram Pareto lama perbaikan mesin.

analisis yang lebih mendalam bagaimana Analisis Identifikasi Penyebab Kegagalan


penanganan masalah tersebut. Melalui analisis berdasarkan hasil identifikasi
Untuk menentukan mesin dan komponen penyebab kegagalan menggunakan FMEA pada
kritis, digunakan analisis pareto 80-20 atau 70-30. mesin kompresor kritis didapatkan bahwa
Gambar 3 menunjukan analisis Pareto yang komponen-komponen tersebut memiliki tipe
dihasilkan dari data yang terkumpul. Kompresor 4 kegagalan yang berbeda-beda antara komponen
komponen motor drive, kompresor 8 komponen satu dengan yang lainnya. Kegagalan fungsi
screw dan v-belt, kompresor 10 komponen motor motor drive untuk mengerakkan screw kompresor
fan, kompresor 5 komponen v-belt sparator, menyebabkan kompresor tidak dapat
kompresor 16 komponen suction regulating menghasilkan udara bertekanan ataupun
valve, piping cooling, sparator, dan kompresor 6 kegagalan motor drive karena kekuatan putar
komponen v-belt separator. yang sudah melemah yang mengakibatkan

25
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

performa kompresor menurun. Kegagalan fungsi pengertian mode kegagalan mempunyai


motor drive ini disebabkan oleh beberapa part konsekuensi terhadap operasional plant
pada motor drive. Didalam metode FMEA (mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas
kegagalan fungsi motor drive direkomendasikan output) yang dapat menyebabkan kerugian
penanganannya berdasarkan schedule on ekonomi secara signifikan.
condition task yaitu tindakan preventive dengan
pemeriksaan secara berkala terhadap fungsi Analisis RCM Decision Worksheet
motor drive item pemeriksaan berupa getaran, Hasil dari RCM Decision Worksheet adalah
temperature, kecepatan putaran (RPM) dan arus dapat diketahui tipe-tipe dari akibat kegagalan
pada motor drive. yang terjadi pada masing–masing komponen
Makin tinggi nilai RPN berarti memiliki potensi yaitu tipe hidden failure, safety and environment,
kegagalan yang makin tinggi dan akan berpotensi operational dan non-operational consequencies.
tinggi dalam mempengaruhi kelancaran proses Dengan menggunakan RCM Decision Worksheet
produksi sehingga bagian maintenance dapat diperoleh jenis kegiatan yang perlu dilakukan
melakukan pengawasan yang lebih ketat dan untuk setiap komponen-komponen kritis,
usaha perawatan yang lebih intensif sesuai proposed task yang dikenalkan pada masing-
dengan rekomendasi. Nilai RPN tertinggi masing komponen berbeda-beda seperti pada
terdapat pada komponen sparator dengan nilai motor drive yang memiliki konsekuensi kegagalan
RPN sebesar 192, kemudian v-belt dan suction yaitu tipe operational dan hidden failure yang
regulating valve (144), motor drive, screw berarti kegagalan dapat berakibat pada
compressor, motor fan, dan piping cooling (128). berkurangnya output kompresor bahkan
mengganggu terhadap proses produksi serta
Analisis Logic Tree Analisis (LTA) mode kegagalan tidak dapat diketahui secara
Dari hasil penyusunan logic tree Analysis langsung oleh operator untuk mengatasi hal
diketahui konsekuensi dari masing-masing failure tersebut dilakukan schedule on-condition task
mode yang terjadi pada masing-masing dan dilakukan oleh seorang mekanik, tindakan ini
komponen. Kategori A: komponen Sparator; untuk melihat kondisi dari motor drive secara
kategori B: komponen motor drive, screw berkala dengan menggunakan parameter
compresor, motor fan dan suction regulating pemeriksaan yang telah direkomendasikan
valve; kategori C: komponen V-Belt dan piping sehingga dapat dilakukan penggantian sesuai
cooling. Sebagai contoh, kategori B memiliki dengan keadaan yang ada saat itu sehingga

Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Index Of Fit.

Kompresor Komponen Distribusi TTF Index of Fit Distribusi TTR Index of Fit
4 Motor Drive Weibull 0.9846 Normal 0.9606
V-Belt Exponential 0.9053 Weibull 0.8410
5
Sparator Exponential 0.9986 Exponential 0.9682
V-Belt Exponential 0.9066 Normal 0.8686
6
Sparator Weibull 0.8757 Exponential 0.8744
Screw Exponential 0.9442 Normal 0.9606
8
V-Belt Weibull 0.8299 Exponential 0.8811
10 Motor Fan Exponential 0.9937 Normal 0.9482
Suction Regulating Valve Weibull 0.8272 Normal 0.9414
16 Sparator Weibull 0.9495 Weibull 0.9392
Piping Cooling Exponential 0.9338 Weibull 0.8595

26
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

dapat meminimalisir terjadinya downtime. Analisis Kesesuaian Distribusi


Dari Tabel 1, perhitungan data interval
Analisis Penentuan Distribusi kerusakan (TTF) komponen motor drive
Kerusakan mesin kompresor tentunya tidak kompresor 4 menunjukkan hasil yaitu
dapat dihindarkan, akan tetapi kerusakan itu berdistribusi weibull. Hal ini didukung dengan
dapat diminimalisir dengan memrediksi kapan nilai index of fit terbesar yang terdapat pada
diperkirakan kerusakan itu terjadi. Didalam distribusi weibull dan pada pengujian hipotesa
analisis karakteristik laju kerusakan pada mesin selanjutnya dengan uji Mann’s test dimana hasil
kompresor dapat digambarkan dengan bentuk perhitungan M harus lebih kecil dari < Fcrit, agar
bath tube curve, yang mana laju kerusakan diterima hipotesanya. Dari perhitungan didapat
menurun pada saat siklus awal, kemudian diikuti nilai M = 0.8480 dan Fcrit 0.05,3,2 = 19.16 maka
dengan laju kerusakan konstan, selanjutnya masuk kedalam daerah penerimaan Ho yang
adalah laju kerusakan meningkat. berarti data mengikuti distribusi Weibull.
Penentuan distribusi dari data waktu Untuk data interval perbaikan (TTR) untuk
kerusakan dan waktu perbaikan pada mesin komponen motor drive kompresor 4
kompresor dapat dilakukan dengan tiga tahapan menunjukkan hasil yaitu berdistribusi normal hal
proses, yaitu terdiri dari: identifikasi kandidat ini didasari pada nilai index of fit terbesar jatuh
distribusi, estimasi parameter, dan uji Goodness pada distribusi normal yaitu sebesar = 0.9606.
of Fit. Sebagai contoh pada kompresor 4 yaitu Pengujian lebih lanjut itu adalah dengan
pada komponen motor drive nilai index of fit melakukan perhitungan MLE dan uji goodness of
untuk data waktu kerusakan berdistribusi weibull fit yang dilakukan sesuai dengan jenis distribusi
dengan nilai index of fit sebesar 0.9846 yang yang memiliki nilai r terbesar. Pada komponen
mana dapat diartikan kerusakan masuk dalam Motor Drive Kompressor 4, distribusi yang terpilih
daerah burn in atau wear out akan tetapi untuk adalah distribusi Normal. Didalam pengujian
melihat lebih jelas maka dilakukan pengujian goodness of fit menggunakan bantua software
untuk menguji kesahihan data maka akan Minitab 14 untuk mempercepat perhitungan yang
dilakukan tahapan uji data selanjutnya. Hasil mana sebagai acuan uji kebaikan suaian ini
perhitungan nilai index of fit dapat dilihat pada adalah nilai Anderson darling terkecil. Adapun
Tabel 1. hasil yang didapat dari uji goodness of fit ini
terhadap data waktu kerusakan dan waktu

Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Uji Goodness Of Fit.

Anderson Anderson
Kompresor Komponen Distribusi TTF Distribusi TTR
Darling Darling
4 Motor Drive Weibul 3.688 Normal 3.040
V-Belt Lognormal 1.317 Weibull 1.574
5
Sparator Lognormal 2.964 Lognormal 2.645
V-Belt Normal 2.271 Weibull 2.472
6
Sparator Weibul 2.862 Weibull 2.844
Screw Weibul 3.807 Normal 3.040
8
V-Belt Weibul 1.885 Weibull 1.935
10 Motor Fan Weibul 2.539 Weibull 2.295
Suction Regulating Valve Normal 2.759 Weibull 2.349
16 Sparator Normal 3.791 Normal 3.150
Piping Cooling Weibul 3.800 Weibul 2.914

27
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

Tabel 3. Nilai MTTF dan Nilai Parameter Komponen Kritis.

Kompresor Komponen Distribusi Parameter MTTF (Jam )


β = 3.94
4 Motor Drive Weibul 7439.4
Ө = 8266
s = 0.44127
V-Belt Lognormal t med = 2674.2
2418.73
5
s = 0.2881
Sparator Lognormal t med = 6460.85
6198.11
µ = 5584
V-Belt Normal 5584
α = 2026.48
6
β = 2.57
Sparator Weibul 4954.12
Ө = 5581.20
β = 1.74
Screw Weibul 15745
Ө = 17691.58
8
β = 1.3134
V-Belt Weibul 7638.58
Ө = 8302.81
β = 2.58
10 Motor Fan Weibul 13644.54
Ө = 15330.94
Suction Regulating µ = 7728
Normal 7728
Valve α = 2835.78
µ = 7112
16 Sparator Normal 7112
α = 1482.35
β = 6.0085
Piping Cooling Weibul 16936.54
Ө = 18290.46

perbaikan ditunjukkan dalam Tabel 2. distribusi yang terpilih pada analisis sebelumnya.
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa
Analisis Perhitungan Parameter dan MTTF pada sistem penyedia udara bertekanan ini
Distribusi Terpilih terdapat komponen yang memiliki nilai MTTF
Setelah ditentukan distribusi yang paling terkecil yang artinya komponen tersebut harus
mewakili pada masing–masing data waktu menjadi prioritas penanganan karena peluang
kerusakan (TTF) dan data waktu perbaikan (TTR) akan terjadi kerusakan akan lebih besar. Dari hasil
komponen kritis kompresor pada perhitungan perhitungan MTTF dan parameter dapat
sebelumnya, selanjutnya adalah dilakukan dikelompokkan menjadi tiga kelompok distribusi
perhitungan parameter berdasarkan distribusi yaitu Weibull, Lognormal dan Normal. Dari
yang terpilih dengan menggunakan Maximum distribusi Weibull dapat diartikan bahwa untuk
Likelihood Estimator (MLE) dan LSCF. Nilai MTTF nilai β > 1 maka laju kegagalan (failure rate) akan
yang dihasilkan merupakan waktu dimana bertambah seiring dengan bertambahnya waktu
komponen tersebut mengalami penurunan untuk itu penggantian pencegahan harus
kinerja dan memungkinkan terjadinya kerusakan dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
atau tidak dapat beroperasi dengan seharusnya breakdown. Untuk distribusi normal parameter
sehingga mengakibatkan kerugian produksi. Pada yang didapat dapat diartikan mempunyai laju
Tabel 3 diperlihatkan hasil perhitungan nilai MTTF kerusakan yang naik sejak bertambahnya umur
dan parameter yang diperoleh berdasarkan alat, yang berarti probabilitas kerusakan alat atau

28
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

Tabel 4. Nilai MTTR dan Nilai Parameter Komponen Kritis.

Kompresor Komponen Distribusi Parameter MTTR (Jam )


µ = 170
4 Motor Drive Normal 170
α = 7.07
β = 2.76
V-Belt Weibul 17.35
Ө = 19.50
5 s = 1.2903
Sparator Lognormal t med = 8.88
3.865
β = 2.266
V-Belt Weibul 10.496
Ө = 11.86
6
β = 2.265
Sparator Weibul 9.63
Ө = 10.88
µ = 48
Screw Normal 48
α = 1.41
8
β = 2.56
V-Belt Weibul 12.59
Ө = 14.20
β = 4.54
10 Motor Fan Weibul 29.43
Ө = 32.35
β = 4.49
Suction Regulating Valve Weibul 29.3
Ө = 32.35
µ=6
16 Sparator Normal 6
α = 1.22
β = 3.37
Piping Cooling Weibul 13.11
Ө = 14.58

komponen naik sesuai dengan bertambahnya perhitungan sebelumnya. Tabel 4 menampilkan


umur komponen tersebut. Sedangkan untuk hasil perhitungannya.
komponen dengan distribusi Lognormal yang Hasil MTTR yang didapat menunjukkan nilai
memiliki nilai parameter s < 1, hal tersebut MTTR terbesar adalah komponen Screw dengan
menunjukkan bahwa laju kerusakan yang dialami nilai sebesar 48 jam, hal tersebut dapat diartikan
komponen tersebut akan semakin meningkat. bahwa rata-rata waktuuntuk melakukan
Karena semakin kecil nilai s (shape parameter), pemeriksaan, perbaikan sampai penggantian
maka semakin besar laju kerusakan yang komponen memerlukan waktu tersebut. Hal ini
dihasilkan sehingga kurva laju kerusakan ( hazard dikarenakan besarnya ukuran komponen dan
rate curve) memiliki bentuk kurva yang semakin proses pembongkaran yang memerlukan kehati-
memuncak. Karena seiring dengan bertambahnya hatian sehingga membuat proses perbaikan
umur komponen kerusakan pun semakin memakan waktu yang lama. Oleh karena itu,
meningkat. perusahaan dapat melakukan sejumlah antisipasi
pada saat akan dilakukan preventive maintenance
Analisis Perhitungan Parameter dan Nilai untuk komponen ini. Dengan cara
MTTR Distribusi Terpilih mempersiapkan segala sesuatu dari segi sumber
Dalam tahap perhitungan parameter dan nilai daya dan peralatannya agar dipersiapkan dengan
MTTR distribusi terpilih ini dilakukan hal yang baik sebelum melakukan perawatan. Hal ini
sama seperti perhitungan pada MTTF. MTTR dimaksudkan agar waktu perbaikan yang
menunjukkan waktu rata-rata perbaikan, yang dilakukan pada waktu yang akan datang dapat
ditetapkan berdasarkan parameter-parameter dikurangi sehingga secara otomatis akan
distribusi yang terpilih yang dihasilkan dalam mengurangi waktu downtime yang terjadi. Dari

29
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

perhitungan tersebut diketahui bahwa pada komponen v belt age replacement 1900 jam,
sistem penyedia udara bertekanan ini terdapat sparator 4500 jam. Kompresor 6 komponen v-belt
komponen yang memiliki nilai MTTR terbesar 4300 jam, komponen sparator 4500 jam,
yang artinya komponen tersebut harus menjadi kompresor 8 komponen screw 15500 jam
prioritas penanganan karena peluang downtime komponen v-belt 7000 jam kompresor 10
akan semakin lama. Dari hasil perhitungan MTTR komponen motor fan 13500 jam kompresor 1
dan parameter dapat dikelompokkan menjadi komponen suction regulating valve 5800 jam
tiga kelompok distribusi yaitu weibul, lognormal komponen sparator 5400 jam. Piping cooling
dan normal. Yang mana analisis hasil untuk 16500 jam
parameter pada MTTR ini sama seperti pada Pada mesin kompresor 4 yaitu pada
MTTF. komponen motor drive penggantian komponen
dilakukan setiap interval 7000 jam dengan nilai
Analisis Penentuan Interval Waktu minimasi downtime sebesar 0.0206 yang didapat
Penggantian Pencegahan Optimal Berdasarkan dari perhitungan. Penggantian pada komponen-
Metode Minimasi Downtime komponen tersebut dilakukan sesuai dengan
Analisis model penentuan interval waktu perhitungan yang diperoleh, meskipun tidak
penggantian pencegahan berdasarkan kriteria terjadi kerusakan pada waktu tersebut. Sehingga
minimasi downtime dilakukan dengan tujuan dengan didapat nilai age replacement yang
untuk menentukan waktu terbaik dilakukannya paling optimal maka akan dapat dilakukan
penggantian pencegahan guna meminimalkan penjadwalan penggantian komponen
total downtime per satuan waktu. Model yang berdasarkan minimasi downtime sehingga secara
digunakan untuk analisisminimasi downtime ini langsung juga akan meningkatkan availability dari
adalah model age replacement yang mana pada komponen. Hal ini dapat terjadi karena
model ini tindakan penggantian pencegahan penggantian dilakukan sebelum komponen
dilakukan tergantung pada umur pakai tersebut mengalami kerusakan.
komponen dengan menghitung umur optimal
komponen dan melakukan penggantian Analisis Penentuan Pemeriksaan Mesin Yang
berdasarkan umur dari komponen tersebut. Optimal
Seperti pada kompresor 4 komponen motor drive Setelah dilakukan penentuan replacement
dengan age replacement 7000 jam, kompresor 5 komponen yang paling optimal berdasarkan

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Interval Waktu Pemeriksaan.


Jumlah Waktu
Pemeriksaan Antar
Kompresor Komponen
Per Tahun Pemeriksaan
(Kali) (Jam)
4 Motor Drive 11 791.20
V-Belt 6 1500.00
5
Sparator 3 3272.72
V-Belt 3 2779.93
6
Sparator 3 2769.23
Screw 4 2130.18
8
V-Belt 3 3012.55
10 Motor Fan 3 2618.18
Suction Regulating Valve 4 1961.85
16 Sparator 2 4186.05
Piping Cooling 2 4390.24

30
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

minimasi downtime, tahap berikutnya adalah nilai ketersediaan pada saat dilakuakan
menentukan frekuensi pemeriksaan yang optimal penggantian pencegahan dengan nilai
yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya ketersediaan pada saat dilakuakan pemeriksaan.
kerusakan secara mendadak atau tiba-tiba Hasil perhitungannya ditunjukkan dalam Tabel 6.
khususnya pada komponen kritis. Tabel 5 Nilai keandalan komponen dari waktu kewaktu
menampilakn hasil rekapitulasi jumlah akan mengalami penurunan kebijakan dari
pemeriksaan dan waktu pemeriksaan. perusahaan yang akan menentukan berapa
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai minimum presentase keandalan yang
jumlah pemeriksaan per tahun dan waktu antar diperbolehkan. Nilai keandalan akan kembali
pemeriksaan yang paling optimal, dimana jam tinggi ketika penggantian part dilakukan. Nilai
kerja sebulan sebesar 720 jam. Seperti pada keandalan terkecil yaitu pada mesin kompresor 4
komponen motor drive kompresor 4 yang mana komponen kritis motor drive, jika keandalan
didapatkan bahwa frekuensi pemeriksaan optimal sistem akan ditingkatkan maka prioritas pertama
perlu dilakukan sebanyak 11 kali dalam setahun hendaklah pada motor drive. Akan tetapi dari
dengan selang waktu antar pemeriksaan sebesar hasil yang didapat nilai keandalan total pada
791.2 jam, begitu juga dengan komponen- masing-masing komponen mendekati nilai 1 yang
komponen yang lainnya. Tindakan pemeriksaan artinya menunjukkan tingginya probabilitas dari
termasuk dalam tindakan pencegahan terhadap komponen untuk dapat beroperasi sesuai dengan
downtime sehingga keandalan komponen atau fungsinya. Karena nilai keandalan semakin baik
mesin dapat terjaga. Dengan didapatkan nilai jika mendekati 1diharapkan dengan adanya
waktu pemeriksaan optimal maka akan dapat jadwal penggantian dan pemeriksaan akan
dilakukan penjadwalan kegiatan preventive tepat meningkatkan nilai keandalan pada masing-
sesuai dengan kebutuhan. masing komponen.

Analisis Availability Total Analisis Tingkat Ketersediaan Komponen


Analisis availability digunakan sebagai basis Analisis tingkat ketersedian komponen ini
untuk mengambil keputusan. Tujuan perhitungan bertujuan untuk mendapatkan nilai tingkat
ini adalah untuk mengetahui kemampuan persediaan minimum, sehingga jumlah
komponen dalam bekerja apabila perawatan dan persediaan selalu ada tanpa terjadi waktu tunda
pemeriksaan dilakukan. Perhitungan tingkat logistic/ material dan dapat meminimumkan
ketersediaan total dilakukan dengan mengalikan persediaan khususnya dan biaya perawatan pada

Tabel 6. Total Availability Kompresor/ bulan.

Avaibility
Avaibility Total
Kompresor Komponen Interval
Pemeriksaan Avaibility
Penggantian
4 Motor Drive 0.979 0.949 0.929
V-Belt 0.996 0.973 0.969
5
Sparator 0.999 0.988 0.987
V-Belt 0.999 0.985 0.984
6
Sparator 0.998 0.985 0.983
Screw 0.997 0.989 0.986
8
V-Belt 0.998 0.987 0.985
10 Motor Fan 0.996 0.985 0.981
Suction Regulating
0.998 0.979 0.977
Valve
16
Sparator 0.999 0.99 0.989
Piping Cooling 0.999 0.991 0.990

31
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

Tabel 7. Jumlah Ketersediaan Komponen Dalam 1 Tahun.

Jam Kerja Umur Ketersediaan


Kompresor Komponen
Per Tahun Komponen Komponen
4 Motor Drive 8640 7000 1
V-Belt 8640 1900 5
5
Sparator 8640 4500 2
V-Belt 8640 4300 2
6
Sparator 8640 4500 2
Screw 8640 15500 1
8
V-Belt 8640 7000 1
10 Motor Fan 8640 13500 1
Suction Regulating Valve 8640 5800 1
16 Sparator 8640 5400 2
Piping Cooling 8640 16500 1

Tabel 8. Perbandingan Reliability Sebelum dan Sesudah Dilakukan Preventive Maintenance.

Kompresor Komponen T (jam) MTTF R (t) Rm (t)


4 Motor Drive 7000.00 7439.40 0.5165 0.5946
V-Belt 1900.00 2674.20 0.4100 0.6177
5
Sparator 4500.00 6460.85 0.4427 0.7585
V-Belt 4300.00 5584.00 0.5000 0.7244
6
Sparator 4500.00 4954.12 0.4787 0.5616
Screw 15500.00 15745.0 0.4418 0.4513
8
V-Belt 7000.00 7638.58 0.4078 0.4339
10 Motor Fan 13500.00 13644.54 0.4767 0.4864
Suction Regulating Valve 5800.00 7728.00 0.5000 0.7364
16 Sparator 5400.00 7112.00 0.5000 0.8613
Piping Cooling 16500.00 16936.54 0.5324 0.5834

umumnya. Metode penentuan jumlah dapat menurunkan waktu downtime yang


ketersediaan komponen kritis dalam jangka satu dikarenakan ketidak tersediaan komponen pada
tahun yaitu dengan cara membagi jumlah jam waktu diperlukan untuk penggantian, karena
kerja selama satu tahun dengan umur optimum waktu downtime dihitung sejak mesin tidak dapat
masing-masing komponen sesuai dengan bekerja sampai mesin dapat bekerja sesuai
perhitungan age replacement yang sudah ada. fungsinya kembali. Ketika downtime terjadi dan
Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 7. harus melakukan penggantian komponen
Dari hasil perhitungan seperti terlihat dalam sedangkan komponen belum tersedia maka
Tabel 7 didapatkan jumlah minimum persediaan waktu downtime akan bertambah lama karena
komponen dalam setahun. Dalam mesin ditambah waktu delay untuk pengadaan
kompresor 4 komponen motor drive, jumlah komponen.
komponen yang harus disediakan yaitu satu buah
untuk komponen yang lain sesuai dengan tabel Analisis Perbandingan Keandalan (Reliability)
rekapitulasi dari hasil perhitungan untuk masing- Sebelum dan Setelah
masing komponen. Jumlah masing-masing Setelah dilakukan perhitungan pada analisis
komponen tersebut dipengaruhi oleh umur sebelumnya, maka tahap ini digunakan untuk
komponen dan jumlah jam kerja. Dengan menganalisis terjadinya peningkatan atau
diketahui jumlah persediaan komponen ini akan penurunan terhadap nilai reliability pada masing-

32
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

masing komponen kritis sebelum dan sesudah maintenance mengalami penurunan sebesar
dilakukan tindakan preventive maintenance. Tabel 44.59%. Penurunan waktu downtime disebabkan
8 menampilkan data rekapitulasi reliability hasil oleh penurunan waktu repair yang mana dasar
perhitungan pada mesin kritis. penurunan waktu repair yang disebabkan oleh
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai reliability adanya tindakan preventive yang dilakukan
pada masing-masing komponen kritis mesin terhadap komponen-komponen kritis mesin
kompresor menunjukkan ada peningkatan nilai kompresor, seperti melakukan penggantian
reliability dibandingkan sebelum dilakukan pencegahan dan pemeriksaan yang terencana
tindakan penggantian. Dari Tabel 8 dapat dan rutin berdasarkan umur ekonomis komponen
diperoleh bahwa nilai peningkatan reliability-nya dan frekuensi pemeriksaan yang optimal
antara 2.1 % sampai 50.65%. Dengan adanya sehingga meminimalisir terjadinya breakdown
tindakan preventive maintenance ini maka dapat secara tiba-tiba dan karena adanya ketersediaan
meningkatkan reliabilitas komponen dan komponen.
mengurangi downtime yang terjadi, karena
diketahuinya waktu penggantian komponen dan Penentuan Interval Perawatan dan
frekuensi waktu pemeriksaan yang optimal. Penjadwalan Man Power Utility
Didalam analisis penentuan interval perawatan
Analisis Total Downtime Sebelum dan Sesudah dan penjadwalan manpower utility didasarkan
Tindakan Preventive Maintenance pada hasil minimasi downtime yang telah didapat
Tindakan preventive maintenance dapat sebelumnya serta berdasarkan dari hasil
menyebabkan kenaikan ataupun penurunan perhitungan age replacement dan waktu
waktu downtime tergantung dari ketepatan pemeriksaan pada setiap komponen sehingga
dalam melakukan tindakan preventive dari sini akan didapat jumlah manpower dan man
maintenance. Tabel 9 adalah rekapitulasi hours yang dibutuhkan paling optimal. Dari hasil
perbandingan sebelum adanya tindakan perhitungan dapat dilihat bahwa dengan adanya
preventive dan setelah dilakukan tindakan metode ini akan meningkatkan seringnya
preventive. melakukan tindakan preventivemaintenance
Dari Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa total karena untuk menjaga reliability dan availability
downtime sesudah dilakukan tindakan preventive mesin kompresor, seperti yang terdapat pada

Tabel 9. Perbandingan Total Downtime Sebelum dan Sesudah Tindakan Preventive Maintenance.

Sebelum Setelah
Adanya Adanya
Kompresor Komponen Preventive Preventive
Maintenanc Maintenance
e (Jam) (Jam)
4 Motor Drive 136 24.00
V-Belt 9.6 5.00
5
Sparator 4 6.00
V-Belt 5.6 2.00
6
Sparator 4.8 6.00
Screw 38.4 24.00
8
V-Belt 6.4 1.00
10 Motor Fan 9.6 6.00
Suction Regulating Valve 9.6 8.00
16 Sparator 4.8 6.00
Piping Cooling 4.4 16.00
TOTAL 233.2 104.00

33
Susanto & Azwir / Perencanaan Perawatan Pada Unit Kompresor Tipe..... JITI, Vol. 17(1), Juni 2018, 21 - 35

komponen motor drive kompresor 4, sebelum schedule on-condition task dilakukan


adanya usulan menggunakan metode RCM tidak berdasarkan kondisi komponen, penjadwalan ini
ada tindakan preventive yang dilakukan pada dirancang dengan melihat kondisi dari komponen
komponen ini metode yang digunakan yaitu yang ada apakah akan dilakukan penggantian
metode run to fail sehingga komponen motor atau akan dilakukan perbaikan. Peralatan yang
dibiarkan sampai rusak baru dilakukan mendapat penjadwalan pemeriksaan berdasarkan
penggantian. Dengan adanya metode RCM schedule on- condition task untuk menentukan
komponen motor dilakukan penggantian setiap tindakan penggantian adalah Motor drive, Motor
7000 jam yang mampu dikerjakan oleh 2man fan, Screw dan Suction Regulating Valve. Untuk
power selama 24 jam, dan dikerjakan 3 shift kerja kebiajakan Scheduled Discard Task ini dilakukan
secara terus menerus secara bergantian. Dalam untuk kebijakan penggantian part-part dari
setahun tindakan penggantian komponen ini peralatan yang ada berdasarkan pada minimasi
dilakukan sebanyak 1 kali sehingga manhours downtime, peralatan-peralatan yang
yang diperlukan dalam setahun adalah 48 jam mendapatkan penjadwalan penggantian
manhours Kebijakan untuk menjaga bahwa komponen adalah V-Belt, Separator, dan Piping
komponen dapat bekerja sesuai dengan cooling.
fungsinya dan untuk mendeteksi gejala kerusakan
maka dilakukan pemeriksaan, pada komponen IV. SIMPULAN
motor drive kompresor 4 dilakukan pemeriksaan Dengan melakukan tindakan preventive
sebanyak 11 kali dalam waktu setahun dengan maintenance menggunakan Metode Reliability
interval pemeriksaan setiap 791.2 jam. Centered Maintenance berdasarkan hasil
Pemeriksaan disini membutuhkan waktu sekitar pengolahan dan analisis data yang telah
20 menit dilakukan oleh 1 man power, sehingga
dilakukan, didapatkan tingkat kehandalan mesin
dalam 1 tahun membutuhkan manhours kompresor meningkat yang mana dapat dilihat
sebanyak 2.2 jam. Untuk item pemeriksaan sesuai antara lain sebagai berikut: (1) Komponen kritis
dengan usulan pada RCM Decision Worksheet adalah: Kompresor 4 komponen motor drive,
dan FMEA sehingga dapat memastikan bahwa kompresor 8 komponen screw dan v-belt,
komponen masih dapat bekerja sesuai fungsinya kompresor 10 komponen motor fan, kompresor 5
dan gejala-gejala kerusakan dapat dideteksi
komponen v-belt sparator, kompresor 16
secara dini, hal ini juga dilakukan pada komponen suction regulating valve, piping
komponen-komponen yang lain cooling, sparator, dan kompresor 6 komponen
vbelt separator. (2) Menurunnya waktu downtime
Rancangan Kebijakan Perawatan
mesin yang dikarenakan adanya tindakan
Dari FMEA, RCM Decision Worksheet maka
penggantian komponen dan pemeriksaan
akan timbul suatu perencanaan kegiatan
sebelum terjadi kerusakan sehingga nilai
perawatan untuk masing-masing komponen.
Availability dan Reliability komponen kritis
Adapun kebijakan yang diambil antara lain
kompresor mengalami peningkatan.Total
Schedule Discard Task, On-Conditioning Task,
downtime mengalami penurunan sebesar 44.59%
Failure Finding. Semua komponen kritis
pertahun setelah dilakukan tindakan preventive
kompresor mendapat penjadwalan untuk
maintenance. (3) Interval perawatan dan
dilakukan tindakan failure finding dikarenakan
kebijakan perawatan mengacu pada bahasan
untuk mencegah terjadinya downtime secara
Penentuan Interval Perawatan dan Penjadwalan
tiba-tiba karena dengan melakukan kegiatan
ManPower Utility dan Rancangan Kebijakan
preventif maintenance secara periodic dan
Perawatan di bagian Hasil dan Pembahasan.
terjadwal. Dengan adanya kebijakan ini maka
Penelitian yang dilakukan Felecia (2014)
akan ditemukan failure- failure yang terjadi
mengenai fuzzifikasi metode RCM dengan
sehingga dapat mencegah efek yang timbul
peendekatan Teori Fuzzy Set menarik untuk dikaji
akibat dari failure tersebut. Sedangkan kebijakan

34
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

lebih lanjut mengingat RCM konvensional yang


diterapkan masih menggunaan Crisp Set.

DAFTAR PUSTAKA
Ebeling, E.C. (1997). An Introduction To Reliability and
Maintainability Engineering. New York: McGraw-Hill
Inc.
Felecia. (2014) “Fuzzy Logic Reliability Centered
Maintenance.” Jurnal Teknik Industri, Vol. 16 (2),
121-126.
Hidayah, N.Y.; Ahmadi, N. (2017). “Analisis
Pemeliharaan Mesin Blowmould Dengan Metode
RCM Di PT. CCAI”. Jurnal Optimasi Sistem Industri,
Vol. 16 (20, 167-176.
Kurniawati, D.A.; Muzaki, M.L. (2017). “Analisis
Perawatan Mesin Dengan Pendekatan RCM Dan
MVSM. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 16 (2),
89-105.
Masruroh, N. (2008). Perencanaan Kegiatan Perawatan
Pada Unit Produksi Butiran (padat) Dengan Basic:
RCM (Reliability Centered Maintenance) Di PT
Petrokimia Kayaku Gresik. Skripsi, UPN”Veteran”,
Indonesia.
Moubray, J. (1991). Reliability Centered Maintenance
(RCM II). Great Britain: Butterworth-Heinemann Ltd.
Rachman, H.; Garside, A.K.; Kholik, H.M. (2017). “Usulan
Perawatan Sistem Boiler Dengan Metode Reliability
Centered Maintenance (RCM)”. Jurnal Teknik
Industri, Vol. 18 (1), 86-93.
Sari, D.P.; Ridho, M.F. (2016). “Evaluasi Manajemen
Perawatan Dengan Metode Reliability Centered
Maintenance (Rcm) II Pada Mesin Blowing I Di Plant
I Pt. Pisma Putra Textile”. Jurnal Teknik Industri, Vol.
11 (2), 73–80.
Sudrajat, A. (2011). Pedoman Praktis Manajemen
Perawatan Mesin Industri. Bandung: Refika Aditama.

35

Anda mungkin juga menyukai